Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan mengajak
khalayak untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Pemimpin dalam pandangan
islam sangatlah penting, banyak sekali ayat yang menjurus ke arah kepemimpinan
salah satunya dalam QS. Al Baqarah : 30 menerangkan bahwa Allah akan
menjadikan khalifah di muka bumi. Selain itu, banyak sekali hadist yang
menerangkan masalah kepemimpinan, dari mulai arti pemimpin, ciri-ciri, syarat
pemimpin, dan lainnya. Salah satu sabda Rasulullah SAW yang artinya
“Pemimpinn suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut, oleh karena itu,
pemimpin hendaknya melayani dan menolong orang lain untuk maju (H.R Abu
Naim Bahwa).
Melihat pentingnya pemimpin maka sebuah organisasi atau perkumpulan
hendaknya memiliki seorang pemimpin. Pemimpin sebagai kepala dan orang yang
dipercaya untuk mengendalikan dan memimpin kelompoknya kea rah tujuan yang
disepakati bersama. Pemimpin hendaknya memiliki sifat rendah hati, sifat terbuka
untuk dikritik, sifat jujur dan memegang amanah, sifat berlaku adil, berkomitmen,
demokratis, berbakti dan mengabdi kepada allah.
Semua sifat pemimpin diatas tidak memandang laki-laki maupun
perempuan, namun pandangan agama Islam dalam memilih pemimpin diharuskan
laki-laki sebagai pemimpin dalam sebuah golongan. Hal ini tertulis dalam firman
allah yang artinya “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka.” (Q.S. An-Nisaa’: 34).
Hal tersebut bertentangan dengan keadaan saat ini, banyak sekali
pemimpin dalam sebuah kelompok, organisasi, golongan tertentu dipimpin oleh
seorang perempuan. Karena sebagian mereka menganggap seorang perempuan
juga berhak menjadi seorang pemimpin. Termasuk di UPI Kampus Tasikmalaya
yang mayoritas mahasiswanya adalah perempuan. Dalam menyahuti fakta
tersebut, muncullah sebuah pertanyaan bagaimana perbandingan pengaruh antara
organisasi yang dipimpin oleh seorang laki-laki dengan organisasi yang dipimpin
oleh seorang perempuan dalam organisasi di UPI Kampus Tasikmalaya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, rumusan masalah dari
mini riset ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana eksistensi pemimpin dalam sebuah organisasi baik dari segi alasan
dipilih, pengaruh dalam diri agar orang memilih, kendala dan kelebihannya?
2. Bagaimana perbedaan kepemimpinan laki-laki dan perempuan?
3. Bagaimana perbedaan pengaruh kepemimpinan laki-laki dan perempuan
dalam organisasi?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penelitian yang
hendak dicapai, sebagai berikut:
1. Mengetahui eksistensi pemimpin dalam sebuah organisasi baik dari segi alasan
dipilih, pengaruh dalam diri agar orang memilih, kendala dan kelebihannya.
2. Mengetahui perbedaan kepemimpinan laki-laki dan perempuan.
3. Mengetahui perbedaan pengaruh kepemimpinan laki-laki dan perempuan
dalam organisasi.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kegunaan
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis, untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai
perbandingan pengaruh pemimpin laki-laki dan pemimpin perempuan.
2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
sebuah organisasi dalam menentukan kebijakan, bagi pemimpin dalam
memimpin organisasinya, dan bagi anggota dalam memilih pemimpinnya.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian
Menurut Wikipedia Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi
contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Secara etimologi makna memimpin adalah menuntut,menunjukan
jalan dan membimbing. Sedangkan, secara terminologi memimpin adalah aktifitas
untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau di arahkan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan adalah salah satu aspek yang dianggap sangat penting dalam
Islam. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya ayat dan hadits Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wassallam yang membahas tentang ini. Hal ini bisa dimengerti. Karena
pemimpin merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap
kehidupan suatu masyarakat. Islam juga sangat peduli. Contohnya soal
kepemimpinan ini. Hal ini karena aspek kepemimpinan ini luar biasa sangat besar
dampaknya bagi kehidupan seluruh rakyat di suatu negeri.
Hadits Nabi berikut ini sebagai salah satu bukti begitu seriusnya Islam
memandang persoalan kepemimpinan ini. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam
bersabda:

َ ‫أَ َحدَ ُه ْم فَ ْليُ َؤ ِم ُروا‬


‫سفَر فِي ثَالَثَة َكانَ إِذَا‬
“Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di
antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Hadits ini secara jelas memberikan gambaran betapa Islam sangat memandang
penting persoalan memilih pemimpin. Hadits ini memperlihatkan bagaimana
dalam sebuah kelompok Muslim yang sangat sedikit (kecil) pun, Nabi
memerintahkan seorang Muslim agar memilih dan mengangkat salah seorang di
antara mereka sebagai pemimpin.
B. Landasan Kepemimpinan dalam Islam
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqoroh
ayat 30)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan aku. Tetapi barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,
maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nuur ayat 55)

C. Tujuan Kepemimpinan dalam Islam


Menurut Imam Mawar di dalam Al-Ahkam Asulthoniyah nya, ada dua tujuan
dari kepemimpinan dalam islam, yaitu pengganti misi kenabian dalam menjaga
agama dan mengatur urusan dunia. Dengan itu AL-Mawardi mengatakan bahwa
tugas seorang pemimpin adalah menghadirkan rasa keadilan, menghadirkan rasa
aman, menghadirkan rasa kesejatraan, dan menghadirkan penghambaan dan
pengabdian kepada Allah SWT

D. Syarat-syarat Kepemimpinan dalam Islam


Menjadi pemimpin bukanlah suatu hal yang mudah dipundaknya terdapat
beban dan tanggung jawab untuk mensejahterakan dan memakmurkan orang yang
dipimpimnya. Oleh karena itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang
yang akan menjadi pemimpin. Dalam buku fiqih sejarah oleh Drs. H. Amir Abyan
dan Zainal Muttaqin, MA. Menyebutkan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi
orang yang akan menjadi pemimpin antara lain: beriman dan bertakwa;
berwibawa; adil dan bijaksana; memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang
luas; sehat jasmani dan rohaninya; mampu mengatur orang yang dipimpinnya;
berani melindungi bawahanya; dan menguasai dan mengutamakan kepentingan
rakyat di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Dalam buku study kepemimpinan ilmu Imam al-Mawardi mengemukakan
bahwa untuk menjadi karang pemimpin diperlukan kriteria antara lain:
1. Seseorang pemimpin harus mempunyai sifat adil.
2. Memiliki pengetahuan untuk memanage persoalan-persoalan yang terkait
dengan kehidupan bangsa dan bernegara.
3. Sehat panca inderanya.
4. Sehat anggota badan dari kekurangan, sehingga memungkinkan dia untuk
bergaul lebih lincah, cepat, dan tidak loyo.
5. Seseorang pemimpin harus mempunyai visi dan misi yang jelas.
6. Mempunyai keberanian dan kekuatan.

E. Kriteria Pemimpin yang Ideal


Berbicara masalah pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya dengan figur
Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga pemimpin negara.
Rasulullah merupakan suri tauladan bagi setiap orang, termasuk para pemimpin
karena dalam diri beliau hanya ada kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Hal ini
sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Sebagai pemimpin teladan yang menjadi model ideal pemimpin, Rasulullah
dikaruniai empat sifat utama, yaitu: Sidiq, Amanah, Tablig dan Fathonah. Sidiq
berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya
dalam menjaga tanggung jawab, Tablig berarti menyampaikan segala macam
kebaikan kepada rakyatnya dan fathonah berarti cerdas dalam mengelola
masyarakat.
1. Sidiq/Jujur
Kejujuran adalah lawan dari dusta dan ia memiliki arti kecocokan sesuatu
sebagaimana dengan fakta. Di antaranya yaitu kata “rajulun shaduq (sangat
jujur)”, yang lebih mendalam maknanya daripada shadiq (jujur). Al-mushaddiq
yakni orang yang membenarkan setiap ucapanmu, sedang ash-shiddiq ialah
orangyang terus menerus membenarkan ucapan orang, dan bisa juga orang
yang selalu membuktikan ucapannya dengan perbuatan.
Kejujuran merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin. Masyarakat
akan menaruh respek kepada pemimpin apabila dia diketahui dan juga terbukti
memiliki kualitas kejujuran yang tinggi. Pemimpin yang memiliki prinsip
kejujuran akan menjadi tumpuan harapan para pengikutnya. Mereka sangat
sadar bahwa kualitas kepemimpinannya ditentukan seberapa jauh dirinya
memperoleh kepercayaan dari pengikutnya. Seorang pemimpin yang sidiq atau
bahasa lainnya honest akan mudah diterima di hati masyarakat, sebaliknya
pemimpin yang tidak jujur atau khianat akan dibenci oleh rakyatnya. Kejujuran
seorang pemimpin dinilai dari perkataan dan sikapnya. Sikap pemimpin yang
jujur adalah manifestasi dari perkaatannya, dan perkatannya merupakan
cerminan dari hatinya.
Dalam Al-Qur’an surat At-taubah ayat 119, Allah SWT mengisyaratkan
kepada muslimin untuk senantiasa bersama orang-orang yang jujur.
“Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yangbenar.”(QS. At-Taubah:119)
Rasulullah SAW bersabda mengenai pentingnya kejujuran.
“Jauhilah dusta karena dusta akan membawa kepada dosa dan dosa
membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata jujur karena jujur akan
membawamu kepada kebajikan dan kebajikan membawamu ke surga” (HR
Bukhari dan Muslim)
2. Amanah/Terpercaya
Muhammad SAW bahkan sebelum diangkat menjadi rasul telah
menunjukkan kualitas pribadinya yang diakui oleh masyarakat Quraish. Beliau
dikenal dengan gelar Al-Amien, yang terpercaya. Oleh karena itu ketika terjadi
peristiwa sengketa antara para pemuka Quraish mengenai siapa yang akan
meletakkan kembali hajar aswad setelah renovasi Ka’bah, meraka dengan
senang hati menerima Muhammad sebagai arbitrer, padahal waktu itu
Muhammad belum termasuk pembesar.
Amanah merupakan kualitas wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga
kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan di atas pundaknya.
Kepercayaan maskarakat berupa penyerahan segala macam urusan kepada
pemimpin agar dikelola dengan baik dan untuk kemaslahatan bersama.
Terjadinya banyak kasus korupsi di negara kita, merupakan bukti nyata
bahwa bangsa Indonesia miskin pemimpin yang amanah. Para pemimpin dari
mulai tingkat desa sampai negara telah terbiasa mengkhianati kepercayaan
masyarakat dengan cara memanfaatkan jabatan sebagai jalan pintas untuk
memperkaya diri. Pemimpin semacam ini sebenarnya tidak layak disebut
sebagai pemimpin, mereka merupakan para perampok yang berkedok.
Mengenai nilai amanah, Daniel Goleman mencatat beberapa ciri orang yang
memiliki sifat tersebut.
a. Dia bertindak berdasarkan etika dan tidak pernah mempermalukan orang
b. Membangun kepercayaan diri lewat keandalan diri dan autentisitas
(kemurnian/kejujuran).
c. Berani mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidka etis
orang lain.
d. Berpegang kepada prinsip secara teguh, walaupun resikonya tidak disukai
serta memiliki komitmen dan menepati janji.
e. Bertangung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan serta terorganisir
dan cermat dalam bekerja. (Goleman, 1998)
Amanah erat kaitanya dengan janggung jawab. Pemimpin yang amanah
adalah pemimpin yang bertangggung jawab. Dalam perspektif Islam pemimpin
bukanlah raja yang harus selalu dilayani dan diikuti segala macam
keinginannya, akan tetapi pemimpin adalah khadim. Sebagaimana pepatah
Arab mengatakan “sayyidulqaumi khodimuhum”, pemimpin sebuah
masyarakat adalah pelayan mereka.
Sebagai seorang pelayan masyarakat, pemimpin harus merelakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk melayani rakyatnya. Pemimpin dituntut untuk
melepaskan sifat individualis yang hanya mementingkan diri sendiri. Ketika
menjadi pemimpin maka dia adalah kaki tangan rakyat yang senantiasa harus
melakukan segala macam pekerjaan untuk kemakmuran dan keamanan
rakyatnya.
3. Tablig/Komunikatif
Kemampuan berkomunikasi merupakan kualitas ketiga yang harus dimiliki
oleh pemimpi sejati. Pemimpin bukan berhadapan dengan benda mati yang
bisa digerakkan dan dipindah-pindah sesuai dengan kemauannya sendiri, tetapi
pemimpin berhadapan dengan rakyat manusia yang memiliki beragam
kecenderungan. Oleh karena itu komunikasi merupakan kunci terjainnya
hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyat.
Pemimpin dituntut untuk membuka diri kepada rakyatnya, sehingga
mendapat simpati dan juga rasa cinta. Keterbukaan pemimpin kepada
rakyatnya bukan berarti pemimpin harus sering curhat mengenai segala
kendala yang sedang dihadapinya, akan tetapi pemimpin harus mampu
membangun kepercayaan rakyatnya untuk melakukan komunikasi dengannya.
Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya
menyatakan kebenaran meskipun konsekuensinya berat. Dalam istilah Arab
dikenal ungkapan, “kul al-haq walau kaana murran”, katakanlah atau
sampaikanlah kebenaran meskipun pahit rasanya.
Tablig juga dapat diartikan sebagai akuntabel atau terbuka untuk dinilai.
Akuntabilitas berkaitan dengan sikap keterbukaan (transparansi) dalam
kaitannya dengan cara kita mempertanggungjawakan sesuatu di hadapan orang
lain. Sehingga, akuntabilitas merupakan bagian melekat dari kredibilitas.
Bertambah baik dan benar akuntabilitas yang kita miliki, bertambah besar
tabungan kredibilitas sebagai hasil dari setoran kepercayaan orang-orang
kepada kita.
4. Fathonah/Cerdas
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata
masyarakatnya sehinga memiliki kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan
membantu dia dalam memecahkan segala macam persoalan yang terjadi di
masyarakat. Pemimpin yang cerdas tidak mudah frustasi menghadapai
problema, karena dengan kecerdasannya dia akan mampu mencari solusi.
Pemimpin yang cerdas tidak akan membiarkan masalah berlangsung lama,
karena dia selalu tertantang untuk menyelesaikan masalah tepat waktu.
Kecerdasan pemimpin tentunya ditopang dengan keilmuan yang mumpuni.
Ilmu bagi pemimpin yang cerdas merupakan bahan bakar untuk terus melaju di
atas roda kepemimpinannya. Pemimpin yang cerdas selalu haus akan ilmu,
karena baginya hanya dengan keimanan dan keilmuan dia akan memiliki
derajat tinggi di mata manusia dan juga pencipta. Sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur’an.
“Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS.Al Mujadalah:11)
Ada baiknya juga, jika kita belajar dari isi pidato Khalifah Abu bakar
Assiddiq ra ketika beliau dilantik menjadi pemimpin umat sepeninggalnya
Rasulullah SAW, yang mana inti dari isi pidato tersebut dapat dijadikan pedoman
dalam memilih profil seorang pemimpin yang baik. Isi pidato tersebut
diterjemahkan kurang lebih sebagai berikut :
"Saudara-saudara, Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku
yang terbaik diantara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah
aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah,
sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. 'Orang lemah' diantara kalian
aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya.
'Orang kuat' diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan
mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk
aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian
meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan
kehinaan oleh Allah Swt. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah
dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada
kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Sholat
semoga Allah Swt melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua".
Ada 7 (tujuh) poin yang dapat diambil dari inti pidato khalifah Abu Bakar ra
tersebut, yaitu:
1. Sifat Rendah Hati. Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu tidak berbeda
dengan kedudukan rakyatnya. Ia bukan orang yang harus terus diistimewakan.
Ia hanya sekedar orang yang harus didahulukan selangkah dari yang lainnya
karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan mengemban
amanat. Ia seolah pelayan rakyat yang diatas pundaknya terletak
tanggungjawab besar yang mesti dipertanggungjawabkan. Dan seperti seorang
partner dalam batas-batas yang tertentu bukan seperti tuan dengan hambanya.
Kerendahan hati biasanya mencerminkan persahabatan dan kekeluargaan,
sebaliknya keegoan mencerminkan sifat takabur dan ingin menang sendiri.
2. Sifat Terbuka untuk Dikritik. Seorang pemimpin haruslah menanggapi
aspirasi-aspirasi rakyat dan terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang
membangun dan konstruktif. Tidak seyogiayanya menganggap kritikan itu
sebagai hujatan atau orang yang mengkritik sebagai lawan yang akan
menjatuhkannya lantas dengan kekuasaannya mendzalimi orang tersebut.
Tetapi harus diperlakukan sebagai mitra dengan kebersamaan dalam rangka
meluruskan dari kemungkinan buruk yang selama ini terjadi untuk membangun
kepada perbaikan dan kemajuan. Dan ini merupakan suatu partisipasi sejati
sebab sehebat manapun seorang pemimpin itu pastilah memerlukan partisipasi
dari orang banyak dan mitranya. Disinilah perlunya social support dan social
control. Prinsip-prinsip dukungan dan kontrol masyarakat ini bersumber dari
norma-norma islam yang diterima secara utuh dari ajaran Nabi Muhammad
SAW.
3. Sifat Jujur dan Memegang Amanah. Kejujuran yang dimiliki seorang
pemimpin merupakan simpati rakyat terhadapnya yang dapat membuahkan
kepercayaan dari seluruh amanat yang telah diamanahkan. Pemimpin yang
konsisten dengan amanat rakyat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan
perbaikan. Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah didatangi putranya saat dia
berada dikantornya kemudian bercerita tentang keluarga dan masalah yang
terjadi dirumah. Seketika itu Umar bin Abdul Aziz mematikan lampu ruangan
dan si anak bertanya dari sebab apa sang ayah mematikan lampu sehingga
hanya berbicara dalam ruangan yang gelap. Dengan sederhana sang ayah
menjawab bahwa lampu yang kita gunakan ini adalah amanah dari rakyat yang
hanya dipergunakan untuk kepentingan pemerintahan bukan urusan keluarga.
4. Sifat Berlaku Adil. Keadailan adalah konteks nyata yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin dengan tujuan demi kemakmuran rakyatnya. Keadilan bagi
manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakkan soal penegakan keadilan itu
sebagai sikap yang essensial. Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan
memperlakukan sesuatu dengan seadil-adilnya bukan sebaliknya berpihak pada
seorang saja-berat sebelah. Dan orang yang lemah harus dibela hak-haknya dan
dilindungi, sementara orang yang kuat dan bertindak zhalim harus dicegah dari
bertindak sewenang-wenangnya.
5. Komitmen dalam Perjuangan. Sifat pantang menyerah dan konsisten pada
konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus
Istiqamah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Pantang tergoda oleh
rayuan dan semangat menjadi orang yang pertama di depan musuh-musuh yang
hendak menghancurkan konstitusi yang telah di sepakati bersama. Bukan
sebagai penonton di kala perang.
6. Bersikap Demokratis. Demokrasi merupakan alat untuk membentuk
masyarakat yang madani, dengan prinsip-prinsip segala sesuatunya dari rakyat
untuk rakyat dan oleh rakyat. Dalam hal ini pemimpin tidak sembarang
memutuskan sebelum adanya musyawarah yang mufakat. Sebab dengan
keterlibatan rakyat terhadap pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama
akan memberikan kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya
bisa ditanggung bersama-sama.
7. Berbakti dan Mengabdi kepada Allah SWT. Dalam hidup ini segala sesuatunya
takkan terlepas dari pantauan Allah SWT, manusia bisa berusaha semampunya
dan sehebat-hebatnya namun yang menentukannya adalah tetap Allah SWT.
Hubungan seorang pemimpin dengan Tuhannya tak kalah pentingnya; yaitu
dengan berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT. Semua ini dalam rangka
memohon pertolongan dan ridho Allah SWT semata. Dengan senantiasa
berbakti kepada-Nya terutama dalam menegakkan sholat lima waktu misalnya,
seorang pemimpin akan mendapat hidayah untuk menghindari perbuatan-
perbuatan yang keji dan tercela. Selanjutnya ia akan mampu mengawasi
dirinya dari perbuatan-perbuatan hina tersebut, karena dengan sholat yang baik
dan benar menurut tuntunan ajaran Islam dapat mencegah manusia dari
perbuatan keji dan mungkar. Sifat yang harus terus ia aktualisasikan adalah
ridho menerima apa yang dicapainya. Syukur bila meraih suatu keberhasilan
dan memacunya kembali untuk lebih maju lagi, sabar serta tawakkal dalam
menghadapi setiap tantangan dan rintangan, serta sabar dan tawakkal juga saat
menghadapi kegagalan.

F. Kriteria Dalam Menentukan Pemimpin yang Ideal


Beberapa faktor yang menjadi kriteria yang bersifat general dan spesifik
dalam menentukan pemimpin tersebut adalah antara lain :
1. Faktor Keulamaan
Dalam QS. Fatir: 28, Allah menerangkan bahwa diantara hamba-hamba
Allah, yang paling takut adalah al-‘ulama. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
pemimpin tersebut memiliki kriteria keulamaan, maka dia akan selalu
menyandarkan segala sikap dan keputusannya berdasarkan wahyu (Al-Qur'an).
Dia takut untuk melakukan kesalahan dan berbuat maksiat kepada Allah.
Berdasarkan QS. Al-Hujurat: 1, maka ia tidak akan gegabah dan membantah
atau mendahului ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Dalam
pengambilan keputusan, ia selalu merujuk kepada petunjuk Al-Qur'an dan Al-
Hadits.
Berdasarkan QS. Al-‘Ankabut: 49, maka seorang pemimpin yang berkriteria
ulama, haruslah memiliki keilmuan yang dalam di dalam dadanya (fii shudur).
Ia selalu menampilkan ucapan, perbuatan, dan perangainya berdasarkan
sandaran ilmu.
Berdasarkan QS. An-Nahl : 43, maka seorang pemimpin haruslah ‘aluuu
ahladz-dzikri (ahli dzikir) yaitu orang yang dapat dijadikan rujukan dalam
menjawab berbagai macam problema ummat.
2. Faktor Intelektual (Kecerdasan)
Seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara
emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).
Dalam hadits Rasulullah melalui jalan shahabat Ibnu Abbas r.a,
bersabd: "Orang yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu menguasai
dirinya dan beramal untuk kepentingan sesudah mati, dan orang yang bodoh
(al-‘ajiz) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan pandai
berangan-angan atas Allah dengan segala angan-angan." (HR. Bukhari,
Muslim, Al-Baihaqy)
Hadits ini mengandung isyarat bahwa seorang pemimpin haruslah orang
yang mampu menguasai dirinya dan emosinya. Bersikap lembut, pemaaf, dan
tidak mudah amarah. Dalam mengambil sikap dan keputusan, ia lebih
mengutamakan hujjah Al-Qur'an dan Al-Hadits, daripada hanya sekedar nafsu
dan keinginan-Nya. Ia akan menganalisa semua aspek dan faktor yang
mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan.
Rasulullah berpesan : "Barangsiapa menyerahkan suatu urusan kepada yang
bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."
3. Faktor Kepeloporan
Berdasarkan QS. Fatir: 32, maka seorang pemimpin haruslah berada pada
posisi hamba-hamba Allah yang bersegera dalam berbuat kebajikan (sabiqun
bil khoiroti bi idznillah)
Berdasarkan QS. Ali ‘Imran: 110, sebagai khoiru ummah (manusia subjek)
maka seorang pemimpin haruslah orang yang selalu menyeru kepada yang
ma'ruf, mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan senantiasa beriman
kepada Allah.
4. Faktor Keteladanan
Seorang calon pemimpin haruslah orang yang memiliki figur keteladanan
dalam dirinya, baik dalam hal ibadah, akhlaq, dsb.
Berdasarkan QS. Al-Qalam: 4, maka seorang pemimpin haruslah memiliki
akhlaq yang mulia (akhlaqul karimah), sehingga dengannya mampu membawa
perubahan dan perbaikan dalam kehidupan sosial masyarakat.
Faktor akhlaq adalah masalah paling mendasar dalam kepemimpinan.
Walaupun seorang pemimpin memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa,
tetapi apabila tidak dikontrol melalui akhlaq yang baik, maka ia justru akan
membawa kerusakan dan kehancuran.
5. Faktor Manajerial (Management)
Berdasarkan QS. As-Saff: 4, maka seorang pemimpin haruslah memahami
ilmu manajerial (meskipun pada standar yang minim). Memahami manajemen
kepemimpinan, perencanaan, administrasi, distribusi keanggotaan, dsb.
Seorang pemimpin harus mampu menciptakan keserasian, keselarasan, dan
kerapian manajerial lembaganya, baik aturan-aturan yang bersifat mengikat,
kemampuan anggota, pencapaian hasil, serta parameter-parameter lainnya.
Dengan kemampuan ini, maka akan tercipta tanasuq (keteraturan), tawazun
(keseimbangan), yang kesemuanya bermuara pada takamul (komprehensif)
secara keseluruhan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah satu lembaga pendidikan UPI
Kampus Tasikmalaya Jl. Dadaha No. 18 Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.

B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-kerelasional dengan
mempertimbangkan bahwa peristiwa, fenomena dan keadaan yang diteliti berikut
hubungannya sedang terjadi saat ini.
Pengumpulan data dilakukan dengan kegiatan wawancara dan penyebaran
angket, untuk mengetahui perbedaan pengaruhpemimpin laki-laki dengan
pemimpin perempuan di dalam Organisasi UPI Kampus Tasikmalaya.
Wawancara dilakukan kepada para pemimpin, untuk mengetahui eksistensi
(alasan dipilih, pengaruh dalam diri agar orang memilih, kendala dan kelebihan)
para pemimpin ini di dalam organisasinya. Penyebaran angket dilakukan kepada
para anggota, untuk mengetahui perbedaan kepemimpian laki-laki dan
perempuan.

C. Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dengan kegiatan wawancara dan penyebaran
angket. Wawancara menggunakan instrumen pertanyaan yang dilisankan terkait
judul yang diusung. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang membuat anda menjadi pemimpin (mengajukan diri atau dipilih)?
2. Alasan apa yang membuat orang memilih anda menjadi pemimpin?
3. Kendala dan kelebihan selama menjadi pemimpin?
4. Bagaimana pendapat anda mengenai “utamakan pemimpin laki-laki, selagi
masih ada laki-laki”?
Penyebaran angket menggunakan intrumen lembar pertanyaan. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Siapa pemimpin organisasi anda?
2. Mengapa anda memilih beliau?
3. Apa harapan anda terhadap pemimpin anda saat ini?
4. Bagaimana perasaan anda dipimpin oleh pemimpin anda saat ini?
5. Kendala apa yang anda rasakan saat dipimpin oleh pemimpin anda saat ini?
6. Bagaimana pandangan anda terhadap pernyataan “utamakan pemimpin laki-
laki selama masih ada laki-laki”?

D. Teknik Pengolahan/ Analisis Data


Pengolahan data dilakukan dengan membuat sintesa dari jawaban yang
didapatkan dari narasumber terkait judul yang diusung untuk menjawab rumusan-
rumusan masalah.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif atau sering disebut penelitian
naturalistik (alami/mengalir) dan dengan menggunakan pendekatan sosiologis.
Data diambil menggunakan metode wawancara dan penyebaran angket, setelah
data terkumpul kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Hasil
penelitian mampu mengungkap bagaimana perbedaan pengaruh pemimpin laki-
laki dengan pemimpin perempuan di dalam Organisasi UPI Kampus Tasikmalaya.
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Identitas Responden dan Hasil Wawancara


Narasumber 1 : Eha Soleha (2B PGSD / Pemimpin Dewan Legislatif HMPGSD)
Tempat/waktu : UPI Kampus Tasikmalaya/
Hasil wawancara
Penanya : “Apa yang membuat anda menjadi pemimpin (mengajukan diri
atau dipilih?”
Narasumber : “Saya menjadi pemimpin karena dipilih.”
Penanya : “Alasan apa yang membuat orang memilih anda menjadi
pemimpin?”
Narasumber : “Menurut anggota saya cukup solutif dan mampu
berargumentasi.”
Penanya : “Kendala dan kelebihan selama menjadi pemimpin?”
Narasumber :“Dalam masalah kendala saat ini saya merasa belum pantas
menjadi pemimpin. Ilmu saya masih sangat kurang dan saya
kesulitan merangkul anggota saya. Kelebihannya, rasanya bahagia
dapat berbagi ilmu dengan anggota lain.”
Penanya : “Bagaimana pendapat anda mengenai “utamakan pemimpin laki-
laki, selagi masih ada laki-laki”?”
Narasumber : “Pendapat itu memang bagus, tapi jika laki-laki tidak bersedia, ya
jangan dipaksa. Segala sesuatu yang dipaksa kadang tidak berakhir
indah.”

Narasumber 2 : Ais Nurlaela (3D PGSD / Pemimpin Dewan Perwakilan


Mahasiswa)
Tempat/waktu : UPI Kampus Tasikmalaya/
Hasil Wawancara
Penanya : “Apa yang membuat anda menjadi pemimpin (mengajukan diri
atau dipilih?”
Narasumber : “Mungkin saya dipercaya teman-teman dan demisioner yang
sebelumnya.”
Penanya : “Alasan apa yang membuat orang memilih anda menjadi
pemimpin?”
Narasumber : “Saya bisa netral, selebihnya mereka yang tahu.”
Penanya : “Kendala dan kelebihan selama menjadi pemimpin?”
Narasumber :“Untuk kendala salah satunya dari anggota yaitu harus
memberikan banyak dorongan dan semangat.”
Penanya : “Bagaimana pendapat anda mengenai “utamakan pemimpin
laki-laki, selagi masih ada laki-laki”?”
Narasumber : “Saya masih setuju dengan kalimat itu, laki-laki memang
pemimpin dan setiap laki-laki adalah pemimpin. Tapi kalau
perempuan mampu kenapa tidak.”

Narasumber 3 : Indah Ratnasari (3A PGSD / Pemimpin Aksara)


Tempat/waktu : UPI Kampus Tasikmalaya/
Hasil Wawancara
Penanya : “Apa yang membuat anda menjadi pemimpin (mengajukan diri
atau dipilih?”
Narasumber : “Karena dipilih.”
Penanya : “Alasan apa yang membuat orang memilih anda menjadi
pemimpin?”
Narasumber : “Mereka percaya bahwa saya mampu.”
Penanya : “Kendala dan kelebihan selama menjadi pemimpin?”
Narasumber :“Kendalanya belum bisa memanage waktu dengan baik dan masih
suka lambat dalam pergerakan. Kelebihannya, humble.”
Penanya : “Bagaimana pendapat anda mengenai “utamakan pemimpin laki-
laki, selagi masih ada laki-laki”?”
Narasumber : “Setuju, karena memang sudah kodratnya laki-laki menjadi
seorang pemimpin. Namun ketika dirasa laki-laki tersebut belum
atau bahkan tidak mampu, maka jangan dipaksakan”
Narasumber 4 : Suciati Nur Apriyanti (3A PGSD / Pemimpin Cagur)
Tempat/waktu : UPI Kampus Tasikmalaya/
Hasil Wawancara
Penanya : “Apa yang membuat anda menjadi pemimpin (mengajukan diri
atau dipilih?”
Narasumber : “Dipilih oleh anggota Cagur di dalam forum cagur.”
Penanya : “Alasan apa yang membuat orang memilih anda menjadi
pemimpin?”
Narasumber : “Karena saya dipercaya, bukan karena kualitas tetapi loyalitas..”
Penanya : “Kendala dan kelebihan selama menjadi pemimpin?”
Narasumber :“ Susah dalam mengumpulkan anggota dan menyatukan berbagai
kepala, tetapi karena dasar kekeluargaan jadi cukup diingatkan
beberapa kali maka akan terorganisasi dengan baik.
Kelebihannya,tidak neko-neko hanya melakukan tugas dengan
baik.”
Penanya : “Bagaimana pendapat anda mengenai “utamakan pemimpin laki-
laki, selagi masih ada laki-laki”?”
Narasumber : “Masalah ketegasan pasti tegasan laki-laki, tetapi perempuan
dapat dengan mudah melakukan pendekatan karena memiliki sisi
keibuan yang baik.”

Narasumber 5 : Restu Ginanjar (2A PGSD / Pemimpin LDK UKDM)


Tempat/waktu : UPI Kampus Tasikmalaya/
Hasil Wawancara
Penanya : “Apa yang membuat anda menjadi pemimpin (mengajukan diri
atau dipilih?”
Narasumber : “Karena saya diajukan oleh anggota.”
Penanya : “Alasan apa yang membuat orang memilih anda menjadi
pemimpin?”
Narasumber : “Alasan utamanya adalah karena ikhwan, pemimpin yang baik
adalah laki-laki. Jadi, selagi masih ada laki-laki kenapa tidak
dicanangkan sebagai ketua.”
Penanya : “Kendala dan kelebihan selama menjadi pemimpin?”
Narasumber : “Kendalanya mahasiswa dalam berorganisasi kurang sehat, karena
banyak yang mengikuti beberapa organisasi (multi amanah).
Sehingga kadang-kadang kegiatan terlaksana tetapi SDM kurang
optimal. Kelebihannya alhamdulillah ketika saya memimpin, saya
selalu menanyakan kendala apa yang dihadapi oleh anggota saya
dan juga saya sering berkunsultasi dengan sekjen.”
Penanya : “Bagaimana pendapat anda mengenai “utamakan pemimpin laki-
laki, selagi masih ada laki-laki”?”
Narasumber : “Kalau dalam pandangan saya, memang harus seperti itu. Karena
laki-laki memang lebih fleksibel, multi tasking. Tetapi, kadang ada
kelebihan dan kekurangan yang ada pada laki-laki yaitu kurang
memandang dalam perasaan, meskipun begitu tetap lebih baik
pemimpin laki-laki”

Narasumber 6 : Diki Kurniawan (3D PGSD / Presiden BEM REMA UPI Kampus
Tasikmalaya)
Tempat/waktu : UPI Kampus Tasikmalaya/
Hasil Wawancara
Penanya : “Apa yang membuat anda menjadi pemimpin (mengajukan diri
atau dipilih?”
Narasumber : “Mengajukan diri, kemudian dipilih dengan cara demokrasi.”
Penanya : “Alasan apa yang membuat orang memilih anda menjadi
pemimpin?”
Narasumber : “Alasannya karena mereka percaya kepada diri saya untuk
menjadi Presiden BEM REMA, selain itu saya mengajukan diri
karena memang saya tidak sendiri, melainkan bersama orang-orang
yang menginginkan saya untuk menjadi Presiden BEM REMA.”
Penanya : “Kendala dan kelebihan selama menjadi pemimpin?”
Narasumber : “Kendalanya ada tiga, pertama dari internal yaitu kurang siapnya
akan inovasi-inovasi baru yang diajukan. Kedua dari program yang
direncanakan oleh BEM kurang begitu tanggap, khususnya dar segi
hal yang berbau edukatif atau ilmiah dan lebih tanggap kepada hal
yang bersifat hiburan. Ketiga dari lembaga sebagai pemangku
kebijakan, lembaga ada kalanya membatasi berbagai inovasi
terbaru. ”
Penanya : “Bagaimana pendapat anda mengenai ‘utamakan pemimpin laki-
laki, selagi masih ada laki-laki’?”
Narasumber : “Saya bersifat pluralis tidak memancang condong kemana saja,
walaupun rasanya setuju dengan pernyataan tersebut, tetapi tidak
menutup kemungkinan perempuan sebagai pemimpin.”

B. Hasil Penyebaran Angket


Berdasarkan pertanyaan yang tertuang dalam angket, kami menggambarkan
hasilnya dalam bentuk diagram pada setiap pertanyaan, yang diperoleh dari 37
responden.
1. Siapa pemimpin organisasi anda?

Pemimpin organisasi

19 18 Perempuan
Laki-laki

2. Mengapa anda memilih beliau?

Alasan memilih

8 5 Berdasarkan kesepakatan bersama


Dianggap berkompeten sebagai pemimpin
5 12 Bertanggung jawab
7 Tegas
Tidak menjawab
3. Apa harapan anda terhadap pemimpin anda saat ini?

Harapan
Menyangkut pribadi

17 1 19 Menyangkut
kelompok/organisasi
Tidak menjawab

4. Bagaimana perasaan anda dipimpin oleh pemimpin anda saat ini?

Perasaan ketika dipimpin


15

10

0
Baik Kurang baik
Perempuan 14 4
Laki-laki 11 8

5. Kendala apa yang anda rasakan saat dipimpin oleh pemimpin anda saat ini?

Kendala yang dihadapi


20
15
10
5
0
Tidak ada kendala Ada kendala
Perempuan 1 17
Laki-laki 6 13
6. Bagaimana pandangan anda terhadap pernyataan “utamakan pemimpin laki-
laki selama masih ada laki-laki”?

Pandangan terhadap pandangan Islam


mengenai pemimpin

9 4 Pro

24 Netral
Kontra

C. Hasil Penelitian
Pada tahap wawancara diperoleh hasil bahwa kebanyakan dari diri pemimpin
merasa bahwa mereka kesulitan dalam merangkul anggotanya. Pemimpin
perempuan memiliki kendala dalam ruang geraknya yang terbatas. Tetapi, percaya
akan kemampuannya. Pemimpin laki-laki memiliki kendala terdapatnya banyak
faktor yang menghambat program yang dicanangkan. Tetapi, kelebihannya
mereka memiliki pemikiran tersendiri dan juga inovasi-inovasi untuk
organisasinya. Dari sebagian mereka setuju akan pernyataan tersebut, tetapi tidak
menutup kemungkinan pemimpin itu dari perempuan.
Adapun, pada tahap penyebaran angket diperoleh hasil bahwa dari 37
responden yang dipilih secara acak, didapatkan 18 responden yang dipimpin oleh
perempuan dan 19 responden yang dipimpin oleh laki-laki. Hal ini ditujukan
untuk membagi hampir rata perbandingan antara pemimpin laki-laki dan
perempuan. Kebanyakan dari mereka memilih pemimpin berdasarkan kesepakatan
bersama baik secara demokratis maupun menurut peraturan yang berlaku dan 5
responden tidak memiliki alasan untuk memilih pemimpinnya saat ini. Sebanyak
19 responden memiliki harapan terhadap pemimpinnya yaitu bersifat pribadi,
ditujukan khusus kepada diri pemimpinnya, 17 responden memiliki harapan
terhadap pemimpinnya yaitu bersifat kelompok, ditujukan untuk kemajuan
organisasi dan satu responden tidak memiliki harapan terhadap pemimpinnya.
Perbandingan antara responden yang dipimpin oleh perempuan dan laki-laki lebih
banyak responden yang nyaman dipimpin oleh pemimpin perempuan dan lebih
banyak kurang nyaman ketika dipimpin oleh pemimpin laki-laki. Perbandingan
responden yang dipimpin oleh laki-laki dan perempuan lebih banyak kendala
ketika dipimpin oleh pemimpin perempuan dimana banyak diantara pemimpin ini
yang kesulitan dalam berkomunikasi juga melibatkan perasaan dalam
melaksanakan tugasnya. Kebanyakan dari responden setuju terhadap pernyataan
diatas, dimana mereka meyakini bahwa itulah yang diajarkan dalam agama yang
dianutnya yaitu agama Islam. Namun, sebagian dari mereka masih beranggapan
bahwa pemimpin itu boleh siapa saja, bahkan perempuan sekalipun. Terutama jika
perempuan itu memiliki kompetansi yang lebih tinggi dari laki-lakinya.
Sehingga, dari hasil wawancara dan penyebaran angket kita dapat menarik
hasil, bahwa pada dasarnya seorang pemimpin terpilih ataupun dipilih karena
memiliki kompetensi dalam hal kepemimpinan. Setiap kendala yang dihadapi oleh
pemimpin tidak terlebas dari berbagai faktor baik itu internal maupun eksternal.
Perbedaan yang mencolok terlihat apabila kita membandingkan antara pemimpin
laki-laki dan perempuan. Dimana kendala dari pemimpin laki-laki adalah dalam
hal penyampain dan kendala dari pemimpin perempuan adalah dalam hal ruang
gerak. Beralih kepada pernyataan, “utamakan pemimpin laki-laki selama masih
ada laki-laki”, mayoritas responden setuju dengan pernyataan tersebut. Karena
pada hakikatnya, Allah telah mensyariatkan untuk mengutamakan kaum laki-laki
sebagai pemimpin.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 43
mahasiswa, dari 37 responden yang merupakan anggota dan 6 responden yang
merupakan pemimpin dari organisasi yang ada di UPI Kampus Tasikmalaya,
memandang bahwa pemimpin lebih baik adalah seorang laki-laki. Karena dalam
berbagai segi, laki-laki lebih banyak ruang geraknya, lebih mementingkan pikiran
daripada perasaannya, lebih rasional dan tegas.

B. Saran
Kepada para pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang
diharapkan sifat rendah hati, sifat terbuka untuk dikritik, sifat jujur dan memegang
amanah, sifat berlaku adil, berkomitmen, demokratis, berbakti dan mengabdi
kepada allah. Sehingga, segala hal yang direncanakan dapat berjalan dengan baik
dan tercapai secara optimal. Bagi anggota, hendaknya memilih pemimpin yang
tepat, yang memiliki jiwa kepemimpinan dan juga memilih pemimpin yang
berdasarkan dengan syariat Islam.

C. Rekomendasi
Untuk para pemimpin yang memiliki kendala dalam organisasinya
hendaknya melihat situasi dan kondisi dalam organisasi, perhatikan anggotanya,
khususnya sering-seringlah berintropeksi diri. Juga, bagi yang memilih pemimpin
hendaknya memperhatikan latar belakang pemimpin yang akan dipilih baik itu
kepribadiannya, sifatnya, sikapnya, kompetensi-kompetensi yang diinginkan dari
sebuah organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amir & Zainal. (2004). Fiqih Islam, Mts Kls IX. Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
Departemen Agama RI. (2003). Pedoman Pengembangan Administrasi dan
Supervise Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam.
Jenuri, dkk. (2017). Pengembangan Materi SPAI untuk Calon Guru
Kependidikandasaran. Bandung: Rizqi Press
Purwanto, Ngalim. (2004). Administrasi dan Supervise Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Rustadi. (2011). Sosok Pemimpin yang Ideal Menurut Islam. [Online]. Diakses
dari: menurut-islam.html
Sjadzali, Munawir. (1993). Islam dan Tata Negara : Ajaran, Sejarah, Pemikiran.
Jakarta : UI-Perss
Zainuddin & Mustaqim. (2005). Study Kepemimpinan Islam, Telaah Kreatif dan
Historis. Jakarta: Putra Mediatama Prees.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Lampiran 1: Data-data
B. Lampiran 2: Foto Kegiatan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai