Anda di halaman 1dari 14

Ringkasan eksekutif (executive summary)

Kebijakan terkait Jaminan Fidusia memiliki urgensi dalam melindungi hak-hak


debitur dan kreditur dalam transaksi utang piutang agar dapat saling menguntungkan.
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui pendalaman studi literatur untuk
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kebijakan fidusia, serta memperjelas peran dan
tujuan Jaminan Fidusia dalam kaitannya sebagai perlindungan hukum. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebijakan fidusia dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi
debitur dan kreditur. Namun, masih terdapat beberapa kelemahan dalam penggunaan
kebijakan ini, seperti biaya yang relatif mahal, masalah hukum, serta kurangnya popularitas
di kalangan masyarakat dan lembaga pemberi jaminan.
Untuk meningkatkan efektivitas kebijakan fidusia, penulis merekomendasikan
perbaikan dalam regulasi, meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, serta
meningkatkan efisiensi proses pendaftaran fidusia. Dengan cara ini, kebijakan fidusia dapat
memberikan perlindungan yang lebih baik bagi debitur dan kreditur, serta meningkatkan
stabilitas keuangan di Indonesia.

Pendahuluan
Utang piutang merupakan perbuatan yang tidak asing bagi kehidupan di
masyarakat. Utang piutang tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang ekonominya
lemah, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang yang ekonominya relatif mampu. Suatu utang
diberikan pada dasarnya atas integritas atau kepribadian debitur, yakni kepribadian yang
menimbulkan rasa kepercayaan dalam diri kreditur, bahwa debitur akan memenuhi
kewajiban pelunasannya dengan baik. Akan tetapi belum menjadi jaminan bahwa nanti pada
saat jatuh tempo, pihak debitur dengan niat baik akan mengembalikan pinjaman. Dalam
hukum, kondisi tersebut umumnya disebut sebagai wanprestasi (ingkar janji).
Adanya debitur wanprestasi seringkali membuat kreditur melakukan penagihan
paksa dengan cara-cara yang berlawanan dengan hukum. Kreditur umumnya melakukan
penagihan melalui perantara pihak ketiga yaitu dengan menyewa debt collector. Debt
collector merupakan profesi jasa dari sekumpulan orang untuk menagih utang kepada
debitur. Dalam menjalankan pekerjaannya, debt collector umumnya memiliki bukti tagihan
dan list data debitur untuk kemudian melakukan penagihan secara langsung. Penagihan
dilakukan baik dengan menghubungi melalui telepon maupun mendatangi alamat debitur.

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 1


Debt collector merupakan pekerjaan yang legal secara hukum. Sebagaimana diatur
pada Peraturan OJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Pembiayaan, kreditur diperbolehkan melakukan kerja sama dengan pihak
ketiga dalam melakukan penagihan. Debt collector secara hukum diperbolehkan melakukan
eksekusi terhadap barang yang dikreditkan, namun penagihan tersebut tidak dilakukan
dengan pemaksaan kekerasan bahkan melakukan penyitaan barang.
Namun, pelaksanaan penagihan yang dilakukan debt collector seringkali
bermasalah. Di Kota Bandung sejumlah kasus penarikan paksa debt collector kerap terjadi.
Dikutip dari laman detik.com pada Oktober 2022, seorang debt collector perusahaan leasing
menusuk seorang nasabah di Bandung karena tidak bisa membayar cicilan. Kemudian 7
Maret 2023 lalu, terjadi bentrokan besar antara debt collector dan pengendara ojek online di
Hegarmanah Kota Bandung. Akibatnya, tiga debt collector ditetapkan sebagai tersangka dan
ditahan oleh polisi.
Munculnya permasalahan dalam kegiatan utang piutang menyebabkan
dibutuhkannya suatu jaminan atas pengembalian kredit yang telah diberikan dengan
adanya perjanjian tambahan. Perjanjian dimaksudkan untuk memberikan rasa aman bagi
kreditur dan pihak debitur memiliki dorongan untuk melaksanakan kewajibannya dengan
baik. Salah satu bentuk perjanjian tambahan yang dimaksudkan adalah perjanjian jaminan.
Menurut Hartono Hadisoeprapto yang dimaksud dengan jaminan adalah “Sesuatu yang
diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan” (Hartono
Hadisoeprapto, 2004: 50).
Jaminan mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam kegiatan ekonomi pada
umumnya karena dalam pemberian pinjaman
modal dari lembaga keuangan (baik bank
maupun bukan bank) mensyaratkan adanya
suatu jaminan, yang harus dipenuhi para
pencari modal kalau ia ingin mendapatkan
pinjaman/tambahan modal (berupa kredit)
tersebut baik untuk jangka panjang maupun
Gambar 1 Pentingnya Jaminan Fidusia jangka pendek. Akhirnya muncullah bentuk
Sumber : Smart Legal ID (2019)
jaminan baru dimana objeknya benda
bergerak, tetapi kekuasaan atas benda tersebut tidak beralih dari debitur ke kreditur. Inilah

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 2


yang disebut dengan Jaminan Fidusia. (Munir Fuady, 2003 : 1) Fidusia adalah pengalihan
hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang
hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak
dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi
Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.
Jaminan ini efektif dalam melindungi kepentingan kreditur dan debitur dalam situasi
tertentu. Sebagai perlindungan bagi kreditur, Jaminan Fidusia memberikan hak yang lebih
kuat atas harta benda debitur jika terjadi wanprestasi, sehingga kreditur dapat memperoleh
pelunasan hutangnya lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan jaminan lainnya.
Jaminan Fidusia juga memberikan perlindungan yang lebih kuat dari risiko gagal bayar,
karena kreditur dapat menjual harta benda debitur yang dijaminkan tanpa harus melalui
proses hukum yang panjang. Sementara itu, bagi debitur, Jaminan Fidusia dapat
memberikan kemudahan dalam memperoleh kredit dari lembaga keuangan, karena Jaminan
Fidusia memberikan jaminan yang lebih kuat atas harta benda debitur. Debitur juga dapat
memperoleh Jaminan Fidusia dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan
jaminan lainnya.
Dalam hal ini, efektivitas Jaminan Fidusia sangat bergantung pada pengaturan
perjanjian antara debitur dan kreditur, serta penilaian dan pengelolaan risiko yang tepat
oleh kreditur. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi yang jelas dan pengawasan yang ketat
agar Jaminan Fidusia dapat efektif dalam melindungi kepentingan debitur dan kreditur.
Penjelasan lebih lanjut tentang Jaminan Fidusia telah diatur dalam Undang - Undang Nomor
42 Tahun 1999 yang menjembatani untuk mengatasi permasalahan yang dapat timbul dari
suatu urusan utang piutang.
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 3


1. Mendeskripsikan permasalahan utang piutang kaitannya dengan
penyelenggaraan Jaminan Fidusia.
2. Memberikan rekomendasi tentang penyelenggaraan Jaminan Fidusia.

Landasan Teori
Menurut Thomas R. Dye kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan (Dye, 1978). Sehingga dapat dijelaskan jika pusat
perhatian kebijakan publik tidak hanya pada apa yang dilakukan pemerintah, melainkan
termasuk juga apa saja yang tidak dilakukan oleh pemerintah. Karena hal-hal yang tidak
dilakukan pemerintah menurutnya juga mempunyai dampak yang cukup besar terhadap
masyarakat seperti halnya dengan tindakan-tindakan yang tidak dilakukan oleh pemerintah.
Analisis kebijakan publik dilakukan berdasarkan siklus kebijakan mulai dari agenda
setting, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi kebijakan. Topik
evaluasi kebijakan merupakan salah satu topik yang penting dalam analisis kebijakan publik.
Evaluasi kebijakan mengacu pada suatu proses sistematis untuk mengevaluasi kinerja suatu
kebijakan atau program dengan tujuan untuk mengukur dampaknya, menilai
keberhasilannya, dan mengidentifikasi peluang perbaikan.
Scriven (1991) mendefinisikan evaluasi kebijakan sebagai sebuah penilaian
objektif, sistematis, dan terprogram terhadap desain, implementasi, dan hasil kebijakan
dalam konteks tujuan yang ditetapkan. Senada dengan gagasan tersebut, Stufflebeam
(2003) mengatakan jika evaluasi kebijakan adalah proses sistematis untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menggunakan informasi untuk membantu dalam pengambilan keputusan
mengenai kebijakan, dengan tujuan meningkatkan pemahaman, menginformasikan
keputusan, dan meningkatkan kinerja.
Terdapat beberapa pendekatan dan metode evaluasi kebijakan yang umum
digunakan oleh para ahli antara lain:
1. Pendekatan Utilitarian: Pendekatan ini fokus pada pengukuran keberhasilan
kebijakan berdasarkan pada keseimbangan manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang
dihasilkan oleh kebijakan tersebut. Evaluasi dilakukan dengan menganalisis
dampak kebijakan terhadap masyarakat secara keseluruhan.

2. Pendekatan Input-Output: Pendekatan ini mengevaluasi kebijakan dengan


membandingkan input (sumber daya yang digunakan dalam kebijakan) dan output

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 4


(hasil yang dihasilkan oleh kebijakan). Evaluasi dilakukan dengan melihat efisiensi
penggunaan sumber daya dan hubungannya dengan hasil kebijakan yang
diinginkan.
3. Pendekatan Logika Intervensi: Pendekatan ini melibatkan analisis menyeluruh
tentang bagaimana kebijakan diharapkan bekerja dan mencapai tujuannya.
Evaluasi dilakukan dengan memeriksa sejauh mana implementasi kebijakan sesuai
dengan rencana dan sejauh mana tujuan kebijakan tercapai.
4. Pendekatan Responsif: Pendekatan ini menekankan pada partisipasi masyarakat
dan pemangku kepentingan dalam evaluasi kebijakan. Evaluasi dilakukan dengan
mengumpulkan masukan dan umpan balik dari masyarakat yang terkena dampak
kebijakan, dan mempertimbangkan perspektif mereka dalam mengevaluasi
kebijakan.
Dalam mengukur efektifitas kebijakan Jaminan Fidusia diperlukan pendekatan
evaluasi kebijakan untuk dapat meningkatkan efektivitasnya. Anderson (1979) menyatakan
“policy evaluation can be briefly defined as the appraisal or assessment of policy, including
its content, implementation and impact”. Sehingga terdapat tiga aspek evaluasi yang diukur
berdasarkan teori tersebut yakni: (1) Isi Kebijakan “policy content”; (2) Implementasi
Kebijakan “policy implementation”; serta (3) Dampak Kebijakan “policy impact”. Oleh karena
itu, teori ini digunakan untuk mengukur efektifitas penyelenggaraan kebijakan Jaminan
Fidusia.

Metode Penelitian
Menurut Rosyidhana (2014 : 3) dalam (Rusmawan 2019:104) studi literatur
merupakan metode pengumpulan data dengan cara mencari dan membaca sumber-sumber
tertulis yang ada seperti buku atau literatur yang menjelaskan tentang landasan teori. Sama
halnya dengan pengumpulan data dan informasi dengan cara menggali pengetahuan atau
ilmu dari sumbersumber seperti buku, karya tulis, serta beberapa sumber lainnya yang ada
hubungannya dengan objek penelitian (Dewi dalam Rusmawan, 2019:104).

Pembahasan

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 5


Isi Kebijakan: Jaminan Fidusia
Pengertian fidusia sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang kepemilikannya dialihkan tersebut tetap
dalam penguasaan pemilik benda. Berdasarkan definisi tersebut, ada 3 (tiga) ciri fidusia
yaitu: (1) Pengalihan hak kepemilikan suatu benda; (2) Atas dasar kepercayaan; dan (3)
Benda itu tetap dalam penguasaan pemilik benda (J. Satrio, 2002 :159). Selanjutnya dalam
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 diatur mengenai pengertian
Jaminan Fidusia yaitu hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud dan benda bergerak yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan
utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia
terhadap kreditur lainnya.
Adapun yang dapat dijadikan obyek Jaminan Fidusia adalah sebagai berikut:
a. Benda bergerak yang berwujud seperti benda dagangan, inventory (benda dalam
persediaan), peralatan mesin, kendaraan bermotor dll.;
b. Benda bergerak yang tidak berwujud termasuk saham, piutang;
c. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan, misalnya
bangunan milik debitur yang berdiri di atas tanah milik orang lain atau tanah hak
pakai dari pihak lain.
Sedangkan subyek dari Jaminan Fidusia adalah adalah mereka yang dapat
mengikatkan diri dalam perjanjian Jaminan Fidusia, yang terdiri dari atas pihak debitur
sebagai pemberi fidusia dan lembaga pembiayaan (kreditur) sebagai penerima fidusia
(Purwahid dan Kashadi, 2008 : 34-35).
Pemberi fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang
menjadi obyek Jaminan Fidusia. Sedangkan penerima fidusia adalah orang perseorangan
atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan Jaminan
Fidusia.

Terhadap pembebanan dengan Jaminan Fidusia harus memenuhi ketentuan:

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 6


1. Harus dibuat dengan akta Notaris dan dengan bahasa Indonesia (Pasal 5 Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999);
2. Akta Jaminan Fidusia yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia;
b. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;
c. Uraian mengenai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia;
d. Nilai penjaminan; dan Nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia (Pasal 6
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999).
Setiap benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan di Kantor
Pendaftaran Fidusia. Adapun pihak yang wajib mendaftarkan adalah pihak penerima fidusia
(kreditur) atau kuasa atau wakilnya. Kantor Pendaftaran Fidusia akan mencatat Jaminan
Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia. Tanggal pencatatan Jaminan Fidusia pada Buku
Daftar Fidusia adalah dianggap sebagai tanggal lahirnya Jaminan Fidusia.
Ketika debitur tidak mampu melaksanakan kewajiban prestasinya maka dikatakan
dalam hal ini debitur telah masuk dalam keadaan wanprestasi. Akibat dari adanya
wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti
rugi, pembatalan perjanjian, peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara. Dalam
perjanjian Jaminan Fidusia apabila terjadi wanprestasi dapat dilakukan eksekusi
sebagaimana ditetapkan pada pasal 29 sampai dengan pasal 34 UU Nomor 42 Tahun 199
tentang Jaminan Fidusia.
Lebih lanjut eksekusi Jaminan Fidusia merupkan tindakan penyitaan benda yang
dijadikan jaminan dalam perjanjian Jaminan Fidusia. Proses penyitaan dan penjualan obyek
Jaminan Fidusia ini terjadi karena debitur telah cidera janji/tidak dapat melaksanakan
prestasinya sesuai dengan perjanjian yang disepakati, walau sudah diberikan somasi oleh
kreditur. Terkait hal eksekusi, terdapat empat cara eksekusi obyek Jaminan Fidusia:
1. Titel eksekutorial, maksud dari titel eksekutorial yang dilaksanakan oleh penerima
fidusia, yaitu adanya irah-irah yang memiliki kesetaraan dengan pelaksanaan
putusan pengadilan, yang dalam hal ini memberikan hak guna melakukan
penyitaan dan lelang sita eksekutorial tanpa memerlukan perantara hakim
pengadilan.
2. Penjualan benda Jaminan Fidusia atas kekuasaan penerima fidusia melalui
pelelangan umum dan mengambil pelunasan dari hasil penjualan obyek Jaminan
Fidusia.

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 7


3. Pelaksanaan penjualan dibawah tangan, dilakukan atas dasar adanya kesepakatan
antara pemberi fidusia dan penerima Jaminan Fidusia. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan hasil yang lebih menguntungkan bagi pihak debitur dan pihak kreditur.
4. Parate eksekusi, sebagaimana diatur dalam pasal 15 ayat 3 UU Nomor 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia.

Implementasi Kebijakan: Permasalahan Jaminan Fidusia


Perlindungan Hukum bagi Kreditur
Undang-Undang Jaminan Fidusia nyatanya masih memiliki celah. UUJF dipandang
memberikan posisi lemah bagi kreditur, seperti tidak adanya ketegasan dalam eksekusi
menyangkut pelaksanaan eksekusi. Padahal objek Jaminan Fidusia menyangkut benda
bergerak yang perpindahannya sangat cepat sehingga rawan terjadi penggelapan selain itu
sering dalam suatu perjanjian jamian fidusia tidak adanya penegasan perlu adanya
pengawasan oleh penerima fidusia terhadap benda Jaminan Fidusia yang dikuasai oleh
debitur.
Kewajiban Pendaftaran Jaminan Fidusia
Kewajiban pendaftaran telah ditekankan pada UUJF Pasal 11 Ayat (1) bahwa
“Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan.” Namun ketiadaan sanksi
hukum yang tegas membuat lembaga pembiayaan konsumen merasa tidak berkewajiban
untuk membuat perjanjian Jaminan Fidusia dan mendaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia.
Ketidaktaatan lembaga pembiayaan konsumen untuk pendaftaran Jaminan Fidusia terutama
untuk kenderaan roda dua mungkin karena nilai perjanjian kreditnya relatif kecil, sehingga
penerima fidusia enggan mengeluarkan biaya notaris untuk pembebanan Jaminan
Fidusianya.Hal ini menjadi pertimbangan pada perubahan UUJF masa datang terhadap nilai
perjanjian kredit dengan klasifikasi tertentu,tidak diharuskan dibuat dengan akta notaris
untuk pembebanan Jaminan Fidusia.
Pendaftaran Fidusia setelah Debitur Wanprestasi
Pelanggaran ini biasanya dilakukan pada saat debitur terindikasi melakukan
wanprestasi. Hal ini karena UUJF tidak mengatur ketentuan kadaluarsa pendaftaran
Jaminan Fidusia. Jadi memang tidak ada aturan mengenai kadaluarsa pendaftaran Jaminan
Fidusia, namun perlu diketahui apabila terdapat perjanjian kredit beberapa tahun
sebelumnya namun Jaminan Fidusia baru dilakukan, maka berlakunya Jaminan Fidusia
adalah saat didaftarkan dengan adanya bukti penandatanganan akta notaris. Sehingga

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 8


konsekuensinya peristiwa hukum yang terjadi sebelum pendaftaran fidusia tidak dapat
berlaku Jaminan Fidusia yang baru didaftarkan.
Debitur Wanprestasi
Wanprestasi merupakan suatu keadaan kegagalan debitur untuk melaksanakan
janji yang telah disepakati tanpa alasan yang dapat diterima oleh hukum. Ada tiga macam
perbuatan yang digolongkan dengan wanprestasi terkait pelaksanaan kredit yang macet
yakni:
1. Debitur sama sekali tidak dapat membayar angsuran kredit beserta bunganya;
2. Debitur membayar sebagian angsuran kredit beserta bunganya;
3. Debitur membayar lunas kredit beserta bunganya setelah jangka waktu yang
diperjanjikan berakhir. Hal ini tidak termasuk debitur membayar lunas setelah
perpanjangan jangka waktu kredit yang telah di setujui kreditur atas permohonan
debitur.
Debitur jika tetap tidak mau atau tidak mampu memenuhi perjanjian kredit, maka
debitur tersebut dapat digugat oleh pihak kreditur melalui Pengadilan Negeri atas dasar
wanprestasi. Dalam keaadaan tertentu, kreditur juga dapat melakukan Parate Eksekusi,
yaitu eksekusi obyek jaminan tanpa melalui penetapan Ketua Pengadilan Negeri. Dengan
syarat pada saat membuat perjanjian jaminan harus disertai klausul berupa “janji” dari pihak
debitur kepada pihak kreditur yang menyatakan bahwa pihak debitur tidak akan keberatan
terhadap
pelaksanakan Parate Eksekusi apabila terjadi kredit macet atau wanprestasi.

Dampak Kebijakan: Jaminan Fidusia


Belum efektifnya Kebijakan Jaminan Fidusia memiliki berbagai dampak negatif,
antara lain:
1. Biaya yang relatif mahal
Pendaftaran fidusia melibatkan biaya yang relatif mahal, sehingga banyak pihak
yang enggan menggunakan jasa fidusia. Hal ini dapat menghambat pengembangan
industri keuangan di Indonesia.

2. Masalah hukum
Kebijakan fidusia masih rentan terhadap permasalahan hukum seperti perselisihan
hak atas Jaminan Fidusia dan pelanggaran kontrak. Hal ini dapat menghambat

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 9


perkembangan industri keuangan dan membawa risiko hukum bagi pemberi
pinjaman.
3. Tidak terlalu populer
Kebijakan fidusia belum terlalu populer di Indonesia karena masih banyak
masyarakat yang lebih memilih menggunakan bentuk jaminan yang lebih
tradisional, seperti jaminan tanah dan bangunan. Hal ini dapat membatasi
penggunaan kebijakan fidusia dan juga menghambat pengembangan industri
keuangan di Indonesia.
4. Regulasi yang terbatas
Meskipun kebijakan fidusia diakui sebagai bentuk jaminan yang sah di Indonesia,
namun penggunaannya masih terbatas oleh regulasi yang rumit dan ketat. Hal ini
dapat menghambat penggunaan kebijakan fidusia dan membatasi kemampuan
pemberi pinjaman untuk mengamankan kredit atau pinjaman.
5. Tidak selalu memberikan perlindungan yang cukup
Kebijakan fidusia tidak selalu memberikan perlindungan yang cukup bagi pemberi
pinjaman. Jika debitur tidak mampu membayar kredit atau pinjamannya, pemberi
pinjaman tidak selalu dapat memulihkan seluruh jumlah yang telah dipinjam. Hal ini
dapat menimbulkan risiko keuangan bagi pemberi pinjaman dan menghambat
pertumbuhan industri keuangan di Indonesia.

Kesimpulan dan Rekomendasi


Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan bagi Debitur dan Kreditur dapat
diuraikan pada tiga aspek penjelasan berikut:
1. Isi Kebijakan
Jaminan Fidusia merupakan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang kepemilikannya dialihkan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 tahun 1999.

2. Implementasi Kebijakan
Dalam penerapan Jaminan Fidusia terdapat sejumlah permasalahan. Baik dilihat
dari peraturan Jaminan Fidusia dari aspek: perlindungan hukum bagi kreditur;
kewajiban pendaftaran Jaminan Fidusia; serta Pendafataran yang baru dilakukan

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 10


setelah debitur wanprestasi. Sementara itu dalam penyelenggaraannya, terhadap
debitur wanprestasi pada Jaminan Fidusia dapat dilakukan parate eksekusi, namun
pelaksanaannya masih terbilang rumit.
3. Dampak Kebijakan
Diukur dari dampaknya, Kebijakan Jaminan Fidusia memiliki dampak negatif
dengan beberapa catatan seperti: biaya yang relatif mahal; rentan berurusan
dengan masalah hukum, Jaminan Fidusia tidak terlalu populer, regulasi masih
terbatas serta adanya jaminan tidak selalu memberikan perlindungan yang cukup.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas kebijakan fidusia di Indonesia, perlu


dilakukan upaya-upaya rekomendasi untuk mengatasi hal tersebut yakni dengan cara:
 Memperbaiki regulasi
Undang-Undang Jaminan Fidusia memiliki sejumlah persoalan yang tidak bisa
dibiarkan. Penting untuk melakukan pembaharuan kebijakan Jaminan Fidusia
utamanya perbaikan yang dilakukan dalam hal kewajiban pendaftaran, pembatasan
waktu pendaftaran, efisiensi pendaftaran serta penerapan sanksi yang sesuai.
Perbaikan regulasi juga mencakup keharusan pemerintah untuk dapat membuat
legal standing/aturan yang lebih teknis guna Jaminan Fidusia ini dapat dilakukan
secara maksimal.
 Meningkatkan kesadaran kreditur dan debitur
Jaminan Fidusia pada hakikatnya merupakan penjaminan dengan berlandaskan
kepercayaan. Untuk itu atas utang piutang yang dilakukan oleh kreditur dan debitur
seharusnya tidak menimbulkan konflik dan dapat terselenggara dengan adil dan
saling menguntungkan. Sebagai upaya pencegahan kreditur secara khusus harus
dapat memilah debitur yang sesuai kriteria dan kiranya dapat melunasi kredit tanpa
adanya wanprestasi. Disamping itu, debitur memiliki kewajiban untuk mendaftarkan
utang piutang melalui Jaminan Fidusia.

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 11


Referensi
Buku:
Anderson, J.E. (1979). Public Policy Making. New York: Holt, Rinehart and Winston. 2nd
edition.
Buse, K., Mays, N., & Walt, G. (2012). Making health policy. McGraw-Hill Education.
Dunn, W. N. (2012). Public policy analysis. Routledge.
Dye, Thomas R. (1978), Understanding Public Policy. Florida: Euglewood Cliffs.
Scriven, M. (1991). Evaluation thesaurus (4th ed.). SAGE Publications.
Stufflebeam, D. L. (2003). The CIPP model for evaluation. In Handbook of practical program
evaluation (pp. 103-149). John Wiley & Sons.
Weiss, C. H. (1998). Evaluation: Methods for studying programs and policies. Prentice Hall.

Jurnal dan Artikel:


Abdullah, J (2016). Jaminan Fidusia Di Indonesia (Tata Cara Pendaftaran Dan Eksekusi).
BISNIS: Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, journal.iainkudus.ac.id,
http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/viewFile/2693/2035
BIBLIOGRAPHYDetiknews. (2022). Debt Collector Tusuk Nasabah di Kantor Leasing Bandung. Diambil
kembali dari Detik.com: https://news.detik.com/berita/d-6332734/debt-collector-tusuk-
nasabah-di-kantor-leasing-bandung
Detiknews. (2023). 3 Debt Collector Jadi Tersangka Usai Ribut dengan Ojol di Bandung.
Diambil kembali dari Detik.com: https://news.detik.com/berita/d-6609709/3-debt-
collector-jadi-tersangka-usai-ribut-dengan-ojol-di-bandung
Dinata, AW (2020). Lembaga Jaminan Fidusia: Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
18/PUU-XVII/2019. Nagari Law Review, nalrev.fhuk.unand.ac.id,
http://nalrev.fhuk.unand.ac.id/index.php/nalrev/article/view/180
Donald, H (2018). Problematika Implementasi Pembiayaan dengan Perjanjian Jaminan
Fidusia. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, ejournal.balitbangham.go.id,
http://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/dejure/article/view/433
Heriawanto, BK (2019). Pelaksanaan Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Berdasarkan Title
Eksekutorial. Legality: Jurnal Ilmiah Hukum, ejournal.umm.ac.id,
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/view/8958

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 12


Kurniawan, ID (2017). Jaminan Fidusia Dalam Pembiayaan Kredit Kendaraan Bermotor
Roda Dua Ditinjau Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.
neliti.com, https://www.neliti.com/publications/213301/perlindungan-hukum-bagi-
kreditur-melalui-jaminan-fidusia-dalam-pembiayaan-kredit
Koto, I, & Faisal, F (2021). Penerapan Eksekusi Jaminan Fidusia Pada Benda Bergerak
Terhadap Debitur Wanprestasi. Journal of Education, Humaniora and Social …,
mahesainstitute.web.id,
http://www.mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/jehss/article/view/739
Nurwitasari, HD (2014). Problematika Berbagai Peraturan Eksekusi Objek Jaminan Fidusia.
Jurnal Hukum dan Penelitian Bidang …, garuda.kemdikbud.go.id,
https://www.neliti.com/id/publications/213001/problematika-berbagai-peraturan-
eksekusi-objek-jaminan-fidusia
Palapa, J (2020). Penyelesaian Debitur Wanprestasi Dengan Jaminan Fidusia. Sol Justicia,
ojs.ukb.ac.id, http://ojs.ukb.ac.id/index.php/sj/article/view/122
Paparang, F (2014). Implementasi Jaminan Fidusia dalam pemberian kredit di Indonesia.
Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum. Ejournal.unsrat.ac.id,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lppmekososbudkum/article/view/7220
Setiono, GC, & Sulistyo, H (2021). Cidera janji dalam perjanjian kredit Jaminan Fidusia.
Transparansi Hukum, ojs.unik-kediri.ac.id,
http://ojs.unik-kediri.ac.id/index.php/transparansihukum/article/view/1510
Winarno, J (2013). Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Pada Perjanjian Jaminan Fidusia.
Jurnal Independent, jurnalhukum.unisla.ac.id,
http://jurnalhukum.unisla.ac.id/index.php/independent/article/view/5

Efektifitas Jaminan Fidusia sebagai Perlindungan Debitur dan Kreditur | 13

Anda mungkin juga menyukai