Anda di halaman 1dari 14

Pemimpinan Menurut Kajian Al-Qur’an dan As-Sunnah

Disusun oleh :

1. Nadhifah Hardiyanti (16060100)


2. Alfian Wibisono S (1706010001)
3. Gilang Ayun Maulana (1706010002)
4. Drajat Pambudi (1706010003)
5. Uswatun Khasanah (1706010005)
6. Safrilia Indah Budhi A (1706010006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan taufik,


hidayah, serta inayahNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang islamiyah seperti sekarang ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan pada
penyusunan makalah ini. untuk itu kami selalu mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak, agar kedepannya kami bisa menyusun makalah dengan lebih baik
lagi. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Terimakasih.

Purwokerto, 17 Maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemimpin mempunyai suatu kedudukan yang penting dalam
sebuah kelompok, komunitas, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Suatu komunitas atau kelompok dengan adanya pemimpin akan menjadi
terarah, dengan adanya seorang pemimpin, maka pemimpin ini merupakan
suatu kunci dalam keberhasilan suatu kelompok, komunitas, suatu bangsa,
maupun suatu negara.
Pemimpin yang memberikan rasa nyaman, aman, tentram dalam
memimpin suatu kelompok, serta dapat mewujudkan keinginan anggota
atau rakyatnya maka bisa dikatakan pemimpin yang berhasil. Pemimpin
akan melakukan apapun untuk melindungi dan membela rakyatnya tanpa
diminta terlebih dahulu oleh rakyatnya pemimpin yang berhasil juga
pemimpin yang selalu mengayomi rakyatnya sehingga mereka di cintai
oleh rakyatnya.
Figur pemimpin yang mendekati penjelasan tersebut adalah
Rasulillah dan Khulafaur Rasyidhin sebagai pemimpin merupakan
anugrah tersebut, atau semacam keistimewaan yang diberikan Allah
kepada Rasuulah Saw. Karena pada dasarnya Rasulullah adalah utusan
terakhir untuk seluruh umat manusia yang juga pemimpin manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemimpin menurut Al-Qur’an dan Sunnah?
2. Bagaimana pemimpinan dalam prespektif Al-Qur’an dan As-Sunnah?
3. Bagaimana kriteria pemimpin yang ideal menurut Al-Qur’an dan As-
Sunnah?
4. Apa saja prinsip kepemimpinan dalam Islam?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar kita dapat mengetahui
bagaimana pengertian pemimpin menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah serta
dapat mengerti bagaimana ciri-ciri pemimpin yang berhasil dalam
memimpin kelompoknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMIMPIN
Islam adalah agama yang komprehensif, islam tidak hanya
mengatur cara manusia menyembah Tuhannya, tetapi juga mengatur segala
kehidupan. Mulai dari tata cara hidup bermasyarakat, menurut ilmu, bahkan
juga mengatur segala sendi kehidupan. Pemimpin dan kepemimpinan dalam
Islam telah diatur dalam hukum syari’at Islam.
Secara etimologi kepemimpinan berarti Khilafah, Imamah, Imaroh,
yang mempunyai makna memimpin, seseorang pemimpin, atau tindakan
dalam memimpin. Sedangkan secara terminologi adalah suatu kemampuan
untuk mengajak orang lain agar mencapai tujuan-tujuan tertentu yeng telah
ditetapkan.
Pemimpin berasal dari kata pimpin yang berarti bimbing atau
tuntun. Dengan demikian di dalamnya ada dua pihak yang terlibatyaitu yang
dipimpin (umat) dan yang memimpin (imam). Kemudian di tambah awalan
pe-menjadi pemimpin berarti orang yang memengaruhi pihak lain melalui
proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak untuk
mencapai tujuan tertentu. (kencana syafiie, 2000)
Sedangkan dalam terminologi al-Qur`an terdapat empat istilah
(murādif) yang bermakna pemimpin yaitu khalīfah, imām, ulilamr, dan mālik.
Khalīfahberarti seseorang yang diangkat sebagai pemimpin dan penguasa di
muka bumi mengemban fungsi dan tugas tertentu. Ulil amrartinya pemilik
kekuasaan dan pemilik hak untuk memerintah sesuatu. Imāmberarti setiap
orang yang dapat diikuti dan ditampilkan kedepan dalam berbagai
permasalahan. Dan mālikberarti setiap orang yang memiliki kemampuan di
bidang politik pemerintahan.
B. Pemimpinan dalam Prespektif Al-Qur’an dan As-Sunnah?
1. Perspektif Al-Qur’an dan Hadits Tentang Kepemimpinan Perempuan
Kiprah perempuan tidak dapat hanya dilihat dari satu sudut
pandang, ia harus dilihat kepada pandangan dasar agama tentang peranan
utama setiap insan di dunia ini. Setiap peradaban menciptakan hukum
sesuai pandangan dasarnya tentang wujud alam dan manusia. Setiap
peradaban membandingkan sekian banyak nilai kemudian memilih atau
menciptakan apa yang dinilainya terbaik. Karena itu merupakan kekeliruan
besar memisahkan antara satu hukum syara’ yang bersifat juz’iy (parsial)
dengan pandangan dasarnya yang bersifat menyeluruh. Menafsirkan suatu
teks keagamaan atau memahami ketentuan hukum agama terpisah dari
pandangan menyeluruh agama itu tentang Tuhan, alam dan manusia, laki-
laki dan perempuan pasti akan menjerumuskan dalam kesalahpahaman
penilaian, dan ketetapan hukum parsial yang keliru. Termasuk dalam hal
ini pandangan Islam tentang kepemimpinan perempuan.
Ada asumsi bahwa dalam literatur Islam klasik, dasar hukum
tentang laranganlebih mudah ditemukan daripada sebaliknya. Tetapi,
dalam sejarah awal Islam ada realitas bahwa Siti Aisyah, isteri baginda
Nabi Muhammad Saw, memimpinpasukan perang melawan pasukan Ali
bin Abi Thalib. Artinya, ada sejumlahsahabat Nabi Saw yang berada
dalam pasukan Aisyah, mengakui kepemimpinanseorang perempuan.
Dengan alasan demikian, dasar hukum larangankepemimpinan perempuan
bisa dikaji kembali.Dasar

2. Hadits Berbicara tentang Kepemimpinan


Umar Sidiq, Kepemimpinan dalam Islam
‫السلطان ظل اهلل ىف االرض يأوي اليو كل مظلوم من عباده فان عدل ك??ان ل??و االج??ر وك??ان‬
‫يعين على الرعية الشكر وان جار أو حاف أو ظلم ك??ان علي??و ال??وزر وعلى الرعي??ة الص??رب‬
‫واذا جارت الوالة قحطت السماء واذا منعت الزكاة ملكت ادلواشي واذا ظهر الزنا ظهر الفق??ر‬
‫وادلسكنة‬
Pemimpin adalah bayangan Alloh Swt. di muka bumi. Kepadanya
berlindung orang-orang yang teraniaya dari hamba-hamba Alloh, jika ia
berlaku adil maka baginya ganjaran, dan bagi rakyat hendaknya
bersyukur. Sebaliknya apabila ia curang (dhalim) maka niscaya dosalah
baginya dan rakyatnya hendaknya bersabar. Apabila para pemimpin
curang maka langit tidak akan menurunkan berkahnya. Apabila zina
merajalela, maka kefakiran dan kemiskinan pun akan merajalela (H.R.
Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar).

Dari hadits di atas Yahya mengartikan bahwa kata “bayangan


Alloh Swt.” mengisyaratkan bahwa pemimpin adalah perwakilan Alloh
Swt. di muka bumi ini. Dan mengisyaratkan bahwa pemimpin harus
selalu dekat kepada Alloh. Kata “rakyat hendaknya bersyukur”
menurutnya bahwa wujud pemimpin yang adil adalah nikmat Alloh Swt.
yang patut untuk disyukuri. Dan kata “rakyat hendaknya bersabar”
mengisyaratkan bahwa kelak akan muncul pemimpin yang tak bisa untuk
memimpin.

‫خيار أئمتكم الذين حتبوهنم وحيبونكم وتصلون عليهم ويصلون عليكم وشرار أئمتكم الذين تبغضوهنم‬
‫ويبغضونكم وتلعنوهنم ويلعنونكم‬

Sebaik-baik pemimpin diantara kalian adalah pemimpin yang kalian


cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakannya dan merekapun
mendoakan kalian, dan seburuk-buruknya pemimpin diantara kalian
adalah pemimpin yang kalian benci dan merekapun membenci kalian,
kalian melaknatnya dan merekapun melaknat kalian (H.R. Muslim dari
„Auf bin Malik).

Hadits ini mengisyaratkan bahwa salah satu ciri pemimpin yang


baik adalah dicintai dan didoakan rakyatnya, serta ciri pemimpin yang
buruk adalah dibenci dan dilaknat oleh rakyatnya. Rosululloh Saw.
adalah tauladan bagi umat Islam dalam segala aspek kehidupan,
khususnya dalam hal kepemimpinan ini beliau adalah sosok yang
mencontohkan kepemimpinan paripurna dimana kepentingan umat
adalah prioritas utama beliau. Maka sangat tepatlah apabila kita sangat
mengidealkan visi dan model kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.

3. Penafsiran Hamka Tentang Pemimpin Non Muslim.


a. Surat Ali Imran; 28
‫َال َیَّتِخِذ اْلُم ْؤ ِم ُنوَن اْلَك اِفِریَن َأْو ِلَیآَء ِم ن ُدوِن اْلُم ْؤ ِمِنیَن َو َم ن َیْفَع ْل َذ ِلَك َفَلْیَس ِم َن ِهللا ِفي َش ْي ٍء‬
‫ِإَّآل َأن َتَّتُقوا ِم ْنُھْم ُتَقاًة َو ُیَح ِّذ ُر ُك ُم ُهللا َنْفَس ُھ َو ِإَلى ِهللا یِر َصْم ال‬

“Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir


menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barangsiapa
berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali
karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.
Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya
kepada Allah kembali (mu).” (QS. 3:28)

Hamka Menfsirkan : Iman kepada Allah telah dipadu dengan ayat


yang terlebih dahulu, yaitu bahwasanya seluruh kekuasaan adalah pada
Allah. Kalau ada manusia ber- kuasa, maka itu adalah anugerah belaka
daripada Allah, dan Allah pun bersedia pula mencabut kekuasaan itu
kembali. Orang tidak akan mulia kalau bukan Allah yang memuliakan
dan orang tidak akan hina kalau bukan Allah yang menghinakan.
Sehingga walaupun seluruh isi dunia untuk menghinakan engkau,
kalau tidak hina kata Tuhan, tidaklah engkau akan hina. Walaupun
sepakat isi dunia hendak memuliakan engkau, kalau Tuhan akan
menetapkan hina, dunia tidaklah dapat menolong. Kecil kita dan kecil
dunia, di hadapan Tuhan.
Sekarang setelah mendapatkan pendirian yang demikian, datanglah
tuntunan yang maha penting: “Janganlah mengambil orang-orang yang
mukmin akan orang-orang kafir jadi pemimpin, lebih daripada orang-
orarg yag beriman.” (pangkal ayat 28)
b. Surat Ali Imran ; 51

‫َیاَأُّیَھا اَّلِذ یَن َء اَم ُنوا َالَتَّتِخ ُذ وا اْلَیُھوَد َو الَّنَص اَر ى َأْو ِلَیآَء َ ْع ُضُھْم َأْو ِلَیآُء َبْع ٍض َو َم ن َیَتَو َّلُھم ِّم نُك ْم‬
‫َفِإَّنُھ ِم ْنُھْم ِإَّن َهللا َالَیْھِد ي اْلَقْو َم الَّظاِل ِم یَن‬

“ Hai orang-orang yang beriman janganlahh kamu mengambil orang-


orang yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin- pemimpin(mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.
Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. “(QS. 5:51)

“Untuk memperteguh disiplin, menyisihkan mana kawan mana lawan,


maka kepada orang yang beriman diperingatkan: “Wahai orang-orang
yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang Yahudi dan Nasrani
menjadi pemimpin- pemimpin.” (pangkal ayat 51).

C. Kriteria Pemimpin yang Ideal Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah


Ada beberapa pendapat ulama mengenai syarat yang harus
dipertimbangkan untuk mengangkat seorang pemimpin diantaranya:
1) Pendapat al-MawardiMenurut al-Mawardi ada beberapa syarat yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin yaitua
a. Keadilan menurut persyaratan yang umum,
b. Mempunyai ilmu yang membolehkannya berijtihad dalam hal-halyang
berlaku serta dalam mengeluarkan hukum-hukum,
c. Sempurna panca indera baik pendengaran, penglihatan, atau
percakapan untuk membolehkannya bertindak berdasarkan indra
tersebut,
d. Sehat jasmani dari kekurangan yang bisa menghambat geraknya,
e. Mempunyai pikiran luas yang bisa menolongnya dalam memimpin
rakyat serta mengurus kepentingan negara,
f. Memiliki keberanian serta kekuatan yang membolehkannya
melindungi negara serta berjihad menetang musuh,
g. Berketurunan mulia yaitu berasaldari suku Quraysykarena terdapat
keterangan mengenai haltersebut dan berlaku ijma’ ke atasnya.
2) Pendapat IbnHazm
IbnHazm berpendapat bahwa diantara syarat yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin yaitu:
a. Dewasa
b. Laki-laki
c. Islam
d. Progresif dalam setiap urusan, mahir dengan tugas dan kewajibannya
berkaitan dengan ketentuan agama, bertakwa kepada Allah, tidak
terang-terangan melakukan kesalahan,
e. Mendahulukan orang-orang yang bertakwa kepada Allah. Jika terang-
terangan melakukan kesalahan berartiorang tersebut tidak dapat
dipercaya, atau memilih orang yang tidak progresif dalam tugasnya
dan tidak tau apa-apa tentang agamanya.
3) Pendapat Imam Syafi’i
Menurut ImamSyafi’i, syarat bagi seorang imam sama dengan
syarat bagi seorang qāḍīyaitu:
a. Merdeka
b. Laki-laki
c. Mujtahid
d. Sehat indera
e. Keadilan
f. Dewasa
4) Pendapat Ibn Khaldun
Menurut Ibn Khaldun syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin
yaitu:
a. Ilmu pengetahuan
b. Keadilan
c. Kemampuan
d. .Sehat jiwa dan fisik yang dapat memberi pengaruh kepada pikiran
dan pekerjaan,
e. Diperselisihkan untuk syarat ke lima yaitu keturunan Quraysy.
5) Di dalam buku al-Islam disebutkan bahwa ada delapan syarat yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu
a. Islam,
b. Laki-laki,
c. Dewasa,
d. Pandai Keadilan,
e. Mempunyai kemampuan,
f. Sehat jasmani,h.Suku Quraysy

D. PRINSIP PEMIMPIN DALAM ISLAM

Islam juga mengajarkan tentang kepemimpinan dalam Islam, karena segala


sesuatu yang dibutuhkan umatNya sudah diatur dengan baik di dalam kitab
suci Al-Qur’an serta As-Sunnah. Adapun prinsip pemimpin dalam Islam
adalah sebagai berikut :

1. Bertakwa kepada Allah SWT


Menjadi seseorang pemimpin kita harus menanamkan etika dan dasar
kepemimpinan yang sangat kuat yakni bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Adil
Jika seorang sudah bertaqwa maka akan selalu bersikap adil dalam
menjalankan kepemimpinannya.
3. Bertanggung Jawab
Dasar dari sebuah kepemimpinan selanjutnya adalah tanggung jawab.
4. Amanah (Dapat di percaya)
Di dalam Syariat Islam, seorang pemimpin harus memiliki sifat yang
amanah atau dapat di percaya serta tidak munafik.
5. Istiqarah dan Musyawarah
Seorang pemimpin harus selalu bisa mengajak bawahan atau
masyarakatnya untuk selalu bermusyawarah serta selalu menerapkan sifat
istiqarah yaitu berserah diri atas apa pilihan yang ditentukan oleh Allh
SWT.
6. Didiplin
Seorang pemimpin harus memiliki sebuah prinsip disiplin. Sama halnya
dengan yang diajarkan Islam, Shalat adalah sesuatu yang tidak bisa
ditunda dalam keadaan apapun, maka dari itu shalat mengajarkan kepada
kita untuk disiplin. Maka dari itu pemimpin juga harus memiliki sifat
disiplin.
7. Suri Tauladan
Dalam Islam, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat dijadikan
sebagai suri tauladan yang baik. Seperti yang dikatakan di dalam Al-
Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada
para (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (Suri tauladan yang baik)
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
DAFTAR PUSTAKA

Hepi Andi Bastomi, Sejarah Para Khalifah, (Bogor: Pustaka Al- Kautsar, 2009)
nu Kencana Syafiie, al-Qur`an dan Ilmu Administrasi, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), Cet. 1, 71.
usuf al-Qardhawy al-asyi, Kepemimpinan Islam; Kebijakan-Kebijakan Politik
Rasulullah sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan,
(Banda Aceh: Pena, 2016), Cet. 1, 39.23
Saifayurallah, “Konsep Khalifah dalam Perspektif al-Qur`an Menurut
Pandangan Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah”(Skripsi
Mahasiswa Prrodi Ilmu al-Qur`an dan Tafsir, UIN Ar-Raniry
Banda Aceh, 2015, V
Nurshadiqah Fiqria, 2018. KRITERIA PEMIMPIN MENURUT AL-QUR`AN DAN
APLIKASINYA PADA MASYARAKAT KEMUKIMAN LAMGAROT
KECAMATAN INGIN JAYA ACEH BESAR

Hepi Andi Bastomi, Sejarah Para Khalifah, (Bogor: Pustaka Al-Kautsar, 2009)

Sidiq, Umar. Kepemimpinan Dalam Islam: Kajian Tematik Dalam Al-Quran Dan
Hadits. Dialogia, Vol. 12 No. 1 Juni 2014
Al-Dzikra, Ahmad Muttaqin. Pemimpin Non Muslim Dalam Pandangan Hamka
(Kajian Tafsir al-Azhar). Vol.XI No. 1 /Januari-Juni/2017

Anda mungkin juga menyukai