Alhamdullillah segala puji serta rasa syukur selalu tercurah limpahkan atas
segala nikmat dari Allah swt yang telah memberikan ilmu sebagai penerang dalam
perjalanan gelapnya hidup ini. Berkat hidayahnya dan dan nikmat kesehatan dan nikmat
ilmu kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berkaitan tentang jaminan hipotek
kapal laut.
Dengan izin dan ridhonya, kami dapat menyelesaikan dan menyusun makalah
ini dengan semaksimal mungkin, dengan melakukan berbagai kajian berdasarkan buku-
buku yang terkait. Banyak terima kasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata
kuliah hukum jaminan Ibu Rika Effendi, S.H, M.H. yang telah membimbing kami
dalam proses pembuatan makalah ini serta kepada rekan-rekan semua dan yang terkait
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari kekhilafan kami, kami menyadari pasti banyak kesalahan dan
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Baik itu dari segi penyusunan kalimat,
materi maupun susunan tata bahasa. Oleh karena itu kami dengan sepenuh hati meminta
maaf dan kami dengan lapang dada menerima masukan dan kritikan dari para pembaca
dalam hal untuk menjadi yang lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaaat serta ilmu
dan wawasan yang berguna bagi para pembaca.
Penyusun,
Kelompok VII
ii
DAFTAR ISI
B. Mekanisme eksekusi sita terhadap kapal laut yang menjadi jaminan dari PT.
Laut Sentosa........................................................................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipotek kapal laut merupakan suatu bentuk jaminan yang diatur didalam
Undang-Undang yang sifatnya sama seperti gadai, fidusia dan hak tanggungan.
Pembebanan hipotek kapal laut biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang ingin
menjadikan kapal sebegai jaminannya. Hipotik diatur dalam KUHPerdata buku II Pasal
1162 sampai dengan Pasal 1232. Yang menjadi objek dalam hipotik kapal laut adalah
kapal yang memiliki berat kotor 20 meter kubik. Terdapat juga peraturan mengenai
hipotik dalam KUHD Pasal 314 sampai 316.
Pada dasarnya antara hipotek, gadai, fidusia, hak tanggungan adalah bersifat
accesoir atau pelengkap. Yang apabila perjanjian pokoknya terselesaikan maka secara
otomatis perjanjian yang bersifat tambahan ini juga akan ikut terhapus. Pada makalah
kali ini kami akan memaparkan bagaimana peraturan dalam hipotik kapal laut secara
lebih jelas dan apa saja persyaratan yang kapal yang dapat dijadikan sebagai jaminan
hipotik.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya wanprestasi antara PT.
2. Bagaimana prosedur eksekusi sita terhap kapal laut yang menjadi jaminan hipotek
TINJAUAN TEORI
3
4
1
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017), hlm 211
2
SalimHS,Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia (Depok:PT RajaGrafindo Persada,2017),hlm213
5
Hapusnya hipotek adalah tidak berlaku lagi hipotek yang dibebankan atas kapal
laut. Didalam Pasal 1209 KUHPerdata diatur tentang hapusnya hipotek. Hapusnya
hipotek karena tiga hal, yaitu:
Di dalam 3.4.1.2 NBW diatur juga tentang hapusnya hipotek. Hapusnya hipotek
menurut ketentuan ini adalah karena:
3
Munir Fuadi,Hukum Jaminan Utang,(Jakarta:PT GloraAksara Pratama,2013),hlm 177
6
5. Percampuran
Roya atas akta hipotik kapal laut erat kaitannya dengan pelunasan kredit oleh
debitur. Apabila kredit sudah dibayar atau lunas, kreditur (bank atau lembaga keungan
non bank) mengajukan surat permohonan untuk dilakukan roya kepada Pejabat
Pendaftar dan pencatat balik nama kapal laut yang menerbitkan akta hipotik tersebut.
Misalnya, yang membuat akta hipotik tersebut adalah pejabat pendaftar dan pencatat
balik nama kapal yang berkedudukan di Mataram, maka tempat royanya pun pada
pejabat pendaftar dan pencatat balik nama kapal yang berkedudukan di Mataram. Surat
permohonan tersebut harus dilampirkan dengan grosse hipotik asli. Pelaksanaan roya
adalah:
Bunyi catatan roya pada grosse akte hipotik asli adalah kredit yang telah dijamin
dengan kapal laut telah dibayar lunas oleh kreditur. Terhadap pencoretan hipotik atas
4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
5
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017), hlm 216
8
kapal laut, ketentuan dalam Pasal 26 Peraturan Pendaftaran Kapal dan Balik Nama
Kapal menetapkan sebagai berikut:
1. Hipotik di coret oleh Pegawai Pembantu atas permintaan tertulis dari yang
berkepentingan dengan diperlihatkannya oleh si pemohon grosse pengakuan
hutang dengan hipotik yang telah diberi tanda lunas, atas surat keterangan dari
si pemegang hipotik yang menyetujui pencoretan itu.
2. Pencoretan hak kebendaan lainnya dan jaminan dilakukan dengan cara ang
sama atau diperlihatkan surat keterangan dari yang berhak, yang menyatakan
bahwa hak itu telah gugur.
3. Pencoretan dilakukan pula apabila sebagai pengganti surat-surat yang
dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2) diperlihatkan surat keputusan hakim
yang mutlak yang memerintahkan pencoretan.
4. Pegawai Pembantu dalam segala hal meminta penyerahan salinan surat-surat
yang menjadi dasar pencoretan dan penyimpanannya. Apabila surat itu akta
autentik, maka pegawai pembantu meminta salinan yang autentinya pula.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara roya hipotik dan/ atau pencoretan hak
kebendaan lainnya atas kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Keputusan Menteri.6
Berdasarkan ketentuan diatas, dapat diketahui bahwa roya hipotik atas kapal
atau hak kebendaan lainnya atas kapal dilakukan oleh Pejabat Pendaftar dan
Pencatat Balik Nama Kapal, yang didasarkan atas permintaan tertulis dari penerima
atau pemegang hipotik yang bersangkutan atau atas permintaan tertulis dari pemberi
hipotik dengan disertai surat persetujuan roya dari penerima hipotik. Selain itu
pencoretan hipotik atas kapal laut dan kebendaan lainnya atas kapal laut, selain
didasarkan atas permintaan pemberi atau penerima hipotik, juga dapat dilakukan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
6
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm 315
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini, PT. Laut sentosa berkedudukan sebagai Debitur dan PT. Anugerah
Financing berkedudukan sebagai Kreditur, dalam perjanjian awal antara PT. Laut
Sentosa dan PT. Anugerah Financing, benda yang di Jaminkan adalah Kapal Laut
berukuran 20m, yang berada di wilayah perairan Cirebon dan di daftarkan Hipotek
tersebut di Syahbandar yang ada di Pelabuhan Cirebon.
Pembahasan
Permasalahan yang sering timbul dalam setiap perjanjian kredit adalah masalah
Wanprestasi, wanprestasi dapat berupa :
1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi;
2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna;
3. Terlambat memenuhi Prestasi;
4. Melakukan apa yang di dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.7
7
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan perancangan kontrak, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2014), hlm 74
10
11
Dalam kasus ini Debitur melakukan tindakan Prestasi tetapi tidak sempurna
karena setelah bulan ke 35 tidak lagi melakukan pembayaran hutang kepada kreditur.
B. Mekanisme eksekusi sita terhadap kapal laut yang menjadi jaminan dari PT.
Laut Sentosa.
8
Djaja S. Meliala perkembangam, Hukum Perdata tentang hukum benda hukum perikatan, (Bandung: Nuansa
aulia, 2008), hlm 100-101
12
1. Mengeluarkan penetapan sita eksekusi atas kapal yang dijadikan jaminan hipotek
(Pasal197 ayat 1 HIR),
2. Penyitaan dilakukan oleh panitera atau juru sita sesuai dengan ketentuan Pasal 559-
579 Rv,
3. Penyitaan oleh juru sita atau panitera harus didampingi oleh 2 orang saksi,
4. Melakukan pemberitahuan sita kepada Debitur atau agennya.
Dalam kasus ini, Ketua Pengadilan Negeri Cirebon mengutus Jurusita dan
kemudian jurusita mengumumkan ke Kantor Syahbandar yang ada di Pelabuhan
Cirebon dan mengumumkan melalui koran Radar Cirebon, setelah itu pemberitahuan
dilakukan kepata PT.Anugerah Financing sebagai Kreditur stelah 14 hari dari
pengumuman yang pertama.
Penjualan lelang kapal laut yang menjadi jaminan dilakukan dan PT. Adi Utama
menjadi Pemenang Lelang dengan harga sebesar Rp.24.750.000.000. kemudian uang
hasil lelang dibayarkan kepada PT. anugerah Financing sebesar Rp.20.000.000.000 dan
sisanya diberikan kembali kepada PT. Laut Sentosa sebagai pemilik kapal.
9
Siti Nur Janah. Pelaksanaan Sita Eksekusi Terhadap Kapal Sebagai Jaminan Berdasarkan Hukum Indonesia.
Jurnal Cahaya Keadilan, hlm.128
BAB IV
KESIMPULAN
Dasar Hukum dari Hipotek kapal Laut tertuang dalam berbagai Peraturan Perundang-
undangan seperti KUHD, KUHPerdata, UU NO. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan
sebagainya. Hipotek Kapal Laut sebagai jaminan kebendaan atas benda tak bergerak
merupakan hubungan hukum perjanjian atau kontrak yang menimbulkan konsekuensi Hukum
dalam pemenuhan hak dan kewajiban para pihak yang terkait didalamnya.
Dalam kasus antara PT. Laut Sentosan dan PT. anugerah Financing, wanprestasi ditimbulkan
karena debitur melakukan kredit macet, akibat yang ditimbulkan adalah debitur/PT. Laut Sentosa harus
membayar ganti rugi serta melunasi hutang yang tersisa kepada PT. Anugerah Financing.
Pelunasan hutang dilakukan dengan cara melelang objek jaminan hipotek yakni sebuah kapal
laut yang sebelumnya di eksekusi terlebih dahulu dengan bantuan Pengadilan Negeri Cirebon .
13
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 39 Tahun 2017 Tentang Pendaftaran dan
Kebangsaan Kapal.
iv