TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kredit
Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam UU Perbankan No. 10 tahun 1998, kredit
merupakan pemberian dana atau piutang yang setara dengan dana tersebut, berdasarkan
perjanjian pinjaman antara bank dan pihak lain yang mengharuskan peminjam untuk
membayar kembali pinjamannya setelah periode waktu tertentu dengan diberikannya bunga.
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau faktur yang dianggap setara dengan itu, melalui
kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mengharuskan penerima dana untuk
mengembalikan uang atau faktur tersebut setelah periode waktu yang ditentukan dengan
imbalan atau pembagian hasil. Sementara itu dalam bahasa latin, kredit memiliki makna
umum yang disebut “credere” yang berarti mempercayai. Artinya pemberi pinjaman
memiliki keyakinan terhadap debitur, bahwa pinjaman yang diberikan akan diangsur kembali
sesuai dengan kesepakatan. Bagi pihak yang menerima kredit, hal ini mengindikasikan
menerima kepercayaan, dan oleh karena itu mereka memiliki tanggung jawab untuk
mengembalikan pinjaman sesuai dengan periode yang telah ditentukan (Kasmir:2002).
Menurut Eric L. Kohler dalam Teguh Pudjo Muljono (1990), kredit merupakan kemampuan
seseorang untuk melakukan transaksi pembelian atau meminjam dengan janji bahwa
pembayaran akan dilakukan dalam jangka waktu yang telah disepakati.
Unsur-Unsur Kredit
Hal-hal yang termasuk dalam pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir:2002)
:
Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan bagi pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa
uang, barang atau jasa) akan dikembalikan sepenuhnya di masa depan sesuai dengan jangka
waktu kredit. Bank memberikan kepercayaan sebagai dasar utama yang menjadi pijakan
mengapa suatu pinjaman berani diberikan.
Kesepakatan
Persetujuan ini dicatat dalam sebuah kesepakatan dimana setiap pihak menandatangani hak
dan tanggung jawab mereka masing-masing. Kemudian, perjanjian ini diungkapkan secara
tertulis dalam kontrak pinjaman dan ditandatangani oleh kedua pihak sebelum dana pinjaman
diberikan.
Jangka Waktu
Dalam segi waktu, terdapat 3 jenis jangka waktu yaitu jangka pendek (kurang dari 1 tahun),
jangka menengah (antara 1 hingga 3 tahun) dan jangka panjang (lebih dari 3 tahun). Jangka
waktu merupakan waktu maksimal pengembalian angsuran pinjaman yang telah disetujui
oleh kedua belah pihak. Untuk situasi yang khusus, jangka waktu ini dapat diperpanjang
mengikuti kebutuhan yang ada.
Resiko
Resiko akan menjadi semakin tinggi seiring dengan memanjangnya masa kredit, begitu juga
sebaliknya resiko akan menjadi semakin rendah jika masa kredit lebih pendek. Tanggung
jawab atas resiko ini dibebankan kepada bank, termasuk resiko yang dimaksudkan oleh
nasabah maupun resiko yang tidak disengaja, seperti akibat bencana alam ataupun
kebangrutan usaha nasabah tanpa unsur kesengajaan lainnya.
Balas Jasa
Untuk lembaga keuangan, balas jasa adalah manfaat atau pendapatan yang diterima dari
memberikan pinjaman. Di bank biasa, pemberian balas jasa dikenal dengan nama bunga.
Selain mendapatkan balas jasa berupa bunga, bank juga menerapkan biaya administrasi kredit
kepada nasabah, yang juga menjadi keuntungan bank.
Tujuan Kredit
Memberikan fasilitas kredit memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yang tentunya
tergantung dari tujuan bank tersebut. Tak dapat dipungkiri bahwa tujuan pemberian pinjaman
juga tidak akan jauh dari misi yang dijalankan oleh bank tersebut (Kasmir:2002).
Menurut Ruddy Tri Santoso (1997), tujuan diberikannya kredit adalah untuk keuntungan
bank, yaitu :
Mendukung kemajuan aktifitas ekonomi sesuai dengan arah dan rencana pemerintah dengan
tetap berdasarkan pada persyaratan keuangan bank secara teknis dan adil.
Mencari keuntungan yang layak bagi bank.
Memberi dukungan dalam memperluasa penggunaan layanan perbankan lainnya, tanpa
mengesampingkan prinsip dasar kredit itu sendiri.
Salah satu niat pokok pemberian pinjaman adalah untuk mencapai target yang tidak
seharusnya merugikan target lainnya, bahkan harus saling mendukung atau dapat diraih
bersama-sama. Untuk alasan tersebut, dibutuhkan perencanaan yang matang dan melalui
analisis serta riset yang mendalam untuk mencegah timbulnya kerugian bagi bank.
Fungsi Kredit
Fungsi kredit yang meliputi beberapa aspek (Kasmir 2002) :
Untuk Meningkatkan Daya Guna Uang
Dengan memberikan pinjaman uang, yang sebelumnya hanya disimpan di tempat tinggal itu,
menjadi bermanfaat untuk menciptakan produk atau layanan oleh penerima kredit. Selain itu
pun bisa memberikan pemasukan ekstra bagi orang yang memiliki modal.
Untuk Meningkatkan Peredaran dan Lalu Lintas Uang
Dalam situasi ini, uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke
wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dan mendapatkan pinjaman
akan menerima tambahan uang dari daerah lain.
Untuk Meningkatkan Daya Guna Barang
Kredit yang disediakan oleh lembaga perbankan dapat dimanfaatkan oleh debitur untuk
mengubah barang yang semula tidak memiliki nilai menjadi berharga atau memiliki manfaat.
Dengan begitu, fungsi kredit dapat meningkatkan manfaat barang dari barang yang tidak
berarti menjadi barang yang memiliki manfaat.
Meningkatkan Peredaran Barang
Pemberian kredit juga bisa meningkatkan arus barang dari satu daerah ke daerah lain,
sehingga kuantitas barang yang beredar dari satu daerah ke daerah lain meningkat atau kredit
juga dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar.
Sebagai Alat Stabilitas Ekonomi
Dengan memberikan fasilitas kredit, dapat dikatakan sebagai sarana pengaturan ekonomi,
karena dengan adanya kredit yang diberikan akan meningkatkan jumlah barang yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Bantuan kredit juga dapat mendukung ekspor barang dari dalam
negeri keluar negeri, sehingga dapat meningkatkan pemasukan valuta asing bagi negara.
Untuk Meningkatkan Kegairahan Berusaha
Bagi seseorang yang mendapatkan pinjaman, pasti akan merasa semangat untuk berusaha,
terutama bagi mereka yang modalnya terbatas. Dengan mendapatkan pinjaman nasabah yang
bersemangat, mereka dapat meningkatkan atau memperluas bisnisnya.
Untuk Meningkatkan Pemerataan Pendapatan
Apabila pemberian pinjaman dilakukan untuk mendirikan fasilitas manufaktur, tentulah
fasilitas tersebut membutuhkan tenaga kerja, dengan demikian dapat mengurangi jumlah
orang yang tidak memiliki pekerjaan. Tidak hanya itu, masyarakat sekitar pabrik juga akan
mendapatkan penghasilan seperti upah untuk pekerja yang bekerja di pabrik serta membuka
warung atau menyewa rumah kontrakan atau layanan lainnya bagi masyarakat yang tinggal
disekitar pabrik.
Untuk Meningkatkan Hubungan Internasional
Dalam konteks pinjaman global, hubungan saling ketergantungan antara pihak yang
meminjam dan pemberi pinjaman dapat ditingkatkan. Peningkatan pemberian kredit dari
negara asing akan memperkuat kerja sama dalam berbagai bidang, sehingga mungkin juga
mendorong terciptanya perdamaian dunia.
Jenis Kredit
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya (Kasmir:2002) :
Dilihat dari Segi Kegunaan
Kredit Investasi
Kredit investasi adalah pinjaman jangka panjang, biasanya digunakan untuk ekspansi bisnis,
pembangunan proyek/pabrik baru atau keperluan renovasi.
Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja adalah pinjaman yang digunakan untuk meningkatkan output operasinya.
Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
Kredit Produktif
Kredit digunakan untuk meningkatkan usaha, produksi atau investasi. Kredit ini diberikan
untuk produksi barang atau jasa.
Kredit Konsumtif
Kredit digunakan untuk konsumsi pribadi. Kredit ini tidak menambah jumlah barang atau
jasa yang dihasilkan sebagaimana dimaksudkan untuk dikonsumsi atau digunakan oleh orang
secara pribadi atau badan usaha. Misalnya hipotek, kredit mobil pribadi, kredit furniture, dan
pinjaman konsumen lainnya.
Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan adalah pinjaman yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk
membiayai kegiatan usahanya, seperti pembelian barang yang diharapkan pembayarannya
dari penjualan barang tersebut.
Dilihat dari Segi Jangka Waktu
Kredit Jangka Pendek
Merupakan pinjaman dengan jangka waktu kurang dari 1 tahun atau maksimal 1 tahun dan
biasanya digunakan untuk tujuan menambah modal kerja.
Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kredit berkisar dari 1 tahun hingga 3 tahun, dan kredit ini biasanya digunakan
untuk investasi.
Kredit Jangka Panjang
Merupakan pinjaman dengan jangka waktu pengembalian terlama. Jangka waktu pelunasan
kredit jangka panjang lebih dari 3 tahun atau 5 tahun. Padahal, bank juga hanya bisa
mengkategorikan pinjaman menjadi pinjaman jangka panjang dan jangka pendek. Untuk
jangka waktu maksimal 1 tahun dianggap jangka pendek dan lebih dari 1 tahun dianggap
jangka panjang.
Dlihat dari Segi Jaminan
Kredit dengan Jaminan
Merupakan pinjaman yang dijamin. Jaminan tersebut dapat berupa barang fisik atau
immaterial atau jaminan pribadi.
Kredit Tanpa Jaminan
Merupakan pinjaman tanpa jaminan untuk barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini
diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, dan loyalitas atau reputasi calon debitur
Ketika berhubungan dengan bank atau pihak lain.
Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Kredit Pertanian
Merupakan pinjaman yang dibiayai untuk tanaman atau industry pertanian. Agribisnis dapat
bersifat jangka pendek atau jangka panjang.
Kredit Peternakan
Merupakan kredit yang diberikan kepada sektor peternakan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Misalnya beternak ayam dalam jangka pendek, beternak kambing dan sapi
dalam jangka panjang.
Kredit Industri
Merupakan pinjaman yang diberikan kepada industri keuangan, baik kecil, menengah
maupun besar.
Kredit Pertambangan
Merupakn kredit yang diberikan kepada perusahaan pertambangan. Jenis usaha penambangan
yang disponsori biasanya berjangka panjang.
Kredit Pendidikan
Kredit diberikan untuk pembangunan sarana dan prasarana pendidikan atau dapat juga dalam
bentuk kredit mahasiswa.
Kredit Profesi
Kredit diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.
Kredit Perumahan
Merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian rumah dan seringkali
memiliki jangka waktu panjang.
Pengawasan Kredit
Secara spesifik pengertian pengawasan kredit (Teguh Pudjo Muljono, 1990) selaras dengan
pengertian pengawasan dalam arti luas dapatlah dirumuskan sebagai berikut : yaitu salah satu
fungsi manajemen dalam usahanya untuk penjagaan dan pengamanan dalam pengelolaan
kekayaan bank dalam bentuk perkreditan yang lebih baik dan efisien, guna menghindarkan
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya kebijaksanaan-
kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkan serta mengusahakan penyusunan
administrasi perkreditan yang benar. Jadi pada tahap pertama pengawasan kredit ini
merupakan upaya dalam penjagaan dan pengamanan harta bank dalam bentuk kredit,
pengertian penjagaan (safe guards) disini tentu lebih bersifat preventif. Sedangkan pengertian
dari pengamanan disini bersifat represif, untuk menyelamatkan kemungkinan-kemungkinan
kerugian yang potensiil akan timbul lebih besar. Pada tahap pertama disini fungsi
pengawasan kredit lebih banyak mendekati fungsi polisionil yaitu dalam bentuk penjagaan
dan pengamanan tersebut.
Pengamanan kredit (Muchdarsyah Sinungan dalam M. Faisal Abdullah, 2004) merupakan
suatu matarantai kegiatan bank. Langkah pengamanan ini dimulai dari sejak bank
merencanakan untuk memberikan kredit. Dalam menyusun rencana dengan sekaligus
perhitungan plafond, bank telah memperhitungkan berbagai segi yang dapat dijangkau oleh
kemampuan operasional. Mengatur alokasi kredit ke arah-arah yang favourable, diberikan ke
nasabah-nasabah mana serta dengan jumlah plafond berapa dan sebagainya, merupakan
langkah-langkah untuk menjaga keamanan kredit.
Dengan demikian pengawasan kredit menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi (M. Faisal
Abdullah:2004) :
Preventif Control
Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan bertujuan
untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan penggunaan kredit.
Represif Control
Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan kredit
dengan tujuan untuk mengatasi setiap penyimpangan yang terjadi.
Apa yang diuraikan menunjukan bahwa pengawasan kredit merupakan suatu upaya
komprehensif guna mencegah dan mengatasi resiko pemberian kredit.
Kolektibitas Kredit
Istilah penggolongan kredit bermasalah merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan
penggolongan kolektibilitas kredit yang menggambarkan kualitas dari kredit itu sendiri
(Muhamad Djumhana, 2000).
Sehubungan dengan adanya risiko kredit bermasalah, maka bank membagi peringkat
kreditnya ke dalam beberapa kategori kolektibilitas sebagaimana yang ditentukan oleh Bank
Indonesia. Adapun kategori kolektibilitas tersebut adalah sebagai berikut (Boy Leon dan
Sonny Ericson, 2007) :
Kredit Lancar
Yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman maupun
bunganya.
Kredit Dalam Perhatian Khusus (Special Mentioned)
Yaitu kredit yang mengalami penundaan pembayaran pokok pinjaman bunga dan atau
bunganya selama 1 sampai 2 bulan dari waktu yang dijanjikan.
Kredit Kurang Lancar
Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan selama 3 bulan dari waktu yang dijanjikan.
Kredit Diragukan
Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan
selama 6 bulan atau 2 kali dari jadwal yang telah dijanjikan.
Kredit Macet (Non Performing Loan)
Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah dijanjikan.
Rescheduling
Pengertian Rescheduling
Rescheduling atau penjadwalan ulang, yaitu jadwal pembayaran kewajiaban anggota.
Rescheduling merupakan upaya yang dilakukan bank untuk menangani kredit bermasalah
dengan membuat penjadwalan kembali. Penjadwalan kembali dapat dilakukan kepada debitur
yang mempunyai iktikad baik akan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk membayar
angsuran pokok maupun angsuran bunga dengan jadwal yang telah diperjanjikan.
Penjadwalan kembali dilakukan oleh bank dengan harapan debitur dapat membayar kembali
kewajibannya.
Ketentuan Rescheduling
Agar kolektabiltas anggota/nasabah dapat kembali lancar, maka proses rescheduling harus
memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Anggota pembiayaan berpotensi atau mengalami kesulitan pembayaran kewajiban
pokok atau margin pembiayaan. Dikarenkan anggota tidak mampu memanajemen
keuangan dengan baik atau faktor lainnya yang mempengaruhi menurunnya usaha
anggota.
b. Anggota pembiayaan memiliki itikad baik kooperatif. Apabila anggota masih
memiliki itikad baik untuk berusaha memenuhi kewajiban sebagai debitur maka Bank
akan mendukung usahanya kembali dengan diberikan perpanjangan waktu angsuran
agar anggota mampu menjalankan aktivitas bisnisnya seperti semula mendapat
keringanan dalam memngangsur pembiayaan;
c. Anggota pembiayaan memiliki prospek usaha yang baik dan diproyeksi mampu
memenuhi kebutuhan setelah dilakukan penjadwalan kembali;
d. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa;
e. Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil;
f. Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Pelaksanaan Kebijakan Rescheduling
Penjadwalan ulang dilakukan dengan memanjangkan tempo waktu pembiayaan tanpa adanya
penambahan sisa hutang nasabah. Penjadwalan ulang pembiayaan itu boleh dilaksanakan atas
permohonan secara bertulis dari nasabah. Terkait dengan permohonan bertulis tersebut
kepada pihak bank maka perlu adanya surat permohonan dan analisa penjadwalan ulang
(rescheduling):
1. Surat permohonan Penjadwalan ulang harus didasarkan adanya surat permohonan dari
nasabah. Surat permohonan tersebut harus diyakini kebenaran dan keabsahannya oleh pejabat
bank yang berwenang. Peyakinan ini antara lain meliputi pemastian bahwa surat permohonan
ditandatangani oleh nasabah/pihak yang berhak mewakili sesuai anggaran dasar dan diterima
sebelum analisa penjadwalan ulang diproses/dibuat.
2. Analisa penjadwalan ulang Hasil analisa penjadwalan ulang wajib dituangkan dalam Nota
Analisa Penjadwalan Ualng Pembiayaan, sementara surat Pengusul Komite Penjadwalan
Ulang diserahkan kepada Keputusan Komite Penjadwalan Ulang.
Setelah membuat surat permohonan dan analisa penjadwalan ulang, maka langkah
selanjutnya bank memberikan kebijakankebijakannya. Beberapa alternatif rescheduling yang
dapat diberikan bank antara lain:
a. Perpanjangan waktu kredit Misalnya jangka waktu dua tahun diperpanjang menjadi lima
tahun, sehingga total angsuran perbulan diubah menjadi triwulan.
b. Jadwal angsuran bulanan diubah menjadi triwulan Perubahan jadwal tersebut akan
memberi kesempatan nasabah dalam mengumpulkan dana untuk mengangsur dalam triwulan.
Hal ini disesuaikan dengan penerimaan penjualan.
3 Memperkecil angsuran dengan jangka waktu akan lebih lama.
Restrukturisasi
Pengertian Restrukturisasi
Restrukturisasi yaitu upaya yang dilakukan oleh bank dalam menyelamatkan kredit
bermasalah dengan cara mengubah struktur pembiayaan yang mendasari pemberian kredit.
Berdasarkan Undang-Undang Ekonomi Syariah, Kebijakan dan prosedur restrukturisasi
pembiayaan mencakup beberapa hal yang pertama yaitu, pembentukan dan ditetapkan orang-
orang khusus untuk menangani restrukturisasi pembiayan. Kemudian yang kedua,
memutuskan untuk memberikan sebuah ketetapan limit untuk memberikan wewenang
memutuskan pembiayaan yang direstrukturisasi. Ketiga yaitu, memberlakukan dan
menetapkan beberapa kriteria pembiayaan yang dapat direstrukturisasi. Keempat yaitu, cara
dan standart operating procedure restrukturisasi pembiayaan, termasuk penetapan penyerahan
pembiayaan yang akan direstrukturisasi kepada satuan kerja khusus dan penyerahan kembali
pembaiyaan yang telah berhasil direstrukturisasi kepada satuan kerja pengelolaan
pembiayaan. Keenam yaitu, membuat kebijakan akan ketetapan banyaknya pelaksanaan
restrukturisasi pembiayaan atau jumlah maksimalnya pelaksana yang dilihat dengan beberapa
kategori kurang lancer, diragukan, dan macet.
Ketentuan Restrukturisasi
Ketentuan dalam pelaksanaan restrukturisasi:
1) Nasabah membuat permohonan apabila pembiayaannya akan direstrukturisasi;
2) Apabila perpanjangan atas pembiayaan bermasalah kualiatas lancar dan telah jatuh tempo
serta tidak disebabkan oleh penurunan kemampuan membayar nasabah maka tidak temasuk
dalam restrukturiasasi pembiayaan.
3) Kualitas pembiayaan yang dapat direstrukturisasi terdapat pada kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet.
4) Pelaksanaan restrukturisasi harus memuat analisis dan dokumentasi yang baik.
5) Restrukturisasi dapat dilakukan paling banyak tiga kali selama jangka waktu pembayaran.
Pelaksanaan Kebijakan Restrukturisasi
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh bank dalam restrukturisasi antara lain:
Bank dapat memberikan tambahan kredit
Penambahan kredit tersebut tentunya akan menambah beban bunga bagi debitur, akan tetapi
tanpa adanya tamabahan kredit maka debitur tidak mampu menjalankan aktivitas
operasionalnya. Bank akan menghitung kembali berapa dana yang dibutuhkan untuk
mendukung kelancaran operasional perusahaan.
Tambahan dana tersebut berasal daru modal debitur
Bank meninta kepada nasabah untuk menambah modal agar perusahaan dapat berjalan
dengan lancar. Hal ini sulit dilakukan karena pada umumnya nasabah yang kreditnya
bermasalah sudah tidak memiliki dana, sehingga tidak dapat menambah modal dan tambahan
modal dari bank diperlukan untuk kelancaran usaha debitur.
Kombinasi antara bank dan nasabah
Bank akan kembali menghitung total dana yang dibutuhkan oleh debitur, kemudian setelah
diperhitungkan kebutuhan modal tersebut, maka modal tersebut sebagian berasal dari bank
berupa tambahan kredit dan modal nasabah, yaitu dengan mencarikan pemodal baru atau dari
pemilik modal lama. Kombinasi ini merupakan cara yang terbaik, karena bank menilai bahwa
debitur serius untuk menyelesaikan kreditnya dengan ikut serta menambah modal.