Kepemimpinan islam
Tentang
Kepemimpinan ideal
O l e h:
Kelompok 11
Dosen Pengampu:
1441 H / 2020 M
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengamatan penulis. Penulisan makalah ini diupayakan
semaksimal mungkin namun disadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan disebabkan
keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki, karena itu diharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis berikutnya yang
memerlukannya... Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Bab II Pembahasan
1. Pengertian kepemimpinan
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkaitan dengan kepemimpinan, tidak ada batasan antara laki-laki dan perempuan,
keduanya sama-sama memiliki hak untuk menjadi pemimpin. Perempuan dituntut untuk terus
belajar dan meningkatkan kualitas diri sehingga dapat mempengaruhi orang lain dengan
argumentasi-argumentasi ilmiah dan logis. Kalau hal tersebut dapat diraih perempuan, maka
perempuan memiliki dua “senjata” yang sangat ampuh, yakni pertama perasaan halus yang
dapat menyentuh kalbu, dan kedua argument kuat yang menyentuh nalar. Kemampuan
menyentuh rasa tanpa sentuhan nalar tidak cukup untuk mewujudkan kepemimpinan yang
sehat(Quraish Shihab, 2005 : 337).
Alasan lain yang sering dijadikan sandaran bagi inferioritas perempuan adalah Al-
Qur’an surat An-Nisa ayat 34 yang artinya : :”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. sebab itu Maka wanita yangsaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di
tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha besar.
Al-Hibri mengatakan bahwa kalau kita cermati lebih lanjut dari segi bahasa Arab
maka akan tampak bahwa pertama, kata “qawwamun” tidak harus berarti “pemimpin” tetapi
arti-arti lain seperti “pelindung” atau “penanggung jawab”; dan kedua, bahwa “qiwam” atau
“qawwamun” itu sebagian memang ascribed (menganggap berasal)tetapi sebagian lainnya
adalah acquired(yang diperoleh). Kenapa demikian? Karena kepemimpinan atau tanggung
jawab itu juga lahir sebagai akibat pria membelanjakan harta bendanya untuk perempuan. Hal
yang harus diingat adalah peranan menafkahkan harta itu sesuatu yang acquired,bukan
ascribed. Biarpun laki-laki, kalau tidak memiliki harta, tentu tidak dapat berperan sebagai
pemimpin. Sebaliknya, biarpun wanita, kalau ia memiliki harta untuk dibelanjakan bagi
keluarganya, maka ia bisa juga menjadi pemimpin
Ini berarti bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang harus dilatih dan diupayakan,
bukan sesuatu yang telah melekat sejak lahir. Ini juga berarti bahwa baik laki-laki maupun
perempuan sama-sama mempunyai hak kepemimpinan dalam kehidupan, tergantung siapa
yang berhasil memperoleh kualitas itu.
B. Rmusan Masalah
1. Bagaimana kepemimpinan yang ideal tersebuat ...?
2. Apa saja bentuk ideal kepemimpinan itu....?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan yang ideal
2. Mengetahui apa saja bentuk atau tipe-tipe kepemimpinan yang ideal
BAB II
PEMBAHASAN
Kepemimpinan berasal dari kata leadership dari asal kata to lead. Dan kata ini
menjadi bahasa Inggris yang diindonesiakan karena sering digunakan dan terdapat di
berbagai bidang kehidupan manusia. Dalam kata kerja to lead terkandung beberapa
makna yang saling berhubungan erat, yaitu: bergerak lebih cepat, berjalan di depan,
mengambil langkah pertama, berbuat lebih dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran
orang lain, membimbing, menuntun dan menggerakkan orang lain melalui
pengaruhnya.
Islam diartikan damai, tenteram, atau agama yang dibawa oleh nabi
Muhammad SAW dengan kitab suci al-Quran. Arti utama dari Islam adalah tenang,
diam, telah menunaikan kewajiban dan memenuhi kedamaian yang sempurna.
Adapun arti lainnya adalah berserah diri kepada Tuhan pencipta alam
semesta.Adapun kepemimpinan Islam menurut Muhadi Zainuddin kategori
kepemimpinan Islam itu lebih tepat jika didasarkan kepada system yang dipraktekkan
dalam memimpin. Jadi kepemimpinan Islam adalah sebuah kepemimpinanyang
mempraktekkan nilai-nilai ajaran Islam, terlepas pelakunya seorang muslim atau tidak
(Mahdi Zainudin, 2002). Dengan demikian kepemimpinan Islam adalah kemampuan
untuk menggerakkan orang lain secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dengan
standard al-Quran dan Hadits.
Selain itu para ulama Islam juga telah memberikanperhatian yang serius dan
khusus terhadap masalah kepemimpinan, karena memimpin urusan manusiatermasuk
kewajiban terbesar agama, karena tidak akan tegak agama kecuali dengan
kepemimpinan. Sesungguhnya kebutuhan anak Adam tidak akan tercapai secara
sempurna kecuali dengan berjama`ah, karena mereka saling membutuhkan satu sama
lain. Dalam jama`ah itusudah barang tentu harus ada seorang pemimpin.Bukti lain
urgensi kepemimpinan dalam Islam adalah bahwa para sahabat Rasulullah SAW.
lebih memperioritaskanmengurusmasalah suksesi kepemimpinan Rasulullah SAW.
dibanding mengurus pemakaman Rasulullah SAW. Artinya bahwa dalam berjama`ah
tidak boleh ada kevakuman pemimpin.
Pemimpin yang ideal adalah yangmemenuhi kriteria seorang pemimpin, baik dari segi
intelektual, keagamaan, pengalaman, kepribadian, kecakapan dan lain sebagainya,
sehingga mempengaruhi kinerja kepemimpinannya. Dalam Islam pemimpin ideal
telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad, sosok pemimpin yang bergerak dalam
berbagai aspek, pemimpin yang dijadikan sari tauladan bagi semua, akan tetapi
banyak dari pemimpin-pemimpin saat ini menjauh dari apa yang dicontohkan Nabi
Muhammad SAW.Tipe pemimpin ideal adalah pemimpin yang mempunyai akhlak,
yang disebut sebagai pemimpin sejati. Pemimpin yang adil, serta memiliki integritas,
penguasaan dalam bidang ilmu negara dan agama. Intelektualitas, agama, dan akhlak
memiliki pengaruh dan peranan besar pemimpin, serta mampu mengobati kehancuran
dan kerusakan dalam diri bangsaIndonesia dan membawa masyarakat yang adil
makmur dengan ditopang moral yang bersendikan agama.Dalam keterangan sebuah
hadits yang artinya “sesungguhnya aku (nabi Muhammad SAW) diutus untuk
mnyempurnakan akhlak yang mulia”.
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers. 2003