Anda di halaman 1dari 10

PROSES PENCAIRAN KREDIT

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Peminjaman/Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau
badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam
jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank denga n pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang
menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.
Didalam sebuah badan seperti bank itu ada yang namanya pembiayaan yang di berikan oleh
pihak pengelolah untuk nasabah. Pembiayaan tersebut di berikan nasabah guna untuk membantu
nasabah yang membutuhkan dengan bentuk tagihan yang mana dalam jangka waktu tertentu
dengan kesepakatan atau persetujuan antara pihak bank dan nasabah.

2. Pengertian Pinjaman / Kredit


Pengertian Peminjaman/Kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti
kata “kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “ credere” yang berarti kepercayaan akan
kebenaran dalam praktek sehari – hari.
“Menurut Astiko, Pengertian Peminjaman/Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan
suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji, pembayaran akan
dilaksanakan pada jangka waktu yang telah disepakati “.
Pengertian kredit yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia telah dirumuskan
dalam Undang – Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa kriteria
adalah penyediaan uang / tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan /
kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan.
Menurut Teguh P. Mulyono Sebenarnya sasaran kredit pokok dalam penyediaan pinjaman
tersebut bersifat penyediaan suatu modal sebagai alat untuk melaksanakan kegiatan usahanya
sehingga kredit ( dana bank ) yang diberikan tersebut tidak lebih dari pokok produksi semata.
3. Jenis- jenis Pinjaman Kredit
Ada beberapa jenis kredit yang dikemukakan oleh Kasmir dalam bukunya Manajemen
Perbankan (2010: 76), diantaranya:
1. Dilihat dari segi kegunaan
1) Kredit investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan
rehabilitasi. contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli
mesin-mesin. masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan
dibutuhkan modal yang relatif besar.
2) Kredit modal kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang
berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit


1)        Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. kredit ini
diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. sebagai contohnya kredit untuk membangun
pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan
produk pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri
akan menghasilkan barang industri.
2)        Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai
oleh seseorang atau badan usaha. sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil
pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.
3)        Kredit perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membeli aktivitas
perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan
dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. kredit ini sering diberikan kepada suplier atau
agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. contoh kredit ini
misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu


1)        Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun
dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. contohnya untuk peternakan, misalnya
kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
2)        Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit
ini digunakan untuk melakukan investasi. sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk,
atau peternakan kambing.
3)        Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu
pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. biasanya kredit ini untuk investasi jangka
panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif
seperti kredit perumahan.

4. . Dilihat dari segi jaminan


1)        Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. jaminan tersebut dapat berbentuk
barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. artinya setiap kredit yang
dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus
melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur.
2)        Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. kredit jenis ini
diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon
debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.

5. Dilihat dari segi sektor usaha


1)        Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
pertanian. sektor utama pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
2)        Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik
jangka pendek maupun jangka panjang. untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan
jangka panjang ternak kambing atau ternak sapi.
3)        Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik
industri kecil, industri menengah atau industri besar.
4)        Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis
usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak
atau timah.
5)        Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana
pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
6)        Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional
seperti, dosen, dokter atau pengacara.
7)        Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.
8)        dan sektor-sektor lainnya.
4. SYARAT PEMBERIAN PINJAMAN/ KREDIT
Pada dasarnya kredit adalah pemberian pinjaman uang / barang oleh pemilik uang
(kreditur) terhadap pihak yang meminjam (debitur) berdasarkan asas kepercayaan.
Debitur yang membutuhkan pinjaman, biasanya akan diwajibkan oleh bank untuk
menjaminkan barang atau agunan yang dimiliki. Selain jaminan, pihak bank selaku
kreditur juga akan membebankan bunga untuk setiap angsuran pinjaman. Tingkat
suku bunga yang berlaku antara satu bank dapat berbeda dengan bank lainnya.
Seperti yang telah disebutkan, kepercayaan adalah salah satu dasar pemberian
pinjaman oleh kreditur kepada debitur.
Namun pemberian pinjaman jelas tak mungkin hanya berlandaskan kepercayaan
saja. Masih ada beberapa syarat pemberian kredit oleh bank yang wajib dipenuhi agar
daba dapat dicairkan
1) Karakter(Character)
Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mempertimbangkan karakter
pemohon untuk mencegah resiko yang tidak diinginkan oleh bank, seperti debitur
gagal melunasi pinjaman, atau bahkan ngemplang alias lari dari kewajiban. Pihak
bank akan menelusuri terlebih dahulu seluruh kebiasaan dan kepribadian
pemohon sebelum memberikan pinjaman.
2) Kemampuan (Capacity)
Bank akan selektif memberikan pinjaman hanya kepada pemohon yang dianggap
layak. Bank akan memastikan secara berhati-hati apakah pemohon benar-benar
dianggap memiliki kemampuan untuk melunasi pinjaman yang diberikan. Terkait
hal ini, pastikan angsuran pinjaman Anda tidak melebihi 30% penghasilan
bulanan atau kebutuhan dapur rumah tangga Anda akan terancam.
3) Jaminan (Collateral)
Semakin tinggi nilai agunan yang dijaminkan ke bank, maka akan semakin besar
peluang Anda untuk memperoleh pinjaman. Apabila debitur di kemudian hari
ternyata tidak sanggup melunasinya, maka agunan tersebut akan dijual oleh bank
sebagai bentuk ganti pelunasan. Agunan yang dapat dijaminkan dapat berupa
tanah, rumah, mobil, motor, emas ataupun surat-surat berharga.
4) Modal (Capital)
Semakin banyak saldo tabungan, deposito dan aset investasi Anda lainnya, akan
semakin meringankan langkah bank untuk mencairkan dana pinjamannya kepada
Anda. Dalam beberapa kasus, bisa saja bank berbaik hati menawarkan suku bunga
yang lebih rendah dibandingkan tingkat suku bunga yang berlaku.
5) Kondisi Ekonomi (Condition of Economy)
Apabila bank selaku kreditur memperkirakan perekonomian akan baik di masa
mendatang, maka pinjaman kemungkinan besar dapat diberikan. Sebaliknya, jika
perekonomian dirasa akan memburuk di kemudian hari, maka bank akan enggan
mencairkan dananya. Ada beberapa kondisi standar yang wajib dipenuhi seperti
batas waktu pinjaman, persyaratan usia dan jumlah pinjaman minimal. Kondisi ini
dapat berbeda-beda antara satu bank dengan bank lainnya.
5. JENIS – JENIS PEMBIAYAAN
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok Bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan
dana untuk memenuhi kebutuhan pihak – pihak yang merupakan defisit unit. Jenis-jenis
Pembiayaan menurut sifat penggunaan dapat dibagi menjadi 2 hal, sebagai berikut:
(Antonio, 2001:160) 
A. Pembiayaan Produktif
 Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas,
yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:
a)    Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun
secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atu mutu hasil produksi.
b)   Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
2)     Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods)
B.  Pembiayaan Konsumtif
       Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kousumsi, yang akan
habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Berdasarkan dari segi unsur balas jasa
Pembiayaan atau mekanisme pengambilan keuntungan, operasional  pembiayaan dibagi
dalam dua jenis pembiayaan yaitu pembiayaan secara Konvensional dan pembiayaan
secara Syariah sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2011:52) seperti berikut:
1) Pembiayaan Konvensional
Pembiayaan  Konvensional merupakan kegiatan penyaluran dana kepada Masyarakat
yang dilakukan oleh Bank Kovensional, dalam Perbankan Konvensional, pembiayaan
lebih dikenal dengan istilah Kredit atau Pinjaman. Kasmir (2008:96) mengemukakan
”Kredit  adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam upaya untuk menghasilkan laba yang
sebesar -besarnya maka Bank berupaya untuk dapat menyalurkan kredit kepada
Masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit). Dalam penyaluran kredit
tersebut pihak Bank akan membeBankan bunga kepada Masyarakat yang menggunakan
kredit dari Bank tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Martono (2007:55) “Bunga kredit
adalah suatu jumlah ganti rugi atau balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah”.
Bunga kredit merupakan balas jasa yang sangat diharapkan oleh Bank dari semua produk
pembiayaan yang ditawarkannya. Bunga memegang peran penting dalam upaya Bank
dalam menghasilkan laba. Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariayanti (2009:4)
“Apabila pemberian kredit berjalan baik (lancar) maka bunga kredit dapat mencapai 70%
sampai 90% dari keseluruhan pendapatan Bank”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa bunga kredit merupakan tulang punggung aktivitas Bank
Konvensional, semakin lancar penerimaan bunga kredit atau pembiayaan  yang didapat
oleh Bank akan dapat menjamin pergerakan Bank selanjutnya.
2) Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Syariah merupakan kegiatan penyaluaran dana yang dilakukan Bank Syariah
yang berprinsip pada konsep Perbankan Syariah atau Perbankan Islam yang didasari oleh
larangan agama islam untuk meminjamkan dan dengan mengharapakan keuntungan yang
berupa bunga sebagaimana yang di kemukakan oleh Antonio (2001:39) ‘riba merupakan
penambahan atas harta pokok karena unsur waktu’. Dalam dunia Perbankan,hal tersebut
dikenal dengan bunga kredit sesuai lama waktu pinjaman’. yang hal ini biasanya di
lakukan oleh Perbankan Konvensional.
Kasmir (2008:96) mengemukakan bahwa “Pembiayaan adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil. Selain itu didalam Perbankan Syariah istilah kredit atau pinjaman tidak
dapat digunakan untuk menjelaskan kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh Bank
Syariah. Ada dua alasan yang dapat menjelaskan pernyataan diatas.
Pertama, pinjaman hanyalah salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Masih
banyak metode lain yang diajarkan oleh Syariah seperti jual beli, bagi hasil, sewa dan
lain-lain. Kedua, pinjaman dalam konteks Islam adalah akad sosial, bukan akad
komersial. Artinya apabila Bank memberikan pinjaman, nasabah tidak boleh disyaratkan
untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya.
Bank Syariah sebagai lembaga komersial yang mengharapkan keuntungan, tentu
saja tidak dapat melakukan hal ini. Bank Syariah dapat melakukan jual beli dimana Bank
Syariah boleh mengambil keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli sesuai dengan
akadnya. Selain itu Bank Syariah juga dapat melakukan bagi hasil, sewa, ataupun jenis
jasa-jasa keuangan lainnya.Bank Syariah tidak menggunakan istilah pinjaman atau kredit,
melainkan pembiayaan (financing).
Pembiayaan adalah transaksi dalam Perbankan Syariah yang merupakan bentuk
penyaluran dana ke sektor riil. Perbedaan utama dengan kredit terletak pada konsep
bunga. Prinsip ekonomi Islam mengkategorikan bunga sebagai riba dan hukumnya
haram. Pembiayaan menggunakan konsep profit and loss sharing atau bagi hasil.
Besarnya bagian tergantung pada perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
6. Pencairan kredit
A. Nasabah
Dalam praktek nasabah dapat melakukan penarikan dengan cara tunai yaitu hanya
dengan menggunakan Slip Penarikan dilampiri Surat pemberitahuan, atau perintah
pemindah bukuan dengan Bilyet Giro ataupun Surat perintah Pemindah Bukuan Lainnya
(SPPBL) dan cheque bila kredit dibukukan dalam R/K
1) Nasabah yang datang untuk menguangkan cheque dapat langsung ke-counter
Teller/Kasir, jika persyaratan memadai akan diminta untuk menandatangani dibalik
cheque tersebut dan menunjukkan Kartu Tanda Bukti Diri yang sah kepada Teller,
selanjutnya menerima sejumlah uang yang tercantum dalam cheque.
2) Nasabah yang bermaksud memerintahkan bank agar rekeningnya
didebit/dikurangi/dibebani dengan membawa bilyet giro / Surat Perintah Pemindah
Bukuan Lainnya disarankan untuk ke-counter Customer Service untuk dibuatkan slip
setor untuk keuntungan rekening lainnya, untuk selanjutnya menunggu resi jika
persyaratannya memadai.
3) Customer Service
a) Menerima bilyet giro atau memberikan slip Over Booking serta slip penyetoran
b) Memberikan  penjelasan cara pengisian terutama rekening nasabah yang hendak
didebit/dikurangi/dibebani dan rekening yang akan dikredit/ditambah
c) Mempersilahkan nasabah untuk menunggu ditempat yang telah disediakan
d) Menghubungi Petugas Rekening mengkonfirmasikan saldo rekening penarik mencukupi
atau tidak, jika cukup beri paraf pada kolom terbilang, bila tidak serahkan kepada Kepala
Bagian Umum untuk dibuatkan SKP (Surat Keterangan Penolakan)
e) Menyerahkan slip setor beserta Bilyet Giro/SPPBL kepada Kepala Bagian Umum Untuk
dicheck tandatangan penarik dengan Kartu Contoh Tanda Tangan
f)  Menerima Bilyet giro / SPPBL dan slip setor  serta nota debit nota kredit dari Kepala
Bagian Umum, kemudian menyerahkan resi penyetoran dan meneruskan bukti transaksi
tersebut kepada Back Office

4) Teller / Kasir
a) Menerima  cheque/ Slip Penarikan yang dilampiri Surat Pemberitahuan dari nasabah
dan mempersilahkan nasabah menunggu sejenak
b) Menghubungi petugas rekening untuk mengkonfirmasikan saldo bila cukup bubuhkan
paraf pada kolom terbilang dan serahkan cheque/ Slip Penarikan yang dilampiri Surat
Pemberitahuan kepada Kepala Bagian Umum untuk diperbandingkan kesamaan
tandatangan dengan kartu contoh tandatangan
c) Menerima cheque/ Slip Penarikan yang dilampiri Surat Pemberitahuan dari Kepala
Bagian Umum dengan me-recheck keberadaan paraf Kepala Bagian Umum pada
kolom tandatangan
d) Mempersiapkan sejumlah uang yang tertera pada cheque/ Slip Penarikan yang
dilampiri Surat Pemberitahuan tersebut, memanggil nasabah untuk menerima uang
e) Meminjam Kartu Tanda Bukti Diri nasabah
f)  Meminta tandatangan disebalik cheque/ Slip Penarikan yang dilampiri Surat
Pemberitahuan dan bandingkan dengan tandatangan yang diberikan nasabah bila
sama tarik cheque dan berikan uangnya
g) Berikan cheque tersebut nomor bukti transaksi, catat dalam klad kas pada sisi
pengeluaran (kredit)
h) Tempatkan cheque/ Slip Penarikan yang dilampiri Surat Pemberitahuan tersebut pada
tempat yang disediakan untuk didistribusikan kepada Back Office
5. Kepala Bagian Umum.
a) Menerima cheque / bilyet giro / SPPBL  dari Customer Service atau Teller yang tidak
terdapat paraf petugas pada kolom terbilang, dan membuatkan SKP, bila terdapat paraf
petugas, periksa tandatangan penarik, bila tidak sama / kurang buatkan SKP
b) Panggil nasabah untuk menerima cheque / bilyet giro / SPPBL beserta SKP
c) Untuk cheque/ Slip Penarikan yang dilampiri Surat Pemberitahuan yang disetujui bayar
bubuhkan paraf pada kolom tandatangan dan serahkan kembali pada Teller untuk
dibayarkan
d) Bilyet Giro / SPPBL yang disetujui buatkan Nota Debit Nota Kredit dan serahkan
kembali kepada Customer Service

Anda mungkin juga menyukai