MAKALAH
Disusun Oleh :
SAKA PUTRA GRAH HUTAMA
E2B023013
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Jaminan fidusia sebagai salah satu jaminan kebendaan yang diakui
dalam sistem hukum di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dimana lahirnya undang-
undang tersebut karena beberapa alasan, yakni sebagai berikut :
1. Bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia
usaha atas tersedianya dana, perlu diimbangi dengan adanya ketentuan
hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga
jaminan
2. Bahwa jaminan Fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan
sampai saat ini masih didasarkan pada yurisprudensi dan belum diatur
dalam peraturan perundang-undangan secara lengkap dan komprehensif
3. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu
pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta
mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang
berkepentingan, maka perlu dibentuk ketentuan yang lengkap mengenai
Jaminan fidusia dan jaminan tersebut perlu didaftarkan pada Kantor
Pendaftaran fidusia (Konsideran Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia).1
Jaminan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kegiatan
ekonomi pada umumnya, karena dalam pemberian pinjaman modal dari
lembaga keuangan (baik bank maupun bukan bank) mensyaratkan adanya
suatu jaminan, yang harus dipenuhi para pencari modal kalau ia ingin
mendapatkan pinjaman/tambahan modal (berupa kredit) tersebut baik untuk
jangka panjang maupun jangka pendek.
Secara umum, hukum jaminan yang objeknya benda bergerak, debitur
tidak bisa mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain
benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia kecuali yang merupakan benda
persediaan inventory, tapi khusus untuk bentuk Jaminan Fidusial tersebut
diperbolehkan dengan ketentuan harus diberitahukan atau mendapat
1
Rosiani Niti Pawitri, Budi Setiyanto, “Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pengalihan Objek
Jaminan Fidusia Terhadap Pihak Lain Tanpa Persetujuan Tertulis Dari Penerima Fidusia”,
Recidive Vol. 3 No. 3 September-Desember 2014.
2
2
Kulas, F. A. (2020). Dasar Tuntutan Pidana Dalam Sengketa Jaminan Fidusia Menurut Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999.Lex Privatum,8(1).
3
Octavianus, A. (2017). Hak Debitur Atas Objek Jaminan Fidusia Sebagai Hak Kebendaan
Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.LEX CRIMEN,6(10).
4
Faizal Pratama Febriansyah*, Purwoto, dan R.Suharto “Tinjauan Yuridis Kasus Pengalihan
Barang Jaminan Fidusia Dari Sudut Hukum Pidana (Studi Kasus Pengadilan Negeri Jepara
No.320/Pid.Sus/ 2011/Pn.Jpr Jo No.101/Pid/2012/ Pt.Smg Jo No.1160 K/Pid.Sus/ 2012),
Diponegoro Law Review, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website : http://www.ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
3
B. Rumusan Masalah
C. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yuridis normatif. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri mamudji
menyebutkan bahwa penelitian hukum normatif atau penelitian hukum
kepustakaan adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder belaka.5
Sedangkan menurut Jonny Ibrahim menyebutkan bahwa
penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang difokuskan untuk
mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum
positif.6
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analitis. Rony Hanitijo memberikan pendapatnya bahwa
deskriptif analitis yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan
hukum positif yang menyangkut permasalahan dalam penelitian ini.7
3. Sumber Data
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji berpendapat bahwa dalam
penelitian hukum pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh
secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka. Yang
diperoleh dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan yang
diperoleh dari bahan-bahan pustaka dinamakan data sekunder.8
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011, “Penelitian Hukum Normatif Suatu Tindakan
Singkat”, Jakarta , PT. Rajagrafindo Persada, Cet 13, hlm. 13-14.
6
Jonny Ibrahim, 2012, “Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif”, Malang ,
Bayumedia Publishing, Cet. 4, hlm 295.
7
Rony Hanitjo, 1999, “Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri”, Jakarta, PT. Ghalia
Indonesia, hlm 13
8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, loc.cit.hlm 15
5
9
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006,Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja
Grafindo, hlm. 68.
6
10
Jonny Ibrahim. Op.Cit, hlm 297
7
Dalam Eksepsi
Bahwa Turut Tergugat menolak seluruh maksud dan dalil-dalil gugatan
Penggugat, kecuali yang secara tegas dibenarkan dalam surat jawaban ini;
Bahwa gugatan yang diajukan Penggugat kurang pihak atau setidaktidaknya
gugatan Penggugat subyek hukumnya tidak lengkap dan tidak sempurna:
a. Bahwa dalam perkara ini yang menjadi pihak hanyalah Bambang
Sutrisna mengikutsertakan Djunaedi bin Djumadi (i.c. pemilik DJ
Motor) dan CV Surya Indah Pratama yang masing-masing sebagai
Tergugat;
b. Bahwa sangat beralasan dan berdasar hukum apabila Djunaedi bin
Djumadi dan CV Surya Indah Pratama masing-masing dijadikan pihak
dalam perkara ini;
Bahwa Djunaedi bin Djumadi haruslah diikutkan sebagai pihak dalam
perkara ini, karena Turut Tergugat membeli mobil Kijang Innova G Silver
Metalik tahun 2006 No. Polisi: H 8428 PG ini dari Djunaedi bin Djumadi
secara kontan, bukannya dari Penggugat maupun Tergugat.
Bahwa dengan keadaan seperti tersebut di atas adalah sangat beralasan
apabila Djunaedi bin Djumadi harus diikutkan pula sebagai pihak dalam
perkara ini, hal ini pun telah sangat jelas dan tegas tercantum dalam putusan
perkara pidana No. 890/Pid/B/2006/PN.Smg, atas nama Terdakwa Djunaedi
bin Djumadi dan putusan perkara pidana No. 887/Pid/B/2007/PN.Smg, atas
nama Terdakwa Bambang Sutrisna (Tergugat), di mana Penggugat (PT BII
Finance Center Cabang Semarang) juga menjadi saksi;
Bahwa CV Surya Indah Pratama harus diikutkan pula sebagai pihak dalam
perkara ini, karena dalam dalil gugatan Penggugat disebutkan bahwa
Tergugat membeli mobil Kijang Innova G Silver Metalik tahun 2006 No.
10
Polisi: H S428 PG ini dari CV Surya Indah Pratama (lihat dalil gugatan
Penggugat pada angka 2);
pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak
menurut selayaknya. Wanprestasi menurut subekti yaitu wanprestasi
(kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa empat jenis, yaitu:
1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sesuai seperti yang
dijanjikan.
3) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya
Menurut Pasal 1238 KUH Perdata menyebutkan bahwa “Debitur
dinyatakan lalai dengan surat perintah atau dengan akta sejenis itu, atau
berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan”.
Sehingga Perbuatan yang dilakukan oleh Bambang Sutrisna
(Tergugat) patut dinyatakan telah melakukan cidera janji terhadap PT.BII
Finance Center, karena bambang sutrisna pada saat memasuki bulan ketiga
tidak memenuhi kewajibannya yaitu tidak membayar angsuran mobil
tersebut, sehingga bambang sutrisna telah menyalahi aturan surat
kesepakatan bersama, yang mengakibatkan Bambang Sutrisna diharuskan
mengembalikan mobil Toyota Kijang Innova atau yang disebut objek
jaminan fidusia ini kepada PT.Bii Finance Center (Penggugat).
Jaminan Fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek
Jaminan Fidusia dikarenakan debitur cedera janji atau tidak memenuhi
prestasinya tepat waktu kepada kreditur. Dalam UUJF sudah ditentukan
bahwa cara melakukan eksekusi Jaminan Fidusia adalah dengan
pelaksanaan titel eksekutorial, parate eksekusi, dan penjualan benda
Jaminan Fidusia secara dibawah tangan. Dalam pelaksanaan titel
eksekutorial oleh penerima fidusia yang dimaksud dengan titel eksekutorial
(alas hak eksekusi), yaitu tulisan yang mengandung kesetaraan dengan
pelaksanaan putusan pengadilan, yang memberikan dasar untuk melakukan
penyitaan dan lelang sita executorial verkoop tanpa perantara hakim .
Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) dan (2) UUJF yang menyatakan
bahwa Sertifikat Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang
sama dengan putusanpengailan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap,kreditur sebagai penerima fidusia mempunyai hak untuk melakukan
titel eksekutorial terhadap benda Jaminan Fidusia dengan menggunakan
Sertifikat Jaminan Fidusia apabila debitur wanprestasi atau cidera janji dan
kreditur juga mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek
Jaminan Fidusia atas persetujuan pemberi fidusia atau dengan bantuan
pengadilan negeri. Parate eksekusi merupakan eksekusi yang dilaksanakan
sendiri oleh pemegang hak jaminan tanpa melalui bantuan atau campur
tangan dari pihak pengadilan sehingga prosedurnya lebih mudah dengan
tujuan agar kreditur dapat memperoleh pelunasan piutangnya dengan lebih
cepat.Hal ini juga berdasarkan Pasal 15 ayat (3) UUJF yang menyatakan
apabila debitur cidera janji kreditur sebagai penerima fidusia mempunyai
hak untuk menjual benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas
kekuasaannya sendiri. Hak untuk menjual objek Jaminan Fidusia atas
kekuasaan sendiri merupakan perwujudan dari Sertifikat Jaminan Fidusia
mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak untuk
melaksanakan ketetapan tersebut.17
17
Rilla Rininta Eka Satriya, “Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Oleh Debitur Tanpa
Persetujuan Krediturdalam Perjanjian Kredit Bank”, Jurnal Hukum.
23
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan baik pembahasan pertama
maupun kedua dapat penulis simpulkan, bahwa putusan hakim pada putusan
MA Nomor : 2492 K/Pdt/2010 yang berbunyi :
M E N G A D I L I:
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT BII
FINANCE CENTER tersebut;
Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Semarang No.
263/Pdt/2009/PT.Smg, tanggal 26 Oktober 2009;
MENGADILI SENDIRI:
Dalam Konvensi:
A. Dalam Eksepsi:
Menolak eksepsi Turut Tergugat tersebut untuk seluruhnya;
B. Dalam Pokok Perkara:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2. Menyatakan Penggugat (PT BII Finance Center Cabang Semarang)
adalah pemilik yang sah atas kendaraan bermotor roda empat
Toyota Kijang Innova G warna Silver MTL tahun 2006 Nomor
Rangka: MHFXW42G462061707, Nomor Mesin: 1TR6215994,
Nomor Polisi: H 8428 PG, BPKB dan STNK atas nama Bambang
Sutrisna;
25
Dalam Rekonvensi:
Menolak gugatan rekonvensi dari Penggugat Rekonvensi tersebut
untuk seluruhnya;
Putusan tersebut telah sesuai, karena Bambang sutrisna telah lalai atau
cidera janji atau wanprestasi tidak melakukan kewajibannya yaitu membayar
anggsuran kredit mobil pada anggsuran bulan ketiga serta ditemukan fakta
hukum ternyata Bambang Sutrisna telah mengalihkan objek jaminan fidusia
kepada Dra. Nita Ernawati tanpa sepengetahuan dan sepersetujuan dari pihak
leasing, sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Bambang Sutrisna
telah menyalahi ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata dan ketentuan Pasal 23
ayat (2) Undang-Undang 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
F. DAFTAR PUSTAKA
Buku Literatur :
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tindakan Singkat. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Elsi Kartika Sari, dan Advendi Simanunsong. 2008. Hukum dalam Ekonomi
Edisi 2. Jakarta : Gramedia Widyasarana Indonesia.
Jurnal Hukum :
Peraturan Perundang-undangan :
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia