Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM HAL PENDAFTARAN JAMINAN

FIDUSIA OLEH LEASING PADA LEASING ADIRA FINANCE KOTA BINJAI

PROPOSAL TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh


Gelar Magister Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh

KANISHKA BULLER
NIM: 207005038

PASCA SARJANA
MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat dan

Karunia-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan tesis dengan judul

“Penerapan Asas Publisitas Dalam Hal Pendaftaran Jaminan Fidusia Oleh

Leasing Pada Leasing Adira Finance Kota Binjai” untuk memenuhi salah satu

syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar Magister

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulisan tesis ini telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan,

dukungan dan doa dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Prof Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara atas semua dukungan yang besar terhadap seluruh

mahasiswa/i demi kemajuan dan perkembangan pendidikan hukum di

lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ok. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakulas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum, selaku Ketua Magister Hukum Pasca

Sarjana Universitas Sumatera Utara.


6. Seluruh dosen dan staf administrasi pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah membimbing dan membantu penulis selama masa

perkuliahan.

7. Terimakasih Kepada Teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada

penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita

semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Medan, April 2021

Kanishka Buller
NIM: 207005038
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... .. 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

D. Manfaat Penulisan ................................................................... 7

E. Keaslian Penulisan.................................................................... 8

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi .................................. 11

G. Metode Penelitian .................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 21


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembiayaan merupakan suatu cara yang ditempuh untuk memudahkan

masyarakat mendapatkan atau memperoleh barang atau jasa yang dikehendaki.

Pembiayaan menjadi alternatif bagi sebagian kalangan masyarakat yang memiliki

dana yang terbatas. Melihat celah tersebut, kemudian saat ini mulai menjamur

berbagai bentuk perusahaan pembiayaan. Tentu saja hal ini menjadi keuntungan bagi

para nasabah karena akan memudahkan dalam memilih jenis perusahaan yang hendak

digunakan sesuai kebutuhan.1

Jenis-jenis perusahaan permbiayaan sendiri terdiri dari 6 (enam) bentuk

perusahaan pembiayaan yaitu sebagai berikut: 2

1. Leasing
2. Pembiayaan konsumen
3. Usaha kartu kredit
4. Anjak piutang
5. Perdagangan surat berharga
6. Modal ventura.

Perusahaan yang dimaksud dalam hal ini adalah leasing, karena dianggap

merupakan pembiayaan yang paling awam saat ini. Leasing menerapkan sistem

pembiayaan dengan kesepakatan hak milik suatu benda akan diberikan kepada suatu

1
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2010,
hal. 617
2
Aswin Dewantoro, “6 Jenis Lembaga Pembiayaan dan Contohnya”,
https://gopinjol.com/money/jenis-lembaga-pembiayaan/ diakses pada 22 Maret 2021

1
2

lembaga.3 Hal ini dimaksudkan sebagai jaminan apabila suatu saat debitur tidak dapat

memenuhi kewajibannya dalam pembayaran pembiayaan. Kemudian jenis jaminan

ini dikenal dengan istilah jaminan fidusia. Dalam hal ini, objek jaminan harus bisa

dijadikan alternatif sarana pelunasan utang dengan cara menjualnya secara lelang.

Hadirnya Jaminan Fidusia dalam praktek bisnis dan perdagangan sedikit

banyak telah memberikan solusi dan kemudahan bagi para calon nasabah (debitor

yang memerlukan dengan jaminan barang bergerak tanpa harus menyerahkan benda

jaminan kepada pihak kreditor. Jaminan fidusia lahir atas dorongan kebutuhan praktik

yang tidak bisa diakomodasi dengan lembaga jaminan gadai, kelemahan pada

jaminan gadai dimana barang jaminan harus diserahkan secara fisik ke tangan

kreditor menimbulkan kesulitan-kesulitan tersendiri terutama bagi barang-barang

yang diperlukan secara khusus oleh debitor dalam menunjang pekerjaan sehari-

harinya.4

Jaminan fidusia merupakan jaminan kepercayaan yang berasal dari adanya

suatu hubungan perasaan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya yang

mana mereka merasa aman, sehingga tumbuh rasa percaya terhadap teman

interaksinya tersebut, untuk selanjutnya memberikan harta benda mereka sebagai

jaminan kepada tempat mereka berhutang. Fidusia jaman romawi disebut juga

3
D.Y Witanto, Hukum Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen, Bandung,
Mandar Maju, 2015, hal. 6
4
Ibid, hal. 7
3

Fiducia Cum Creditore, artinya adalah penyerahan sebagai jaminan saja bukan

peralihan kepemilikan.5

KUH Perdata tidak diatur secara ekspilit di dalam KUH Perdata, dan

merupakan sesuatu yang lahir dari pelaksanaan asas kebebasan berkontrak yang

diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan

bahwa segala sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para pihak yang

membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Artinya

setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian apa saja baik yang sudah diatur

dalam undangundang maupun belum diatur dalam undang-undang, sehingga banyak

muncul perjanjian-perjanjian dalam bentuk baru yang menggambarkan maksud dan

kehendak masyarakat yang selalu dinamis.6

Lahirnya jaminan fidusia dilatarbelakangi kebutuhan dalam hal praktik

pembiayaan. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar

kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan

tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Hal tersebut di jelaskan dalam Pasal

1 angka (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 (selanjutnya di sebut Undang-

Undang Jaminan Fidusia atau UUJF secara bergantian). Jaminan fidusia adalah hak

jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan

benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

5
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung, Citra Aditya Bakti,
2002, hal. 64
6
Nurwidiatmo, Kompilasi Bidang Hukum Tentang Leasing, Jakarta, BPHN, 2011, hal. 2
4

Tanggungan (selanjutnya disebut undang-undang hak tanggungan) tetap berada

dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu,

yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap

kreditor lainnya.7

Perjanjian fidusia merupakan perjanjian tambahan atau accessoir yaitu

perjanjian yang muncul akibat adanya perjanjian pokok. Hal ini di jelaskan dalam

Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia bahwa jaminan fidusia merupakan

perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok bukan kewajiban bagi para pihak untuk

memenuhi suatu prestasi. Undang-Undang Jaminan Fidusia telah memberikan banyak

kenyamanan bagi para pelaku usaha di bidang pembiayaan, khususnya pada

pembiayaan konsumen (consumer finance) yang dalam kurun waktu satu dasawarsa

ini telah menjadi primadona di masyarakat. Segi kepraktisan dari lembaga jaminan

fidusia merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh jaminan kebendaan lainnya

seperti, Gadai, Hipotek dan Hak Tanggungan, karena selain pada umumnya jaminan

itu diikat pada benda yang menjadi objek pembiayaan, juga konsumen tidak perlu

melepaskan penguasaan benda tersebut kepada pihak kreditor seperti halnya pada

lembaga gadai.8

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dalam Pasal

11 menentukan bahwa benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan

guna memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan dan

7
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomer 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
8
D. Y. Witanto, Op.Cit, hal. 7
5

memberikan hak yang didahulukan (preferen) kepada penerima fidusia terhadap

kreditor yang lain. Ini disebabkan jaminan fidusia memberikan hak kepada penerima

fidusia untuk tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia berdasarkan

kepercayaan.9

Pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia saat ini menggunakan sistem

elektronik sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9

Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik.

Proses pendaftaran fidusia secara elektronik dilaksanakan oleh pejabat Notaris

biasanya ditunjuk oleh bank atau lembaga pembiayaan terkait. Maka dikeluarkannya

Surat Edaran Direktor Jendral AHU No. AHU.06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang

Pemberlakuan Sistem Administrasi Jaminan Fidusia Secara Elektronik dengan tujuan

untuk meningkatkan pelayanan jasa hukum pendaftaran jaminan fidusia kepada

masyarakat dengan mudah, cepat, murah dan nyaman.10

Dalam perjanjian jaminan fidusia, baik penerima fidusia maupun pemberi

fidusia menurut undang-undang jaminan fidusia sama-sama diberikan perlindungan

hukum, bagi pemberi perlindungan berupa adanya hak pakai atas benda jaminan, dan

wanprestasi pemberi jaminan tidak akan menyebabkan benda jaminan berubah hak

kepemilikannya. Dengan Undang-Undang Jaminan Fidusia maka, diberikannya hak

preferen atas piutangnya dan berlakunya asas droit de suite atas benda jaminan, bagi

9
Ni Wayan Indah Junyanitha, “Pendaftaran Fidusia Dalam Praktek Pemberian Kredit Pada
PT. Bank Perkreditan Rakyat Raga Jayatama di Batubulan Gianyar”, Bali, Jurnal Fakultas Hukum,
Universitas Udayana, 2015, hal. 4
10
Ni Wayan Erna Sari, “Pendaftaran Fidusia Online Pada Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Ham Provinsi Bali”, Bali, Jurnal Fakultas Hukum, Universitas Udayana, 2018, hal. 2
6

pihak ketiga asas publisitas dalam perjanjian jaminan fidusia akan memberikan

informasi terhadap benda-benda yang difidusiakan. Dengan kata lain akan menjadi

jaminan pelunasan utang debitor.

Walaupun demikian, masih ada saja perusahaan leasing melakukan

pelanggaran terhadap undang-undang jaminan fidusia diantaranya mereka melakukan

pendaftaran fidusia setelah debitur wanprestasi atau bahkan kreditur tidak

mendaftarkan obyek jaminan fidusia di kantor pendaftaran fidusia, dengan alasan

demi efisiensi dalam menghadapi persaingan dengan lembaga pembiayaan lainnya.

Dalam hal ini pihak kreditur sudah siap menanggung resiko jika terjadi kredit macet.

Hal ini tentu saja akan menjadi faktor penghambat perlindungan kepada debitor.

Melihat ketentuan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendaftaran jaminan

fidusia sangat penting bagi para pihak yang terlibat. Hal ini dapat memberikan

perlindungan hukum baik kepada kreditor maupun debitor. Dengan adanya jaminan

fidusia akan menjadi pegangan bagi kedua pihak apabila terjadi sengketa di kemudian

hari. Dalam pendaftaran jaminan fidusia tentu saja akan menjadi persoalan mengenai

para pihak yang dapat mengakses data fidusia. Hal ini kemudian yang berkaitan

dengan asas publisitas dalam pendaftaran jaminan fidusia.

Berdasarkan hal tersebut, maka dirasa perlu dilakukan penelitian yang

berkaitan dengan fungsi pendaftaran jaminan fidusia sebagai jaminan pelunasan

utang. Penelitian ini kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan tesis dengan judul:

“Penerapan Asas Publisitas dalam Hal Pendaftaran Jaminan Fidusia Oleh Leasing

Pada Leasing Adira Finance Kota Binjai.”


7

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang dan penegasan judul di atas, maka rumusan

masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi jaminan fidusia dalam pemberian pembiayaan

oleh perusahaan pembiayaan?

2. Bagaimana fungsi jaminan fidusia sebagai jaminan pelunasan utang dalam

pelaksanaan perjanjian pembiayaan pada Adira Finance Kota Binjai?

3. Bagaimana penerapan asas publisitas dalam hal pendaftaran jaminan

fidusia oleh leasing pada Leasing Adira Finance Kota Binjai?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi jaminan fidusia dalam pemberian

pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan.

2. Untuk menjelaskan fungsi jaminan fidusia sebagai jaminan pelunasan

utang dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan pada Adira Finance Kota

Binjai.

3. Untuk menjelaskan penerapan asas publisitas dalam hal pendaftaran

jaminan fidusia oleh leasing pada Leasing Adira Finance Kota Binjai.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis
8

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum

keperdataan, yang terkhusus berkaitan dengan penerapan asas publisitas dalam hal

pendaftaran jaminan fidusia oleh leasing.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadikan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan

mahasiswa, masyarakat, maupun pihak lainnya dalam penulisan-

penulisan ilmiah lainnya yang berhubungan.

b. Agar menambah pengetahuan kepada masyarakat berkaitan dengan

penerapan asas publisitas dalam hal pendaftaran jaminan fidusia oleh

leasing.

c. Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi atau materi dalam hal penerapan

asas publisitas dalam hal pendaftaran jaminan fidusia oleh leasing

yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan

beberapa Universitas yang ada di Indonesia baik secara fisik maupun online

khususnya Fakultas Hukum, tidak didapati bahwa judul tesis Penerapan Asas

Publisitas dalam Hal Pendaftaran Jaminan Fidusia Oleh Leasing Pada Leasing Adira

Finance Kota Binjai. Namun ada beberapa judul penelitian yang berkaitan dengan

jaminan fidusia, antara lain:


9

Mardiana Shanaza (2018) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

dengan judul penelitian Legalitas Hukum Atas Penarikan Kendaraan Bermotor Yang

Dilakukan Oleh Pihak Leasing Ditinjau Dari Peraturan Menteri Keuangan

No.130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

Pembiayaan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaturan pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan

kendaraan bermotor;

2. Akibat hukum atas penarikan kendaraan bermotor yang dilakukan pihak

leasing;

3. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen yang

mengalami penarikan kendaraan bermotor oleh pihak leasing

Indah Dwi Astuti (2018) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta dengan judul penelitian Perjanjian Pembiayaan dalam Bentuk Leasing

dengan Jaminan Fidusia dalam Perspektif Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009

Tentang Lembaga Pembiayaan Pada PT. Astra Credit Companies Surakarta. Adapun

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dasar hukum penarikan paksa kendaraan bermotor yang dilakukan debt

collector akibat debitur yang wanprestasi;

2. Upaya yang dapat ditempuh konsumen apabila gagal bayar;

3. Terjadinya penarikan paksa oleh debt collector.


10

Bambang Gunadi (2010) Fakultas Hukum Universitas Diponegoro dengan

judul penelitian Penjualan di Bawah Tangan Terhadap Jaminan Fidusia Sebagai

Penyelesaian Kredit Macet di PT. Bank Perkreditan Rakyat Naratama Bersada

Cabang Cikupa, Kabupaten Tangerang. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

adalah:

1. Pengertian perjanjian dan syarat- syarat sahnya suatu perjanjian kredit

perbankan.

2. Pengertian kredit, fungsi kredit dan faktor- faktor yang menyebabkan

terjadinya kredit macet pada kredit perbankan.

3. Pengertian jaminan fidusia dan pelaksanaan eksekusi terhadap jaminan

fidusia yang dilakukan dengan penjualan di bawah tangan di PT. Bank

Perkreditan Rakyat Naratama Bersada Cabang Cikupa, Kabupaten

Tangerang.

Penelitian yang dilakukan saat ini berjudul “Penerapan Asas Publisitas dalam

Hal Pendaftaran Jaminan Fidusia Oleh Leasing Pada Leasing Adira Finance Kota

Binjai”, dengan permasalahan tentang implementasi jaminan fidusia dalam pemberian

pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan, fungsi jaminan fidusia sebagai jaminan

pelunasan utang dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan pada Leasing Adira

Finance Kota Binjai dan penerapan asas publisitas dalam hal pendaftaran jaminan

fidusia oleh leasing pada Leasing Adira Finance Kota Binjai

Tesis ini belum ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan

ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan tulisan yang telah
11

dilakukan di Fakultas Hukum manapun. Maka dari itu, keaslian tesis ini dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun secara akademik.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori,

thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan,

pegangan teoritis.11 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan

pedoman/ petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.

Suatu undang-undang harus memberikan keadaan yang sama kepada semua

pihak dan juga memberikan perlindungan hukum yang seimbang, walaupun terdapat

perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut. Semua orang bersamaan

kedudukannya dan harus diperlakukan sama di depan undang-undang, apabila terjadi

perbedaan perlakuan hukum diantara orang-orang maka tujuan undang-undang untuk

memberikan keadilan, perlindungan hukum bagi semua orang. Teori yang digunakan

dalam penelitian adalah teori kepemilikan barang/benda. Menurut teori hak

kepemilikan terhadap suatu benda hak milik atas suatu benda mengikuti kemanapun

atau ditangan siapapun benda itu berada. Teori kepemilikan benda/barang ini dikenal

dengan istilah droit de suit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hak

kepemilikan dari suatu benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tetap melekat

berada di tangan pemiliknya (pemberi fidusia) sebagai kreditur sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan, meskipun benda tersebut tidak berada di tangan


11
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994, hal. 80
12

pemiliknya bahkan sekalipun benda/barang tersebut berada ditangan orang lain. Oleh

karena itu pemilik barang/benda yang sah tersebut perlu memperoleh perlindungan

hukum agar hak-haknya tidak dirugikan karena perlakuan yang tidak adil dari pihak

yang menguasai barang atau benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tersebut.

Hadjon perlindungan hukum meliputi 2 (dua) jenis bagi masyarakat yaitu :12

1. Perlindungan preventif dimana para pihak diberikan kesempatan


mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum akta perikatan
ditandatangani dihadapan notaris. Hal ini dimaksudkan untuk membuat
akta perikatan tersebut benar-benar mencerminkan suatu keadaan yang
seimbang dan proporsional serta memberikan perlindungan hukum kepada
para pihak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya setelah akta
perikatan jual beli tersebut ditandatangani.
2. Perlindungan hukum represif dimana perlindungan hukum tersebut
ditujukan untuk melakukan penyelesaian terhadap sengketa yang terjadi
diantara para pihak dalam pelaksanaan perjanjian perikatan jual beli
tersebut. Prinsip penyelesaian sengketa diutamakan dengan jalan
musyawarah mufakat sedangkan jalur litigasi merupakan suatu sarana
terakhir (ultimum remedium). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian
ini menyangkut perlindungan hukum terhadap kreditur pemegang hak
fidusia terhadap objek jaminan yang menjadi sitaan pengadilan karena
kasus tindak pidana pencucian uang.13

Dalam perjanjian kredit konsumen untuk produk mobil dengan sistem

perjanjian sewa beli, mobil sebagai objek jaminan fidusia masih merupakan milik

dari perusahaan pemberi kredit (kreditur) sampai debitur (konsumen penerima kredit)

melunasi seluruh angsuran yang telah diperjanjikan dalam perjanjian sewa beli mobil

tersebut. Setelah harga keseluruhan dari mobil tersebut dibayar lunas debitur

(penerima kredit) maka terjadilah momentum peralihan hak kepemilikan dari kreditur

12
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hal.57
13
Riswanto Anwar, Asas Keseimbangan dalam Suatu Perjanjian Timbal Balik, Jakarta, Citra
Ilmu, 2012, hal.7
13

(pemberi kredit) kepada debitur (penerima kredit) dengan ditandai pemberian

kwitansi tanda pelunasan, dokumen-dokumen yang terkait dengan mobil tersebut dari

kreditur kepada debitur.

Perjanjian sewa beli secara angsuran adalah suatu perjanjian yang

mengandung makna bahwa barang telah diserahkan kepada konsumen meskipun

harga barang tersebut belum dibayar lunas oleh konsumen tersebut. Namun hak

kepemilikan atas barang yang telah diserahkan oleh perusahaan pembiayaan selaku

kreditur kepada konsumen selaku debitur masih tetap berada ditangan kreditur hingga

harga barang tersebut dibayar lunas secara keseluruhan oleh konsumen. Momentum

peralihan hak kepemilikan atas barang dari kreditur kepada debitur dalam suatu

perjanjian sewa beli secara angsuran adalah dengan diberikannya kuitansi pelunasan

harga barang secara keseluruhan oleh perusahaan pembiayaan selaku kreditur kepada

konsumen selaku debitur.

Unsur-unsur fidusia dalam upaya pemberian hak jaminan kepada kreditur

bertujuan:

1. Sebagai agunan

2. Untuk kepentingan pelunasan tertentu

3. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia

terhadap kreditur lain dari pelunasan atau kewajiban debitur (pemberi

Jaminan Fidusia).

Menurut ketentuan yang terdapat dalam Pasal 24 UUJF No. 42 Tahun 1999

menyebutkan bahwa, “Penerima fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat


14

tindakan atau kelalaian pemberi fidusia baik yang timbul dari hubungan kontraktual

atau yang timbul dari perbuatan melanggar hukum sehubungan dengan penggunaan

dan pengalihan benda yang menjadi objek jaminan fidusia”. Dari ketentuan Pasal 24

UUJF No. 42 Tahun 1999 tersebut di atas dapat dikatakan bahwa penerima fidusia

tidak menanggung akibat atas perbuatan melanggar hukum dari pemberi fidusia

terhadap objek jaminan fidusia tersebut. Apabila ternyata dikemudian hari objek

jaminan fidusia yang diberikan oleh pemberi fidusia diperoleh dengan melanggar

ketentuan hukum pidana maka penerima fidusia tidak ikut menanggung akibat

apabila objek jaminan fidusia tersebut dirampas / disita oleh negara.

Permasalahan yang timbul adalah bagaimana kedudukan hukum objek

jaminan fidusia yang telah disita tersebut dan bagaimana pula perlindungan hukum

terhadap perusahaan pembiayaan selaku kreditur dimana objek jaminan fidusia yang

telah dirampas / disita oleh negara melalui putusan pengadilan tersebut yang masih

merupakan milik kreditur. Perampasan/penyitaan mobil yang merupakan objek

jaminan fidusia sekaligus juga merupakan objek perjanjian sewa beli yang belum

lunas pembayarannya oleh konsumen tersebut sangat merugikan pihak perusahaan

pembiayaan selaku kreditur karena objek jaminan fidusia yang disita oleh negara

melalui putusan pengadilan tersebut bukan merupakan milik konsumen selaku pelaku

tindak pidana pencucian uang.

2. Teori Konsep
15

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi

diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang

konkrit, yang disebut dengan operational defenition.14 Pentingnya definisi

operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran

mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar

secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan, yaitu :

1. Perlindungan hukum kreditur adalah segala upaya yang ditujukan untuk


memberikan perlindungan kepada kreditur pemegang jaminan fidusia atas
objek jaminan fidusia yang disita oleh negara (pengadilan) karena terkait
kasus tindak pidana pencucian uang.
2. Pemberi fidusia adalah perseorangan selaku debitur yang membeli secara
angsuran berupa mobil yang telah diikat dengan jaminan fidusia oleh
kreditur.
3. Pemegang hak fidusia adalah kreditur perusahaan berbadan hukum yang
memiliki tagihan piutang kepada debitur dalam suatu perjanjian kredit
mobil dengan sistem sewa beli.
4. Objek jaminan fidusia adalah benda bergerak berupa mobil yang telah
diikat dengan jaminan fidusia melalui suatu akta otentik notariil dan telah
didaftarkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Perjanjian pengikatan jaminan fidusia adalah suatu perjanjian pengikatan
barang bergerak berupa mobil sebagai objek jaminan fidusia yang
dilakukan oleh perusahaan pembiayaan dengan menggunakan akta notaris
dimana pemberi fidusia adalah konsumen selaku debitur dan penerima
fidusia adalah perusahaan pembiayaan selaku kreditur dengan tujuan
sebagai jaminan hutang dan jaminan pelunasan hutang debitur apabila
debitur tak mampu membayar hutangnya.
6. Akta Jaminan Fidusia adalah akta Notaris yang berisikan pemberian
Jaminan Fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan
piutangnya.

14
Sutan Reny Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para
Pihak Dalam Perjanjian Kredit di Indonesia, Jakarta, Institut Bankir Indonesiai, 1993, hal. 10
16

7. Penyitaan adalah suatu penyitaan objek jaminan fidusia oleh negara


melalui suatu putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap karena terkait dengan kasus tindak pidana pencucian uang.
8. Jaminan yang menjadi sitaan adalah objek jaminan fidusia berupa 1 (satu)
unit mobil jenis Ferrari Scuderia yang disita oleh negara melalui putusan
pengadilan karena dana pembeliannya terkait dengan kasus tindak pidana
pencucian uang.

G. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran

secara sistematis, metode, dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan

analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah. Oleh karena

penelitian merupakan suatu sarana (ilmiah) bagi pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, maka metode penelitian yang diterapkan harus senantiasa disesuaikan

dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.15 Penulisan tesis ini, menggunakan

metode penulisan sebagai berikut:

1. Spesifikasi Penelitian

a. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh suatu pembahasan sesuai dengan apa yang terdapat

didalam tujuan penyusunan bahan analisis, maka dalam penulisan tesis ini

menggunakan jenis penelitian empiris, digunakan untuk memberikan pemahaman

bahwa hukum bukan semata-mata sebagai perangkat perundang-undangan yang

bersifat normatif belaka, melainkan hukum harus dilihat sebagai perilaku masyarakat

15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta, Rajawali Pers, 1990, hal. 1
17

yang menggejala dalam kehidupan masyarakat. Berbagai temuan di lapangan yang

bersifat individual atau kelompok akan dijadikan bahan utama dalam mengungkapkan

permasalahan yang diteliti dengan berpegang pada ketentuan yang berlaku.16

b. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tesis ini adalah bersifat deskriptif yaitu penelitian yang

menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan serta menganalisa suatu peraturan

hukum.17

c. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendakatan yuridis yang mengambil isu dari

hukum sebagai sistem norma yang digunakan untuk memberikan “justifikasi”

preskriptif tentang suatu peristiwa hukum.18

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Adira Finance Kota Binjai. Responden dalam hal

ini adalah pegawai Adira Finance Kota Binjai yang berkaitan dengan pendaftaran

jaminan fidusia.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting

dalam penulisan tesis, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data yang

selanjutnya bisa dipergunakan untuk analisa sesuai yang diharapkan berkaitan dengan

16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Pers, 2010, hal. 45
17
Ibid, hal. 6
18
Mukti Fajar, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 1999, hal. 36
18

hal tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden, bukan

dari bahan kepustakaan.19 Dalam tesis ini dilakukan wawancara terhadap staf dan

pegawai yang bekerja di leasing Adira Finance Kota Binjai. Sistem wawancara yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, artinya

terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai pedoman tetapi masih

dimungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi pada saat

wawancara dilakukan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan, bukan dari

responden langsung.20 Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan-bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif

yang artinya mempunyai otoritas, bahan hukum primer ini terdiri dari

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

perundang-undangan dan putusan-putusan hakim, dalam penelitian ini

bahan hukum primer yang digunakan antara lain: Undang-Undang Nomor

42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan

19
Anshari Siregar, Tampil, Metode Penelitian Hukum, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2005,
hal. 74
20
Ibid, hal.74
19

Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik, Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, dan Kitab Undang-Undang Hukum dagang.

2) Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu berupa publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen resmi, meliputi buku-buku teks, jurnal hukum,

kamus hukum, komentar-komentar dan putusan pegadilan21, bahan hukum

yang digunakan dalam penulisan tesis ini meliputi:

a) Buku-buku yang membahas tentang jaminan fidusia

b) Buku-buku yang membahas tentang pembiayaan

c) Buku-buku yang membahas tentang leasing

3) Bahan Hukum tersier yang terdiri dari kamus dan internet.

4. Teknik Analisa Data

a. Studi Dokumen

Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa Studi Kepustakaan atau

Studi Dokumen (Documentary Study). Studi kepustkaan merupakan teknik

pengumpulan data dengan menelaah bahan-bahan pustaka yang telah tersedia.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan sistem wawancara terpimpin. Artinya

dilakukan dengan menyiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu.

c. Dokumentasi

21
Ibid, hal. 141
20

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen pada

Adira Finance Kota Binjai yang berkaitan dengan pendaftaran jaminan

fidusia.

5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode induktif yaitu suatu cara penelitian

yang menghasilkan data deskriptif analisis.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Anwar, Riswanto. 2012. Asas Keseimbangan dalam Suatu Perjanjian Timbal
Balik, Jakarta, Citra Ilmu
Fajar, Mukti. 1999. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Lubis, M. Solly. 1994. Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju
Muhammad, Abdulkadir. 2010. Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung, Citra
Aditya Bakti
Nurwidiatmo. 2011. Kompilasi Bidang Hukum Tentang Leasing, Jakarta, BPHN
Satrio, J. 2002. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung,
Citra Aditya Bakti
Siregar, Anshari. 2005. Tampil, Metode Penelitian Hukum, Medan, Pustaka
Bangsa Press
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 1990. Penelitian Hukum Normatif-Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta, Rajawali Pers
Soekanto, Soerjono. 2010. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Pers
Soeroso, R. 2008. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika
Witanto, D.Y. 2015. Hukum Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan
Konsumen, Bandung, Mandar Maju

B. Jurnal

Junyanitha, Ni Wayan Indah. 2015. “Pendaftaran Fidusia Dalam Praktek


Pemberian Kredit Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Raga Jayatama di
Batubulan Gianyar”, Bali, Jurnal Fakultas Hukum, Universitas Udayana
Sari, Ni Wayan Erna. 2018. “Pendaftaran Fidusia Online Pada Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Ham Provinsi Bali”, Bali, Jurnal Fakultas
Hukum, Universitas Udayana
Sjahdeini, Sutan Reny. 1993. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang
Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit di Indonesia, Jakarta,
Institut Bankir Indonesia

21
22

C. Internet
Dewantoro, Aswin. “6 Jenis Lembaga Pembiayaan dan Contohnya”,
https://gopinjol.com/money/jenis-lembaga-pembiayaan/ diakses pada 22
Maret 2021
D. Perundang- undangan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

Anda mungkin juga menyukai