Anda di halaman 1dari 4

Nama: Brigitta Silitonga

NIM: 180200303
Jawaban UAS Hukum Perdata Internasional

1. Penjelasan tentang hukum perdagangan internasional:


a. Pilihan hukum dan pilihan forum sebagai unsur aksidentalia dalam hukum
kontrak, maksudnya adalah hukum yang dipilih oleh para pihak dalam kontrak
sebagai alat untuk meintepretasikan kontrak tersebut dan untuk menyelesaikan
jika terjadi sengketa yang mana pilihan hukum ini di dalam kontrak merupakan
bagian yang   ditambahkan oleh para pihak. Fungsi pilihan hukum dalam sebuah
kontrak Internasional antara lain: menjamin kepastian hukum dalam penyelesaian
sengketa, sebagai antisipasi para pihak jika terjadi sengketa dan diharapkan
mewujudkan keadilan dalam penyelesaian sengketa dalam kontrak perdata
Internasional. Secara umum terdapat jenis pilihan hukum antara lain : Pilihan
hukum (choice of law), dalam hal ini para pihak menentukan sendiri dalam
kontrak tentang hukum mana yang berlaku terhadap intepretasi kontrak tersebut.
Pilihan Forum (Choice of yurisdiction) yakni para pihak menentukan sendiri
dalam kontrak tentang pengadilan atau forum mana yang berlaku jika terjadi
sengketa di antara para pihak dalam kontrak tersebut. Pilihan domisili (choice of
domicile), dalam hal ini masing-masing pihak melakukan penunjukan dimanakah
domisili hukum dari para pihak tersebut.
b. Pilihan hukum yang dipergunakan bagi menentukan kecakapan bertindak para
pihak dalam membuat kontrak internasional, maksudnya bahwa pihak yang
membuat kontrak hukum internasional merupakan subjek hukum yang
mempunyai kemampuan bertindak di hadapan hukum. Mengenai pilihan hukum
dilakukan dengan adanya harmonisasi hukum antara para pembuat kontrak.
harmonisasi adalah penyelarasan aturanaturan hukum yang bersifat global atau
regional dengan aturan hukum yang bersifat domestik. Salah satu upaya yang
efektif dalam harmonisasi hukum kontrak internasional dilakukan oleh organisasi
internasional seperti International Institute for the Unification of Private Law
(UNIDROIT). Harmonisasi adalah alat yang berguna dalam memberikan pilihan
netral hukum dalam menentukan keabsahan suatu kontrak dan melaksanakan
suatu kontrak serta menyelesaikan suatu sengketa.
c. Hukum yang berlaku untuk menafsirkan dan mengatur pembuatan kontrak
internasional didasarkan pada asas hukum perdata internasional yang berangkat,
berlandas pada prinsip locus regit actum, yang berisi hukum dari pembuatan suatu
kontrak (the proper law contract). Lex loci actus bermakna bahwa dalam
membuat kontrak lintas yurisdiksi, hukum yang berlaku adalah tempat pembuatan
perjanjian. Tempat terakhir dilaksanakan kontrak adalah suatu hal yang
dibutuhkan dalam terbentuknya suatu kesepakatan. Tidak ada kesatuan pendapat
mengenai tempat dilangsungkannya kontrak. Hal ini akan bergantung di hadapan
forum hakim di tempat mana perkara diajukan, yang kemudian akan memberi
kualifikasinya tersendiri. Namun demikian, sering kali ditemukan bahwa prinsip
klasik ini tidak mudah diterapkan dengan praktek pembuatan kontrak
internasional modern, terutama kepada pihak yang tidak selalu hadir bertatap
muka membentuk kontrak di suatu tempat (contract between absent persons).
Kemudahan teknologi membawa manusia berkontrak dengan semakin mudah,
sehingga penggunaan prinsip ini semakin sulit untuk dilakukan. Meski begitu,
dalam hal tertentu, prinsip ini masih dapat dilakukan, seperti pekan raya
perdagangan internasional. Dalam hal menentukan locus contractus pada
kondisi contract between absent persons/kontrak tanpa orang, dapat digunakan
jalan keluar melalui dua cara berikut ini:
- Teori Post-Box, contoh penggunaan teori ini misalnya Negara Anglo-Saxon.,
Teori ini menganut yang penting adalah tempat di mana seseorang menerima
tawaran dari pemberi tawaran, dan sejak itu tawaran itu tidak dapat ditarik
kembali. Kontrak dianggap terbentuk saat pihak yang menerima tawaran
mengirimkan penerimaannya.
- Teori Penerimaan, contoh penggunaannya dilakukan di negara civil law, di
mana penerimaan tawaran harus sampai ke pihak yang melakukan penawaran,
dan diterima. Penerimaan ini juga harus dinyatakan dan diketahui oleh orang
yang membuat tawaran.

2. Kaedah Hukum memaksa (mandatory rules) dalam kontrak internasional sering kali
menjadi kompleks, karena keberlakuannya tidak dapat dikesampingkan oleh
kesepakatan antar para pihak. Pemberlakuan mandatory rules seringkali menjadi
krusial dalam kontrak internasional, khususnya pada bidang-bidang kontrak yang
didasarkan atas kebebasan para pihak menentukan hukum yang berlaku atas kontrak
mereka. Pemberlakuan kaedah hukum memaksa bertujuan untuk menjaga ketertiban
umum. Hukum memaksa ini perlu dan tidak dapat dikesampingkan guna mencegah
penyelundupan hukum, yaitu kaedah-kaedah hukum asing kadang-kadang
dikesampingkan dan menggunakan hukum nasional atau sebaliknya untuk
keuntungan / tujuan tertentu. Misalnya: UU ketenagakerjaan Indonesia yang
mewajibkan pembayaran upah sekurang-kurannya (minimum) sesuai dengan indeks
Upah Minimum Regional yang berlaku di wilayah tertentu di Indonesia, dan
perusahaan serta pekerja dalam tingkat domestik tidak dapat membuat kontrak kerja
dengan pembayaran upah yang lebih rendah dari UMR, maka suatu kontrak kerja
yang bersifat internasional pun tidak dapat menyimpang dari UMR itu melalui
kesepakatan para pihak jika konrak kerja itu tunduk pada hukum Indonesia.

3. Lembaga hukum dapat saja dipersamakan dengan mortgage dengan penyesuaian atau
harmonisasi hukum. Artinya, dalam penerapan mortgage di Indonesia perlu tetap
memperhatikan dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di
Indonesia. Mortgage dianut oleh negara-negara yang menganut sistem hukum Anglo
Saxon/Common Law, sedangkan Indonesia sendiri menganut sistem hukum Eropa
Kontinental/Civi1 Law sekalipun tetap menerima pengaruh sistem hukum Anglo
Saxon/Common Law. Mortgage merupakan Hak Jaminan dalam sistem hukum Anglo
Saxon/Common Law yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menjadikannya sebagai jaminan ataupun menguasai atau memiliki obyek mortgage
termasuk mortgage itu sendiri, sehingga dalam transaksi Mortgage dapat dijual
kepada pihak lain melalui proses sekuritisasi (Mortgage Securitation). Pelaksanaan
Secondary Mortgage Facility (SMF) di Indonesia dapat dilaksanakan dalam
pembiayaan sekunder.

Anda mungkin juga menyukai