PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian Kepemimpinan?
2. Bagaimana Dasar dan Landasan Kepemimpinan?
3. Apa saja Syarat-syarat Kepemimpinan menurut Islam?
4. Apa saja Hak dan Kewajiban Pemimpin?
5. Apa Pengertian Imamah, Khalifah dan Sultan?
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan Menurut Islam
3
maka ia harus mempunyai kemampuan untuk mengatur lingkungan
kepemimpinannya.
4
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungghnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
5
Dan dalam QS. Al-Syura ayat 38:
Prinsip ini didasari firman Allah swt. Pada Surat an-Nahl ayat 90:
6
2. Landasan Kepemimpinan Islam
1) Surat Al-Baqarah ayat 30
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi”.
2) Surat An-Nisa’ ayat 59
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
3) Surat an-Nur ayat 55
Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa.
4) Surat Shad ayat 26
Artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu
khalifah (penguasa) di muka bumi.
5) Surat An-Nahl ayat 89
Artinya: (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitlah pada
tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan
Kami datangkanlah kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh
umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
6) Hadits Nabi saw. Riwayat Imam Bukhari :
Artinya: Tidak boleh taat terhadap kemaksiatan, sesungguhnya
ketaatan itu hanya kepada kebajikan.
7
C. Syarat-syarat kepemimpinan dalam islam
Khalifah sebagai kepala negara dalam sistem negara Islam tidak
identik dengan presiden dalam sistem negara sekuler. Perbedaan itu
banyak antara lain kriteruia pencalonan khalifah. Adapun kriterianya calon
khalifah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tidak mempunyai ambisi untuk menjadi khalifah. Sikap ini bisa
dilihat dari cara kampanye yang dilakukannya, baik langsung atau
tidak. Calon yang mempunyai ambisi untuk menjadi khalifah, menurut
Ibnu Taimiyyah gugur haknya untuk dipilih. Dan menurut Maudadi
haram untuk dipilih. Kesimpulan ini bersumber dari HR. Bukhari dan
Muslim tentang seseorang yang meminta jabatan kepada Nabi
Muhammad SAW.
2. Muslim yang beraqidah murni dan bebas dari syirik.
3. Taat beribadah
4. Berakhlak mulia dan hidup sederhana.
5. Istiqomah dalam pendirian
6. Mempunyai pengorbanan yang penuh untuk kepentingan Islam
7. Mempunyai ilmu yang luas, khususnya tentang syari'at Islam
Selanjutnya berdasarkan ketentuan syar'i dan praktek
ketatanegaraan zaman khulafa al-Rasyidin, maka calon khalifah itu harus
di pilih oleh rakyat atau wakil-wakil dari rakyat, hal ini sama halnya
dengan yang diungkapkan Al-Farabi.
8
sehingga mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ada
pembantunya. Karenanya memilih para pembantu Khalifah, syari'at
Islam telah menentukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
yaitu:
6. Mempunyai keahlian dan kecakapan dalam jabatan yang akan
dipegangnya.
7. Jujur dan amanah didalam menjalankan tugas – tugasnya
9
Bagaimanapun perbedaan-perbedaan mendapat didalam jumlah
yang diberikan kepada Abu Bakar 1 hal adalah pasti bahwa kaum
muslimin pada waktu itu telah meletakkan satu prisip penggajian
(memberi gaji) kepada khalifah. Hak-hak imam ini erat sekali kaitannya
dengan kewajiban rakyat. Hak untuk ditaati dan dibantu misalnya adalah
kewajiban rakyat untuk mentaati dan membantu.
Selain itu Dhafir Al-Qasimy menyebutkan lagi hak imam dalam
melaksanakan tugas negara.
1. Hak mendapat penghasilan (Al-Qasimy). Hal ini terang adanya, sebab
imam telah melakukan pekerjaan demi kemaslahatan umum, sehingga
tak ada waktu lagi baginya memikirkan kepentingan pribadinya. Hal
ini jelas sekali dilihat dari ukuran sekarang, meskipun lain halnya
dibandingkan dimasa-masa awal dahulunya, Khalifah Abu Bakar ra,
atas desakan beberapa Sahabat juga mendapatkan penghasilan dari
jabatan Khalifahnya.
2. Hak mengeluarkan peraturan (Haq Al-Tasyiri). Seorang imam
mengeluarkan peraturan yang mengikat keluarganya, sepanjang
peraturan itu tidak terdapat pada Al-Qur’an dan mengikuti Al-Sunnah.
Dalam mengeluarkan peraturan-peraturan imam mestilah mengetahui
kaedah-kaedah dan pedoman-pedoman yang terdapat dalam Nash.
Yang terpenting diantaranya ialah musyawarah (Al-Syura) yakni
bahwa dalam mengeluarkan suatu peraturan, imam tidak boleh
bertindak sewenang-wenang, ia harus mempertimbangkan fikiran dari
para ahli dalam masalah yang bersangkutan. Selain itu peraturan
tersebut juga tidak boleh bertentangan dengan nash syara’ atau dengan
ruh-tasyri’ dalam al-qur’an dan sunnah.
3. Memelihara dan menjaga keamanan agar manusia dapat dengan
tentram dan tenang berusaha mencari kehidupan, serta dapat bepergian
dengan aman, tanpa ada gangguan terhadap jiwanya atau hartanya.
4. Menegakkan hukum-hukum Allah, agar orang tidak berani melanggar
hukum dan memelihara hak-hak hamba dari kebinasaan dan
kerusakan.
5. Menjaga wilayah batasan dengan kekuatan yang cukup, agar musuh
tidak berani menyerang dan menumpahkan darah muslim atau non
muslim yang mengadakan perjanjian damai dengan muslim (mu’ahid).
6. Memerangi orang yang menentang islam setelah melakukan dakwah
dengan baik tapi mereka tidak mau masuk islam dan tidak pula
menjadi kafir dzimmi.
7. Memungut Fay dan shadaqah-shadaqah sesuai dengan ke tentuan
syara’ atas dasar nash atau ijtihad tanpa ragu-ragu.
8. Menetapkan kadar-kadar tertentu pemberian untuk orang-orang yang
berhak menerimanya dari Baitul Mal dengan wajar serta
membayarkannya pada waktunya.
10
9. Menggunakan orang-orang yang dapat dipercaya dan jujur di dalam
menyelesaikan tugas-tugas serta menyerahkan pengurusan kekayaan
Negara kepada mereka. Agar pekerjaan dapat dilaksanakan oleh
orang-orang yang ahli, dan harta Negara di urus oleh orang yang jujur.
10. Melaksanakan tugas-tugasnya yang langsung di dalam membina umat
dan menjaga agama. Yusuf Musa menambahkan kewajiban lain, yaitu:
Menyebarluaskan ilmu dan pengetahuan, karena kemajuan umat
sangat tergantung kepada ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
keduniawian. Apabila kita kaitkan kewajiban ini dengan maqasyid
syari’ah, maka kewajiban iman tidak lepas dari hal-hal:
a. Yang dhaururi yang meliputi hifdh al-din, hifdh al-nafs, hifdh al-
nasl/irdl, dan hifdh al-mal serta hifdh al-ummah, dalam arti yang
seluas-seluasnya, seperti di dalam hifdh al-mal termasuk di dalam
mengusahakan kecukupan sandang, pangan dan papan, di samping
menjaga agar jangan terjadi gangguan terhadap kekayaan.
b. Hal-hal yang bersifat haji, yang mengarah kepada kemudahan-
kemudahan di dalam melaksanakan tugas.
c. Hal-hal yang taksini, yang mengarah kepada terpeliharanya rasa
keindahan dan seni dalam batas-batas ajaran Islam. Adapun poin
penting penting di ketahui oleh Ulil Amri harus menjaga dan
melindungi hak-hak rakyat dan mewujudkan Hak Asasi Manusia,
seperti hak milik, hak hidup, hak mengemukakan pendapat dengan
baik dan benar, hak mendapat penghasilan yang layak melalui kas
al-halal, hak beragama, dan lain-lainnya.
1. Imamah
Pada awalnya, imamah adalah suatu istilah yang netral untuk
menyebut sebuah negara. Dalam literatur-literatur klasik, istilah imamah
dan khalifah disandingkan secara bersamaan untuk menunjuk pada
pengertian yang sama, yakni negara dalam sejarah Islam.
11
Imam yang baik adalah imam yang mencintai dan mendoakan
rakyatnya serta dicintai dan didoakan oleh rakyatnya, sedangkan imam
yang buruk adalah imam yang membenci rakyatnya dan dibenci serta
dilaknat oleh rakyatnya. Oleh karena itu, imam itu sesuatu atau orang yang
diikuti oleh sesuatu kaum. Kata imam lebih banyak digunakan untuk orang
yang membawa kepada kebaikan. Disamping itu, kata-kata imam sering
dikaitkan dengan shalat, oleh karena itu di dalam pustakaan Islam sering
dibedakan antara imam yang berkedudukan sebagai kepala negara atau
yang memimpin umat Islam dan imam dalam arti yang mengimami shalat.
2. Pengertian Khalifah
Arti primer kata khalifah, yang bentuk pluralnya khulafa’ dan
khalaif yang berasal dari kata khalaf, adalah pengganti, yaitu seseorang
yang menggantikan tempat orang lain dalam beberapa persoalan.
12
Yusuf Musa menyitir pendapat Ibnu Khaldun tentang defenisi
khalifah yaitu:
“Al-Khalifah membawa/memimpin masyarakat sesuai dengan kehendak
agama dalam memenuhi kemaslahatan akhiratnya dan dunianya yang
kembali kepada akhirat itu; karena hal ihwal keduniaan kembali
seluruhnya menurut Allah untuk kemaslahatan akhirat. Maka kekhalifahan
itu adalah kekhalifahan dari pemilik syara’ di dalam memelihara agama
dan mengendalikan dunia.”
3. Pengertian Sulthan
Sulthan tidak jarang digunakan untuk gelar seorang penguasa,
bahkan di Indonesia kata sulthan lebih banyak dikenal daripada khalifah,
imam, malik, dan amir. Sudah tentu ucapannya disesuaikan dengan lidah
Indonesia, bukan lagi sulthan tetapi menjadi sulthan.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap,
dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi
orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
B. SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-
islam.html
15