Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN PROFETIK

SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYELESAIKAN


PROBLEMATIKA BANGSA

Kode Jurnal:N
Disusun untuk melengkapi Persyaratan Peserta Intermediate Training (LK II)
Cabang Muaro Bungo Tahun 2022

Disusun Oleh:

HAMDIL ADAM

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG


PADANG 1444 H / 2022 M
ABSTRAK

Membahas mengenai kepemimpinan profetik, tentunya tidak bisa terlepas


dari sosok Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya figure paling sempurna
yang pernah diutus oleh Allah ke muka bumi ini yang bahkan digelar sebagai suri
tauladan yang baik (uswatun hasanah). Dengan pendekatan library research, hasil
kajian menerangkan bahwa konsep kepemimpinan profetik dalam Islam dibangun
atas ajaran Al- Qur’an,Sunnah Rasulullah Saw dan khulafa ar- Rasyidin, sehingga
kepemimpinan diposisikan sebagai kontrak ilahiyah, dimana pertanggung jawaban
atas kepemimpinan bukan hanya sebatas pertanggung jawaban sosial namun juga
spiritual religius. Konsep kepemimpinan ini dibangun atas studi terhadap ajaran
Al- Qur’an,sunnah,keteladanan khulafa ar-Rasyidin serta perilaku manusia
sebagai hamba dan khalifah di muka bumi. Kepemimpinan profetik Islam masih
tetap absolut dan belum tergantikan oleh teori-teori manapun, karena teori
kepemimpinan ini sejak kemunculannya (Lauh al mahfuzd dalam konteks al-
Qur’an dan risalah kenabian Muhammad Saw dalam konteks sunnah) telah
terjamin sebagai model kepemimpinan yang paling sempurna sepanjang masa
maka seharusnya kepemimpinan profetik ini sangat efektif menjadi solusi
problematika bangsa.
ABSTRACT

Discussing about prophetic leadership, of course, cannot be separated from


the figure of the Prophet Muhammad SAW as the only most perfect figure ever
sent by Allah to this earth who is even held as a good role model (uswatun
hasanah). With a library research approach, the results of the study explain that
the concept of prophetic leadership in Islam is built on the teachings of the Qur'an,
the Sunnah of the Prophet Muhammad and Khulafa ar-Rasyidin, so that leadership
is positioned as a divine contract, where responsibility for leadership is not only
limited to social responsibility. but also spiritual and religious. This leadership
concept is built on a study of the teachings of the Qur'an, Sunnah, the example of
khulafa ar-Rashidin and human behavior as servants and caliphs on earth. Islamic
prophetic leadership is still absolute and has not been replaced by any theories,
because this leadership theory since its emergence (Lauh al mahfuzd in the
context of the Qur'an and the prophetic treatise of Muhammad SAW in the
context of the sunnah) has been guaranteed as the most perfect leadership model
throughout the world. In the future, this prophetic leadership should be very
effective as a solution to the nation's problems.
Pendahuluan

Manusia sejak kelahirannya dimuka bumi telah membawa peran legitimasi


sebagai seorang pemimpin (khalifah) dengan tanpa mengeliminir peran lainnya
selaku hamba Allah SWT. Fitrah kepemimpinan adalah suatu Potensi atau
kekuatan yang menopang setiap individu agar mampu memanfaatkan dan
memberdayakan segala sesuatu yang terdapat di alam semesta, baik yang berupa
sumber daya manusia atau sumber daya alamnya.
Bagi seorang khalifah yang sekaligus hamba, pemberdayaan dan pemanfaatan
segala sesuatu tersebut hanya bertujuan untuk meningkatkan pengabdian diri
kepada Allah SWT semata. Sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia
mengawali proses kepemimpinannya mulai dari dirinya sendiri. Kesuksesan ia
dalam memimpin dirinya dari berbagai problematika dan kompetensi yang
terdapat pada dirinya,itu sangat berpengaruh pada proses kepemimpinan
berikutnya. Dalam kontek negara sebagaimana kajian dalam tulisan ini, pemimpin
memiliki peran penting karena harus mampu menggerakan dan mengarahkan
negara dalam mencapai tujuannya. Sukses atau tidaknya suatu negara sangat
ditentukan oleh kualitas dari kepemimpinan. Mengingat bahwa seorang pemimpin
adalah manusia dimana memiliki perasaan dan akal, serta berbagai jenis dan
sifatnya, maka masalah kepemimpinan tidaklah mudah.
Nabi Muhammad merupakan sebuah gambaran kepemimpinan yang ideal,
beliau dikenal sebagai pemimpin dunia terbesar sepanjang sejarah. Dimana
dengan tipe kepemimpinan yang beliau lakukan telah menghasilkan kemajuan
yang sangat besar.
Keberhasilan kepemimpinan profetik telah dibuktikan oleh Nabi Muhammad
SAW sebagaimana ditetapkan oleh Michael H. Hart di dalam bukunya yang
berjudul The 100, a Ranking of The Most Influential Persons in History yang
dikutif Abdul Haris, dkk, selaku seorang pemimpin yang paling berhasil dan
berpengaruh di sepanjang sejarah.
Setelah nabi wafat kepemiminan di gantikan oleh khalifaur rasydin yaitu abu
bakar as siddik, umar bin khatab, usman bin affan dan ali bin abi thalib.
Kepemimpinan yang di lakukan oleh mereka sangat tertumpu dengan kepimpinan
nabi hanya saja pengembangan yang lebih banyak di lakukan oleh para sahabat
tersebut. Dalam penulisan jurnal ini penulis tertarik untuk mengkaji dan
membahas mengenai kepemimpinan profetik agar kita bisa mengimplementasikan
untuk mengatasi permasalahan politik yang terjadi di negara kita ini.

Tinjauan Pustaka Dan Metode

1. Kepemimpinan profetik

Secara etimologi kata pemimpin itu adalah orang yang mampu mempengaruhi
serta membujuk pihak lain untuk melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama,
sehingga demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat suatu
proses. Edwin A. Locke juga mengungkapkan bahwa pemimpin adalah orang
yang berproses membujuk (inducing) orang lain untuk mengambil langkah
langkah-langkah menuju suatu suatu sasaran bersama kelompok. (Muh Shalel
suratmin: 2013)
Sementara kata profetik itu berasal dari bahasa inggris “prophet” yang artinya
Nabi. Di Dalam kamus Bahasa Indonesia seperti yang dikutip oleh Irhamni Rofiun
(2014) dalam tulisannya membumikan pemimpin profetik bahwa profetik artinya
bersifat kenabian. Istilah ini pertama kalinya diperkenalkan oleh Kuntowijoyo
(1991) melalui gagasannya mengenai pentingnya ilmu sosial transformatif yang
disebut ilmu sosial profetik. Ilmu sosial profetik ini dapat mengubah fenomena
sosial, tapi juga memberi petunjuk kearah mana transformasi dilakukan, untuk
apa, dan oleh siapa. Ilmu sosial profetik juga mengusulkan perubahan berdasarkan
atas cita-cita etik dan profetik tertentu (dalam hal ini etika islam), yang melakukan
reorientasi bahwa sumber ilmu pengetahuan tidak hanya rasio dan empiri, tetapi
juga dari wahyu.
Jadi pemimpin profetik adalah seorang pemimpin yang mempengaruhi orang
lain untuk mencapai tujuan bersama sebagaimana para Nabi dan Rasul
melakukannya.

2. Ciri - Ciri Pemimpin Profetik

Dalam tugas memimpin yang diembannya, pemimpin profetik mepunyai ciri


tersendiri yang membedakannya dengan pemimpin yang lainnya.
a. Memiliki kekuatan profetik

Sumber kekuatan tersebut terdapat pada kesehatan spiritual (jiwa, rohani).


Kesehatan spiritual adalah kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut sebagai
terbebasnya jiwa dari berbagai penyakit ruhaniah, seperti syirk (polytheist), kufr
(atheist), nifaq atau munafik (hypocrite) dan fusuq (melanggar hukum). Kondisi
spiritual yang sehat terlihat dari hadirnya ikhlas (ridha dan senang menerima
pengaturan ilahi, tauhid (meng-Esa-kan Allah), tawakal (berserah diri sepenuhnya
kepada Allah). Kesehatan spritual inilah yang menjadi kunci pembuatan akses
terhadap berbagai kekuatan yang dapat memengaruhi orang lain.Sanerya
Hendrawan (2009:158)
Jadi, seorang pemimpin profetik itu adalah seorang yang telah selesai
memimpin dirinya sehingga upayanya dalam mempengaruhi orang lain
merupakan proses memimpin dengan keteladanan.

b. Memiliki misi khusus profetik

Sanerya Hendrawan (2009:147) mengatakan bahwa misi khas kepemimpinan


profetik itu adalah membacakan tanda-tanda, membersihkan jiwa, mengajarkan
pengetahuan, membangun sebuah komunitas yang menjadi pelopor lahirnya
sebuah gerak kehidupan dan semangat baru yang berlandaskan konsep tauhid.
Hal tersebut termaktub dalam surat ali imran ayat 164
ُ
َُ ‫َث فيِ ِه ْم َرسُو ا ًل ِم ْن أنَْ ف ُِس ِه ْم يت َْل ُو عَليَْ ِه ْم آياَتِ ِه َو‬
‫يز ِّكي ِه ْم َوي ُعلَِ ُّمهُ ُم‬ َ ‫ لقَ َْد َم َّن ال ََّّل ع‬o
َ ‫َلى ْال ُمْؤ ِمنيِنَ إ ِْذ ب َع‬
Terjemahan: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.
Sebagaimana (Kami telah Menyempurnakan Nikmat Kami kepadamu), Kami
pun telah Mengutus kepada kalian seorang rasul di antara kalian, yang
membacakan kepada kalian Ayat-ayat Kami dan menyucikan kalian serta
mengajarkan kepada kalian al-Kitab dan hikmah, juga mengajarkan kepada kalian
segala apa yang tidak kalian ketahui.
Jadi, dalam ayat di atas, Allah telah menegaskan bahwasanya pemimpin
profetik adalah karunia bagi orang-orang yang beriman. Proses pembacaan tanda
tanda merupakan langkah pertama dengan tujuan penguasaan konsep dan teori
teori dasar kehidupan yang terdapat di dalam alqur’an. Proses pembersihan jiwa
bertujuan untuk menetralisir kepribadian. Proses pengajaran merupakan proses
untuk mentransfer penguasaan ilmu pengetahuan dan kebijakan dari pemimpin
profetik kepada pengikut yang dipimpinnya. Penciptaan pola kehidupan baru
bertujuan untuk mengarahkan objek yang dipimpinnya untuk hidup berlandaskan
nilai-nilai ilahiyyah.

c. Memiliki strategi profetik

Konsep strategi pemimpin profetik terdapat didalam surat ali imron


110,
o ‫لو آ َمنَ أهَْ ُل‬ َْ ‫ُوف َوت ْنَهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َو تُْؤ ِمنوُنَ بِال ََِّّل ۗ َو‬
ِ ‫اس تَأ ْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬ ُْ ‫ُك ْنت ُْم َخ ْي َر أ َُّم ٍة‬
ْ ‫أخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
ِ َ‫ب ل َكانَ خَ ْي ارا لهَُ ْم ۚ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنوُنَ َوأ َْكث َُرهُ ُم ْالف‬
َ‫اسقوُن‬ ِ َ ‫ْال ِكتا‬
Terjemahan : “Engkau adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia,
menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.”
“Engkau adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah.”
Kuntowijoyo (2006:87) menjabarkan bahwa ayat tersebut memuat tiga nilai
yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi.Tujuan humanisasi adalah
memanusiakan manusia. Keadaan masyarakat yang telah bergeser dari pola hidup
masyarakat petani menjadi masyarakat industri, membuat manusia banyak yang
menanggalkan aspek kemanusiaan yang mendasar. Akibatnya, manusia pada
masyarakat industri terjebak di tengah-tengah mesin pasar dan politik yang
menempatkan manusia sebagai subordinat, karena perannya yang parsial dan
banyak digantikan oleh mesin.
Tujuan liberasi adalah membebaskan manusia dari jerat-jerat sosial.
Membebaskan dari jeratan kemiskinan, glamoritas teknologi, dan pemerasan
kaum asing. Sehingga liberasi mampu membuat manusia merasakan kehidupa
yang bebas dari tuntutan dunia modern.
Tujuan transendensi adalah untuk mengembalikan masyarakat pada kesadaran
metafisik.Transendensi ini juga berfungsi untuk menggeser keadaan yang dekaden
pada puncak pencapaian spiritualitas. Pencapaian dimaksud adalah merasakan
kehadiran Tuhan pada setiap proses kehidupan yang dilalui. Di mana pun, kapan
pun, dan dalam keadaan apa pun, Tuhan adalah yang menjadi tujuan utama.
Dalam mencapai tujuan utamanya , pemimpin profetik haruslah
mengaplikasikan sifat-sifat fundamental Rasululullah Saw. Sifat yang dimaksud
adalah shiddiq, amanah, tabligh dan fatanah.
Pertama, sifat shiddiq yang dimiliki oleh Rasulullah benar-benar menamkan
kepercayaan diantara manusia. Abu Jahal adalah salah satu contoh musuh
Rasulullah yang tidak mau mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah namun
mengakui kebenaran perkataan Rasulullah. Dalam keseharian Rasululullah dengan
sahabat dan para pengikutnya juga menunjukkan sifat shiddiq beliau yaitu beliau
menyukai kesederhaan,keterusterangan dan juga tidak suka membebani. Bahkan
dalam bercanda sekalipun Rasulullah tetap memegang teguh prinsip kejujurannya
seperti saat seorang wanita tua yang datang kepada beliau dan meminta didoakan
untuk masuk surga. Rasulullah mengatakan bahwa tidak ada surga bagi wanita
yang sudah tua.
Kedua, sifat amanah Rasulullah juga benar-benar beliau contohkan dalam
jabatan dan wewenang yang diembannya. Beliau mencontohkan penerapan ajaran
qur’an surat al mukminun ayat 8-9
َ‫َوال َِّذينَ هُ ْم لِ َماناَتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َرا ُعون‬
َ‫صلَ َوات ِه ْم ي َُحافظُِون‬
َ ‫ى‬ َ ‫َوال َِّذينَ هُ ْم عَل‬
“Dan orang-orang yang memelihara terhadap amanat-amanat dan janjinya,
”Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.

Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah diakhirat


nanti. Hingga Rasululullah mengeluarkan sebuah hadist yang berbunyi:
“ingatlah, setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban dari kepemimpinannya…….
Ketiga, sifat tabligh Rasulullah benar-benar memperlihatkanya dalam bentuk
kedisiplinan beliau dalam menyebarkan wahyu Allah kepada umatnya,
memberikan teladan kepada umatnya, berkomunikasi yang efektif dalam
kesehariannya, dekat dengan umat dan mengkader dan mendelegasikan
wewenangnya jika beliau tidak bisa menjalakan wewenang tersebut.
Keempat, sifat fathanah Rasulullah ditunjukkannya dalam keluasan ilmu
beliau di saat menyeleseikan persoalan-persoalan masyarakat jahiliyah yang sesat
dan jahil. Beliau mampu untuk berpikir jernih dalam mengambil keputusan yang
tepat dan bijaksana. Beliau juga mampu berdialog dengan pemimpin dari
golongan orang-orang kafir.

Analisa Dan Pembahasan

 Kondisi kepemimpian indonesia saat ini

Untuk melihat bagaimana kondisi kepemimpinnan indonesia saat ini, ad salah


satu pendapat yang di lentarkan oleh ketua DPR-RI saat sidang di langsungkan
pada tahun 1992. salah satu poin menarik dari ketua DPR-RI Kharis suhud di
katakan antara lain, bahwa ada penurunan keteladanan kepemimpinan yang terjadi
sekarang. Apa gerangan tiba-tiba seorang pemimpin dan wakil rakyat yang duduk
di lembaga legislatif berujar seperti demikian. Tentu perkataan ini tidak langsung
secaa tiba-tiba dikatakan olehnya dalam sidang terhormat dan ini mungkin
melewati proses yang panjang hingga terlontar kalimat seperti itu. Bagaimana
kondisi setelahnya ? sepertinya pendapat ini masih relevan dengan kondisi bangsa
ini meskipun usianya telah 27 tahun yang lalu di ucapkan. Hal ini cukup beralasan
mengingat permasalahan yang terjadi di bangsa ini seperti korupsi, penggunaan
kekuasaan untuk kepentingan tertentu, kasus kekerasan dan tindakan terorisme
serta yang lainya . Hal ini sungguh menampar bangsa. Kejadian seperti ini seperti
tidak kunjung usai untuk kemudian di tuntaskan.

Ditambah lagi mulai semakin maraknya aksi-aksi demo menolak


kepemimpinan yang terjadi akhir-akhir ini semakin memperkuat indikasi bahwa
ada sesuatu yang tidak di inginkan masyarakat dari sosok seorang pemimpin.
Statement-statement mengenai”krisis kepercayaan” yang di lakukan stasiun
televisi. Lagi-lagi ini memperkuat bahwa krisis kepemimpinan mulai menjadi
euforia gunung es yang sewaktu-waktu akan meledak dan akan menimbulkan
terulangnya kembali reformasi yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Peristiwa ini
masih merupakan sekelumit masalah yang sebenarnya masih banyak terjadi di
dalam masyarakat dan di butuhkan sosok peimpin yang berani tegas dan bijaksana
untuk menyelesaikannya.
Era reformasi dianggap cukup banyak melahirkan pemimpin dan politisi yang
pragmatis dengan wawasan kebangsaan yang rapuh. Pemimpin yang memiliki
sikap kenegarawanan dianggap kurang dan jarang muncul, sehingga kerinduan
akan hadirnya negarawan semakin dirasakan. Kepemimpinan nasional yang lebih
mementingkan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi dan golongan
perlu dihidupkan terusmenerus. Hanya dengan perubahan sikap mental yang
demikian itulah jaminan akan masa depan Indonesia yang lebih adil dan
bermartabat dapat dipastikan (Maarif, 2015).
Kajian-kajian mengenai perubahan sikap mental pemimpin dengan berbagai
istilah seperti kepemimpinan yang otentik (authentic leadership), kepemimpinan
transformasional (transformational leadership), kepemimpinan pelayanan (servant
leadership), kepemimpinan spiritual (spiritual leadership), kepemimpinan
kharismatik (charismatic leadership), dan kepemimpinan moral (moral leadership)
banyak dilakukan peneliti di seluruh dunia akibat permasalahan moral yang
dialami para pemimpin. Sebagai contoh di Amerika Serikat, pasca peristiwa 11
September 2001, yang diikuti dengan krisis dan sejumlah permasalahan moral
lainnya dalam organisasi industri seperti WorldCom, Arthur Anderson, dan Enron
menyebabkan perlunya dilakukan kajian mengenai pemimpin yang memiliki
integritas dan standar moral yang tinggi, memimpin dengan mengikuti kebenaran
dan nurani, serta menunjukkan hubungan dan nilai yang positif antara pemimpin
dan pengikutnya (Wherry, 2012).
Kajian-kajian mengenai kepemimpinan moral di Indonesia umumnya
dilakukan karena adanya permasalahan terkait tindakan tidak etis para pemimpin
organisasi. Indikator permasalahan moral para pemimpin organisasi di Indonesia
antara lain bisa diketahui dari indeks persepsi korupsi yang dirilis setiap tahun
oleh Lembaga Transparansi Internasional. Lembaga Transparansi Internasional,
sebuah lembagaindependen yang berpusat di Berlin, Jerman, menilai indeks
persepsi korupsi di Indonesia sejak tahun 1998 sampai dengan 2011 berkisar
antara 1.7 hingga 3.0 (dariskala 0-10). Pada tahun 1998 s/d 2001, dan tahun 2004
Indonesia termasuk 10 besar negara terkorup dari puluhan negara yang disurvey.
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia kemudian membaik dan terus naik menjadi
poin 3 pada tahun 2011, namun masih jauh di bawah Singapura, yang memiliki
indeks 9.3 (Muqoddas, 2011). Artinya pemerintahan Indonesia dipersepsi oleh
stakeholder-nya masih tergolong korup.
Maraknya berbagai tindakan dan praktik korupsi sudah sampai pada titik
jenuh dan memprihatinkan. Ketua Dewan Pengurus Transparansi Internasional
Indonesia mengemukakan bahwa pemberantasan korupsi di Indonesia seakan
berjalan di tempat, stagnan, dan tidak bergerak maju. Gerakan pemberantasan
korupsi memang telah di lakukan, tetapi korupsi tetap jalan terus, corruption as
usual. Meskipun metode pengukuran berubah, namun skor Indonesia masih
termasuk yang rendah dan berada di bawah. Hal ini menunjukkan rendahnya
prestasi pemerintahan, organisasi bisnis, dan masyarakat bisnis di Indonesia untuk
memerangi korupsi dibandingkan negara-negara lain. Korupsi merupakan masalah
besar global yang dialami semua negara. Karena itu penting artinya bagi
masyarakat seluruh dunia untuk bertindak bersama-sama menghentikan korupsi
agar kesejahteraan tercapai dan perekonomian tumbuh merata bagi semua warga
dunia (Wahyudi, 2014).

 Strategi Pemimpin Profetik Dalam Menghadapi Problematika Bangsa

Problematika bangsa yang semakin menjadi-jadi harus dijawab dengan adanya


seorang pemimpin yang mampu menyeleseikannya dengan cara yang benar-benar
solutif. Pemimpin yang mampu mengarahkan bahkan mencegah pelakunya untuk
tidak lagi membudayakan masalah tersebut. Dalam hal ini pemimpin profetik
adalah sebuah bentuk jiwa pemimpin yang benar-benar bisa menjawab kebutuhan
bangsa akan seorang pemimpin yang benar-benar membimbing dan mengarahkan
orang-orang yang dipimpinnya untuk senantiasa berprilaku positif dan tidak
atraktif.
Pemimpin profetik akan mengembalikan semua misi kehidupannya seperti
misi nabi yaitu memimpin untuk membacakan tanda-tanda, membersihkan jiwa,
mengajarkan pengetahuan, membangun sebuah komunitas yang menjadi pelopor
lahirnya sebuah gerak kehidupan dan semangat baru yang berlandaskan konsep
tauhid.
Pertama, tanda-tanda yang dimaksud untuk disampaikan oleh pemimpin
profetik kepada pengikutnya. adalah tanda-tanda yang terdapat di dalam
alqur’an. Tanda-tanda tersebut berisi konsep-konsep kehidupan yang baik,
hukum-hukum dalam setiap sikap manusia dalam kehidupan, peringatan-
peringatan terhadap setiap kesesatan sikap dan berita-berita gembira terhadap
manusia-manusia yang senatiasa bersabar menetapi kebaikan. Tujuannya adalah
untuk menyadarkan manusia supaya menghambakan diri secara ikhlas dalam
semua segi dan gerak kehidupan kepada Allah sehingga pengikutnya bisa hidup
dalam keselarasan dan kedamaian.
Kedua, proses membersihkan jiwa yang harus senantiasa dilakukan oleh
seorang pemimpin profetik. Proses ini melingkupi penyucian jiwa dari segala
penyakit dan cacat yang ada pada jiwanya dan menjadikan nama-nama Allah
sebagai akhlak atau moral. Pemimpin ini akan selalu memupuk jiwanya untuk
selalu berprilaku sesuai dengan ajaran al qur’an dan hadist.
Dengan jiwa yang bersih itu akan membuatnya takut untuk melakukan
tindakan yang menzalimi orang lain, seperti korupsi, pemasungan orang-orang
yang mengidap penyakit berbahaya bahkan tindakan kekejaman yang tidak
berhati nurani. Pemimpin ini justru akan senantiasa mencari cara yang amanah
untuk mensejahterahkan pengikutnya, menghargai hak pengikutnya untuk hidup
bebas dan penuh ketentraman. Hasil dari pembersihan jiwa yang dilakukannya
akan terlihat dalam prilakunya berinteraksi dengan Allah, sesame manusia serta
pengendalian anggota badanya berupa mata, telinga, dan mulut.
Ketiga, pemimpin profektif selalu senantiasa mengajarkan pengetahuan
kepada pengikutnya. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang ketuhanan,
alam semesta, makhluk hidup, hukum, sosial, politik dan banyak aspek lain.
Dengan mengajarkan pengetahuan-pengetahuan tersebut, pemimpin profetik akan
mampu membawa kembali para pengikutnya kepada kesejatian dirinya sebagai
manusia. Sehingga para pengikutnya akan menjadi manusia yang mengenal
dirinya dengan penuh kesadaran dan berbuat apapun semata-mata dengan niat
pengabdian kepada Allah. Hal ini didukung didalam al qur’an surat ar rum ayat
30-31.
“ Maka hadapkanlah wajahmu kepada Agama (Allah) dengan lurus. (Tetaplah
pada) Fitrah Allah yang telah Menciptakan manusia sesuai dengannya. Tidak ada
perubahan pada Ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui, dengan kembali (bertobat) kepada-Nya serta
bertakwalah kepada-Nya dan dirikanlah shalat, dan janganlah kalian termasuk
orang-orang yang musyrik”.
Keempat, seorang pemimpin akan melahirkan suatu tatanan baru yang
mencakup berbagai peribadatan yang membawa manuisa ke tingkat yang tinggi
dan mengikat manusia dengan Allah. Mencakup akhlak yang mengendalikan
naluri jiwa, adab yang mengangkat derajat manusia.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


profetik dalam era modern masih tetap dan senantiasa absolut dan tak tergantikan
oleh teori kepemimpinan manapun. Semua teori-teori kepemimpinan yang
berhasil dikembangkan, mulai dari teori klasik hingga modern pada dasarnya
hanya bagian-bagian kecil dari model kepemimpinan profetik Islam.
Kepemimpinan transformasional sebagai model kepemimpinan yang diyakini
sebagai model mentransform (agent of change) misalnya, hanya sampai pada
batas pada transformasi organisasi, sementara dalam konsep kepemimpinan
profetik Islam adalah transform peradaban (ta’dib).
Konsep kepemimpinan profetik dalam Islam dibangun atas ajaran Al-
Qur’an, Sunnah Rasulullah Saw dan khulafa ar- Rasyidin, sehingga
kepemimpinan diposisikan sebagai kontrak ilahiyah, dimana pertanggung jawaban
atas kepemimpinan bukan hanya sebatas pertanggung jawaban social namun juga
spiritual religious. Konsep kepemimpinan ini dibangun atas studi terhadap ajaran
Al- Qur’an, sunnah, keteladanan khulafa ar- Rasyidin serta perilaku manusia
sebagai hamba dan khalifah di muka bumi. Kepemimpinan profetik Islam masih
tetap absolut dan belum tergantikan oleh teori-teori manapun, karena teori
kepemimpinan ini sejak kemunculannya (Lauh al mahfuzd dalam konteks al-
Qur’an dan risalah kenabian Muhammad Saw dalam konteks sunnah) telah
dijamin sebagai model kepemimpinan yang paling sempurna sepanjang masa yang
sangat Tepat untuk dijadikan solusi atas problematika bangsa saat ini karena di
mana tidak akan ada lagi yang menyamai kesempurnaannya. Beragam teori
kepemimpinan yang ada pada dasarnya hanya merupakan bagian-bagian kecil dari
teori kepemimpinan profetik Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Azizi, A. S. (2021). Umar bin Khattab Ra. DIVA PRESS.

Atiqullah, Z. H., Nurhadi, A., & Wahyudi, K. (2021). DIMENSI


TRANSENDENSI PROPHETIC LEADERSHIP. Duta Media Publishing.

Aulia, D. U. M. W. (2022). Seni Kepemimpinan Ala Nabi. ISBN 978-623-7910-


90-9. Araska : Yogyakarta.

Dewi, I. K., & Pd, A. M. M. (2019). Nilai-nilai profetik dalam kepemimpinan


modern pada manajemen kinerja. Gre Publishing.

Duryat, D. H. M., & Fazriyansyah, F. (2021). PROPHETIC LEADERSHIP


DALAM PENDIDIKAN:(Teori dan Implementasinya; Belajar Dari
Kepala SMK Bina Insani Mulia Dukupuntang Cirebon). Penerbit Alfabeta.

Hambali, M., & Mu'alimin, M. P. I. (2020). Manajemen Pendidikan Islam


Kontemporer. IRCiSoD.

Marwiyah, S. (2018). Kepemimpinan spiritual profetik dalam pencegahan


korupsi. Jakad Media Publishing.

Nadeak, B. (2018). BUKU MATERI PEMBELAJARAN KEPEMIMPINAN


DAN PERILAKU ORGANISASI Pendidikan di Era 4.0.

Purwanti, D., Sos, S., Tora Akadira, S. T., Sudrajat, A. R., Sos, S., Meigawati, D.,
... & KP, M. Kepemimpinan di Era Revolusi Industri 4.0. Cipta Media
Nusantara.

Ribad. R,. 2021. Kepemimpinan Profetik Umar Bin Khattab Sebagai Solusi
Problematika Bangsa. Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia. Laporan
Intermediate Training LK II Cabang Padang. Hlm 1-6.
Zainiyati, H. S., Rudy al Hana, M. A., & Sari, C. P. (2020). PENDIDIKAN
PROFETIK: Aktualisasi & Internalisasi dalam Pembentukan Karakter.
Goresan Pena.

Zuhri. 2020. Kepemimpinan Profetik di Era 4.0. Jurnal Studi Ilmu Keagamaan
Islam Volume 1, Number 1, Maret 2020 e-ISSN: 2621-2838.

BIODATA DIRI

Nama : HAMDIL ADAM


Tempat / Tanggal Lahir : kerinci,belui 12 september 2001
Asal Cabang : HMI Cabang Padang
Fak / jur. / BP : fakultas hukum,ilmu hukum,Bp:20
Alamat : Padang, siteba
No HP : 082285487649
Alamat email : Hamdiladam31@gmail.com
Jenjang Pendidikan
1. SD Negeri 36/3 Belui

2. SMPN 1 Kota Sungai Penuh


3.SMAN 2 Kota Sungai Penuh
Jenjang Training Di HMI
1.LK I HMI Cabang Padang tahun 2021

Pengalaman Organisasi Di HMI


1. Anggota Biasa

Di Luar HMI

1.Kabid litbang Bem FH


Motto hidup : “Tanggung Jawab Yang Besar Akan Mendatangkan Kekuatan
Yang Besar”

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwasanya karya


tulis yang saya buat tidak plagiasi atau mengambil karya tulis orang lain, saya
berharap makalah saya di terima dan saya diluluskan untuk ikut LK II DI Muaro
Bungo, sekian pernyataan dari saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : HAMDIL ADAM


Asal Cabang : HMI Cabang Padang

Demikianlah surat keterangan tidak plagiasi saya sampaikan, semoga surat


ini di terima dan semoga kakanda dan ayunda dalam lindungan dan rahmat Allah
SWT, Wassalam.

Anda mungkin juga menyukai