Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERMASALAHAN PENCAIRAN KLAIM SURETY BOND AKIBAT

PRINCIPAL YANG WANPRESTASI PADA PERJANJIAN PEMBORONGAN


BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN YANG DIKELUARKAN OLEH
PERUSAHAAN ASURANSI
(Studi di PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia Cabang Madura)

Siti Aminah
sitiaminahh24@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Arief Suryono
arsur15@yahoo.co.id
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
This article aims to determine the claims disbursement problems Surety Bond issued by PT (Persero)
Asuransi Kredit Indonesia Branch Madura, Principal as a result of the default in the building chartering
agreements as a form of guarantee in protecting the interests of the obligee or the Service User Works
Building Works. This study is a descriptive empirical law with a qualitative approach, the type of data used
is primary data obtained directly from the test site and the data obtained sekuder dai library materials.
The data collection technique used is the library to study the document or material and interviews with
interactive model as data analysis techniques. Based on the results of research problems arising from
the melting of claims Surety bond is that the melting of the claim is conditional it is not in accordance
with the arrangements disbursement claims contained in Presidential Decree No. 4 of 2015, and other
problems as a result of melting of the claims, there is a problem regarding the recovery or the right to
sue through subrogation whose setting is different from that contained in the insurance subrogation.
Keyword: Surety Bond, Disbursement Claims, Legal issues

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan pencairan klaim Surety Bond yang dikeluarkan
oleh PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia Cabang Madura sebagai akibat Principal yang wanprestasi
dalam perjanjian pemborongan bangunan sebagai bentuk penjaminan dalam melindungi kepentingan
Obligee atau Pengguna Jasa dalam Pekerjaan Pemborongan Bangunan. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, jenis data yang digunakan
adalah data primer yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian dan data sekuder yang diperoleh
dai bahan kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen atau bahan
pustakan dan wawancara, dengan model analisis interaktif sebagai teknik analisis data. Berdasarkan
hasil penelitian permasalahan yang timbul dari pencairan klaim Surety bond adalah bahwa pencairan
klaim bersifat conditional hal ini tidak sesuai dengan pengaturan pencairan klaim yang terdapat dalam
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015, kemudian permasalahan lain sebagai akibat pencairan klaim,
terjadi permasalahan mengenai recovery atau hak tuntut melalui subrogasi yang pengaturannya berbeda
dengan subrogasi yang terdapat dalam asuransi.
Kata Kunci: Surety Bond, Pencairan Klaim, Permasalahan Hukum

A. Pendahuluan Keberadaan infrastruktur fisik sangat ber-


Infrastruktur fisik merupakan unsur yang pengaruh besar pada keberhasilan dan kemajuan
sangat vital yang berperan di masyarakat sebagai pada suatu masyarakat. hal ini didukung dari
penghubung dan penyedia yang memfasilitasi pendapat Ronald Hudson yang menyatakan
berbagai kebutuhan primer masyarakat. bahwa keberhasilan dan kemajuan kelompok

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 53


masyarakat tergantung pada inftastruktur fisik bisa meminta adanya sebuah surat jaminan
karena infrastruktur fisik berperan penting dalam hal kepada Bank, Penyedia Jasa disyaratkan untuk
pendistribusian sumber daya dan pelayanan publik. penyerahan jaminan atau collateral terlebih
kualitas dan efisiensi infrastruktur mempengaruhi dahulu. persyaratan adanya jaminan dalam
keberlanjutan kegiatan perekonomian dan bisnis lembaga perbankan tentu tidak ada hambatan
(Retno Tri Nalarsih, 2007: 26). apapun untuk kontraktor atau Penyedia Jasa
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, agar memiliki modal besar, sedangkan untuk kontraktor
pembangunan tersebut berhasil dengan baik yang memiliki modal kecil tentu saja mengalami
dalam pelaksanaan pembangunan fisik maka hambatan yang sulit apabila dia tidak bisa
diperlukan peran pemerintah yang bertanggung memberikan surat jaminan.
jawab dalam melaksanakan pembangunan, Berdasarkan dari hal tersebut pemerintah
namun dalam melaksanakan pembangunan tetap memberikan kebijakan untuk memberikan alternatif
diperlukan adanya keterlibatan dari masyarakat lain kepada Penyedia Jasa dengan penggunaan
dalam hal ini pihak swasta yaitu kontraktor Produk Surety Bond yang kewenangannya
atau pemborong. Hubungan kerjasama dalam dikeluarkan oleh perusahaan asuransi.
melaksanakan pembangunan tersebut lazim Tujuan pemerintah memberikan kewenangan
dilakukan dalam bentuk pemborongan, karena perusahaan asuransi untuk menerbitkan Surety
dengan menggunakan sistem pemborongan ini bond adalah untuk memperluas jaminan yang
dirasakan akan lebih efektif dan efisien untuk dapat digunakan oleh penyedia jasa dengan
mempercepat dalam mengadakan bangunan yang memberikan pilihan alternatif untuk pekerjaan
diperlukan. pemborongan, sehingga para penyedia jasa
Pengaturan secara umum perjanjian pembo- mempunyai kesempatan untuk menggunakan
rongan diatur dalam dalam Kitab Undang Undang jaminan yang menurutnya lebih murah biayanya.
Hukum Perdata (KUH Perdata), pada Pasal 1601 Tujuan lain adalah untuk menciptakan pasar
huruf (b) yang berbunyi: jaminan yang lebih kompetitif sehingga tidak
“Pemborongan pekerjaan adalah perjanjian, dimonopoli oleh pihak perbankan saja dan
dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mendorong pemberian pelayanan yang lebih
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan baik, serta memberi kesempatan kepada penyedia
suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak jasa yang mempunyai kemampuan teknis yang
yang memborongkan, dengan menerima baik namun kekurangan modal kerja. Terakhir
suatu harga yang ditentukan”. dengan menunjuk perusahaan asuransi sebagai
pengelola Surety bond diharapkan insurance
Sedangkan pengaturan khusus tentang minded di kalangan penyedia jasa dan masyarakat
perjanjian pemborongan dalam hal ini perjanjian akan semakin bertambah besar (J Tinggi Sianipar,
pengadaan barang jasa yang diatur dalam 2000: 2).
peraturan-peraturan khusus yang dibuat oleh
Akan tetapi dalam pelaksanaan Surety
pemerintah sebagaimana yang telah beberapa
bond masih menimbulkan suatu permasalahan
kali diubah yaitu Peraturan Presiden Nomor 4
dikarenakan lamanya dalam proses pencairan
tahun 2015 (Pepres No 4 tahun 2015) tentang
klaim dan akibat yang ditimbulkan, maka dari itu
Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden
perlu adanya kajian yang lebih dalam mengenai
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
permasalahan yang terdapat dalam pencairan
Barang/Jasa Pemerintah.
klaim Surety bond.
Di dalam suatu perjanjian pemborongan, pada
umumnya pihak Pengguna Jaasa akan meminta
surat jaminan dari pihak Penyedia Jasa yang isinya B. Metode Penelitian
untuk menyatakan kesanggupan pihak Penyedia Penelitian ini merupakan jenis penelitian
Jasa bahwa ia akan melaksanakan pekerjaan hukum empiris yang besifat deskriptif dengan
tersebut sesuai dengan yang diperjanjikan dalam pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian bertempat
kontrak. Hal ini merupakan tindakan antisipasi di PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia Cabang
apabila Penyedia Jasa wanprestasi pada saat Madura Jalan Jingga No 34 A Baturambat,
melaksanakan pekerjaanya. Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur.
Jaminan yang disyaratkan dalam Perjanjian Jenis data yang digunakan adalah data primer
Pemborongan Bangunan umunya dapat yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian
dikeluarkan oleh Lembaga Keuangan Bank dan data sekunder yang diperoleh dari bahan
dan Lembaga Keuangan Non Bank dalam hal kepustakaan, sedangkan sumber data yang
ini perusahaan asuransi. akan tetapi untuk dapat digunakan adalah primer dan sumber data

54 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


skunder yang diperoleh dari bahann hukum 1. Permasalahan Pencairan Klaim Surety
primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan Bond yang dikeluarkan oleh PT (Persero)
data yang digunakan adalah wawancara dan studi Asuransi Kredit Idonesia Cabang Madura
dokumen atau bahan pustaka.
Kasus Posisi:
CV Surya bersinar yang berkedudukan
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan sebagai Penyedia Jasa dan salah satu peserta
Dalam pelaksanaan pekerjaan pemborongan tender Pemborongan Bangunan berhasil
bangunan kemungkinan untuk timbulnya suatu memenangkan tender yang diselenggarakan
wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak oleh PKK Dinas Kesehatan Kabupaten
dalam perjanjian sangat besar kemungkinannya. Pamekasan untuk pembangunan sarana air
Dalam keadaan demikian berlakulah ketentuan- minum di dua tempat yaitu di Desa ambat
ketentuan yang wajib dipenuhi yang timbul akibat dan Desa tlanakan, Kabupaten Pamekasan,
wanprestasi, yaitu kemungkinan pemutusan Jawa Timur .
perjanjian, pengganti kerugian atau pemenuhan Ber d as ar k an k o n t r ak k er j a ya n g
(Sri Soedewi Masjhoen, 1982 : 82). b er n o m o r k an 0 5 0 / 8 2 . 2 5 . 2 2 / 4 3 2 . 3 0 1 /
Munculnya wanprestasi sudah diawali dengan PKK/2015 Nilai kontrak yang ditentukan untuk
perikatan atas perjanjian yang dibuat oleh pembagunan sarana air minum di desa
para pihak. Dalam wanprestasi seseorang ambat adalah sebesar Rp 269.285.000 (dua
yang dianggap melakukan wanprestasi dapat ratus enam puluh sembilan dua ratus delapan
dikategorikan dalam empat hal berupa: puluh lima ribu rupiah) dan nilai kontrak yang
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan ditentukan untuk pembagunan air minum di
dilakukannya; desa tlanakan sebesar Rp 269.037.000 (dua
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi ratus enam puluh sembilan tiga puluh tujuh
tidak sebagaimana mestinya; ribu rupiah) dengan masing-masing jangka
waktu 70 hari sejak tanggal 15 Oktober
3. Melakukan apa yang diperjajikan tetapi
2015. Dari nilai kontrak untuk desa tlanakan
terlambat;
sebesar Rp 269.037.000 telah tertulis di
4. Melakukan sesuatu yang menurut
dalam perjanjian pokoknya antara CV Surya
perjanjian tidak boleh dilakukannya (Subekti,
bersinar selaku Principal dan PKK dari Dinas
1996: 45).
Kesehatan Kabupaten Pamekasan sebagai
Salah satu bentuk akibat hukum yang ditim- Obligee, bahwa yang dijaminkan dalam uang
bulkan apabila Principal melakukan Wanprestasi muka adalah sebesar 30 persen dari nilai
dalam perjanjian pemborongan bangunan adalah kontrak yaitu sebesar Rp 80.711.100 (delapan
ganti kerugian sebagai akibat dari pemutusan puluh juta tujuh ratus sebelas ribu seratus
kontrak yang dilakukan karena kesalahan rupiah) untuk pembangunan sarana air
Penyedia Barang/Jasa. hal ini telah diatur di dalam minum di desa tlanakan kecamatan tlanakan
Pasal 93 ayat (2) Pepres Nomor 4 tahun 2015 : dengan tanggal terbit advance payment bond
1. Jaminan Pelaksanaan dicairkan; pada tanggal 27 Oktober 2015. Sedangkan
untuk nilai kontrak desa ambat sebesar Rp
2. Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia
269.285.000 (dua ratus enam puluh sembilan
Barang/Jasa;
dua ratus delapan puluh lima rupiah) dan
3. Penyedia Barang/Jasa membayar denda
total nilai jaminan uang mukanya sebesar
keterlambatan; dan
Rp 80.785.500 (delapan puluh tujuh ratus
4. Penyedia Barang/Jasa dimasukan dalam delapan puluh lima ratus rupiah) untuk desa
Daftar Hitam. Sehubungan dengan Point 1 ambat kecamatan tlanakan.
dalam Pasal 93 ayat (2) mengenai Pencairan
Sesuai kesepakatan dari perjanjian
Jaminan Pelaksanaan penulis akan pemborongan tersebut dalam kontrak peker-
menjelaskan penyelesaian pencairan klaim jaan pembangunan sarana air minum Desa
akibat wanprestasinya Principal melalui kasus Tlanakan dan Desa Ambat Kecamatan
wanprestasi yang pernah dialami oleh PT (Persero) Tlanakan hanya diberi waktu selama 70 hari
Asuransi Kredit Indonesia Cabang Madura dalam kalender untuk menyelesaiakan pembangunan
Surety Bond. berlaku saat perjanjian ditandatangani. namun

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 55


dalam pelaksanaanya CV Surya bersinar tidak tidak memperbaiki kelaliannya dalam
melakukan prestasi kerja sebagaimana yang jangka waktu yang telah ditetapkan;
diprerjanjikan dengan PKK Dinas Kesehatan 5) Penyedia Barang/Jasa terbukti melaku-
Kabupaten Pamekasan. Hal ini terlihat dari kan KKN, kecurangan, dan/atau pemal-
Progress kerja CV Surya Bersinar yang suan dalam proses Pengadaan yang
dinilai sangat lambat dalam menyelesaikan diputuskan oleh instansi yang berwenang;
pekerjaan. Hal ini terlihat dalam pekerjaannya dan/atau
tidak ada peningkatan progress kegiatan 6) Pengaduan tentang penyimpangan prose-
pengeboran, pekerjaan fisik hanya mencapai dur, dugaan KKn, dan/atau pelanggaran
kurang lebih 7% dari target progress 85% . persaingan sehat dalam pelaksanaan
Dalam kasus pencairan klaim Surety Pengadaan Barang.Jasa dinyatakan
bond ini, klaim dapat terjadi dikarenakan benar oleh instansi yang berwenang.
Principal tidak memenuhi kewajiban sesuai
dengan yang diperjanjikan dalam kontrak
Sehubungan dengan hal tersebut bahwa
yakni tidak sesuainya waktu pelaksanaan
PPK Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan
pekerjaan dengan prestasi yang dikerjakan
atau yang disebut Obligee telah memberikan
oleh Principal, dengan kata Principal telah
surat teguran berdasarkan surat nomor
melakukan wanprestasi dalam perjanjian
440.1/177.18L/432.301/2015 tanggal 17
pemborongan pembangunan air minum di
November 2015 perihal surat teguran I,
Desa Tlanakan dan di Desa Ambat.
surat teguran II, dan surat teguran III
Dalam hal terjadinya wanprestasi oleh tanggal 14 Desember 2015, akan tetapi
Principal lazimnya di dalam perjanjian dari ketiga surat teguran yang ditujukan
pemborongan dapat dikatakan bahwa kepada CV Surya Bersinar tetap tidak segera
pemberi tugas atau Obligee terlebih dahulu melakukan langkah-langkan percepatan
memberikan teguran agar Principal atau untuk menyelesaikannya sesuai dengan point
pemboron g m e menuhi kewaji bann ya 3 Pasal 91 ayat (1), sehingga dari penilaian
sebagaimana yang diperjanjikan dalam PPK Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan
jangka waktu yang telah diberikan. Jika menilai bahwa Principal tidak akan mampu
setalah adanya teguran tersebut Principal menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan
tetap mengabaikan peringatan tersebut, dari sisa waktu kontrak yang akan berakhir.
maka Principal dianggap lalai dan dengan Dengan demikian upaya terakhir yang
pemberitahuan secara tertulis kepada si dilakukan oleh Obligee adalah dengan
pemborong dapat dilangsungkan pemutusan mengeluarkan Surat Pemutusan Kontrak
kerja. Kerja nomor 050.82.24.22/432.301/PPK/2015
Berdasarkan Pasal 91 ayat (1) Pepres tanggal 23 Desember 2015.
Nomor 4 Tahun 2015 PKK dapat memutuskan Dari prestasi pekerjaan Principal yang
Kontrak secara sepihak, apabila: telah disebutkan, terlihat bahwa tidak adanya
1) Kebutuhan Barang/jasa tidak dapat progres kemajuan akan pembangunan air
ditunda melebihi batas berakhirnya minum yang dilakukan Principal sehingga
kontrak; PPK meminta pemutusan kontrak. Pemutusan
2) Berdasarkan penelitian PKK, Penyedia kontrak sepihak tersebut menyebutkan bahwa
Barang/Jasa tidak akan mempu menye- dalam pertimbangannya pihak Principal
l esaikan k eseluru han pekerj aaan telah melanggar ketentuan Pasal 1266 dan
walaupun diberikan kesempatan sampai 1267 KUH Perdata dalam kontrak Nomor
50 (lima puluh) hari kelender sejak masa 050/82.28.22/432.301/PPK/2015 Tanggal
berakhirnya pelaksnaan pekerjaan untuk 15 Oktober 2015. dari pemutusan kotrak
menyelesaikan pekerjaan kerja yang diberikan oleh Obligee kapada
3) Setelah diberikan kesempatan menyele- Principal maka timbulah akibat hukum
saikan pekerjaan sampai dengan 50 antara Obligee dengan Surety Company,
(lima puluh) hari kelender sejak masa dimana Obligee memintakan tanggung jawab
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, wanprestasi Principal kepada pihak yang
Penyedia Barang/Jasa tidak dapat telah mengikatkan dirinya untuk menjaminkan
menyelesaikan pekerjaan; tindakan dari Principal melalui pencairan
4) Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji klaim Surety bond.
dalam melaksanakan kewajibannya dan

56 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


Berdasarkan wawancara dengan Bapak Berdasarkan Pasal diatas telah
Agus Toni Selaku Underwiriting Surety dijelaskan bahwa pengaturan seharusnya
Bond PT (Persero) Asuransi Kredit dalam pencairan klaim adalah unconditional
Indonesia Cabang Madura bahwa Surety dikarenakan untuk melindungi pihak Obligee
bond yang diterbitkan oleh PT (Persero) apabila Principal wanprestasi dan tetap harus
Asuransi Kredit Indonesia Cabang Madura melanjutkan pekerjaanya. Sifat conditional
dalam pemberian ganti rugi kepada Obligee memberikan artian bahwa dalam pencairan
membayar hanya sebesar kerugian yang klaim diharuskan adanya perhitungan terlebih
sungguh-sungguh diderita Obligee. Maka dahulu dan membuktikan adanya loss
dari itu total pengembalian dalam kasus situation, sehingga dalam pencairan klaimnya
wanprestasi CV Surya bersinar besarnya dianggap terlalu lama dan memperhitungkan
Jaminan Uang Muka semula sebesar Rp prestasi kerja yang telah dikerjakan dalam
80.785.500 dikurangi prestasi pekerjaan praktek pelaksanaanya PT (Persero) Asuransi
yang telah mengerjakan 7% dari pekerjaan Kredit Indonesia Cabang Madura tetap
dinilai sebesar Rp 16.500.000 sehingga melihat pada besarnya kerugian yang benar-
pengembalian ke Kas Negara sebesar Rp benar di derita oleh Obligee dengan alasan
64.285.500 untuk Desa ambat, sedangkan mengikuti kesesuaian penerapan prinsip
untuk desa Tlanakan dari Nilai Jaminan Uang asuransi karena Surety bond merupakan
Muka sebesar 80.711.100 dikurangi prestasi produk asuransi sehingga dalam penggantian
pekerjaan 9% yakni 22.834.000 sehinggga klaimnya menggunakan Prinsip Indemnity.
pengembalian kepada Negara sebesar RP dengan demikian Pencairan klaim Surety
57.877.100. Bond PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia
Hal ini berkaitan dengan prinsip dasar Cabang Madura dalam kasus CV surya
asuransi terutama prinsip indemnitas, bahwa bersinar dengan PPK Dinas Kesehatan
asuransi hanya dapat mengganti kerugian Kabupaten Pamekasan belum sesuai dengan
sebesar kerugian yang sebenar-benarnya pengaturan yang tertuang dalam Pepres No 4
diderita oleh Obligee tidak boleh Obligee Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas
mengalami keuntungan, untuk itu diperlukan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
suatu pembuktian terlebih dahulu atas berapa tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
besar kerugian yang diderita Obligee,
akibatnya proses klaimnya relatif lebih 2. Permasalahan Subrogasi dalam Surety
lama dari pada proses klaim yang jaminannya Bond melalui Recovery atas Pencairan
bersifat unconditional seperti Bank Garansi Klaim yang dikeluarkan oleh Perusahaan
(Uyung, 2011 : 90). berbeda halnya dengan Asuransi
bank garansi yang bersifat tanpa syarat atau
Unconditional pencairan jaminan dilakukan Pada dasarnya pelaksanaan Subrogasi
secara penuh dapat langsung dicairkan. melalui recovery dalam pencairan klaim
Surety bond diatur di dalam Pasal 1840
Permasalahan yang ditimbulkan dari
KUH Perdata yang mengatur Borgtoch
pencairan klaim yang sifatnya conditional
pada umumnya dan tentu saja berlaku
dalam Surety bond tidak sesuai dengan
pada Surety bond karena mengingat bahwa
pengaturan akan pencairan klaim dari
Surety bond merupakan bentuk khusus
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
dari Borgtocht. Akan tetapi jika melihat dari
pemerintah, Pasal 1 ayat (35) Pepres Nomor
kedudukan Surety bond termasuk salah satu
4 tahun 2015 yang menyebutkan bahwa :
lingkup dari usaha asuransi umum dalam lini
“Surat Jaminan yang selanjutnya usaha Suretyship yang dimana hakikatnya
disebut jaminan adalah jaminan Suretyship adalah lini usaha asuransi umum
tertulis yang bersifat mudah dicairkan yang memberikan jaminan atas kemampuan
dan tidak bersayarat (Unconditional), Principal dalam melaksanakan kewajiban
yang dikeluarkan oleh Bank umum/ sesuai perjanjian pokok antara Principal dan
Perusahaan Penjaminan/ Perusahaan Obligee (Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri
Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Keuangan Nomor 124/Pmk.010/2008 tentang
Barang/jasa kepada PKK/Kelompok Penyelenggaraan Lini Usaha Asuransi Kredit
Kerja ULP untuk terpenuhinya kewajiban dan Suretyship). Surety bond merupakan
Penyedia Barang/Jasa”. produk asuransi sehingga dalam prosesnya

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 57


penyelenggaraanya harus mangacu pada Mengenai biaya-biaya tersebut, penang-
Prinsip-Prinsip Asuransi (J.T Sianipar, 2011 gung hanya dapat menuntutnya kembali
: 3). sekedar dalam waktu yang dianggap patut
Kemudian jika melihat kembali dari ia telah menyampaikan pemberiahuan
dasar hukum awal diterbitkannya Surety kepada debitur utama tentang tuntutan-
bond, Peraturan KMK RI No. 761/ tuntutan yang ditujukan kepadanya.
KMK.013/1992 sebagai dasar kewenangan Penanggung juga berhak menunut
dari perusahaan-perusahan yang ditetapkan penggantian biaya, kerugian dan bunga
dapat menerbitkan Surety bond dalam bila alas an itu memang ada.”
pekerjaan-pekerjaan pemborongan ataupun
perdagangan yang dibiayai oleh APBN dan Pasal 1840 KUH Perdata menyatakan
KMK RI No. 108/KMK.01/1995 sebagai bahwa :
dasar wewenang penerbitan customs
“Penanggung yang telah membayar lunas
bond, tidak mengatur ataupun memberikan
utangnya, demi hukum, menggantikan
penjelasan tentang Prinsip-prinsip yang
kreditur dengan segala haknya terhadap
dianut oleh lembaga penjaminan ataupun
debitur semula”
tata cara penerbitan penjaminan tersebut
secara lengkap. Keputusan Menteri tersebut
lebih mengingatkan dalam konsiderannya Berdasarkan Pasal diatas PT (Persero)
agar Prinsip-prinsip penerbitan penjaminan Asuransi Kredit Indonesia Cabang Madura
Surety bond disesuaikan dengan Prinsip- sebagai Surety Company yang mengikatkan
prinsip usaha perasuransian berdasarkan diri sebagai penjamin dalam pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 perjanjian pemborongan bangunan
sebagaimana yang telah diubah menjadi mempunyai hak tagih kembali atas pencairan
undang-undang Nomor 40 tahun 2014 klaim yang telah dibayarkan kepada
(http://www.hukumonline.com/berita/baca/ Obligee atas wanprestasi yang dilakukan
hol4016/isurety-bondi-dan-kepastian- hukum- oleh Principal.
penjaminan-di-indonesia-). Sedangkan apabila dalam pengaturannya
Apabila melihat Surety bond sebagai Surety bond mengikuti Prinsip asuransi sudah
suatu produk asuransi berarti bahwa Surety seharusnya dalam pengaturan Subrogasi
bond tunduk pada ketentuan-ketentuan diatur di dalam Pasal 284 KUHD yang
perasuransian. dalam hukum asuransi. akan berbunyi sebagai berikut:
tetapi di dalam pelaksanaan Surety bond, “Penanggung yang telah membayar
Prinsip-prinsip asuransi tidak semuanya kerugian barang yang dipertanggungkan,
berkesesuaian dengan pelaksanaan pada memperoleh semua hak yang sekiranya
Surety bond dikarenakan tidak adanya dimiliki oleh tertanggung terhadap pihak
pengaturan yang spesifik dan jelas dalam ketiga berkenaan dengan kerugian itu
pengaturan Surety bond sehingga adanya dan tertanggung bertanggung jawab
perbedaan pengaturan dan pelaksanaanya. untuk setiap perbuatan yang mungin
Hal ini terlihat dari praktek pelaksanaan merugikan hak penanggung terhadap
recovery melalui hak Subrogasi pada Surety pihak ketiga itu.
bond dalam penagihan recovery kepada
Prinsip Subrogasi di dalam Asuransi
Principal oleh PT (Persero)
terkandung dalam ketentuan Pasal 284 KUHD
Asuransi Kredit Indonesia Cabang tersebut pada intinya menentukan bahwa
Madura melaksanakan dengan sebagaimana apabila tertanggung sudah mendapatkan
ketentuan Pasal 1839 dan Pasal 1840 penggantian atas dasar Prinsip Indemnitas,
KUH Perdata. Pasal 1839 KUH Perdata maka si tertanggung tidak berhak lagi
menyatakan bahwa: memp eroleh pen gganti an dari pihak
“Penanggung yang telah membayar dapat lain, walaupun jelas ada pihak lain yang
menuntut apa yang telah dibayarnya itu bertanggung jawab pula atas kerugian yang
dari debitur utama, tanpa memperhatikan dideritanya. Penggantian dari pihak lain harus
apakah penanggungan itu didakan diserahkan pada penanggung yang telah
dengan atau tanpa setahu debitur utama memberikan ganti rugi yang dimaksud. (Abdul
itu. Penuntutan kembali ini dapat dilaku- R Saliman, 2014:183).
kan baik mengenai uang pokok maupun
mengenai bunga serta biaya-biaya.

58 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


Berdasarkan Pasal tersebut, hal ini dengan pengaturan pencairan klaim yang diatur
tidak berkesesuaian dengan sifat dalam di dalam Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015
asuransi yang mewajibkan penanggung tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
untuk membayar ganti rugi sesuai dengan dikarenakan sifat pencairannya conditional hal ini
persyaratan-persyaratan polis tanpa hak diakibatkan Surety Bond yang dikeluarkan oleh
menuntut kembali kepada pihak- pihak lain Perusahaan Asuransi menggunakan Prinsip-
di dalam kontrak. Pertanggung jawaban dari prinsip asuransi sehingga dalam pencairannya
Principal dilawankan dengan pertanggung PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesiamelihat
jawaban dari pihak ketiga terhadap pada ganti rugi yang sebenernya yang tercermin
siapa seorang penanggung dalam asuransi di dalam prinsip indemnitas. kemudian mengenai
dapat menuntut berdasarkan hak subrogasi. recovery sebagai hak tuntut dari PT (Persero)
Fungsi utama asuransi sebagai mekanisme Asurasasi Kredit Indonesia Cabang Madura melalui
risk transfer tidak terjadi karena Principal Subrogasi pengaturan dan pelaksanaanya berbeda
diharuskan untuk menandatangani SPKMGR sehingga masih menimbulkan permasalahan
atau yang disebut Indemnity Agreement yang hukum akibat belum adanya pengaturan spesifik
isinya adalah bahwa Principal diharuskan mengenai Subrogasi.
menggantikan sejumlah nilai uang yang telah
dibayarkan oleh Surety company kepada
E. Saran
Obligee.
Berdasaekan hal tersebut memberikan Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
arti bahwa resiko yang telah dialihkan Principal saran sehubungan dengan penulisan hukum ini
sebagai tertanggung ke Surety company adalah sebagai berikut :
sebagai penanggung beralih kembali kepada 1. Pemerintah perlu untuk membuat undang-
Principal. Dengan demikian tidak terjadi risk undang tersendiri yang mengatur mengenai
transfer yang seharusnya terjadi pada semua Surety bond, atau paling tidak peraturan
produk asuransi sehingga dapat disimpulkan pelaksanaan terkait pengaturan Surety bond
bahwa pelaksanaan Subrogasi dalam Surety baik dari segi teknis maupun non teknis
bond tidak sesuai dengan sifat pertanggungan karena dengan terdapatnya suatu perturan
atau asuransi yang mewajibkan penanggung perundang-undangan yang pasti mengenai
untuk membayar ganti rugi sesuai dengan Surety bond, maka dalam hal pelaksanaan
persyaratan-persyaratan dalam polis tanpa dari penerapannya sebagai suatu jaminan
hak menuntut kembali kepada pihak-pihak pemborongan bangunan, Surety bond
lain di dalam perjanjian. Maka dari itu mempunyai kedudukan yang jelas dan tidak
dibutuhkan pengaturan Surety bond yang terjadi permasalahan hukum.
jelas agar tidak terjadi suatu permasalahan 2. PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia
hukum. Cabang Madura dalam pencairan klaimnya
hendaknya mengikuti pengaturan dalam
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015
D. Simpulan
yaitu bersifat Unconditional.
Dalam Pencairan klaim ditimbulkan akibat
Principal yang wanprestasi pada perjanjian
F. Persantunan
pemborongan bangunan salah satunya adalah
pencairan klaim sebagai tanggung jawab dari Dalam kesempatan ini penulis ingin
PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia yang menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
mengikatkan diri untuk menjamin pelaksanaan Seluruh Staf PT (Persero) Asuransi Kredit
pemborongan bangunan. Dalam pencairan klaim Indonesia Cabang Madura khususnya untuk pak
yang diselesaikan oleh PT (Persero) Asuransi agus toni dan pak ardi yang telah berjasa dalam
Kredit Indonesia Cabang Madura tidak sesuai penyusun penulisan hukum ini.

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 59


Daftar Pustaka

Buku:
Abdul R Saliman.2014. Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus.Jakarta : Prenadamedia
Group.
Emmy Pangaribuan Simanjuntak.1986.Bentuk Jaminan (Surety-Bond, Fidelity Bond)dan Pertanggungan
Kejahatan (Crime Insurance).Yogyakarta: Liberty.
J.Tinggi Sianipar dan Jan Pinontoan,.2003.Surety Bond Sebagai Alternatif Dari Bank Garansi.
Jakarta:CV Dharmaputra.
Sri Soedewi Masjcoen Sofwan. 2003. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok- Pokok Hukum Jaminan dan
Jaminan Perorangan. Yogyakarta : Liberty.
Subekti.2005.Hukum Perjanjian.Bandung : PT Intermasa.

Artikel, Jurnal dan Publikasi Ilmiah


Ariffudin.“Aspek Jaminan dalam Pemborongan Bangunan”.Jurnal Hukum UGM.1999.Yogyakarta.Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada.
Asrul Sani. “Tinjauan Hukum mengenai Praktek Pemberian Jaminan Pribadi dan Jaminan Perusahaan”.
Jurnal Hukum dan Pembangunan.1993.Edisi Oktober Nomor 5 Vol XXIII.
Beni Surya.“Eksistensi Surety Bond dalam Lembaga Jaminan Asuransi di Indonesia. Surakarta.
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Zulkifli Yusuf, “Penerbitan Surety Bond Asuransi (Antara Teori Dan Praktek),”Jurnal Hukum Bisnis.2003.
Volume 22 No 2.Fakultas Hukum Universtas Indonesia.

Tesis
Uyung Adhita. 2011. “Surety Bond sebagai Alternatif Jaminan dalam Pembangunan Infrastruktur di
Indonesia”.Tesis : Jakarta, Program Pascasarjana UI.

Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. 124/PMK.010/2008 tentang Penyelenggaraan
Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor :271 /KMK.011/1980 tentang pemberian ijin bagi Lembaga Keuangan
berbentuk Bank ataupun Lembaga Keuangan non Bank.

Dokumen Resmi
Dokumen Internal PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia.

Internet
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol4016/isurety-bondi-dan- kepastian-hukum-penjaminan-di-
indonesia

60 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai