FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah 5
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian 6
BAB II Tinjauan Teoritis Sistem Resi Gudang Sebagai Jaminan Dalam
Sistem Perbankan di Indonesia..............................................................7
A. Dasar Hukum Sistem Resi Gudang7
B. Definisi Sistem Resi Gudang dan Resi Gudang 8
C. Kelembagaan Sistem Resi 9
D. Perkembangan dan Hambatan Sistem Resi Gudang di Indonesia
9
E. Potensi dan Kendala SRG Sebagai Sistem Pembiayaan Usaha
10
BAB III PENOLAKAN KLAIM ASURANSI JIWA...........................................13
A. Kasus pertama
B. Kasus kedua
13
15
BAB IV ANALISIS................................................................................... 18
A. Mekanisme penyelesaian sengketa melalui mediasi di Badan
Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI) dalam kasus
penolakan klaim asuransi jiwa?
18
B. Penerapan prinsip asuransi serta peraturan terkait pada
penyelesaian kasus sengketa klaim asuransi jiwa yang telah
ditangani oleh BMAI. 23
C. Efektivitas penyelesaian sengketa melalui mediasi di Badan
Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI) terkait kasus
penolakan klaim asuransi jiwa
27
BAB V PENUTUP.................................................................................. 32
A.Kesimpulan
B. Saran
32
33
DAFTAR PUSTAKA35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebutan tersebut
didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas,
tanah yang subur dengan hasil yang juga melimpah tentunya, juga kaya
akan sumber daya alam. Keberadaan tanah yang subur juga didukung
dengan
banyaknya
masyarakat
Indonesia
yang
memiliki
mata
dengan
menjadikan
hasil-hasil
pertanian
sebagai
sumber
Iswi Hariyani, R.Serfianto. D.P., 2010, Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit
dan Alat Perdagangan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 1
2
Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
rumusan
masalah
diatas,
maka
penelitian
ini
BAB II
Tinjauan Teoritis Sistem Resi Gudang Sebagai Jaminan
Dalam Sistem Perbankan di Indonesia
diatur
dalam
Peraturan
Menteri
Perdagangan
badan
pengawas
penilaian kesesuaian,
resi
pusat
registrasi,
kendala
yang
dan
termasuk juga
daerah.
Namun
menghambat perkembangan
karena belum adanya lembaga jaminan RG. Untuk itu, UU No. 9 Tahun
2006 diamandemen menjadi UU No.9
Tahun
2011
dengan
menjadi
semakin
percaya
terhadap RG.
permasalahan
dalam
penerapan
Sistem
Resi
pembiayaan
terhadap
Sistem Resi
Gudang
dan
dengan
jaminan
10
gudang.
Selain
itu dengan
adanya
SRG
akan
semakin
menjadi
lebih
tertata
karena
petani
(2009),
penerapan
SRG
khususnya di
manfaat,
antara
panen
sektor
lain:
raya
(1)
sehingga
oleh
pedagang
pengumpul;
(3) petani
dapat
perbankan
untuk
yang
dilakukan oleh
Riana
(2010),
SRG
belum
banyak
terdapatnya
yang
beberapa
diberikan dalam
masalah seperti
waktu
pendek,
untuk menggunakan
dilakukan
(2011),
oleh
kendala
SRG
karena
berdasarkan
belum
keraguan
kurangnya
hasil kajian
dalam
implementasi SRG
mayoritas
adalah
permasalahan operasional.
Permasalahan
tersebut diantaranya:
(1)
belum
tersedianya
11
yang
ditanggung
penyimpanan
keterbatasan
ekonomi;
seluruh wilayah; (7) sistem informasi resi gudang belum cukup handal.
Kendala perkembangan SRG juga tidak terlepas dari akibat kebijakan
yang sedang
kebijakan
dijalankan
pemerintah.
penetapan harga
dasar
Salah satunya
oleh
pemerintah
adalah
yang
terdapat
pengecualian
diresigudangkan,
harga
terhadap
dengan
tidak di
atur stabil setiap tahunnya. Hal ini disebabkan, apabila harga relatif
stabil maka sangat tidak menarik bagi petani untuk meresigudangkan
hasil panennya karena
petani
akan
rugi
margin
yang
karena harus
didapat
mengeluarkan
(Ashari, 2011).
12
operasional
BAB III
PENOLAKAN KLAIM ASURANSI JIWA
A. Kasus pertama
Sebuah polis dengan Pemohon/Pemegang Polis adalah putri
Tertanggung dan ayahnya sebagai Tertanggung. Polis yang dibeli adalah
asuransi dengan produk Pro-Accident. Kontrak Asuransi dimulai 26 Maret
2012 s/d 25 Maret 2013 yang dapat diperpanjang. Premi dibayar secara
bulanan dan produk ini dibeli melalui Telemarketing. Adapun polis yang
dimilikinya hilang dan Laporan kehilangan diterbitkan oleh Kapolsek
Medan Labuhan tanggal 04 September 2013.
Pemohon mengajukan klaim meninggal dunia akibat kecelakaan
dengan Laporan tanggal 16 September 2013 yang dibuat oleh Kasat
Lantas Polres Pelabuan Belawan yang menyatakan peristiwa kecelakaan
adalah tabrakan antara sepeda motor dan angkot yang terjadi tanggal 19
Agustus 2013
13
14
Kelurahan
setempat,
menerangkan
bahwa
tertanggung
terjadi kecelakaan tanggal 19 Agustus 2013 + jam 22.00 Wib, dan laporan
kecelakaan atas peristiwa ini yang dibuat oleh Polisi setempat lengkap
dengan gambar posisi kendaraan serta posisi pengendara kendaraan
terjatuh. Surat ini diserahkan kepada Jasa Raharja. PT Asuransi Jasa
Raharja Persero yang telah membayarkan klaim asuransinya.
B. Kasus kedua
15
merasa
kecewa,
karena
klaimnya
ditolak
hanya
berdasarkan diagnose dokter atas kondisi buang air kecil tidak teratur
yang baru diketahui oleh dokter RS SingHealth pada saat dilakukan
pemeriksaan sebelum tindakan operasi. Masalah buangbuang air kecil
tidak teratur selama 5 tahun hanya diagnose dokter saja tanpa didukung
oleh bukti pemeriksaan (rekam medic/lab). Pernyataan Tertanggung
16
17
BAB IV
ANALISIS
Sebelumnya ketentuan
Indonesia)
dan
BPSK
(Badan
Penyelesaian
Sengketa
penting
karena
lembaga
ini
memiliki
18
suatu
mekanisme
untuk
adalah
seseorang
19
yang
dengan
tidak
adanya
kepada
pihak
yang
ditanggung
hidupnya
oleh
20
21
sengketa
para
pihak
juga
tetap
dapat
melakukan
22
paling
lama
30
(tiga
puluh)
hari
jika
para
pihak
menyepakatinya.
Setelah menempuh proses mediasi tersebut, hasil mediasi wajib
dituangkan dalam Surat Kesepakatan Penyelesaian Sengketa (SKPS).
Jika hasilnya adalah Pihak termohon bersedia memenuhi permohonan
Pemohon, maka Termohon wajib menyelesaikannya selambat-lambatnya
30 hari terhitung sejak SKPS ditandatangani. Namun jika hasilnya adalah
permohonan Pemohon tidak dapat dipenuhi Termohon, maka Pemohon
bebas mencari upaya hukum lain atau dapat juga memohon Ketua BMAI
agar sengketanya dapat diselesaikan ke jenjang Adjudikasi BMAI.
Mekanisme penyelesaian sengketa di atas juga dapat diterapkan
dalam kasus ini. Artinya anak perempuan Tertanggung dapat mengajukan
Permohonan ke BMAI bahkan tanpa dikenakan biaya apapun. Namun
Mediator
tetap
meneliti
terlebih
dahulu
apakah
akan
menerima
23
yang
yang
dipertanggungkan
merupakan
beban
adanya
kecelakaan
langsung
yang
menyebabkan
24
dijalankan
prinsip
sebab
akibat
Timbulnya
kewajiban
25
keterangan
yang
tidak
jujur
atas
keadaan
yang
26
Beranjak pada kasus yang diangkat dalam tulisan ini, kasus ini
dapat digolongkan kedalam kasus yang diterima oleh BMAI sebagai
lembaga alternatif penyelesaian sengketa, yaitu sebagai kasus yang
memenuhi syarat sesuai ketentuan SK Pengurus BMAI No. 002/SKBMAI/11.2014 tentang Peraturan dan Prosedur Mediasi Badan Mediasi
dan Arbitrase Asuransi Indonesia (PP BMAI). BMAI merupakan lembaga
penyelesaian sengketa klaim asuransi, namun tidak semua sengketa
dapat diselesaikan. Terhadap hal-hal yang berada diluar kewenangan dan
dikecualikan, BMAI akan menolak pengajuan penyelesaian sengketa yang
dimintakan.
penyelesaian
Seperti
telah
sengketa
dijelaskan
klaim
pula,
dapat
bahwa
diajukan
permohonan
baik
oleh
27
PP
BMAI,
setelah
diterimanya
permohonan
Dalam penangan
sebagaimana
telah
dipaparkan
sebelumnya,
seperti
diantaranya: (1) Indikasi iktikad tidak baik pemohon yang baru melaporkan
kehilangan
polis
setelah
Tertanggung
meninggal
dunia;
(2)
28
data
dari
Tertanggung/Pemohon
yang
kemudian
dan
kelurahan
Tertanggung/Pemohon.
Mediator
sebagai
setempat
pihak
yang
kediaman
netral
juga
dengan
langkah
mengajukan
yang
tepat.
29
berbagai
Mengenai
dokumen
penunjang
ketidaksesuaian
dan
pembayaran
asuransi
PT.
Jasa
Raharja
yang
telah
30
oleh
BMAI
sendiri,
setiap
tahunnya
terus
mengalami
penyelesaian
sengketa
pada
kasus
yang
diangkat
memberikan satu percontohan yang baik dari kinerja BMAI. Kasus yang
31
32
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam usaha perasuransian, sebagaimana usaha jasa keuangan
lainnya sungguh rentan mengarah pada terjadinya sengketa. Jasa
keuangan perlu dibina dengan iktikad baik dan kejujuran yang penuh agar
dapat sama-sama menguntungkan para pihak. Seiring berkembangnya
zaman, penyelesaian sengketa khususnya dalam sektor keuangan lebih
cenderung kepada penyelesaian yang bersifat alternatif. Selain biaya dan
waktu yang lebih efisien, banyak keuntungan lain didapat seperti misalnya
terkait masalah publikasi. Pada rezim Hukum Asuransi Indonesia sendiri,
sejak 2006 telah didirikan lembaga alternatif penyelesaian sengketa, yaitu
BMAI. BMAI didirikan dengan tujuan untuk menciptakan keseimbangan
dan keadilan antara penanggung dan tertanggung asuransi. Penyelesaian
sengketa di BMAI sendiri tidak dikenakan biaya terkait penyelesaian
melalui jalur mediasi dan ajudikasi, sedangkan khusus untuk penyelesaian
melalui jalur arbitrase dikenakan biaya tertentu.
Pembelajaran yang dapat diambil terkait kasus yang diangkat
adalah keterangan-keterangan yang dijelaskan dalam dokumen-dokumen
pendukung klaim yang isinya tidak sesuai satu dengan yang lainnya
belum tentu mengindikasikan adanya unsur niat yang tidak baik dari
Tertanggung. Tertanggung bisa saja dalam keadaan panik dan tidak
memperhatikan
dengan
baik
isi
laporan-laporan
tersebut
dan
33
B. Saran
Investigasi lebih jauh oleh Penanggung guna memperjelas
kedudukan masalah merupakan tindakan yang perlu dilakukan, agar
penolakan klaim atau penerimaan dan pembayaran klaim dapat dilakukan
atas dasar-dasar yang kuat dan tidak terbantahkan. Prinsip iktikad baik
dan kehati-hatian hendaknya menjadi tanggung jawab dan hal yang
penting bagi kedua belah pihak. Di satu sisi Pemohon perlu sangat teliti
dan hati-hati dalam mengajukan bukti yang sebenar-benarnya dan
mengedepankan iktikad baik, sementara di lain pihak, Termohon perlu
melakukan penelitian yang lebih mendalam terkait klaim yang diajukan
oleh nasabahnya agar tidak banyak sengketa yang muncul atau
setidaknya kesalahpahaman terlebih dahulu dapat ditanggulangi bersama
oleh para pihak.
Upaya sosialisasi juga perlu dilaksanakan secara berkelanjutan
demi terus meningkatkan kemanfaatn BMAI. Sosialisasi ini dapat
diwujudkan tidak hanya oleh BMAI sendiri tapi juga oleh perusahaanperusahaan asuransi yang merupakan anggota BMAI. Upaya sosialisasi
oleh BMAI secara langsung bertujuan untuk memberikan referensi
penyelesaian sengketa bagi nasabah dan memberikan pengetahuan
untuk memilih perusahaan asuransi yang bonafide, seperti yang menjadi
anggota dari BMAI. Keanggotaan BMAI dapat dinilai sebagai iktikad baik
perusahaan asuransi dalam mewujudkan keseimbangan kedudukan
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Amiruddin dan Asikin, Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2004
Joni Emirzon, 2001, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
(Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase. PT Bumi Aksara: Jakarta.
Man S. Suparman, 2012, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat
Berharga, Bandung: Alumni.
Man S. Suparman dan Endang, 2013, Hukum Asuransi, Bandung: Alumni.
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Cetakan Kelima, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994
Sentosa Sembiring, 2014, Hukum Asuransi, Bandung: Nuansa Aulia.
Sonja Roesmana, Prinsip-Prinsip dan Praktik Hukum Asuransi Kesehatan
di Indonesia, Continuing Legal Education (CLE) BPHN, 1997
Wahyu
Wardana,
2009,
Hukum
Dokumen perundang-undangan
KUH Perdata
KUHD
36
Asuransi:
Proteksi
Kecelakaan
Dokumen lainnya
Ade Hari Siswanto, Penyelesaian Klaim pada Asuransi Kendaraan
Bermotor di BMAI, Lex Jurnalica Vol. 6 No.3, Agustus 2009.
BMAI,
2015,
Kasus
Bukti
Klaim
Apa
Adanya,
http://www.bmai.or.id/kasusbmai/Windowz.php?idx=As%20Jiwa%20BUKTI%20BUKTI%20KLAIM%20APA%20ADANYA%20-%20April
%202015.pdf
Diana Kusumasari, 2011, Kekuatan Polis sebagai Alat Bukti, diunduh dari
www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1191/kekuatan-polis-asuransisebagai-alat-bukti.
Komang Ayu Devi Natasia, Upaya Hukum terhadap Penolakan Klaim
Aauransi Jiwa oleh PT Prudential Life Assurance, diunduh dari
http://download.portalgaruda.org/.
www.bmai.or.id
37
38
39
Lampiran I
40