Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemimpin negara adalah faktor penting dalam kehidupan bernegara. Jika
pemimpin negara itu jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya rakyatnya akan makmur.
Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya
rakyatnya akan sengsara.
Oleh karena itulah Islam memberikan pedoman dalam memilih pemimpin yang
baik. Dalam Al Qur‟an, Allah SWT memerintahkan ummat Islam untuk memilih
pemimpin yang baik dan beriman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan
kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal
sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka
mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika
kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah
kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita
Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang
kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.
Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah
TERSESAT dari jalan yang lurus.”(QS. 60. Al-Mumtahanah : 1)
Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan
fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai
khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya
seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Baqarah : 30

Artinya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."

Kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial antara


sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia
dengan Allah swt. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang
gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani
rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk
memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang
pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan
kemewahan di dunia.
Dengan mengetahui hakikat kepemimpinan di dalam Islam serta

1
kriteria dan sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka kita
wajib untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk AlQuran dan Hadits. Kaum
muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah saw
dilarang keras untuk memilih pemimpin yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-
urusan agama (akidahnya lemah) atau seseorang yang menjadikan agama sebagai bahan
permainan/kepentingan tertentu. Sebab pertanggungjawaban atas pengangkatan seseorang
pemimpin akan dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya (masyarakat tersebut).
Dengan kata lain masyarakat harus selektif dalam memilih pemimpin dan hasil pilihan
mereka adalah "cermin" siapa mereka. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang
berbunyi: "Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat pemimpin kalian”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah kepemimpinan menurut para pakar?
2. Bagaimanakah kepemimpinan menurut islam?
3. Apakah dasar kepemimpinan dalam islam?
4. Bagaimana konsep kepemimpinan dalam islam?
5. Bagaimana kriteria pemimpin menurut islam?
6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam menentukan pemimpin?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui makna kepemimpinan menurut para pakar
2. Mengetahui makna kepemimpinan menurut islam
3. Mengetahui dasar kepemimpinan dalam islam
4. Mengetahui konsep kepemimpinan dalam islam
5. Mengetahui kriteria pemimpin menurut islam
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan pemimpin.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan Menurut Pakar


Kepemimpinan merupakan proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa.
Pemimpin mempunyai pengikut yang secara sukarela melakukan tugas-tugasnya dengan
keahlian dan intelektualnya sebagai sumber kekuasaan. Kekuasaan tersebut digunakan
untuk memelihara fleksibilitas dan memperkenalkan perubahan. Mereka cenderung
menyukai perubahan dan menganggap konflik adalah wajar, bahkan harus ada. Bagi
pemimpin, kegagalan adalah hal yang biasa dan merupakan konsekuensi dari proses
belajar. Apabila ia merasa gagal ia harus belajar dan berani mengakui kegagalannya.
Pemimpin yang baik, tidak hanya mengakui kegagalan yang ia lakukan tetapi ia berusaha
keras untuk memperbaiki kegagalan yang pernah dilakukannya. Pemimpin yang berhasil
ia selalu berpikir, berorientasi, dan mengambil keputusan untuk jangka panjang dan
bertanggung jawab. Mereka tidak akan memerintah dan mengendalikan pengikut,
melainkan mengajak untuk melakukan yang terbaik, memberikan arahan dan kebebasan
berkreasi pada pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama (Tim Pengembang Ilmu
Pendidikan FIP-
UPI, 2007)
Menurut James A.F. Stoner kepemimpinan didefinisikan sebagai proses pengarahan dan
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok.
Kepemimpinan yang efektif tergantung dari landasan manajerial yang kokoh. Lima
landasan kepemimpinan yang kokoh menurut Chapman adalah :
- cara berkomunikasi
- pemberian motivasi
- kemampuan memimpin
- pengambilan keputusan
- kekuasaan yang positif
(Umar, 1998)

Menurut Wahjosumidjo (1987) butir-butir pengertian dari berbagai kepemimpinan


pada hakikatnya memberikan makna :

1. kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin


yang berupa sifat-sifat tertentu seperti : kepribadian (personality), kemampuan (ability),
dan kesanggupan (capability).
2. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pempimpin yang tidak dapat
dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu
sendiri.
3. Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interakssi antara pemimpin,
pengikut dan situasi.

Menurut Stogdill (1974) kepemimpinan dapat dirumuskan


kedalam berbagai macam definisi tergantung darimana titik tolak pemikirannya. Ia
menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah :
1. Suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham
2. Suatu bentuk persuasi dan inspirasi
3. Suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh
4. Tindakan atau perilaku
3
5. Titik sentral proses kegiatan kelompok
6. Hubungan kekuatan/kekuasaan
7. Sarana pencapaian tujuan
8. Suatu hasil dari interaksi
9. Peran yang dipolakan
10. Sebagai inisiasi (permulaan struktur)

2.2 Kepemimpinan Menurut Islam


Shihab (1996) menjelaskan bahwa islam menyebutkan kepemimpinan dengan
berbagai istilah atau nama, diantaranya iamamah, ri`ayah, imarah, dan wilayah, yang
semuanya itu pada hakikatnya adalah amanah (tanggung jawab). Nabi S.A.W bersabda :
“Apabila amanat disiasiakan, maka nantikanlah kehancurannya,: ketika ditanya
“Bagaimana menyia-nyiakannya?” Beliau menjawab “ apabila wewenang pengelolaan
(kepemimpinan) diserahkan kepada orang yang tidak mampu.”
Kepemimpinan didalam islam adalah suatu hal yang inheren, serta merupakan
salah satu sub sistem dalam sistem islam yang mencakup pengaturan seluruh aspek
kehidupan secara prinsip. Islam mengatur niatamal-tujuan sekaligus sumber kehidupan,
otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku, dan tujuan hidup. Dalam islam
seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai keberanian untuk menegakkan
kebenaran yang dilaksanakan melalui prinsip kepemimpinan, yaiutu melaksanakan
kewajiban kepemimpinan dengan penuh tanggung jawab seorang pemimpin dan
melaksanakan hak berpartisipasi bagi yang
dipimpin (Feisal, 1995).
Sejak dini, hendaknya setiap manusia selalu menanamkan keyakinan bahwa dirinya
terlahir sebagai pemimpin, sebagaimana sabda Rasulullah
ِ ‫رع‬
‫يته‬ ِ ‫راع ُكمو ُكل مسئو ٌل عن‬
ٍ ‫ُكل ُك ْم‬
َْ ٌ ْ َ ّ
“setiap pribadi adalah pemimpin dan kelak akan dipertanyakan tentang
kepemimpinannya.” (HR. Muslim)

Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi
dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk
senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya sebagaimana tercantum dalam surah Al-
baqarah : 30

Artinya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."

Tasmara (2002) menyatakan bahwa memimpin bukan hanya mempengaruhi agar


orang lain mengikuti apa yang diinginkannya. Bagi seorang muslim, memimpin berarti
4
memberikan arah atau visi berdasarkan nilai-nilai ruhaniah. Mereka menampilkan diri
sebagai teladan dan memberikan inspirasi bagi bawahannya untuk melaksanakan tugas
sebagai keterpanggilan ilahi sehingga mereka memimpin berdasarkan visi atau mampu
melihat ke masa depan (visionary leadership). Kepemimpinan juga berarti sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi dirinya sendiri dan orang lain melalui keteladanan,
nilai-nilai, serta prinsip yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat (Principle
centered leadership).

2.3 Dasar Kepemimpinan dalam Islam


1. Q.S Al-Baqarah : 30

Artinya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

2. Hadits tentang kepemimpinan

ِ ‫رع‬
‫يته‬ ِ ‫راع و ُكل ُكم مسئو ٌل عن‬
ٍ ‫ُكل ُك ْم‬
َْ ٌ ْ َ ْ
“setiap pribadi adalah pemimpin dan kelak akan dipertanyakan tentang
kepemimpinannya.” (HR. Muslim)

3. Hadits pemimpin adalah pengabdi


Rasulullah SAW bersabda : ”Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan)
mereka” (HR. Abu Na'im). Pemimpin adalah pelayan ummat, orang yang bertugas dan
diamanahkan untuk melaksanakan tugas-tugas dalam memimpin, membimbing dan
mengajak umat kearah yang lebih baik dalam artian sama-sama membangun.

4. Hadits pemimpin adalah perisai


Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya seorang
pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung
dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta
bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan
selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya”.

5. Hadits wajibnya kepemimpinan

5
"Jika keluar tiga orang dalam satu perjalanan, maka hendaklah salah seorang dari
mereka menjadi pemimpinnya." (HR. Abu Dawud dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah).

2.4 Konsep Kepemimpinan dalam Islam


Kepemimpinan dalam Islam merupakan Sunnatullah / ketetapan Allah SWT, yang
telah menjadikan manusia sebagai pemimpin. Kepemimpinan telah terlebih dahulu
diperkenalkan dalam Islam jauh sebelum para ahli mengemukakannya. Kepemimpinan
dalam Islam adalah kepemimpinan yang didasarkan atas metode kenabian dalam rangka
menciptakan kultur masyarakat madani memperoleh Ridha Illahi.

Kepemimpinan itu wajib ada, baik secara syar‟i ataupun secara „aqli. Adapun
secara syar‟i misalnya tersirat dari firman Allah tentang doa orang-orang yang selamat
pada surah Al-Furqan : 74

Artinya :
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-
isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Demikian pula firman Allah dalam surah An-Nisaa‟ : 59

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.

Di dalam konsep (manhaj) Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat final dan
fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat Islam. Dalam
kehidupan berjama'ah, pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota tubuhnya. Ia memiliki
peranan yang strategis dalam pengaturan pola (minhaj) dan gerakan (harakah).
Kecakapannya dalam memimpin akan mengarahkan ummatnya kepada tujuan yang ingin
dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan ummat dengan iringan ridho Allah. Pemimpin
digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban/mengorabankan dirinya demi
keberlangsungan umat dalam mencapai ridho Allah seperti dalam surah Al-baqarah : 207

6
Artinya :
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hambahamba-Nya.

Seorang pemimpin merupakan sebuah perisai yang melindungi kaummnya,


kedudukan seorang pemimpin sangatlah penting. Bahkan digambarkan dalam sejarah
Islam (Tarikh Islam) mengenai pentingnya kedudukan pemimpin dalam kehidupan ummat
muslim. Kita lihat dalam sejarah, ketika Rasulullah saw. wafat, maka para shahabat segera
mengadakan musyawarah untuk menentukan seorang khalifah. Hingga jenazah Rasulullah
pun harus tertunda penguburanya selama tiga hari. Para shahabat ketika itu lebih
mementingkan terpilihnya pemimpin pengganti Rasulullah, karena kekhawatiran akan
terjadinya ikhlilaf (perpecahan) di kalangan ummat muslim kala itu. Hingga akhirnya
terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah saw. wafat.

2.5 Kriteria Pemimpin Menurut Islam


Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi
pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-
hal yang tidak benar. Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus
memahamii hakikat kriteria seorang pemimpin dalam pandangan Islam yang secara garis
besar yaitu :
1. Beriman dan Beramal Shaleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman,
bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan
jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia
dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu
yaitu dalam bentuk amal soleh.

2. Niat yang Lurus


“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa
yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita
yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya
tersebut”.
Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan
ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab
dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.

3. Laki-Laki
Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah
pemimpin dari kaum wanita.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu
7
maka wanita yang saleh ialah yang ta‟at kepada Allah lagi memelihara diri
(maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta
suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “

“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan)


mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-
Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).

4. Tidak Meminta Jabatan


Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah
Radhiyallahu‟anhu,
”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi
pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena
permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika
kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan
dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

5. Berpegang pada Hukum Allah


Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah
berfirman:
”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-
Maaidah:49).

6. Memutuskan Perkara Dengan Adil


Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia
akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan
diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat
Baihaqi dari Abu
Hurairah dalam kitab Al-Kabir).

7. Menasehati rakyat
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum
Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali
pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”

8. Tidak Menerima Hadiah


Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti
mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh
karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya.
Rasulullah bersabda,
” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.”
(Riwayat Thabrani).

8
9. Tegas ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idamidamkan oleh
rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar
katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang
sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.

10. Lemah Lembut


Doa Rasullullah : "Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia
mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara
umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah
kepadanya"

Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia
memiliki STAF. STAF disini bukanlah staf dari pemimpin, melainkan sifat yang harus
dimiliki oleh pemimpin tersebut. STAF yang dimaksud di sini adalah Sidiq(jujur),
Tablig(menyampaikan), amanah(dapat dipercaya), fatonah(cerdas).

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Menentukan Pemimpin Jika kita


menyimak terhadap perjalanan siroh nabawiyah (sejarah nabi-nabi) dan berdasarkan
petunjuk Al-Qur'an (Qs. 39 : 23) dan Al-Hadits (Qs. 49 : 7), maka kita dapat
menyimpulkan secara garis besar beberapa kriteria dalam menentukan pemimpin.

Beberapa faktor yang menjadi kriteria yang bersifat general dan spesifik dalam
menentukan pemimpin tersebut adalah antara lain :

A. Faktor Keulamaan

 Dalam Qs. 35 : 28, Allah menerangkan bahwa diantara hamba-hamba


Allah, yang paling takut adalah al-„ulama. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila pemimpin tersebut memiliki kriteria keulamaan, maka dia akan
selalu menyandarkan segala sikap dan keputusannya berdasarkan wahyu
(Al-Qur'an). Dia takut untuk melakukan kesalahan dan berbuat maksiat
kepada Allah.

 Berdasarkan Qs. 49 : 1, maka ia tidak akan gegabah dan membantah atau


mendahului ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Dalam
pengambilan keputusan, ia selalu merujuk kepada petunjuk Al-Qur'an dan
Al-Hadits.

 Berdasarkan Qs. 29 : 49, maka seorang pemimpin yang berkriteria ulama,


haruslah memiliki keilmuan yang dalam di dalam dadanya (fii shudur). Ia
selalu menampilkan ucapan, perbuatan, dan perangainya berdasarkan
sandaran ilmu.

 Berdasarkan Qs. 16 : 43, maka seorang pemimpin haruslah


ahlu adz-dzikri (ahli dzikir) yaitu orang yang dapat dijadikan
rujukan dalam menjawab berbagai macam problema ummat.

9
B. Faktor Intelektual (Kecerdasan)

 Seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara


emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).
 Dalam hadits Rasulullah melalui jalan shahabat Ibnu Abbas
r.a, bersabda : "Orang yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu
menguasai dirinya dan beramal untuk kepentingan sesudah mati, dan orang
yang bodoh (al-„ajiz) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya
dan pandai berangan-angan atas Allah dengan segala anganangan." (HR.
Bukhari, Muslim, Al-Baihaqy)

 Hadits ini mengandung isyarat bahwa seorang pemimpin haruslah orang


yang mampu menguasai dirinya dan emosinya. Bersikap lembut,
pemaaf, dan tidak mudah amarah. Dalam mengambil sikap dan
keputusan, ia lebih mengutamakan hujjah Al-Qur'an dan Al-Hadits,
daripada hanya sekedar nafsu dan keinginan-nya. Ia akan menganalisa
semua aspek dan faktor yang mempengaruhi
penilaian dan pengambilan keputusan.

 Berdasarkan Qs. 10 : 55, mengandung arti bahwa dalam mengambil dan


mengajukan diri untuk memegang suatu amanah, haruslah disesuaikan
dengan kapasitas dan kapabilitas (kafa'ah) yang dimiliki (Qs. 4 : 58).

 Rasulullah berpesan : "Barangsiapa menyerahkan suatu urusan kepada


yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."

C. Faktor Kepeloporan

 Berdasarkan Qs. 39 : 12, maka seorang pemimpin haruslah memiliki sifat


kepeloporan. Selalu menjadi barisan terdepan (pioneer) dalam memerankan
perintah Islam.

 Berdasarkan Qs. 35 : 32, maka seorang pemimpin haruslah berada pada


posisi hamba-hamba Allah yang bersegera
dalam berbuat kebajikan (sabiqun bil khoiroti bi idznillah)

 Berdasarkan Qs. 6 : 135, maka seorang pemimpin tidak hanya ahli di


bidang penyusunan konsep dan strategi (konseptor), tetapi haruslah juga
orang yang memiliki karakter sebagai pekerja (operator). Orang yang tidak
hanya
pandai bicara, tetapi juga pandai bekerja.

 Berdasarkan Qs. 6 : 162 - 163, maka seorang pemimpin haruslah orang


yang tawajjuh kepada Allah. Menyadari bahwa semua yang berkaitan

10
dengan dirinya, adalah milik dan untuk Allah. Sehingga ia tidak akan
menyekutukan
Allah, dan selalu berupaya untuk mencari ridho Allah (Qs.
2 : 207)

 Berdasarkan Qs. 3 : 110, sebagai khoiru ummah (manusia subjek) maka


seorang pemimpin haruslah orang yang selalu menyeru kepada yang
ma'ruf, mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan senantiasa beriman
kepada Allah.

D. Faktor Keteladanan

 Seorang calon pemimpin haruslah orang yang memiliki figur keteladanan


dalam dirinya, baik dalam hal ibadah, akhlaq, dsb.

 Berdasarkan Qs. 33 : 21, maka seorang pemimpin haruslah menjadikan


Rasulullah sebagai teladan bagi dirinya. Sehingga, meskipun tidak akan
mencapai titik
kesempurnaan, paling tidak ia mampu menampilkan akhlaq yang baik
layaknya Rasulullah.

 Berdasarkan Qs. 68 : 4, maka seorang pemimpin haruslah memiliki akhlaq


yang mulia (akhlaqul karimah), sehingga dengannya mampu membawa
perubahan dan perbaikan
dalam kehidupan sosial masyarakat.

 Faktor akhlaq adalah masalah paling mendasar dalam kepemimpinan.


Walaupun seorang pemimpin memiliki
kecerdasan intelektual yang luar biasa, tetapi apabila tidak dikontrol
melalui akhlaq yang baik, maka ia justru akan membawa kerusakan
(fasada) dan kehancuran.

E. Faktor Manajerial (Management)

 Berdasarkan Qs. 61 : 4, maka seorang pemimpin haruslah memahami ilmu


manajerial (meskipun pada standar yang minim). Memahami manajemen
kepemimpinan, perencanaan, administrasi, distribusi keanggotaan, dsb.

 Seorang pemimpin harus mampu menciptakan keserasian, keselarasan, dan


kerapian manajerial lembaganya (tandhim), baik aturan-aturan yang
bersifat mengikat, kemampuan anggota, pencapaian hasil, serta
parameterparameter lainnya.

11
 Dengan kemampuan ini, maka akan tercipta tanasuq (keteraturan), tawazun
(keseimbangan), yang kesemuanya bermuara pada takamul (komprehensif)
secara keseluruhan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa
sifat-sifat tertentu seperti : kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan
kesanggupan (capability).

2. Kepemimpinan dalam Islam merupakan Sunnatullah / ketetapan Allah SWT, yang


telah menjadikan manusia sebagai pemimpin.

3. Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan
fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas
untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya sebagaimana tercantum dalam
surah Al-baqarah : 30
4. Sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah Sidiq (jujur), Tablig (menyampaikan),
amanah (dapat dipercaya), fatonah (cerdas).

5. Dalam memilih pemimpin harus memperhatikan kriteria dan faktorfaktor yang


berpedoman pada Al-Qur`an dan Hadits.

3.2 Saran
Bagi penyusun makalah selanjutnya sebaiknya mencari referensi buku yang lebih
banyak dan menampilkan lebih banyak contoh sehingga makalah lebih menarik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ad-Dahduh, Salman Nashif. 2004. Buku Pintar Muslim. Solo : Pustaka Arafah.

Husein, Umar. 1998. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama

Qur`an Player (ProgramWawan S, 2005)

Shihab, Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung : Penerbit Mizan.

Stogdill, Ralph M. 1974. Handbook of Leadership : A Survey of Theory and Research. New York
: Free Press.

Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insani Press.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2.
Bandung : PT IMTIMA.

Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Wahyudin, Dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Grasindo : Surabaya.

Zainuddin, Muhadi, Lc., M.A. dan Dr. Abd. Mustaqin, M.Ag. 2005. Studi Kepemimpinan Islam
(Konsep, Teori, dan Praktiknya dalam Sejarah). Yogyakarta : UII Press.

13

Anda mungkin juga menyukai