PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut J.Satrio hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum yang mengatur
tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur.
Ringkasnya hukum jaminan adalah hukum yang mengatur tentang jaminan piutang
seseorang (J.Satrio, 2002:3). Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan
hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan
pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit (Salim HS, 2004:6).
C. Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
I. Hukum Jaminan
A. Pengertian Jaminan
Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidsstelling atau security
of law. Dalam seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional tentang lembaga hipotek
dan jaminan lainnya ,yang diselenggarakan di Yogyakarta ,pada tanggal 20 sampai
dengan 30 juli 1977, disebutkan bahwa hukum jaminan ,meliputi pengertian ,baik
jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan .Pengertian jaminan ini mengacu
pada jenis jaminan, bukan pengertian. Definisi ini menjadi tidak jelas ,karena yang
dilihat hanya dari penggolongan jaminan.
2. J satrio
3. Salim H.S
D. Penggolongan Jaminan
1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang
memerlukan.
2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan
dan meneruskan usahanya.
3. Memberikan kepastian kepada si kreditur dalam arti bahwa barang
jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, bila perlu dapat mudah
diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima.
E. Prosedur Kredit
Merencanakan Pasar Sasaran. Bank harus mempunyai perencanaan, pasar
mana yang akan dituju dalam memasarkan kreditnya, misalkan fokus pada
sektor ritel/
Menentukan kriteria risiko yang dapat diterima. Bank hanya memasarkan
kredit apabila kriteria risikonya jelas dan dapat dimitigasi, misalkan
dengan: menetapkanlimit exposure, jenis usaha (dibuat ratingnya, dan
rating apa saja yang layak dibiayai), lokasi dsb nya.
Menentukan kriteria nasabah kredit yang diberikan, berdasar pada kriteria
nasabah yang jelas.
F. Putusan Kredit
Setiap pemberian kredit harus melalui mekanisme proses dan prosedur baku,
antara lain:
Ada permohonan kredit secara tertulis
Dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan
Disertai dengan proposal kredit
Dibuat rekomendasi dan putusan kredit
Dibuat pemberitahuan putusan kredit secara tertulis
Melakukan perjanjian kredit secara hokum
Proses pencairan kredit
Melakukan pengawasan dan evaluasi
Pada dasarnya tujuan pemberian kredit haruslah didasarkan pada kelayakan
usaha, agar usaha yang dibiayai dapat berkembang, menyerap tenaga kerja, dan pada
akhirnya dapat menyumbang peningkatan ekonomi masyarakat disekitarnya.
BAB III
KESIMPULAN
http://millamantiez.blogspot.com/2013/04/materi-hukum-jaminan-ibu-noor.html?
m=1
http://tesishukum.com/pengertian-hukum-jaminan-menurut-para-ahli/
http://kuliahade.wordpress.com/2010/04/18/hukum-jaminan-pengertian-dan-macam-
macam-jaminan/
http://kusdinard.blogspot.com/2014/03/pengertian-dan-konsep-teoritis-hukum.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/1971084-
pengertian-kredit/
http://edratna.wordpress.com/2007/09/04/kebijakan-perkreditan-
merupakan-dasar-pemberian-pinjaman-yang-sehat/