Anda di halaman 1dari 14

“PERAN KEPEMIMPINAN RASULULLAH SEBAGAI TELADAN

UMAT”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Masruri HM., Drs., MM.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


1. Alifia Nanda Ari Putri (1906010042)
2. Egi Setiawan (1906010014)
3. Gana Windriya (1906010143)
4. Kholifah Indah Kesuma Dewi (1906010055)
5. Yustika Yuniar (1906010038)

SDM1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
A. PENDAHULUAN
Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk beribadah dan
menjadi pemimpin di muka bumi. Kepemimpinan adalah sesuatu yang
penting dalam menentukan keberhasilan sebuah organisasi, lembaga,
bahkan suatu negara. Pendidikan juga penting dalam meningkatkan
sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pemimpin dibutuhkan
didalam suatu organisasi guna memotivasi, membimbing, dan
menggerakkan bawahannya untuk bertindak sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Kepemimpinan dan pendidikan merupakan dua hal yang
berbeda namun tidak dapat dipisahkan. Tidak akan ada kepemimpinan
yang dapat dijadikan teladan apabila tidak diawali dengan pendidikan, dan
tidak ada lembaga pendidikan yang berjalan dengan baik apabila tidak ada
kepemimpinan dalam lembaga pendidikan tersebut.
Ruang lingkup kepemimpinan sangatlah luas, tidak hanya menyangkut
urusan pribadi, dan hubungan atasan dangan bawahan, tetapi
kepemimpinan menyangkut keseluruhan organisasi, yang berhubungan
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan keadaan
organisasi dalampencapaian tujuan. Tanpa adanya pimpinan di suatu
organisasi, maka suatu organisasi tersebut hanya akan mencampur
adukkan manusia dan peralatan. Kepemimpinan merupakan kesanggupan
seseorang untuk menyakinkan orang lain agar dapat mengusahakan dengan
kesungguhan dalam mencapai tujuan-tujuan disertai semangat yang penuh.
Pendidikan Islam saat ini sedang mengalami tantangan yang cukup
berat, tantangan tersebut diantaranya yaitu salah satunya yaitu
tantangan krisis kepemimpinan(Nizar, Samsul; Hasibuan, 2019).
Peranan kepemimpinan dalam pendidikan islam sangatlah penting.
Perubahan pengembangan mutu dan prestasi pendidikan Islam tergantung
pada kepemimpinan dalam lembaga pendidikan, baik itu sekolah umum,
madrasah maupun pesantren(Faishol, 2020). Pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan yang baik berawal dari organisasi dan
kepemimpinan yang baik, karena baik buruknya suatu lembaga
pendidikan tergantung pada faktor kepemimpinan. Sosok pemimpin
terbaik yang dapat kita jadikan teladan kepemimpinan adalah Nabi
Muhammad SAW. Tiada manusia terbaik setelah beliau, Allah berfirman
dalam surah Al-Ahzab ayat 21 :
‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬
٢١

Artinya: Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan


yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (Q.S. Al-Ahzab:
21).

B. PEMBAHASAN MASALAH
Sosok Nabi Muhammad Saw yang merupakan rasul terakhir bagi umat
Islam di dunia, juga sebagai sosok pemimpin yang selalu menegakkan amar
ma'ruf nahi mungkar. Namun berkat ketulusan, keikhlasan, dan kebaikan
Nabi Muhammad Saw, semua rintangan bisa dia lewati dengan hati yang
lapang. Adapun perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw yang menjadi
yatim piatu karena ditinggal ayahnya ketika ibunya hamil 2 bulan masa
kandungan.
Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun
Gajah atau 570 M di Mekkah. Ayahnya bernama Abdullah dan ibunya
bernama Aminah. Di usia 6 tahun, ibu Aminah wafat dan Nabi Muhammad
Saw menjadi yatim piatu. Nabi Muhammad SAW dibesarkan oleh sang
kakek, Abdul Muthalib hingga berusia 8 tahun. Usai sang kakek meninggal
dunia, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya yang bernama Abu
Thalib. Dalam perjalanan menuju Syam saat berniaga dengan sang
paman, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Rabih Bahira dan
diberitahukan bahwa beliau adalah calon nabi yang menjanjikan Allah Swt.
Nabi Muhammad SAW menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun, dan
diangkat menjadi Rasul pada usia sekitar 40 tahun. Nabi Muhammad Saw
meninggal dunia di Madinah pada 8 Juni 632 M, usai melakukan Haji
Wada' atau haji penghabisan. 
Kepemimpinan dari Sudut Pandang Islam Menurut Syadzili, kata
bahasa Inggris “leadership” berasal dari kata “leader”. Kamus Besar
Bahasa Indonesia mendefinisikan kepemimpinan sebagai “pemimpin” dan
“cara memimpin” yang berasal dari kata dasar “memimpin”, Mendapatkan
awalan “me” berarti “memimpin” berarti memimpin, menunjukkan jalan,
dan membimbing. Padahal kata “pemimpin” berasal dari kata “pemimpin”
yang berarti seseorang yang memimpin dan memiliki pengikut. Artikel
Ma'sum selanjutnya menjelaskan arti kata "kepemimpinan", yang dapat
dipahami sebagai kekuatan atau kualitas individu dalam memimpin apa
yang dipimpinnya. Menurut Ma’sum, seorang pemimpin juga dapat
mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Edison, kepemimpinan adalah kemampuan untuk membuat orang
lain atau bawahan mau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
Demikian pula kepemimpinan menurut Priansa adalah “memberikan
pengaruh konstruktif kepada orang lain untuk melakukan tindakan
kerja sama guna mencapai tujuan yang telah direncanakan”. Dalam Islam,
istilah "kepemimpinan" meliputi "khalifah" dan "imamah". Masing-masing
dari berbagai kelompok Islam menggunakan kata ini, namun ada juga yang
menyamakan khalifah dengan imamah. Kata "khalifah" berasal dari kata
Arab "kholafa-yakhlifu", yang berarti "menduduki atau menggantikan
tempatnya". Sementara itu, Ibnu Katsir menggunakan istilah khalifah untuk
menyebut orang yang dapat membela orang yang teraniaya karena
diharapkan dapat menyelesaikan berbagai persoalan dan dapat menegakkan
hukum Allah, khususnya melalui perbuatan nahi dan munkar. Selain itu,
Sayyid Kuttub menyatakan bahwa istilah khalifah merujuk pada orang
yang mampu mengelola seluruh potensi bumi. Secara khusus, dia mampu
memasukkan mereka ke dalam hukum berdasarkan hukum Tuhan. Juga,
Quraish Shihab mengatakan bahwa khalifah adalah seseorang yang bisa
membuat seluruh dunia, termasuk rakyatnya, menjadi lebih baik. Baik dari
segi bagaimana ia menjalankannya sebagai pengurus dan pelaksana
Kata "khalifah" muncul 127 kali dalam ayat-ayat suci Alquran dan
dapat diartikan dalam berbagai cara, termasuk sebagai kata benda yang
berarti "pewaris", "pengganti", atau "meninggalkan". Sebaliknya, kali
dalam ayat suci Al-Quran terdapat kata khalf, yang kemudian diberi nama
khalifah dan berarti penguasa, wakil, penerus, dan pengganti. Hal ini juga
telah disampaikan oleh jurnal-jurnal sebelumnya yang menyatakan bahwa
konsep khalifah sudah ada sejak Nabi Adam dan membutuhkan sedikit
kepemimpinan diri untuk menjadi baik. selain memimpin diri sendiri,
seperti Nabi Daud yang diangkat menjadi khalifah, juga memimpin umat.
Untuk menjadi seorang pemimpin tentu ada syarat-syaratnya, antara lain
tidak menimbulkan kerugian atau kekacauan di dunia dan tidak mengambil
keputusan yang tidak adil berdasarkan hawa nafsunya. Selain itu, jika
para khalifah tidak mematuhi persyaratan tersebut, Allah SWT mengancam
mereka. Istilah kepemimpinan kedua adalah Imam, yang muncul tujuh kali
dalam ayat-ayat suci Al-Qur'an dan disebut immah lima kali. Kata “imam”
memiliki banyak arti. Pada mulanya digunakan untuk merujuk kepada
seorang pemimpin dalam doa. Kemudian, itu digunakan untuk merujuk
pada seseorang yang memprioritaskan semua tanggung jawabnya dan
mengikuti jejaknya baik dalam perkataan maupun perbuatan. Imam ini
berfungsi sebagai suami dan pemimpin rumah tangga, sekaligus menjadi
teladan bagi Nabi Ibrahim dalam memimpin umatnya. Gagasan ini
mengajarkan kebajikan sambil menjalankan instruksi. Selain itu, seperti
yang Allah SWT perintahkan, ada gagasan memberikan bantuan kepada
yang lemah.
 Macam-macam Kepemimpinan dalam Islam Menurut Veithzal Rifai
dan Arvian Arifin, ada berbagai macam gambaran tentang
kepemimpinan Islam, yang diuraikan di bawah ini:
1. Kesetiaan kepada Tuhannya, Allah SWT, dimiliki oleh yang
memimpin dan yang dipimpin.
2. Pemimpin yang mampu melihat bahwa tujuan organisasi
didasarkan pada lebih dari satu kepentingan kelompok saja
tidak efektif. Ia juga mampu melihat ruang lingkup tujuan
organisasi yang dijalankannya, Islam.
3. Pemimpin yang ketika menjadi pemimpin sadar akan adab
Islam. Intinya adalah seorang pemimpin yang teguh memegang
teguh moral dan syariat Islam, yang harus dia ikuti. Oleh karena
itu, dia tidak akan bertindak sesuai dengan syariah atau hukum
Tuhan selama dia berkuasa.
4. Pemimpin yang mendapatkan kepercayaan pengikutnya.
dengan asumsi bahwa setiap kali dia diberi tanggung jawab
untuk memimpin suatu kelompok atau hal lainnya, itu adalah
amanat dari Allah yang akan dia jaga dengan penuh dan
bertanggung jawab. Selain itu, hal ini dijelaskan dalam surat
Al-Hajj ayat 41 yang berbunyi, “(Yaitu) orang-orang yang
sekiranya Kami kuatkan kedudukannya di muka bumi, tentu
akan mendirikan shalatnya, menunaikan zakat, memerintahkan
berbuat baik, dan mencegah dari berbuat salah;" dan segala
sesuatu kembali kepada Allah”.
5. Pemimpin yang tidak sombong secara alami. karena dia sadar
bahwa hanya Allah SWT yang Maha Besar. Konsekuensinya,
salah satu sifat tersebut tidak pantas dimiliki oleh seorang
pemimpin Islam. Salah satu ciri jiwa kepemimpinan yang harus
dikembangkan dan dipelihara dalam diri seorang pemimpin
adalah kerendahan hati.
6. Pemimpin yang secara konsisten menunjukkan kedisiplinan dan
konsistensi dalam segala tindakan yang akan datang. Selain
menjadi pemimpin profesional yang menepati janji, ini adalah
bentuk kepemimpinan Islami yang mencakup berbicara
kebenaran, jujur, dan bertindak sesuai dengan apa yang
dikatakan. Selain itu, dia menyadari bahwa Allah selalu
mengetahui apa yang kita semua lakukan, terlepas dari upaya
terbaik kita untuk menyembunyikannya (Julia Sari, 2019).
7. Menurut penjelasan Veithzal Rifai dan Arvian Arifin, seorang
pemimpin Islam dan bawahannya memiliki semangat
pengabdian kepada Allah. Seperti yang dijelaskan Julia Sari
dalam artikel tersebut, pemimpin yang baik dalam Islam adalah
pemimpin yang dapat menjaga amanahnya dengan baik dan
memiliki jiwa yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang
telah dibuatnya, serta pemimpin yang mengetahui adab dan
syariat serta akhlak Islam. dalam memimpin, yang memegang
amanah, tidak memiliki sifat sombong, dan pemimpin yang
memiliki sifat konsisten, disiplin, dan konsekuen. Selain itu,
pemimpin yang memiliki tujuan organisasi yang jelas sehingga
tidak memiliki kepentingan apapun sehingga dapat menjaga
profesionalisme yang tinggi, terutama saat memimpin lembaga
pendidikan, dan agar selalu rendah hati.
Dalam Islam kepemimpinan begitu penting sehingga
mendapat perhatian yang sangat besar. Begitu pentingnya
kepemimpinan ini, mengharuskan setiap perkumpulan untuk
memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam jumlah yang kecil
sekalipun.
Pemimpin dalam Islam adalah pemimpin yang dalam
kepemimpinannya berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits sebagai
sumber hukum utama ajaran Islam. Seperti kepemimpinan
Rasulullah SAW pada masa kepemimpinannya umat Islam maupun
non Islam merasakan keadilan dan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupan. Dalam kepemimpinan Rasulullah SAW pada masa itu
bangsa Arab yang sebelumnya bermusuhan dan berperang menjadi
bersaudara. Bangsa Arab menjadi bangsa yang beradab, berakhlak
mulia dan hidup teratur, bersih lahir dan batin.
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini banyak diantara
pemimpin yang notabenenya beragama Islam namun gaya
kepemimpinannya belum mencerminkan kepemimpinan dalam
Islam seperti masih banyaknya terjadi pelanggaran norma ajaran
Islam itu sendiri.
Nabi Muhammad menurut penuturan dari beberapa Syekh
ialah seorang manusia yang berbeda dengan manusia lainnya.
Beliau laksana batu intan permata, sedangkan manusia lainnya
ibarat batu biasa. Selain itu, Nur Muhammad juga dimuliakan di
langit dan menjadi panutan di bumi. Ungkapan tersebut
menggambarkan kepada kita, bahwa tidak ada satu pun figur yang
paling luhur, manusia yang paling mulia, tokoh yang harus
dicontoh, pribadi yang patut diteladani, bahkan individu yang
wajib ditiru, selain Nabi Muhammad Saw. yang dimana ucapannya
menjadi hadis qauli, perbuatannya menjadi hadis fi’li, bahkan
diamnya menjadi hadis takriri. Selain itu, akhlak dari Nabi
Muhammad Saw. juga merupakan pengejawantahan dari seluruh
ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Adapun cerminan bagi para pemimpin adalah untuk
senantiasa meneladani sifat baginda Nabi Muhammad Saw. dan
mengikuti apa yang beliau ajarkan serta meneladani penetapan
beliau yang bijaksana dan adil. Seorang pemimpin juga hendaknya
menanamkan nilai-nilai profetik dalam diri, yaitu: cinta kepada
Tuhan, bermoral, bijaksana, sejati, mandiri, dan kontributif. Hal ini
diperlukan, karena seorang pemimpin merupakan contoh bagi
rakyatnya, sehingga diharapkan dapat membentuk masyarakat
madani yang beradab, demokratis, meghormati, dan menghargai
publik.
Lalu, bagaimanakah kriteria seorang pemimpin yang patut
kita pilih dan kita teladani? Menurut Nabi Syu’aeb, seorang
pemimpin hendaknya merupakan orang yang kuat dan amanah.
Sebab dengan kekuatannya, seorang pemimpin akan berani
membuat kebijakan dan kewenangan untuk menciptakan
kemakmuran serta kesejahteraan. Sedangkan dengan amanahnya,
seorang pemimpin akan mampu memikul tanggung jawab.
Di dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa terdapat tiga
cara Rasulullah Saw. dalam berdakwah yang berisi pesan moral
bagi para pemimpin untuk membangun bangsa dengan
berlandaskan akhlakul karimah, yaitu: Linta lahum atau senantiasa
bersifat lemah lembut dan baik terhadap kawan maupun lawan;
Fa’fu ‘anhum wastagfirlahum atau senantiasa bersifat lapang dada,
mudah memaafkan, dan memohonkan ampunan bagi setiap
kesalahan; serta Wa syawirhum fil amri atau senantiasa
mentradisikan sikap bermusyawarah dalam setiap mengambil
keputusan. 

Karakter Kepemimpinan Rasulullah

Secara fakta historis tentang usaha-usaha Nabi dalam


membentuk masyarakat islami di Mekkah, Rasulullah
menggunakan proses evolusi sosio kultural. 25 Nabi tidak langsung
mengubah Mekkah secara cepat, tetapi secara bertahap-tahap yang
membutuhkan waktu yang lama yaitu 13 tahun pada periode
Mekkah, tahap kedua mengubah paradigma berpikir, dan
selanjutnya merubah pola gerakan yaitu setelah mempunyai
kekuatan di Negeri Yastrib (Madinah) selama 10 tahun.
Dalam hal ini Yusuf Qardhawi mengatakan, “ Madinah
merupakan basis negara Islam yang baru, yang di kepalai oleh
Rasulullah, maka beliau menjadi komandan dan pemimpin bagi
mereka sebagaimna sebagaimana Nabi dan Rasul Allah kepada
mereka.” Nabi di Madinah mempersaudarakan antara Muhajirin
dan Anshar seperti mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf
dengan Sa’ad bin Rabi’ dan lainnya. Mempersatukan umat dalam
piagam madinah antara kum muslimin dan orang-orang Yahudi
mengenai kebebasan beragama, kesejahteraan sosial dan urusan-
urusa kolektif lainnya antara mereka. Menurut Dr. Muhammad
Husein Haekal merangkumkan kedalam 36 pasal isi piagam
madinah. Sedangkan dalam kitab ar-rislah, hanya mengambil
intisari dari perjanjian tersebut yang isinya sebagai berikut :
1. Persamaan hak dan kewajiban.
2. Gotong royong dalam urusan kemaslahatan.
3. Kompak dalam memnentukan hubungan dengan pihak uang
memusuhi warga Medinah.
4. Menbangun masyarakat dalam sistem yang sebaik-baiknya
dan sekokoh-kokohnya dan sekuat-kuatnya.
5. Melawan orang-orang yang membangkang tanpa boleh
memberi bantuan.
6. Melindungi bagi setiap orang yang ingin hidup berdampingan
dengan kaum muslimin dan tidak boleh berlaku zhalim
terhadapnya.
7. Ummat diluar Islam bebas melaksanakan agamanya, mereka
tidak boleh dipaksa masuk islam dan tidak boleh diganggu
hartanya bendanya.
8. Ummat diluar Islam harus ikut serta menanggung beban
pembiayaan negara sebagaimana umat islam sendiri

Sifat yang dimaksud dikenal dengan sebutan sifat wajib


Rasul. Sifat wajib Rasul merupakan pencerminan karakter Nabi
Muhammad saw. dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin
umat. Secara rinci sifat-sifat tersebut sebagai berikut:

1. Shiddiq

Nabi Muhammad saw. mempunyai banyak sifat yang


membuatnya disukai oleh setiap orang yang berhubungan
dengannya dan yang membuatnya menjadi pujaan para
pengikutnya. Sewaktu mudanya, semua orang Quraisy
menamakannya “shiddiq”dan “amin” Beliau sangat dihargai dan
dihormati oleh semua orang termasuk para pemimpin Mekkah.
Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara, yang demikian
memikat dan menonjol sehingga siapapun yang pergi kepadanya
pasti akan kembali dengan keyakinan dan ketulusan dan kejujuran
pesannya. Hal ini dikarenakan, Nabi Muhammad saw. Hanya

2. Amanah

Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang manajer


sebagaimana karakter yang dimiliki Rasul yaitu sifat dapat
dipercaya atau bertanggung jawab. Beliau jauh sebelum menjadi
Rasul pun sudah diberi gelar al-Amin (yang dapat dipercaya).
Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas
pemimpin umat atau Nabi-Nabi terdahulu. Pemimpin yang
amanah yakni pemimpin yang benar-benar bertanggungjawab
pada amanah, tugas dan kepercayaan yang diberikan Allah swt.
Yang dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang
dipercayakan kepada Rasulullah saw. meliputi segala aspek
kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun agama

3. Tabligh

Panggilan menjadi seorang Rasul bagi Muhammad ketika


berusia 40 tahun adalah bukti bahwa beliau seorang penyampai
risalah Tuhan. Kunjungan Malaikat Jibril yang memerintahkan
beliau membaca wahyu dari Allah, ternyata juga merupakan
pemberitahuan pengangkatan beliau menjadi seorang Rasul
Allah.Tidak ada surat keputusan atau simbol lain yang dapat
beliau tunjukkan sebagai bukti kerasulannya.Wahyu pertama
yang turun pada tanggal 17 Ramadhan, yakni surat Al-Alaq ayat
1-5 adalah sebagai buktinya. Sejak itulah beliau menjadi utusan
Allah swt. dengan tugas menyeru, mengajak dan memperingatkan
manusia agar hanya menyembah kepada Allah swt. Tugas itu
bermakna pula beliau harus memimpin dakwah (da’i) manusia ke
jalan yang lurus dan berhenti dari kesewenang-wenangan dengan
mendustakan Allah swt.

4. Fathanah

Nabi Muhammad yang mendapat karunia dari Allah dengan


memiliki kecakapan luar biasa (genius abqariyah) dan
kepemimpinan yang agung (genius
leadershipqiyadahabqariyah).42Beliau adalah seorang manajer
yang sangat cerdas dan pandai melihat peluang.

Ada beberapa kunci hal sebagai penyebab keberhasilan


dakwah Rasulullah, yaitu:

1. Akhlak Rasulullah yang terpuji dan tanpa cela


2. Karakter Rasulullah yang tahan uji, tangguh, ulet, sederhanan
dan bersemangat baja
3. Sistem dakwahnya yang menggunakan metode imbauan
dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan. Rasulullah dalam
menyeru manusia agar beriman, berbuat yang baik dan
mencegah kemunkaran sedikitpun tidak ada unsur paksaan.
4. Tujuan perjuangan nabi untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran
serta menghancurkan yang batil, tanpa pamrih kepada harta,
kekuasaan dan kemilau dunia;
5. Prinsip persamaan. Rasulullah bergaul dengan semua orang,
tutur katanya lembut dan menyenangkan dalam bergaul
6. Prinsip kebersamaan. Rasulullah selalu ikut dalam kegiatan
bersama dengan umatnya, untuk memberikan teladan/contoh
7. Mendahulukan kepentingan dan keselamatan umatnya
8. Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat. Rasulullah
bukanlah tipe pemimpin otoriter. Selain wewenang kerasulan
yang hanya diperuntukkan bagi dirinya oleh Allah SWT maka
wewenangnya selaku pemimpin didelegasikan kepada orang
lain
9. Tipe kepemimpinan karismatik dan demokratis. Kepatuhan
umat kepadanya karena selalu menunjukkan satunya kata dan
perbuatan. (As-shiddiqy, 1996: 102-105).

C. SIMPULAN

Pemimpin adalah yang bertindak sebagai orang yang memberi


arahan kepada orang lain, membimbing dan memutuskan suatu hal untuk
mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin haruslah dapat
berkomunikasi dengan baik, memiliki tanggung jawab yang besar dan
tentu saja harus dapat dipercaya. Selain itu pemimpin juga harus menjadi
panutan didalam kelompoknya, ia harus dapat bekerja lebih keras dari
orang lain dan memiliki perencanaan yang baik. Kebijaksanaan
Muhammad sebagai pemimpin yang dicintai dan dipercaya oleh umatnya
dan diikuti oleh mereka sebanding dengan kemampuannya untuk
memecahkan persoalan mereka. Dalam menghadapi banyak beraneka
ragam persoalan, pemimpin haruslah bijaksana dalam mengambil
keputusan. Jika ada persoalan dalam golongan, maka pemimpin harus
menempatkan diri secara netral dan secara bijak menyelesaikan masalah
tersebut. Orang-orang yang berada di bawah kepemimpinan Muhammad
merasakan kelembutan, kasih sayang dan penghormatan dari seorang
pemimpin

 Cara berpikir Muhammad yang lurus menghasilkan sebuah


keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima semua pihak. Muhammad
adalah contoh yang patut untuk ditiru, ia memiliki moral yang baik dan
memikirkan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya
sendiri. Ia tak pernah mengenal lelah dalam membela agama Allah.
Muhammad adalah seorang Rasul, tetapi ia juga sebagai pemimpin umat,
pemimpin agama, pemimpin negara, komandan perang, qadi (hakim),
suami yang adil, ayah yang bijak.

D. Saran

Dari kesimpulan diatas, penulis dapat mengemukakan saran untuk


kita pengikut Muhammad dan selanjutnya akan berkecimpung di
masyarakat. Suatu saat kita mungkin akan menjadi seorang pemimpin,
alangkah baiknya jika kita menjadikan Muhammad sebagain contoh
pemimpin bukan hanya sebagai contoh dalam beribadah. Negara ini butuh
pemimpin yang jujur, dan lebih mementingkan kepentingan umat daripada
kepentingan pribadi. Jangan sampai sebagai pemimpin kita tergoda dengan
uang, lebih baik kita memberi daripada menerima.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa/article/view/1577/1120

https://berita.upi.edu/kepemimpinan-rasulullah-saw-sebagai-teladan-masyarakat-
madani/

http://madinatul-iman.com/index.php/jurnal/article/view/20/13

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/politea/article/view/4488

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bayan/article/view/636

Aimah, S., and A. F. Hadiono. “Refleksi Terhadap Model Kepemimpinan


Qur’ani.” Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran
Hukum Islam 10, no. 2 (2019): 445.

Al-Ghazali. (1994). al-Tibr al-Masbuk fi Nashihat al-Muluk. In A. Thaha & I.


Ilyas (Eds.), Nasehat bagi Penguasa (Bandung). Mizan

Anda mungkin juga menyukai