Anda di halaman 1dari 47

JAMINAN HIPOTEK DIVI

KUSUMANINGRUM,S.H.,M.H.
GAMBARAN UMUM HIPOTEK
Hipotek berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca , yaitu
suatu jaminan utang dimana barang tanggungan tidak dipindahkan ke dalam tangan
orang yang mengutangkan (kreditur) tetapi barang itu selalu dapat diminta/dituntut
meskipun barang itu sudah berada di tangan orang lain apabila orang yang
berutang (debitur) tidak memenuhi kewajibannya (wanprestasi) .
Dalam bahasa Belanda disebut Onderzetting ,sedangkan dalam bahasa Indonesia
disebut pembebanan .
Menurut pasal 1162 KUHPerdata ,hipotek adalah “ suatu hak kebendaan atas suatu
benda yang tak bergerak ,bertujuan untuk mengambil pelunasan suatu utang dari
(pendapatan penjualan) benda itu “
GAMBARAN UMUM HIPOTEK
Berdasarkan pasal 1171 , 1175 dan 1176 KUHPerdata dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur dari jaminan hipotek adalah sebagai berikut :
A. Harus ada benda yang dijaminkan
B. Benda harus benda tidak bergerak
C. Dilakukan oleh orang yang memang berhak memindah tangankan benda jaminan.
DASAR HUKUM HIPOTEK
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1162-1232 Buku Kedua Bab XXI
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 310-319 Bab II.
3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.
4. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan.
5. Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2005 Tentang Pengesahan INTERNATIONAL
CONVENTION ON MARITIME LIENS AND MORTGAGES, 1993 (Konvensi
Internasional tentang Piutang Maritim dan Mortgage, 1993)
SIFAT DAN CIRI HIPOTEK
Ciri khas hipotik berdasarkan KUH Perdata adalah sebagai berikut :
Ondeelbar, adalah hipotik tidak bisa dibagi-bagikan karena hipotek berada diatas
semua aset yang menjadi objeknya. Artinya apabila sebagian hutang hipotik telah
dibayar maka sebagian hak hipotik tidak otomatis dihapus.
Accecoir, adalah hipotik merupakan sebuah perjanjian tambahan. Perjanjian
utamanya adalah perjanjian hutang-piutang.
Verhallsrech, Bingung cara membacanya? berhaalsrecht adalah hak mengenai
pelunasan hutang saja. Tidak mempunyai hak untuk memiliki benda yang dijaminkan.
Tetapi apabila diperjanjikan, kreditur bisa memiliki hak untuk menjual aset jaminan
yang disepakatai atas kekuasaan sendiri apabila debitur melakukan kelalaian.
SIFAT DAN CIRI HIPOTEK
Berdasarkan pada KUH Perdata, sifat yang dimiliki oleh hipotik dari apa yang ada
pada hak kebendaan biasanya seperti :
Absolut, merupakan hak yang bisa dipertahankan terhadap segala tuntutan dari
siapapun.
Droit de Suite merupakan hak dimana hak tersebut mengikuti aset yang dijaminkan
berada ditangan siapa aset tersebut berada.
Droit de Preference, adalah seseorang yang memiliki hak untuk didahulukan
pembayaran piutangnya diantara para pemberi hutang lainnya. Hak disini tidak
dipengaruhi oleh situasi pailit atau penyitaan yang dilakukan terhadap aset yang
dijaminkan.
ASAS-ASAS HIPOTEK
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan dalam bukunya Hukum Perdata: Hak Jaminan Atas
Tanah menjelaskan tentang 3 asas hukum yang berada dalam hipotik adalah
#1 Asas Specialiteit
Asas Specialiteit adalah asas yang menyatakan bahwa utang hipotek hanya bisa
dilandasi atas aset aset yang ditunjuk khusus.

Aset tidak bergerak yang yang terikat sebagai tanggungan.

Contohnya aset yang jaminkan hipotik itu wujudnya seperti apa, dimana letak
lokasinya, berapakah besar kecil atau luas aset beserta batasan batasannya.
ASAS-ASAS HIPOTEK
#2. Asas Publicitiet
Asas Publicitiet merupakan asas dimana hipotik tersebut diwajibkan untuk
didaftarkan pada register umum agar bisa diketahui oleh pihak lainnya.
#3. Asas Ondeelbaarheid
Asas Ondeelbaarheid atau atas tidak bisa dibagi bagi. Artinya hipotik membebani
semua aset yang menjadi jaminan dalam keseluruhan. Aset dan setiap bagian-
bagian dari aset bergerak. Apabila hutang hipotik telah dibayar sebagian, maka
pembayaran tersebut tidak akan mengurangi sebaian dari aset yang dijaminkan.
ISI AKTA HIPOTEK
Isi daripada akte hipotik itu pada umumnya dibagi menjadi 2 bagian:
1. Isi yang bersifat wajib, yaitu berisi hal-hal yang wajib dimuat, misalnya tanah itu harus
disebutkan tentang letak tanah yang bersangkutan, luasnya jenis dari tanah tersebut (sawah,
tegalan, pekarangan dan sebagainya), status tanah, subur atau tidaknya, daerah banjir atau
bukan dan sebagainya. Kalau misalnya mengenai bangunan, maka harus disebutkan tentang
letak bangunan, ukuran bangunan, model/jenis bangunan, konstruksi bangunan serta
keadaan/kondisi bangunan (Pasal 1174 KUH Perdata).
2. Isi yang bersifat fakultatif, yaitu tentang hal-hal yang boleh dimuat atau tidak dimuat di
dalam akte tersebut. Dan ini biasanya berupa janji-janji/bendingan antara pemegang dan
pemberi hipotik, seperti janji untuk menjual benda atas kekuasaan sendiri, janji tentang sewa,
janji tentang asuransi dan sebagainya. Namun meskipun janji-janji/bendingan tersebut
merupakan isi akte hipotik yang bersifat fakultatif, pada umunya selalu dicantumkan pada
akte hipotik tersebt. Hal ini dilakukan dengan maksud agar bila dikemudian hari timbul hal-
hal yang tidak diharapkan sudah jelas pembuktiannya.
JANJI DALAM HIPOTEK
Di dalam perjanjian Hipotik lazim diadakan janji-janji yang bermaksud melindungi kepentingan Creditur
supaya tidak dirugikan. Janji-janji demikian harus tegas-tegas dicantumkan dalam akte Hipotik, yaitu:
1. Janji untuk menjual atas kekuasaan sendiri, pasal 1178 KUH Perdata.
2. Janji tentang sewa, pasal 1185 KUH Perdata.
3. Janji untuk tidak dibersihkan, pasal 1210 KUH Perdata.
4. Janji tentang Asuransi, pasal 297 KUHD.
Namun demikian para pihak tidak boleh mengadakan janji untuk memiliki bendanya manakala debitur
wanprestasi yaitu disebut vervalbeding. Beding demikian adalah dilarang (pasal 1178 ayat 1 KUH Perdata).
Larangan adanya janji yang demikian itu adalah untuk melindungi debitur agar dalam kedudukannya yang
lemah itu karena membutuhkan kredit terpaksa menerima janji dengan persyaratan yang berat yang sangat
merugikan baginya. Juga larangan demikian itu mencegah turunnya harga/nilai dari benda yang dibebani
hipotik itu kurang dari nilai yang sesungguhnya sehingga berakibat tidak seluruh piutang-piutang kreditur
dapat dibayar dari hasil penjualan benda tersebut. Larangan adanya janji yang demikian itu juga kita jumpai
pada Credietverband yaitu diatur dalam pasal 12 dari Peraturan mengenai Credietverband yang
menentukan semua janji-janji dimana kreditur dikuasakan untuk memiliki benda yang menjadi jaminan adalah
batal.
JANJI DALAM HIPOTEK
1. Janji untuk menjual atas kekuasaan sendiri
Pemegang hipotik yang pertama diberi kemungkinan untuk minta ditetapkan suatu
jani bahwa pemegang hipotik diberi kekuasaan yang tidak dapat dicabut kembali
untuk menjual benda yang dihipotikkan atas kekuasaan sendiri tanpa perantaraan
Pengadilan, manakala debitur tidak memenuhi kewajiban. Dengan syarat bahwa
penjualan benda itu setelah dikurangi dengan piutangnya dikembalikan kepada
debitur.
JANJI DALAM HIPOTEK
2. Janji tentang sewa (huurbeding)
Pemegang hipotik dapat minta ditetapkan suatu janji yang membatasi pemilik tanah
(pemberi hipotik) dalam hal menyewakan tanahnya, yaitu harus seizing pemegang
hipotik, atau hanya dapat menyewakan selama waktu tertentu, atau menyewakan
dengan cara tertentu atau dibatasi dalam hal besarnya pembayaran uang muka,
karena semuanya itu akan merugikan kreditur jika benda itu harus dilelang
mengingat berlakunya pasal 1576 KUH Perdata, mengenai asas “Koop breekt geen
huur”, janji sewa yang demikian itu tidak hanya mengikat para pihak melainkan juga
mengikat pihak ketiga, mereka memperoleh hak. Kalau janji yang demikian itu
dilanggar oleh pemilik tanah maka pemegang hipotik dapat menuntut pelaksanaan
janji tersebut dari si penyewa, yaitu dapat menuntut pembatalan perjanjian sewa-
menyewa itu
JANJI DALAM HIPOTEK
3. Janji untuk tidak dibersihkan
Pemegang hipotik pertama dapat minta diperjanjikan agar hipotiknya tidak
dibersihkan/dihilangkan dalam hal terjadi penjualan tanahnya oleh pemilik. Pasal
1210 ayat 1 KUH Perdata menentukan bahwa apabila tanah yang dibebani hipotik
itu dijual baik oleh pemegang hipotik untuk memenuhi piutangnya maupun oleh
pemilik tanah sendiri maka si pembeli dapat minta agar dari beban yang melebihi
harga pembelian hipotik damikian itu dibersihkan. Hal demikian itu akan merugikan
si pemegang hipotik karena untuk sisa piutangnya lalu sudah tidak dijamin dengan
hipotik lagi dilaksanakannya pembersihan itu dengan mencatumkan janji demikian
tadi di dalam akte hipotik
Namun janji yang demikian hanya dapat diadakan terhadap penjualan oleh pemilik
tanah sendiri bukan penjualan tanah oleh pemegang hipotik guna melaksanakan
haknya atau atas perintah pengadilan
JANJI DALAM HIPOTEK
4. Janji tentang asuransi
Janji yang senantiasa juga dicantumkan dalam akte ialah janji tentang asuransi. Yaitu
perjanjian bahwa terhadap benda objek hipotik yang diasuransikan jika kemudian
tertimpa kebakaran, banjir, dan sebagainya, maka uang asuransi harus
diperhitungkan untuk pembayaran piutang pemegang hipotik. Janji yang demikian itu
harus diberitahukan kepada perusahaan asuransi supaya perseroan asuransi terikat
oleh adanya janji yang demikian yang dibuat oleh pemberi hipotik dan pemegang
hipotik
PROSEDUR TERJADINYA HIPOTEK
Tahap pertama, kreditur dan debitur berunding untuk menutup suatu perjanjian kredit
( hutang – piutang ). Kreditur menjanjikan sejumlah uang pinjaman dan debitur
menjanjikan jaminan atas hutangnya. Perjanjian untuk menutup perjanjian hutang –
piutang tersebut dalam dunia bankan lazim disebut perjanjian kredit, dalam mana
disebutkan, bahwa Bank (kreditur) menjanjikan benda jaminan. Dalam perjanjian
perbankan sering disebut dengan Perjanjian Membuka Kredit / Akad Kredit. Di
dalam perjanjian membuka kredit, bank mensyaratkan, bahwa penerima kredit
(debitur) baru dapat menarik kredit untuk pertama kalinya setelah dipenuhi syarat –
syarat seperti pengikatan atau penguasaan benda jaminan sebagaimana ditentukan
oleh Bank telah selesai dilaksanakan
PROSEDUR TERJADINYA HIPOTEK
Perjanjian tersebut dapat dibuat secara dibawah tangan atau otentik. Tidak ada
syarat bentuk tertentu. Dengan demikian, dengan ditandatanganinya perjanjian
membuka kredit belum berarti telah ada hutang pada debitur. Karenanya, ada yang
mengatakan, bahwa perjanjian membuka kredit sebagai perjanjian yang bersifat
konsensuil obligatoir merupakan suatu pactum de contrahendo terhadap perjanjian
hutang – piutang.
PROSEDUR TERJADINYA HIPOTEK

Tahap Kedua, para pihak dapat juag memilih langsung memasang hipotiknya, atau
pemegang kuasa (notariil) untuk memasang hipotik, suatu ketika benar – benar
melaksanakan pemasangan hipotiknya.
Akta hipotik dibuat dalam bentuk minut, ditandatangani oleh para pihak , saksi, yang
dilaksanakan dihadapan pejabat balik nama ( Pasal 3 jo Pasal 24 S. 1933: 48 jo S.1938: 1
tentang pendaftaran kapal) dan minuta akta, secara berurutan dicatat dalam daftar harian,
yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat balik nama.
PROSEDUR TERJADINYA HIPOTEK
Tahap Ketiga, setelah pelaksanaan akta hipotik, maka selanjutnya
dilaksanakan pendaftaran ikatan jaminan hipotik.
Dalam Pasal 5 Peraturan Pendaftaran kapal (S.1933: 48 jo S.1938: 1)
ditetapkan, bahwa akta yang bersangkutan harus memuat :
v Nama, nama depan dan tempat tinggal para pihak secara lengkap,;
v Menyebutkan surat – surat atas dasar mana mereka berhak membuat akta;
v Uaraian tentang kapal sesuai dengan Pasal 11, yaitu tentang nama, jenis
dan penggunaan kapal, tanggal, nomor, dan tempat pengeluaran surat ukur,
tempat dan tahun pembuatan, ukuran besarnya kapal, isi bruto dalam meter
kubik dan merek dagang:
v Harga pembelian atau nilai kapal atau hak atas kapal, atau dalam hal ada
hipotik hutang yang dijamin denhan kapal diuraikan dengan huruf besar.
HAPUSNYA HIPOTEK
Dalam Pasal 1209 BW disebutkan hal-hal yang menyebabkan hapusnya hipotik yaitu:

1. Karena hapusnya perikatan pokok;

2. Karena pelepasan hipotiknya oleh kreditur; dan

3. Karena penetapan tingkat oleh hakim.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa perjanjian utang piutang atau perjanjian kredit
merupakan perjanjian pokok antara kreditur dengan debitur. Sedangkan perjanjian
pembebanan hipotik hanyalah sebagai perjanjian yang bersifat tambahan/ikutan (accessoir).
Oleh karena itu, dengan hapusnya perjanjian pokok dengan sendirinya mengakibatkan
hapusnya hipotik. Akan tetapi, hapusnya hipotik tidak dengan sendirinya mengakibatkan
hapusnya utang-piutang.
HIPOTEK KAPAL LAUT
1. Pengertian Kapal Laut
Inti definisi kapal dalam hal ini adalah “kapal merupakan kendaraan air dengan bentuk dan jenis apa pun”.
Kendaraan air dapat digerakkan dengan;
- Tenaga mekanik;
- Tenaga angin atau ditunda
- Berdaya dukung dinamis
- Kendaraan di bawah permukaan laut; dan
- Alat apung dan bangunan terapung
Apabila dikaji dari beratnya, kapal dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kapal yang beratnya kurang
dari 20 m3dan kapal yang beratnya di atas 20 m3. perbedaan berat, akan berperngaruh pada jenis
pembebanan jaminan. Apabila beratnya kurang dari 20 m3, maka lembaga jaminan yang digunakan adalah
fidusia, sedangkan kapal yang beratnya di atas 20 m3, mak pembebanannya menggunakan hipotek kapal.
Hipotek kapal laut adalah: “Hak kebendaan atas kapal yang dibukukan atau didaftarkan (biasanya dengan
isi kotor di atas 20 m3) diberikan dengan akta autentik, guna menjamin tagihan hutang“.
PEMBEBANAN HIPOTEK KAPAL LAUT
Unsur-unsur yang terkandung dalam hipotek kapal adalah:
1, Adanya hak kebendaan;
2. Objeknya adalah kapal yang beratnya di atas 20 m3
3. Kapal tesebut harus yang dibukukan
4. Diberikan dengan akta autentik; dan
5. Menjamin tagihan hutang
PEMBEBANAN HIPOTEK KAPAL LAUT
Keterangan unsur 3 dan 4 :
Kapal yang dibukukan atau didaftar adalah grosse akta yang merupakan salinan
pertama dari asli akta. Diberikan dengan akta autentik maksudnya adalah bahwa
hipotek kapal itu harus dilakukan dengan akta autentik. Artinya dibuat di muka dan
di hadapan pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk
membuat akta autentik adalah pejabat pembuat akta kapal laut.
DASAR HUKUM HIPOTEK KAPAL LAUT
1. Pasal 1162 sampai dengan pasal 1232 KUHP. Di dalam berbagai ketentuan itu diatur
tentang:
a. Ketentuan-ketentuan umum ( pasal 1162 sampai dengan pasal 1178 KUHP )
b. Pendaftaran hipotek dan bentuk pendaftaran ( pasal 1179 sampai dengan pasal
1194 KUHP )
c. Pencoretan pendaftaran ( pasal 1195 sampai dengan pasal 1197 KUHP );
d. Akibat hipotek terhadap pihak ketiga yang menguasai barang yang dibebani ( pasal
1198 sampai dengan asal 1208 KUHP );
e. Hapusnya hipotek (pasal 1209 sampai dengan pasal 1220 KUHP)
f. Pegawai-pegawai yang ditugaskan menyimpan hipotek, tanggung jawab mereka dan
hal diketahuinya daftar-daftar oleh masyarakat (pasal 1221 sampai dengan pasal 1232
KUHP )
DASAR HUKUM HIPOTEK KAPAL LAUT
2. Pasal 314 dengan pasal 316 kitab Undang-Undang Dagang. Pasal 314 KUHD
berbunyi: “Kapal-kapal Indonesia yang isi kotornya berukuran paling sedikit 20 m3 dapat
dibukukan dalam register kapal menurut peraturan, yang akan diberikan dengan ordonasi
tersendiri.” Inti pasal ini bahwa kapal yang beratnya 20 m3 ke atas dapat dibukukan. Pasal
315 KUHD berbunyi: “Urutan tingkat antara hipotek-hipotek ditentukan oleh hari
pendaftarannya. Hipotek yang didaftarkan pada satu hari yang sama, mempunyai tingkat
yang sama.” Pasal 316 KUHD mengatur tentang piutang yang diberi hak mendahului atas
kapal. Piutang-piutang yang didahulukan itu, antara lain:
a. Tagihan nahkoda dan anak buah kapalnya yang timbul dari perjanjian perburuhan, selama
mereka berkerja dalam dinas kapal itu.
b. Biaya sita lelang.
c. Upah pertolongan uang, uang pandu, biaya rambu dan biaya pelabuhan serta biaya
pelayaran lainnya.
d. Tagihan karena penubrukan
DASAR HUKUM HIPOTEK KAPAL LAUT
3. Artikel 1208 sampai dengan artikel 1268 NBW belanda
4. Pasal 49 UU No. 21 Tahun 1992 tentang pelayaran
SUBJEK DAN OBJEK HUKUM HIPOTEK KAPAL
LAUT
Ada dua pihak yang terkait dalam perjanjian pembebanan hipotek kapal laut, yaitu
pemberi hipotek (Hypotheekgever) dan penerima hipotek. Pemberi hipotek adalah
mereka yang sebagai jaminan memberikan suatu hak kebendaan/zakelijke
recht (hipotek), atas bendanya yang tidak bergerak, biasanya mereka mengadakan
suatu utang yang terikat pada hipotek, tetapi hipotek atas beban pihak ketiga.
Penerima hipotek disebut
juga hypotheekbank,hypotheekhouder atau hypotheeknemer. Hypothekhouderatau hypo
theeknemer, yaitu pihak yang menerima hipotek, pihak yang meminjamkan uang di
bawah ikatan hipotek. Biasanya yang menerima hipotek ini adalah lembaga
perbankan dan lembaga keuangan non bank.
SUBJEK DAN OBJEK HUKUM HIPOTEK KAPAL
LAUT
Hypotheekbank adalah lembaga kredit dengan jaminan tanah, bank yang khusus memberikan
pinjaman uang untuk benda tidak bergerak, kapal laut, kapal terbang dan dari segi
mengeluarkan surat-surat gadai. Objek hipotek diatur pasal 1164 KUHPerdata. Objek hipotek
yaitu:
1. Benda-benda tak bergerak yang dapat dipindah tangankan beserta segala
perlengkapannya.
2. Hak pakai hasil atas benda-benda tersebut beserta segala perlengkapannya.
3. Hak numpang karang dan hak usaha .
4. Bunga tanah, baik yang dibayar dengan uang maupun yang dibayar dengan hasil tanah.
5. Bunga seperti semula.
6. Pasar-pasar yag diakui oleh pemerintah, beserta hak-hak asli merupakan yang melekat
padanya.
PROSEDUR DAN SYARAT PEMBEBANAN HIPOTEK
ATAS KAPAL LAUT
Kapal yang dapat dijadikan jaminan adalah:
1. Kapal yang sudah didaftar; dan
2. Dilakukan dengan membuat akta hipotek di tempat mana kapal semula
didaftar.
PROSEDUR DAN SYARAT PEMBEBANAN HIPOTEK
ATAS KAPAL LAUT
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan hipotek kapal laut adalah:
1) Kapal yang dibebani hipotek harus jelas tercantum dalam akta hipotek;
2) Perjanjian antara kreditur dan debitur ditunjukkan dengan perjanjian kredit
(yang merupakan syarat-syarat pembuat akta hipotek);
3) Nilai kredit, yang merupakan nilai keseluruhan yang diterima berdasarkan
barang yang dijamin ;
4) Nilai hipotek dikhususkan pada nilai kapal (pada bank dilakukan oleh
Appresor);
5) Pemasangan hipotek seyogyanya sesuai dengan nilai kapal dan dapat dilakukan
dengan mata uang apa saja sesuai peratuaran perundang-undangan yang berlaku.
PROSEDUR DAN SYARAT PEMBEBANAN HIPOTEK
ATAS KAPAL LAUT
Prosedur yang ditempuh oleh pemohon adalah mengajukan permohonan kepada
pejabat pendaftar dan pejabat balik nama dengan mencantumkan nilai hipotek
yang akan dipasang. Sedangkan dokumen-dokumen yang harus dilampirkan kepada
pejabat tersebut tergantung kepada para pihak yang menghadap.
Variasi para pihak yang menghadap adalah:
a. Pemilik kapal (debitur) dan kreditur (bank atau lembaga keuangan lainnya);
b. Kreditur, yaitu selaku pemilik kapal (debitur) dan selaku kreditur;
c. Pemilik kapal (penjamin atau bukan kreditur) dan kreditur
PROSEDUR DAN SYARAT PEMBEBANAN HIPOTEK
ATAS KAPAL LAUT
Syarat bagi pemilik kapal (debitur) dan kreditur (bank atau lembaga keuangan lainnya) yang menghadap kepada
pejabat yang berwenang adalah:
1. Grosse akta pendaftaran atau balik nama;
2. Perjanjian kredit.
Syarat bagi kreditur, yaitu selaku pemilik kapal (debitur) dan selaku kreditur adalah:
1. Akta surat kuasa memasang hipotek;
2. Grosse akta pendaftaran atau balik nama; dan
3. Perjanjian kredit.
Syarat bagi pemilik kapal (penjamin atau bukan debitur) dan kreditur adalah
1. Akta surat kuasa memasang hipotek;
2. Grosse akta pendaftaran atau balik nama;
3. Perjanjian kredit.
PROSEDUR DAN SYARAT PEMBEBANAN HIPOTEK
ATAS KAPAL LAUT
SIFAT PERJANJIAN HIPOTEK KAPAL LAUT
Pada prinsipnya, sifat perjanjian dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu perjanjian
pokok dan perjanjian accessoir. Perjanjian pokok merupakan perjanjian untuk
mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Sedangkan perjanjian accessoir merupakan
perjanjian tambahan. Perjanjian pembebanan hipotek kapal laut merupakan
perjanjian accessoir atau tambahan. Keberadaan perjanjian hipotek kapal ini
adalah tergantung pada perjanjian pokoknya.
PROSEDUR DAN SYARAT PEMBEBANAN HIPOTEK
ATAS KAPAL LAUT
Hak Dan Kewajiban Antara Pemberi Dan Penerima Hipotek
Sejak terjadinya pembebanan hipotek kapal laut, maka sejak saat itulah timbul akibat bagi kedua belah pihak. Akibat hukum itu timbul
hak dan kewajiban kedua belah pihak.
1. Hak pemberi hipotek:
a. Tetap menguasai bendanya;
b. Mempergunakan bendanya;
c. Melakukan tindakan penguasaan asal tidak merugikan pemegang hipotek;
d. Berhak menerima uang pinjaman.
2. Kewajiban pemegang hipotek:
a. Membayar pokok beserta bunga pinjaman uang dari jaminan hipotek;
b. Membayar denda atas keterlambatan melakukan pembayaran pokok pinjaman dan bunga;
3. Hak pemegan hipotek:
a. Memperoleh penggantian daripadanya untuk pelunasan piutangnya jika debitur wanprestasi;
b. Memindahkan piutangnya, karena hipotek bersifat accesoir, maka dengan berpindahnya hutang pokok maka hipotek ikut berpindah.
PROSEDUR DAN SYARAT PEMBEBANAN HIPOTEK
PADA KAPAL LAUT
Jangka Waktu Berlaku Hipotek Kapal Laut
Jangka waktu berlakunya hipotek kapal laut tergantung pada substansi perjanjian
pokok atau perjanjian kredit yang dibuat antara debitur (pemilik kapal) dengan
bank (kreditur). Menurut jangka waktu, perjanjian kredit dapat digolongkan menjadi
3 macam, yaitu: kredit jangka pendek,jangka menengah, dan jangka panjang (UU
No. 7 Th. 1992 jo. UU No. 10 Th. 1998 tentang perbankan).
Perjanjian kredit dengan menggunakan hipotek kapal laut adalah kredit yang
jangka waktunya selama 3 tahun ke atas. Karena untuk membiayai sebuah kapal
atau biaya rehabilitasinya memerlukan biaya yang besar. Sehingga para nasabah
ini memilih kredit yang jangka waktunya panjang, yaitu 3 tahun ke atas.
HAPUSNYA HIPOTEK KAPAL LAUT
Hapusnya hipotek adalah tidak berlaku lagi hipotek yang dibebankan atas kapal laut. Di dalam pasal 1209
KUHPerdata diatur tentang hapusnya hipotek. Hapusnya hipotek karena 3 hal, yaitu:
1. Hapusnya perikatan pokok;
2. Pelepasan hipotek itu oleh kreditur; dan
3. Pengaturan urutan tingkat oleh pengadilan.
Di dalam 3.4.1.2 NBW diatur juga tentang hapusnya hipotek. Hapusnya hipotek menurut ketentuan ini adalah
karena:
1. Hapusnya hak menjadi landasan lahirnya hak terbatas;
2. Jangka waktunya berakhir atau telah terpenuhinya syarat batal;
3. Dilepaskan dengan sukarela oleh yang mempunyai hak;
4. Dihentikan sebelum jangka waktu berakhir, bila kewenangan itu diberikan haknya kepada pemegang hak
terbatas atau kepada keduanya;
5. Karena percampuran.
ROYA PADA HIPOTEK KAPAL LAUT
Roya atas akta hipotek kapal laut erat kaitannya dengan pelunasan kredit oleh debitur. Apabila
kredit sudah dibayar/lunas, kreditur (bank atau lembaga keuangan nonbank) mengajukan surat
permohonan untuk dilakukan roya kepada pejabat pendaftar dan pencatat balik nama kapal
yang menerbitkan akta hipotek tersebut. Misalnya, yang membuat akta hipotek tersebut adalah
pejabat pendaftar dan pencatat baliknama kapal yang berkedudukan di Mataram, maka tempat
royanya pun pada pejabat pendaftar dan pencatat balik nama kapal yang berkedudukan di
Mataram, maka tempat royanya pun pada pejabat pendaftar dan pencatat balik nama kapal
yang berkedudukan di Mataram. Surat permohonan tersebut harus dilampirkan dengan grosse
akta hipotek asli. Pelaksanaan roya adalah:
1. Membuat catatan roya pada grosse akte hipotek asli; dan
2. Membuat catatan roya pada daftar induk.
Bunyi catatan roya pada grosse akte hipotek asli adalah kredit yang telah dijamin dengan kapal
laut telah dibayar lunas oleh debitur.
HIPOTEK PESAWAT UDARA
Pengertian pesawat udara dapat kita temukan dalam Pasal 1 angka (3)
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, yaitu “Pesawat udara
adalah suatu mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat
dari reaksi terbang, tetapi bukan karena reaksi terbang terhadap permukaan bumi
yang digunakan untuk penerbangan.” Definisi tersebut mengandung pengertian
setiap jenis kendaraan udara bentuk dan jenis apapun termasuk Helikopter.
Khusus Pesawat Terbang sendiri menurut Pasal 1 angka 5 yaitu pesawata udara
yang lebih berat dari udara, bersayap tetap dan dapat terbang dengan tenaga
sendiri. Demikian halnya dengan Helikopter juga memiliki Pengertian sendiri bawha
Helikopter adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap putar
yang rotornya digerakkan oleh mesin Pasal 1 angka 5.
HIPOTEK PESAWAT UDARA
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
menyebutkan Pesawat Udara Indonesia adalah pesawat udara yang mempunyai
tanda pendaftaran Indonesia dan tanda kebangsaan Indonesia. Terkait dengan
ketentuan pendaftaran Pesawaat Terbang Pasal 24 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan menyebutkan “Setiap pesawat udara yang dioperasikan
di Indonesia wajib mempunyai tanda pendaftaran”.
HIPOTEK PESAWAT UDARA
Pasal 25 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan menjelaskan mengenai
janis Pesawat Udara yang dapat diaftarkan di Indonesia yang harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1, tidak terdaftar di negara lain; dan
dimiliki oleh warga negara Indonesia atau dimiliki oleh badan hukum Indonesia;
2. dimiliki oleh warga negara asing atau badan hukum asing dan dioperasikan oleh warga
negara Indonesia atau badan hukum Indonesia untuk jangka waktu pemakaiannya minimal 2
(dua) tahun secara terusmenerus berdasarkan suatu perjanjian;
3. dimiliki oleh instansi pemerintah atau pemerintah daerah, dan pesawat udara tersebut
tidak dipergunakan untuk misi penegakan hukum; atau
4. dimiliki oleh warga negara asing atau badan hukum asing yang pesawat udaranya
dikuasai oleh badan hukum Indonesia berdasarkan suatu perjanjian yang tunduk pada hukum
yang disepakati para pihak untuk kegiatan penyimpanan, penyewaan, dan/atau
perdagangan pesawat udara.
HIPOTEK PESAWAT UDARA
Pendaftaran pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 diajukan oleh
pemilik atau yang diberi kuasa dengan persyaratan:
1. menunjukkan bukti kepemilikan atau penguasaan pesawat udara;
2. menunjukkan bukti penghapusan pendaftaran atau tidak didaftarkan di negara
lain;
3. memenuhi ketentuan persyaratan batas usia pesawat udara yang ditetapkan oleh
Menteri;
4. bukti asuransi pesawat udara; dan
5. bukti terpenuhinya persyaratan pengadaan pesawat udara.
HIPOTEK PESAWAT UDARA
Pesawat udara yang telah memenuhi persyaratan diberi sertifikat pendaftaran.
Sertifikat pendaftaran berlaku selama 3 (tiga) tahun.
Pesawat terbang yang telah didaftarkan tersebut dan memperoleh hak kebendaan,
maka ia akan memiliki sifat sui generis yakni apabila pesawat terbang/udara telah
didaftarkan maka ia dapat dibebani hak jaminan. Untuk mendapatkan sifat sui
generis tidak cukup pesawat udara tersebut didaftarkan secara Nasional, tetapi
harus juga didaftarkan secara Internasional melalui
laman https://www.internationalregistry.aero, selain itu juga wajib untuk catat di
Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) pada
Direktorat Jendral Perhubungan Udara. Akan tetapi yang kedua ini hanya bersifat
Administratif.
HIPOTEK PESAWAT UDARA
Pengaturan Hipotek Atas Pesawat Udara Di Dalam HUkum
Indonesia Sehubungan dengan Pesawat Udara sebagai Jaminan dapat dilihat
dalam ketentuan mulai dari Pasal 71 sampai 82 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan, dalam Pasal 71 dijelaskan bahwa Objek pesawat
udara dapat dibebani dengan kepentingan internasional yang timbul akibat
perjanjian pemberian hak jaminan kebendaan, perjanjian pengikatan hak bersyarat,
dan/atau perjanjian sewa guna usaha. Perjanjian tersebut dibuat berdasarkan
hukum yang dipilih oleh para pihak. Dalam hal perjanjian tersebut tunduk pada
Hukum Indonesia, perjanjian tersebut harus dibuat dalam akta otentik yang memuat:
HIPOTEK PESAWAT UDARA
1. Identitas para pihak;
2. Identitas dari objek pesawat udara; dan
3. Hak dan kewajiban para pihak.
Indonesia sendiri secara hukum memililki 4 (empat jenis) sistem hukum Jaminan yakni
gadai, hipotek, fidusia dan hak tanggungan. Pesawat terbang tidak dapat
dijadikan objek gadai sebab karena bentuknya yang terlalu besar dan pengurusan
yang sulit. Terkait dengan hak hipotek merujuk pada Pasal 12 UU No.5 Tahun 1999
tentang Penerbangan mengatur: (1) Pesawat terbang dan helikopter yang telah
mempunyai tanda pendaftaran dan kebangsaan Indonesia dapat dibebani hipotek;
(2) Pembebanan hipotek pada pesawat terbang dan helikopter sebagaimana
dimaksud ayat (1) harus didaftarkan; (3) ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
HIPOTEK PESAWAT UDARA
Adapun penjelasan dari Pasal 12 UU Penerbangan tersebut diatas adalah sebagai
berikut:
Terhadap hipotek pesawat terbang dan helikopter sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan ini berlaku ketentuan-ketentuan hipotek dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Indonesia. Ketentuan dalam pasal ini tidak menutup pembebanan pesawat
terbang dan helikopter dengan hak jaminan lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Namun, keberadaan UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dengan ketentuan
dalam Pasal 71 di atas yang menjelaskan bahwa pesawat udara hanya diberi hak
jaminan kebendaan yang sifatnya tergantung pada kesepakatan para pihak, maka
ketentuan Pasal 12 UU No.5 Tahun 1999 tentang Penerbangan dianggap tidak
berlaku lagi.
HIPOTEK PESAWAT UDARA
Perlu diketahui bahwa keberadaan Pasal 71 tersebut dalam UU No.1 Tahun 2009
merupakan bentuk penyesuaian aturan Nasional atas diratifikasinya Cape Town
Convention Chapter IV Aritcle 16 tahun 2001 dengan Peraturan Presiden Nomor 8
Tahun 2007 tentang Pengesahan Convention On International Interests in Mobile
Equipment (Konvensi tentang Kepentingan Internasional dalam Peralatan Bergerak)
Beserta Protocol To The Convention On International Interests in Mobile Equipment on
Matters Speciic to Aircraft (Protokol pada Konvensi tentang Kepentingan Internasional
dalam Peralatan Bergerak Mengenai Masalah-masalah Khusus Peralatan Pesawat
Udara).
HIPOTEK PESAWAT UDARA
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, sejak diberlakukannya Undang-Undang
No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang meratifikasi Cape Town Convention
Chapter IV Aritcle 16 tahun 2001 menyerahkan urusan pembebanan hak jaminan
atas pesawat terbang pada pilihan hukum para pihak yang melakukan Perjanjian.
Bisa saja menggunakan konsep Jaminan Hipotek asal hal itu memang dipilih dan
dituangkan dalam perjanjian yang berbentuk akta otentik. Pengaturan Hipotek Atas
Pesawat Udara Di Dalam HUkum Indonesia
TERIMA KASIH ...........................................................

Anda mungkin juga menyukai