Anda di halaman 1dari 17

Makalah Hukum Jaminan

“HIPOTEK KAPAL LAUT”


Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada Mata Kuliah Hukum Jaminan
Dosen Pengampu: Rika Rosdiana Effendi, SH., MH.

Disusun oleh: Kelompok 8

NURWAHIDAH LUBIS 1173020106


ROBIATUL ADAWIYAH 1173020123
SAHRUL HIDAYAT 1173020125
SAID HAFIZHAM 1173020126
SHERLY MILENIA ISLAMIATI 1173020130

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


HUKUM EKONOMI SYARIAH / V / C
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdullillah segala puji serta rasa syukur selalu tercurah limpahkan atas
segala nikmat dari Allah swt yang telah memberikan ilmu sebagai penerang dalam
perjalanan gelapnya hidup ini. Berkat hidayahnya dan dan nikmat kesehatan dan nikmat
ilmu kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berkaitan tentang jaminan hipotek
kapal laut.

Dengan izin dan ridhonya, kami dapat menyelesaikan dan menyusun makalah
ini dengan semaksimal mungkin, dengan melakukan berbagai kajian berdasarkan buku-
buku yang terkait. Banyak terima kasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata
kuliah hukum jaminan Ibu Rika Effendi, S.H, M.H. yang telah membimbing kami
dalam proses pembuatan makalah ini serta kepada rekan-rekan semua dan yang terkait
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari kekhilafan kami, kami menyadari pasti banyak kesalahan dan
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Baik itu dari segi penyusunan kalimat,
materi maupun susunan tata bahasa. Oleh karena itu kami dengan sepenuh hati meminta
maaf dan kami dengan lapang dada menerima masukan dan kritikan dari para pembaca
dalam hal untuk menjadi yang lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaaat serta ilmu
dan wawasan yang berguna bagi para pembaca.

Bandung, November 2019

Penyusun,

Kelompok VII

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................... 3

A. HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA PEMBERI DAN PENERIMA HIPOTIK ... 3

B. JANGKA WAKTU BERLAKU HIPOTEK KAPAL LAUT ................................... 4

C. HAPUSNYA HIPOTEK KAPAL LAUT ................................................................... 5

D. PENCORETAN (ROYA) AKTA HIPOTEK KAPAL LAUT .................................. 7

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 10

A. Akibat Hukum Yang Timbul Dari Adanya Wanprestasi Pada Perjanjian


Hipotek Kapal Laut Antara PT. Laut Sentosa dengan PT. Anugerah Financing. ...... 10

B. Mekanisme eksekusi sita terhadap kapal laut yang menjadi jaminan dari PT.
Laut Sentosa........................................................................................................................ 11

BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .……………………………………………………………………...iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipotek kapal laut merupakan suatu bentuk jaminan yang diatur didalam
Undang-Undang yang sifatnya sama seperti gadai, fidusia dan hak tanggungan.
Pembebanan hipotek kapal laut biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang ingin
menjadikan kapal sebegai jaminannya. Hipotik diatur dalam KUHPerdata buku II Pasal
1162 sampai dengan Pasal 1232. Yang menjadi objek dalam hipotik kapal laut adalah
kapal yang memiliki berat kotor 20 meter kubik. Terdapat juga peraturan mengenai
hipotik dalam KUHD Pasal 314 sampai 316.

Pengaturan mengenai hipotik di dalam KUHPerdata juga mengatur tentang


hipotek atas tanah, lalu dengan berlakunya Undang-Undang No.5 Tahun 1996 tentang
peraturan dasar pokok agraria (UUPA) yang mulai berlaku sejak tanggal 24 September
1960, maka pengaturan mengenai hipotek yang di atur dalam KUHPerdata dicabut dan
tidak diberlakukan lagi sepanjang mengenai bumi (tanah), air serta kekayaan alam yang
terkandung didalamnya kecuali mengenai hipotik.

Pada dasarnya antara hipotek, gadai, fidusia, hak tanggungan adalah bersifat
accesoir atau pelengkap. Yang apabila perjanjian pokoknya terselesaikan maka secara
otomatis perjanjian yang bersifat tambahan ini juga akan ikut terhapus. Pada makalah
kali ini kami akan memaparkan bagaimana peraturan dalam hipotik kapal laut secara
lebih jelas dan apa saja persyaratan yang kapal yang dapat dijadikan sebagai jaminan
hipotik.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya wanprestasi antara PT.

Laut Sentosa dengan PT.Anugerah Financing?

2. Bagaimana prosedur eksekusi sita terhap kapal laut yang menjadi jaminan hipotek

dari PT. Laut Sentosa dan PT. Anugerah Financing?


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA PEMBERI DAN PENERIMA


HIPOTIK
Sejak terjadinya pembebanan hipotik kapal laut, maka sejak saat itulah timbul
akibat bagi kedua belah pihak. Akibat hukum itu timbul hak dan kewajiban. Hak dan
kewajiban hipotek kapal laut merupakan aspek hukum yang penting aekali dalam
adanya suatu hubungan hukum dengan akibat hukum tertentu.

Hak Pemberi Hipotik Kapal Laut:


1. Pemberi hipotik kapal laut tetap menguasai bendanya,
2. Pemberi hipotik kapal laut berhak mempergunakan benda yang dijadikan jaminan
hipotik kapal laut,
3. Pemberi hipotik kapal laut berhak melakukan tindakan penguasaan asal tidak
merugikan pemegang hipotik,
4. Pemberi hipotik kapal laut berhak penerima uang pinjaman.

Kewajiban Pemberi Hipotik Kapal Laut:

1. Membayar pokok beserta Bunga pinjaman uang dari Jaminan Hipotek,


2. Membayar denda atas keterlambatan melakukan pembayaran pokok pinjaman dan
bunga.

Hak Pemegang Hipotik Kapal Laut:


1. Pemegang atau penerima hipotik kapal laut berhak memperoleh penggantian dari
padanya untuk pelunasan piutangnya (vershaals-recht) jika debitur wanprestasi,
2. Pemegang atau penerima hipotik kapal laut berhak memindahkan piutangnya,
karean hipotik ini bersifat accesoir, maka dengan berpindahnya hutang pokok maka
hipotik ikut berpindah.

Kewajiban Pemegang Hipotik:


1. Membayar pokok beserta bunga pinjaman uang dari jaminan hipotik,

3
4

2. Membayar denda atas keterlambatan melakukan pembayaran pokok pinjaman dan


bunga.1

B. JANGKA WAKTU BERLAKU HIPOTEK KAPAL LAUT

Jangka waktu berlakunya hipotek kapal laut tergantung pada substansi


perjanjian pokok atau perjanjian kredit yang dibuat antara debitur (pemilik kapal atau
kuasanya) dengan bank (kreditur). Menurut jangka waktu, perjanjian kredit dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: kredit jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang (UU Nomor 7 Tahun 1992 Jo. UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan).

1. Kredit jangka pendek (short term loan)


Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun, termasuk dalam kredit
jangka pendek untuk tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari 1
tahun.
2. Kredit jangka menengah (medium term loan)
Yaitu kredit yang berjangka waktu 1 sampai 3 tahun, kecuali untuk kredit
tanaman musiman sebagaimana disebutkan di atas kredit modal kerja dapat
diberikan oleh bank untuk membiayai kegiatan kegiatannya, misalnya untuk
membeli bahan baku, upah buruh,dan suku cadang (spare part) serta lainnya.
3. Kredit jangka panjang (long term loan)
Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun, kredit yang berjangka
panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang bertujuan menambah
modal perusahaan dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi
(perluasan) dan pendirian proyek-proyek baru.

Berdasarkan penggolongan ini, maka jelaslah bahwa perjanjian kredit dengan


menggunakan hipotek kapal laut adalah kredit yang jangka waktunya selama 3 tahun
ke atas. Karena untuk membiayai sebuah kapal atau biaya rehabilitasi nya memerlukan
biaya yang besar sehingga para nasabah ini memilih kredit yang jangka waktunya
panjang yaitu 3 tahun keatas.2

1
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017), hlm 211
2
SalimHS,Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia (Depok:PT RajaGrafindo Persada,2017),hlm213
5

C. HAPUSNYA HIPOTEK KAPAL LAUT

Hapusnya hipotek adalah tidak berlaku lagi hipotek yang dibebankan atas kapal
laut. Didalam Pasal 1209 KUHPerdata diatur tentang hapusnya hipotek. Hapusnya
hipotek karena tiga hal, yaitu:

1. Hapusnya perikatan pokok


2. Pelepasan hipotek itu oleh kreditur
3. Pengaturan urutan tingkat oleh pengadilan.3

Di dalam 3.4.1.2 NBW diatur juga tentang hapusnya hipotek. Hapusnya hipotek
menurut ketentuan ini adalah karena:

1. Hapusnya Hak menjadi landasan lahirnya hak terbatas,


2. Jangka waktunya berakhir atau telah terpenuhinya syarat batal,
3. Dilepaskan dengan sukarela oleh yang mempunyai hak,
4. Dihentikan sebelum jangka waktu berakhir bila kewenangan itu diberikan
haknya kepada pemegang hak terbatas atau kepada keduanya,
5. Karena percampuran hutang.

Kelima hal itu dijelaskan sebagai berikut:

1. Hapusnya hak menjadi landasan lahirnya hak terbatas

Sebagaimana kita ketahui, bahwa menjadi dasar lahirnya hipotek kapal


laut adalah karena adanya perjanjian pokok, yaitu perjanjian pinjam
meminjam uang atau kredit antara pemberi hipotek dengan penerima
hipotek, kredit menurut jangka waktunya dibagi menjadi tiga macam,yaitu
kredit jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Berakhirnya
perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur karena dilakukannya
pembayaran kredit oleh debitur. Apabila debitur telah melunasi kredit nya
sesuai dengan jangka waktunya, maka jaminan hipotek kapal lautnya dapat
dilakukan pencoretan (Roya) pada pejabat yang berwenang untuk itu.
Dengan berakhirnya kredit tersebut, maka hipotek kapal laut ikut berakhir
atau hapus bersamaan dengan hapusnya perjanjian pokok.

3
Munir Fuadi,Hukum Jaminan Utang,(Jakarta:PT GloraAksara Pratama,2013),hlm 177
6

2. Jangka waktunya berakhir atau telah terpenuhinya syarat batal

Lahirnya pembebanan hipotek kapal laut didasarkan pada perjanjian


kredit yang dibuat oleh para pihak. Dan berakhirnya tergantung pada
perjanjian pokok. Dalam perjanjian kredit telah ditentukan tanggal mulainya
kredit dan tanggal berakhirnya kredit tersebut, misalnya berakhirnya kredit
tanggal 10 April 2004, maka demi hukum, kreditur tidak perlu
memberitahukan kepada debitur bahwa jangka waktu Kredit sudah berakhir.
Dengan berakhirnya jangka waktu itu maka berakhirlah hipotek kapal
tersebut.

3. Dilepaskan dengan sukarela oleh yang mempunyai hak

Yang dimaksud dengan dilepaskannya dengan sukarela oleh yang


mempunyai hak adalah bahwa hipotek kapal laut itu dilepaskan atas
kehendak sendiri dari pemberi hipotek maupun penerima hipotek atas
hipotek kapal laut tersebut.

4. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir

Pada dasarnya, perjanjian kredit dengan jaminan hipotek kapal telah


ditentukan jangka waktu dalam perjanjian kredit yang dibuat antara debitur
dan kreditur. Namun, sebelum jangka waktunya berakhir, salah satu pihak
dapat menghentikan pembebanan hipotek kapal laut, dengan alasan pihak
debitur telah melaksanakan prestasinya, berupa pelunasan kredit sebelum
berakhirnya jangka waktu kredit.

5. Percampuran

Percampuran hutang diatur dalam pasal 1436 KUH Perdata sampai


dengan Pasal 1437 KUHPerdata. Di dalam NBW (BW Baru) negeri
Belanda. Percampuran hutang diatur dalam pasal 1472 NBW. Percampuran
hutang adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berhutang
dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu (Pasal 1436 KUHPerdata).

Ada dua Cara terjadinya percampuran hutang:

1. Dengan cara penerusan hak dengan alas hak umum


7

Misalnya si kreditur meninggal dunia dan meninggalkan satu-


satunya ahli waris, yaitu debitur. Ini berarti bahwa dengan
meninggalnya kreditur, maka kedudukan debitur menjadi kreditur.

2. Dengan jalan penerusan hak dibawah alas hak khusus

Misalnya pada jual beli atau legaat (warisan).

Pada umumnya percampuran hutang terjadi pada bentuk-bentuk debitur


menjadi ahli waris dari kreditur.

D. PENCORETAN (ROYA) AKTA HIPOTEK KAPAL LAUT

Didalam UU No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Pasal 63 dikatakan Bahwa:


1. Pencoretan hipotek (roya) dilakukan oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baik
Nama Kapal atas permintaan tertulis dari penerima hipotek.
2. Dalam hal permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh
pemberi hipotek, permintaan tersebut dilampiri dengan surat persetujuan
pencoretan dari penerima hipotek.4

Roya atas akta hipotik kapal laut erat kaitannya dengan pelunasan kredit oleh
debitur. Apabila kredit sudah dibayar atau lunas, kreditur (bank atau lembaga keungan
non bank) mengajukan surat permohonan untuk dilakukan roya kepada Pejabat
Pendaftar dan pencatat balik nama kapal laut yang menerbitkan akta hipotik tersebut.
Misalnya, yang membuat akta hipotik tersebut adalah pejabat pendaftar dan pencatat
balik nama kapal yang berkedudukan di Mataram, maka tempat royanya pun pada
pejabat pendaftar dan pencatat balik nama kapal yang berkedudukan di Mataram. Surat
permohonan tersebut harus dilampirkan dengan grosse hipotik asli. Pelaksanaan roya
adalah:

1. Membuat catatan roya pada grosse akta hipotik asli


2. Membuat catatan roya pada daftar induk5.

Bunyi catatan roya pada grosse akte hipotik asli adalah kredit yang telah dijamin
dengan kapal laut telah dibayar lunas oleh kreditur. Terhadap pencoretan hipotik atas

4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
5
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017), hlm 216
8

kapal laut, ketentuan dalam Pasal 26 Peraturan Pendaftaran Kapal dan Balik Nama
Kapal menetapkan sebagai berikut:

1. Hipotik di coret oleh Pegawai Pembantu atas permintaan tertulis dari yang
berkepentingan dengan diperlihatkannya oleh si pemohon grosse pengakuan
hutang dengan hipotik yang telah diberi tanda lunas, atas surat keterangan dari
si pemegang hipotik yang menyetujui pencoretan itu.
2. Pencoretan hak kebendaan lainnya dan jaminan dilakukan dengan cara ang
sama atau diperlihatkan surat keterangan dari yang berhak, yang menyatakan
bahwa hak itu telah gugur.
3. Pencoretan dilakukan pula apabila sebagai pengganti surat-surat yang
dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2) diperlihatkan surat keputusan hakim
yang mutlak yang memerintahkan pencoretan.
4. Pegawai Pembantu dalam segala hal meminta penyerahan salinan surat-surat
yang menjadi dasar pencoretan dan penyimpanannya. Apabila surat itu akta
autentik, maka pegawai pembantu meminta salinan yang autentinya pula.

Demikian pulan diatur dalam Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun


2002 diatur ketentuan mengenai pencoretan hipotik atas kapal laut, yaitu:
1. Roya hipotik dilakukan oleh Penjabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal
atas permintaan tertulis dari penerima hipotik.
2. Dalam hal permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diajukan oleh
pemberi hipotik, harus dilampiri dengan surat persetujuan roya dari penerima
hipotik.
3. Pencoretan hak kebendaan lainnya atas kapal dilakukan oleh Pejabat Pendaftar
dan Pencatat Balik Nama kapal atas permintaan tertulis dari pemegang hak.
4. Dalam hal permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diajukan oleh
pemberi hak, harus dilampiri dengan surat persetujuan dari pihak pemegang
hak.
5. Selain atas permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4), roya hipotik dan/ atau pencoretan hak kebendaan lainnya atas kapal
dapat dilakukan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
9

6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara roya hipotik dan/ atau pencoretan hak
kebendaan lainnya atas kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Keputusan Menteri.6

Berdasarkan ketentuan diatas, dapat diketahui bahwa roya hipotik atas kapal
atau hak kebendaan lainnya atas kapal dilakukan oleh Pejabat Pendaftar dan
Pencatat Balik Nama Kapal, yang didasarkan atas permintaan tertulis dari penerima
atau pemegang hipotik yang bersangkutan atau atas permintaan tertulis dari pemberi
hipotik dengan disertai surat persetujuan roya dari penerima hipotik. Selain itu
pencoretan hipotik atas kapal laut dan kebendaan lainnya atas kapal laut, selain
didasarkan atas permintaan pemberi atau penerima hipotik, juga dapat dilakukan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

6
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm 315
BAB III
PEMBAHASAN

A. Akibat Hukum Yang Timbul Dari Adanya Wanprestasi Pada Perjanjian


Hipotek Kapal Laut Antara PT. Laut Sentosa dengan PT. Anugerah
Financing.

Dalam kasus ini, PT. Laut sentosa berkedudukan sebagai Debitur dan PT. Anugerah
Financing berkedudukan sebagai Kreditur, dalam perjanjian awal antara PT. Laut
Sentosa dan PT. Anugerah Financing, benda yang di Jaminkan adalah Kapal Laut
berukuran 20m, yang berada di wilayah perairan Cirebon dan di daftarkan Hipotek
tersebut di Syahbandar yang ada di Pelabuhan Cirebon.

Perjanjian pelunasan utangnya adalah, Cicilan utang sebesar Rp.3.000.000.000


setiap tanggal 28 setiap bulannya selama 40 bulan. Yang berasal dari hutang pokok
sebesar Rp.100.000.000.000 dan bunga sebesar 0.5%.
Pada bulan ke 36 PT. Laut sentosa tidak membayar cicilan pelunasan hipotek kapal.
PT anugerah Financing memberi tenggat waktu selama 2 minggu kepada PT. Laut
Sentosa untuk melunasi sisa utang sebesar Rp. 15.000.000.000. tetapi hingga jangka
waktu tersebut sudah berakhir PT. Laut Sentosa belum juga embayar sisa hutangnya,
akhirnya PT. Anugerah Financing mengajukan eksekusi akibat wanprestasi yang
dilakukan oleh PT. Laut Sentosa ke Pengadilan Negeri Kota Cirebon.

Pembahasan

Permasalahan yang sering timbul dalam setiap perjanjian kredit adalah masalah
Wanprestasi, wanprestasi dapat berupa :
1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi;
2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna;
3. Terlambat memenuhi Prestasi;
4. Melakukan apa yang di dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.7

7
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan perancangan kontrak, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2014), hlm 74

10
11

Akibat hukum yang timbul dari adanya wanprestasi adalah:


1. Debitur diharuskan membayar ganti rugi (berdasarkan pasal 1243 KUHPerdata)
2. Kreditur dapat meminta pembatalan perjanjian melalui pengadilan (berdasarkan
pasal 1266 KUHPerdata)
3. Kreditur dapat meminta pemenuhan perjanjian, atau pemenuhan perjanjian
disertai dengan ganti rugi dan pembatalan perjanjian dengan ganti rugi
(berdasarkan pasal 1267 KUHPerdata)8

Dalam kasus ini Debitur melakukan tindakan Prestasi tetapi tidak sempurna
karena setelah bulan ke 35 tidak lagi melakukan pembayaran hutang kepada kreditur.

Upaya yang dilakukan oleh PT. Anugerah Financing adalah mengajukan


permohonan sita eksekusi berdasarkan Pasal 224 juncto Pasal 195 HIR dan Pasal 440
Rv. Seperti yang telah diatur dalam beberapa pasal tersebut, Hipotek kapallaut dalam
bentuk grosse akta, dengan dicantumkan titel eksekutorial berupairah-irah “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” makapada hipotek itu melekat
kekuatan eksekutorial (executoriale kracht), dikarenakan oleh Undang-Undang
sendirimempersamakannya dengan putusan hakim pengadilan yang berkekuatanhukum
yang tetap.

Permohonan sita eksekusi di ajukan ke Ketua Pengadilan Negeri Cirebon.


Dengan tuntutan membayar sisa hutang yang belum terlunasi sebesar
Rp.15.000.000.000 dan ganti rugi materiil sebesar Rp.5000.000.000, atau total yang
harus dibayarkannya sebesar Rp.20.000.000.000.

B. Mekanisme eksekusi sita terhadap kapal laut yang menjadi jaminan dari PT.
Laut Sentosa.

Setelah PT. Anugerah Financing mengajukan Permohonan sita kepada pengadilan,


maka selanjutnya pengadilan mengambil tindakan berupa Memberi Peringatan
(aanmaning) kepada debitur/PT.Laut Sentosa, pemberian Aanmaning menurut Pasal
198 HIR berlaku paling lama 8 hari. Bila setelah 8 hari debitur tidak memenuhi
kewajibannya maka Ketua Pengadilan Negeri akan mengambil keputusan berupa

8
Djaja S. Meliala perkembangam, Hukum Perdata tentang hukum benda hukum perikatan, (Bandung: Nuansa
aulia, 2008), hlm 100-101
12

1. Mengeluarkan penetapan sita eksekusi atas kapal yang dijadikan jaminan hipotek
(Pasal197 ayat 1 HIR),
2. Penyitaan dilakukan oleh panitera atau juru sita sesuai dengan ketentuan Pasal 559-
579 Rv,
3. Penyitaan oleh juru sita atau panitera harus didampingi oleh 2 orang saksi,
4. Melakukan pemberitahuan sita kepada Debitur atau agennya.

Apabila jurusita hendak melakukan eksekusi maka harus mengumumkan


penyitaan dengan mendaftarkan ke Kantor Syahbandar dimana kapal tersebut di
registerkan, dan kemudian diumumkan di Surat kabar tempat dimana kapal tersebut
berada kurang lebih 20-60 hari setelah pengumuman ke Kantor Syahbandar.9

Dalam kasus ini, Ketua Pengadilan Negeri Cirebon mengutus Jurusita dan
kemudian jurusita mengumumkan ke Kantor Syahbandar yang ada di Pelabuhan
Cirebon dan mengumumkan melalui koran Radar Cirebon, setelah itu pemberitahuan
dilakukan kepata PT.Anugerah Financing sebagai Kreditur stelah 14 hari dari
pengumuman yang pertama.

Setelah beberapa pengumuman sudah disebarkan selanjutnya Pengadilan


Negeri Cirebon menerbitkan penetapan lelang berdasarkan Pasal 200 ayat (1) HIR:

1) Bersamaan dengan ini Ketua Pengadilan Negeri memintabantuan Kantor


Lelang;
2) Dengan demikian, penjualan lelang dilakukan dengan perantaraan Kantor
Lelang.

Penjualan lelang kapal laut yang menjadi jaminan dilakukan dan PT. Adi Utama
menjadi Pemenang Lelang dengan harga sebesar Rp.24.750.000.000. kemudian uang
hasil lelang dibayarkan kepada PT. anugerah Financing sebesar Rp.20.000.000.000 dan
sisanya diberikan kembali kepada PT. Laut Sentosa sebagai pemilik kapal.

9
Siti Nur Janah. Pelaksanaan Sita Eksekusi Terhadap Kapal Sebagai Jaminan Berdasarkan Hukum Indonesia.
Jurnal Cahaya Keadilan, hlm.128
BAB IV

KESIMPULAN

Dasar Hukum dari Hipotek kapal Laut tertuang dalam berbagai Peraturan Perundang-
undangan seperti KUHD, KUHPerdata, UU NO. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan
sebagainya. Hipotek Kapal Laut sebagai jaminan kebendaan atas benda tak bergerak
merupakan hubungan hukum perjanjian atau kontrak yang menimbulkan konsekuensi Hukum
dalam pemenuhan hak dan kewajiban para pihak yang terkait didalamnya.

Tidak dipenuhinya kewajiban atau prestasi berakibat pada terjadinya wanprestasi


dengan kewajiban pemenuhan pelunasan utang oleh debitur kepada kreditur dan dapat
menimbulkan adanya pelelangan objek hipotek untuk pelunasan kredit macet tersebut.

Dalam kasus antara PT. Laut Sentosan dan PT. anugerah Financing, wanprestasi ditimbulkan
karena debitur melakukan kredit macet, akibat yang ditimbulkan adalah debitur/PT. Laut Sentosa harus
membayar ganti rugi serta melunasi hutang yang tersisa kepada PT. Anugerah Financing.

Pelunasan hutang dilakukan dengan cara melelang objek jaminan hipotek yakni sebuah kapal
laut yang sebelumnya di eksekusi terlebih dahulu dengan bantuan Pengadilan Negeri Cirebon .

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal


Fuadi, Munir. (2013). Hukum Jaminan Utang. Jakarta: PT. GloraAksara Pratama.
HS, Salim. (2017). Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Depok: PT. RajaGrafindo Persada.
Janah, Siti. Nur. (2015). Pelaksanaan Sita Eksekusi Terhadap Kapal Sebagai Jaminan Berdasarkan
Hukum Indonesia. Jurnal Cahaya Keadilan, 128.
Meliala, Djaja. S. (2008). Perkembangan Hukum Perdata Tentang Hukum Benda dan Hukum
Perikatan. Bandung: Nuansa Aulia.
Miru, Ahmadi. (2014). Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Usman, R. (2009). Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta: Sinar Grafika.

Undang-Undang:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 39 Tahun 2017 Tentang Pendaftaran dan
Kebangsaan Kapal.

iv

Anda mungkin juga menyukai