Anda di halaman 1dari 19

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA

WANPRESTASI PERJANJIAN PEMBIAYAAN MULTIGUNA DENGAN


JAMINAN FIDUSIA PADA PT CLIPAN FINANCE INDONESIA
(Analisis Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg)

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Persyaratan


Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

IRMA SETIAWATI
No. BP : 2010003600054

BAGIAN HUKUM PERDATA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2024
DAFTAR ISI

A. Judul..................................................................................................................1
B. Latar Belakang..................................................................................................1
C. Perumusan Masalah..........................................................................................10
D. Tujuan Penelitian..............................................................................................10
E. Kegunaan Penelitian.........................................................................................11
1. Secara Teoritis.............................................................................................11
2. Secara Praktis..............................................................................................11
F. Metode Penelitian.............................................................................................11
1. Spesifikasi Penelitian..................................................................................11
2. Metode Pendekatan.....................................................................................12
3. Sumber Data................................................................................................12
4. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................13
5. Analisis dan Penyajian Data.......................................................................13
G. Sistematika Penulisan.......................................................................................14

i
A. Judul: Pertimbangan Hakim Dalam Penyelesaian Sengketa Perbuatan
Wanprestasi Perjanjian Pembiayaan Multiguna Dengan Jaminan
Fidusia Pada PT Clipan Finance Indonesia (Analisis Putusan
Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg)

B. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, sebagaimana yang

disebutkan pada Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 yang yang telah di Amandemen sebanyak empat kali. Negara

Indonesia juga merupakan negara demokrasi yang menjunjung tinggi falasafah dari

rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Oleh karenanya negara ini harus menjamin

seluruh warga negaranya mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum serta

menjamin seluruh hak-hak warga negara Indonesia untuk diberikan keadlian dalam

penerapan hukumnya.1

Berdasarkan hal ini perkembangan zaman perdagangan yang semakin maju,

bisa dikatakan sebagian besar kekayaan manusia terdiri dari keuntungan yang telah

dijanjikan oleh orang yang akan disediakan atau diserahkan. Saat ini banyak sekali

jenis-jenis pembiayaan yang ditawarkan pihak lembaga keuangan pada masyarakat

dan juga dunia usaha, salah satu jenis pembiayaan yang ditawarkan adalah

Pembiayaan Konsumen. Seiring dengan perkembangan kegiatan pembangunan dan

transaksi jual beli yang semakin maju, manusia sebagai konsumen semakin

membutuhkan uang atau dana untuk memenuhi segala kebutuhannya. Dana yang

dibutuhkan tersebut, sebagian besar diperoleh melalui kegiatan pinjam-meminjam. 2

Tidak sedikit pula yang meminjam pada rentenir atau lintah darat meskipun dengan

1
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hlm. 177
2
Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
hlm 68

1
2

bunga yang sama tinggi, karena sulitnya memenuhi persyaratan peminjaman uang

ke bank, masyarakat sebagai debitur juga haru memenuhi syarat tertentu. Semakin

meningkatnya ekonomi suatu negara maka akan meningkat pula kebutuhan hidup

masyarakat yang tinggal dalam negara tersebut. Kebutuhan konsumtif masyarakat

baik kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier mau tidak mau harus mereka

penuhi dan apabila mereka hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan primer saja,

atau primer dan sekunder saja maka mereka akan mencari cara agar kebutuhan

sekunder atau tersiernya bisa terpenuhi. Mobilitas masyarakat yang semakin

meningkat baik di daerah dan di perkotaan.3

Kemajuan dibidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

menghasilkan produk yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan atas suatu

produk terbaru mendorong masyarakat (konsumen) tergiur untuk memilikinya

meskipun baragkali secara finansial dana untuk membelinya tidak mencukupi. Bagi

masyarakat kelas menengah ke bawah yang berpenghasilan rendah hal ini tentu

merupakan problem tersendiri. Kondisi inilah yang antara lain menyebabkan

tumbuh dan berkembangnya lembaga pembiayaan konsumen sebagai salah satu

sumber pembiayaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumen atas barang-

barang konsumtif yang dibutuhkannya.

Kemampuan masyarakat untuk membeli kendaraan secara mengangsur,

tetapi banyaknya kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi,

maka untuk memenuhinya, cara yang ditempuh untuk memenuhi kebutuhan

tersebut pun bermacam-macam. Salah satu contohnya yaitu menggunakan jasa

3
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para
Pihak DalamPerjanjian Kredit di Indonesia, IBI, Jakarta; 2013, hlm 43
3

lembaga keuangan bank maupun yang bukan bank. Bentuk dari lembaga bukan

bank yang dapat membantu masyarakat adalah lembaga pembiayaan. Lembaga

Pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada fungsi pembiayaan,

yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana

secara langsung dari masyarakat.4 Lembaga pembiayaan juga diatur di dalam

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 1251/KMK.013/1988

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan dan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga

Pembiayaan Sesuai dengan sifatnya maka lembaga pembiayaan dijadikan suatu

jalur pemasaran barang-barang konsumtif yang bernilai tinggi salah satunya adalah

kendaraan. Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua

bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun

dalam praktek sehari-hari keberadaan lembaga keuangan tersebut dapat dikatakan

sudah tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah lembaga

pembiayaan.

Lembaga pembiayaan tersebut merupakan salah satu bentuk lembaga

keuangan yang bertujuan untuk mermberikan kredit, pinjaman dan jasa-jasa

keuangan dalam bentuk lainnya, sehingga dapat dikemukakan bahwa fungsi bank

pada umumnya adalah melayani kebutuhan pembiayaan dan melancarkan

mekanisme sistim pembayaran dalam sektor perekonomian.5 Dalam kenyataannya,

bahwa keberadaan lembaga keuangan bank, dirasakan oleh kalangan pelaku

4
Andi kariadi, http;//www.seputarpengetahuan.com/2016/11/jenis-jenis-lembaga keuangan-
di-indonesiadan-penjelasannya.html, diakses pada tanggal 01 Januari 2024.
5
Gunawan Wijaya, Seri hukum bisnis dan jaminan fidusia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2001, hlm 73.
4

ekonomi atau bisnis dan masyarakat, keberadaan bank sendiri belum cukup

memadai untuk menanggulangi berbagai keperluan dana dalam masyarakat, yang

disebabkan berbagai faktor, seperti keterbatasan jangkauan penyebaran kredit dan

keterbatasan sumber dana yang dimiliki oleh bank itu sendiri. Hal ini semakin nyata

terlihat dari banyaknya bank-bank yang dilikuidasi.

Kondisi demikan ini berdampak pada lesunya perekonomian negara yang

berbuntut pada semakin sulitnya mendapatkan dana segar yang sangat dominan dan

dibutuhkan oleh dunia perekonomian, termasuk memenuhi kebutuhan lainnya

seperti transportasi dalam bentuk kenderaan roda dua dengan berbagai

keperluannya. Menyikapi berbagai kelemahan yang terdapat pada lembaga

keuangan bank dalam rangka menyalurkan kebutuhan dana yang diperlukan

masyarakat, maka muncul lembaga keuangan bukan bank yang merupakan lembaga

penyandang dana yang lebih fleksibel dari pada bank yang dalam hal-hal tertentu

tingkat risikonya bahkan lebih tinggi. Hal ini dikarenakan Mengakibatkan

Perusahaan multifinance ataupun leasing umumnya hanya melanjutkan dengan

membuat akta jaminan fidusia serta mendaftarkannya untuk penerbitan sertifikat

jaminan fidusia apabila dirasa perlu yaitu apabila debitur telah nyata-nyata

wanprestasi dengan tidak membayar atau menunggak pembayaran angsuran

pembelian kendaraan bermotornya.

Lembaga ini lah yang kemudian dikenal sebagai lembaga pembiayaan yang

diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 dan disempurnakan oeh

peraturan baru yaitu Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 pergantian lembaga
5

pembiayaan dapat dilihat dalam pasal 1 angka (1) Perpres Nomor 9 Tahun 2009

tentang lembaga pembiayaan, yaitu

“Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal”

Salah satu sistem pembiayaan alternatif yang berdana aktif dalam

menunjang dunia usaha akhir-akhir ini yaitu pembiayaan konsumen atau lebih

dikenal dengan istilah consumer service. Keberadaan pembiayaan konsumen

lahirnya karena adanya kesepakatan antara dua pihak perusahaan pembiayaan dan

konsumen yang mempedomani adanya asas kebebasan berkontrak. Perjanjian

pembiayaan konsumen (Consumer Finance) tidak diatur dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, sehingga dikategorikan termasuk perjanjian tidak

bernama. Dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ditegasakan

bahwa:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya”

Sebenarnya yang dimaksud dalam pasal ini adalah, suatu perjanjian yang

dibuat secara sah artinya tidak bertentangan dengan undang-undang mengikat

kedua belah pihak. Perjanjian itu pada umumnya tidak dapat ditarik kembali kecuali

dengan persetujuan tertentu dari kedua belah pihak atau berdasarkan alasan yang

telah ditetapkan oleh Undang-undang.6

Dalam perakteknya, di mana pihak konsumen terlebih dahulu mencari dan

menegosiasikan kebutuhannya pada perusahaan pemilik barang dan selanjutnya

6
Wayan Partiana, Hukum Perjanjian Internasional Bagian 2, Mandar Maju, Bandung, 2005,
hlm. 263.
6

menawarkan kepada konsumen atas kepemilikan barang yang diinginkannya

tersebutdengan cara mengadakan perjanjian pembiayaan kepada perusahaan

pembiayaan. Perusahaan pembiayaan ini menyediakan formulir isian yang akan

diisi oleh konsumen yang diserahkan kepada perusahaan pemilik barang yang

dilengkapi berbagai persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan pembiayaan.

Sementara itu, mengenai ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan perjanjian

pembiayaan telah dilengkapi dengan berbagai rumusan perjanjian pembiayaannya,

seperti memuat tentang jenis barang, harga, cara pembayaran dan hak serta

kewajiban-kewajiban yang ditimbulkan, sehingga calon konsumen tinggal

menyetujui atas penawaran yang dilakukan dan atau menolaknya.

Lembaga pembiayaan sebagai suatu badan usaha memiliki produk-produk

usaha yang ditujukan untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya

selain dengan cara tunai. Produk-produk usaha tersebut antara lain adalah sewa

guna usaha (leasing), modal ventura (venture capital), anjak piutang (factoring),

pembiayaan konsumen (consumer finance), kartu kredit (credit card) dan

perdagangan surat berharga (securities company).7 Produk-produk usaha ini akan

memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, termasuk dalam

pemenuhan kebutuhan akan kendaraan pribadi seperti mobil.

Salah satu produk yang paling sering digunakan adalah pembiayaan

konsumen. Perjanjian Pembiayaan Konsumen adalah kewajiban untuk memenuhi

suatu perikatan, di mana suatu perikatan dapat lahir dari suatu perjanjian atau

undangundang. Pembiayaan Konsumen juga merupakan perjanjian, maka dapat

7
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak diluar KUHPerdata, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006, hlm 80.
7

disimpulkan bahwa Pembiayaan Konsumen merupakan suatu perjanjian yang

menghasilkan perikatan.8

Lembaga pembiayaan (leasing) memiliki peran yang sangat besar dalam

menggerakkan perekonomian nasional. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan

hingga Juni 2023, industri ini telah menyalurkan pembiayaan kepada debitur

dengan nilai outstandingpiutang pembiayaan sebesar Rp. 405,56 triliun.9 Gabungan

Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga menyebutkan bahwa

sekitar 70% pembelian kendaraan bermotor di Indonesia dilakukan secara kredit

baik melalui perusahaan pembiayaan maupun perbankan. 10 Selain itu perusahaan

pembiayaan juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dengan

berkontribusi dalam pemerataan dan pemberdayaan ekonomi daerah melalui

pembukaan kantor cabang di daerah-daerah. Pertanggung jawaban hukum melekat

pada pribadi subjek hukum. Pertanggungjawaban hukum ini dipahami sebagai

keadaan wajib menanggung segala sesuatu akibat dari tindakannya. Sehingga

apabila terjadi wanprestasi dapat dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan

sebagainya.11

Hubungan hukum (perikatan) antara perusahaan pembiayaan dan nasabah

dituangkan dalam bentuk perjanjian pembiayaan konsumen, yang antara lain

menetapkan perlu adanya jaminan dalam pelaksanaan pembiayaan konsumen, ini

hampir sama dengan pinjaman kredit yang dilakukan oleh bank. Jaminan adalah

8
Ibid hlm 43
9
Walfajri, https://keuangan.kontan.co.id/news/begini-kontribusi-multifinance-terhadap-
perekonomianindonesia-menurut-ojk, diakses diakses pada tanggal 01 Januari 2024 17:00 WIB.
10
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2001, hlm. 82
11
Suryano, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm 3
8

suatu yang diberikan debitur kepada kreditur untuk memberikan keyakinan bahwa

debitur akan memenuhi kewajibannya yang dapat dinilai dengan uang yang timbul

dari suatu perikatan.

Berdasarkan uraian diatas maka terjadinya perkara wanprestasi perjanjian

pembiayaan multiguna dengan jaminan fidusia pada putusan nomor

9/Pdt.G/2023/PN Pdg berawal dari Penggugat dan Tergugat terdapat hubungan

hukum dalam sebuah perikatan atau perjanjian sebagaimana yang dibuat, disepakati

dan tertuang dalam Perjanjian Pembiayaan Multiguna Nomor: 85518201911

Tanggal 06 Desember 2019 (Perjanjian) beserta seluruh perubahannya terkait

pemberian fasilitas pembiayaan terhadap pembelian terhadap 1 (satu) unit

kendaraan bermotor roda empat dengan spesifikasi Merk/ Tipe: Toyota Yaris 1.5 J

AT MC, No. Rangka : MR054HY91A4658539, No. Mesin : 1NZY262614, Tahun :

2010, Warna : Silver Metalik, No. Polisi : B 1761 UKO (Objek Perjanjian) yang

dibeli dari Showroom Ave Auto Mobil sebagai penjual Objek Perjanjian tersebut

sebagaimana dalam Surat Pernyataan Dealer/Showroom, dimana Penggugat

memberikan pembiayaan pelunasan terhadap pembelian Objek Perjanjian tersebut

kepada penjual yakni Showroom Ave Auto Mobil, dengan nilai sebesar Rp

88.496.000,- (delapan puluh delapan juta empat ratus sembilan puluh enam ribu

rupiah), dimana pelunasan tersebut menjadi hutang pokok bagi Tergugat (dihitung

tanpa bunga dan biaya lain-lainnya) dan terhadap pelunasan yang dibayarkan

Penggugat tersebut akan dibayarkan kembali oleh Tergugat dengan cara diangsur/

dicicil setiap bulannya hingga lunas secara tepat waktu.


9

Berdasarkan kesepakatan dalam Pasal 4 huruf a bagian Pembayaran

Kembali yang menyatakan debitur wajib melakukan pembayaran kembali Fasilitas

Pembiayaan kepada kreditur dalam bentuk angsuran dan dalam waktu seperti yang

ditetapkan lampiran I Perjanjian. Kemudian catatan pembayaran angsuran yang ada

pada sistem Penggugat, diketahui Tergugat telah tidak melaksanakan kewajibannya

membayar angsuran sejak angsuran ke 07 (tujuh) yang jatuh tempo pada tanggal 06

Oktober 2020, hingga Gugatan ini diajukan pada Pengadilan Negeri Padang

Tergugat tetap tidak melaksanakan kewajibannya tersebut kepada Penggugat,

padahal pembayaran tersebut merupakan sebuah kewajiban bagi Tergugat

sebagaimana dalam Perjanjian, namun hal tersebut tidak dilaksanakan oleh

Tergugat padahal Tergugat tetap menikmati fungsi objek perjanjian tersebut setiap

harinya.

Dikarenakan perbuatan Tergugat telah melakukan Perbuatan Ingkar Janji

(Wanprestasi) yang menyebabkan kerugian Materiil dan Immateriil bagi Penggugat

memohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat untuk dapat mensahkan

dilakukannya Eksekusi Jaminan Fidusia terhadap Objek a-quo yaitu unit kendaraan

dimaksud sebagaimana diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999

Pasal 29 ayat 1 tentang Jaminan Fidusia yang menyebutkan :

“Apabila debitur atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap Benda

yang menjadi objek Jaminan Fidusia”

jika Tergugat tidak dapat melakukan pelunasan terhadap kewajibannya dan

memerintahkan kepada Tergugat untuk menyerahkan Kendaraan secara lengkap

beserta STNK dimaksud kepada Penggugat dalam rangka pelaksanaan Eksekusi


10

Jaminan Fidusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999

Pasal 30 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi :

“Pemberi Fidusia wajib menyerahkan Benda yang menjadi objek Jaminan

Fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi Jaminan Fidusia”

berdasarkan Pasal tersebut jika Tergugat tidak dapat mengganti atau melaksanakan

pelunasan terhadap kewajibannya tersebut guna menutupi seluruh hutang Tergugat

kepada Penggugat atas dasar tersebut maka perbuatan tergugat merupakan suatu

wanprestasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan

menganalisis hal yang bersangkut paut dengan wanprestasi perjanjian pembiayaan

multiguna dengan jaminan fidusia untuk maksud tersebut dan merumuskan dalam

suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Pertimbangan Hakim

Dalam Penyelesaian Sengketa Perbuatan Wanprestasi Perjanjian Pembiayaan

Multiguna Dengan Jaminan Fidusia Pada PT Clipan Finance Indonesia

(Analisis Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah :

1. Bagaimanakah pertimbangan hakim terhadap penyelesaian sengketa

wanprestasi perjanjian pembiayaan multiguna dengan jaminan Fidusia

pada PT Clipan Finance Indonesia pada Putusan Nomor

9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg ?
11

2. Bagaimanakah akibat hukum dari pertimbangan hakim terhadap

penyelesaian sengketa wanprestasi perjanjian pembiayaan Multiguna

dengan jaminan Fidusia pada PT Clipan Finance Indonesia pada Putusan

Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pertimbangan hakim terhadap penyelesaian sengketa

wanprestasi perjanjian pembiayaan Multiguna dengan jaminan Fidusia

pada PT Clipan Finance Indonesia pada Putusan Nomor

9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg.

2. Untuk mengetahui akibat hukum dari pertimbangan hakim terhadap

penyelesaian sengketa wanprestasi perjanjian pembiayaan Multiguna

dengan jaminan Fidusia pada PT Clipan Finance Indonesia pada

Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg.

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan ilmiah dan serta menambah literature atau bahan-bahan

informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan kajian di bidang

hukum perdata khususnya dalam hukum perjanjian dalam hal ini berkaitan

dengan pertimbangan hakim terhadap penyelesaian sengketa wanprestasi

perjanjian pembiayaan Multiguna dengan jaminan Fidusia pada PT Clipan

Finance Indonesia pada Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg..


12

2. Secara Praktis

Pembahasan mengenai permasalahan penulisan skripsi ini diharapkan

dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat dan aparat penegak

hukum yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran hukum dan perannya

dalam penyelesaian sengketa wanprestasi perjanjian pembiayaan multiguna

dengan jaminan fidusia.

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi Penelitian dalam skripsi ini adalah bersifat deskriptif

yaitu memberikan gambaran yang menyeluruh dan sistematis tentang

pertimbangan hakim terhadap penyelesaian sengketa wanprestasi perjanjian

pembiayaan Multiguna dengan jaminan Fidusia pada PT Clipan Finance

Indonesia pada Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg..

2. Metode Pendekatan

Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis normatif yang berbentuk in concreto yaitu dengan cara

meneliti Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan

yang di bahas serta isi Putusan Nomor 9/Pdt.G/2023/PN Pdg.12

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh

melalui penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan judul yang

berkaitan dengan permasalahan yang terdiri dari bahan hukum primer,

12
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2013, hlm. 10
13

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Adapun bahan hukum

tersebut adalah:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah ketentuan perundang-undangan yang

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, diantaranya adalah sebagai

berikut:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

c) Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata (KUHAPerdata)

d) Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

e) Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Alternatif Penyelesaian

Sengketa

f) Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman.

g) Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Perjanjian Pembiyaan

Konsumen

h) Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer, yang terdiri dari:

a) Buku-buku/literatur

b) Hasil Karya Ilmiah para sarjana;

c) Jurnal
14

d) Hasil-hasil penelitian.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan yang erat hubungannya dengan bahan

hukum sekunder, yang terdiri dari :

a) Ensiklopedia

b) Kamus Bahasa Indonesia

c) Kamus Hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan/library research yaitu

dengan mengumpulkan baham bahan Hukum Primer yaitu dengan cara

menginventrisir peraturan peraturan perundang undangan, literatur, dan

dokumen-dokumen serta posisi kasus Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2022/PN

Pdg.

5. Analisis dan Penyajian Data

Semua data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini di analisa

secara kualitatif dan di sajikan secara deskriptif dengan tidak menggunakan

angka-angka yang menggambarkan fakta pada judul skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisikan bahan kepustakaan yang

terdiri dari tinjauan tentang pertimbangan hakim, tinjauan tentang penyelesaian


15

sengketa, tinjauan tentang Perjanjian, tinjauan tentang wanprestasi dan tinjauan

tentang fidusia.

Bab III merupakan bab hasil penelitian yang berisikan hasil-hasil penelitian

yang berisikan pertama Kasus Posisi Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN. Pdg,

kedua pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN. Pdg, dan

ketiga putusan hakim dalam Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg,

Bab IV merupakan bab pembahasan yang berisikan pertama analisis dan

pembahasan dari hasil-hasil penelitian yang terkait dengan Pertimbangan hakim

terhadap penyelesaian sengketa wanprestasi perjanjian pembiayaan multiguna

dengan jaminan Fidusia pada PT Clipan Finance Indonesia pada Putusan Nomor

9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg dan kedua akibat hukum dari pertimbangan hakim

terhadap penyelesaian sengketa wanprestasi perjanjian pembiayaan multiguna

dengan jaminan Fidusia pada PT Clipan Finance Indonesia pada Putusan Nomor

9/Pdt.G.S/2023/PN Pdg.

Bab V merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2011.

Gunawan Wijaya, Seri hukum bisnis dan jaminan fidusia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001.

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,


Bandung, 2001.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia


Indonesia, Jakarta, 2013.

Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak diluar KUHPerdata, Raja Grafindo


Persada, Jakarta, 2006.

Suryano, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang


Bagi Para Pihak DalamPerjanjian Kredit di Indonesia, IBI, Jakarta
2013.

Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta,


2004.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (KUHAPerdata)

Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Alternatif Penyelesaian


Sengketa

Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Perjanjian Pembiyaan


Konsumen
C. Website

http;//www.seputarpengetahuan.com/2016/11/jenis-jenis-lembagakeuangan-di-
indonesiadan-penjelasannya.html

https://keuangan.kontan.co.id/news/begini-kontribusi-multifinance-terhadap-
perekonomianindonesia-menurut-ojk

Anda mungkin juga menyukai