Anda di halaman 1dari 15

AGAMA ISLAM 1

KOMUNIKASI DALAM ISLAM

“Catatan Agama Islam”

DI SUSUN OLEH;

NAMA : MARYAM USEMAHU

NPM : 2021-07-138

PRODI : MANAJEMEN

PRODI MANAJEMEN

FAKULAS EKONOMI

UNIVERSIAS DARUSALAM AMBON

2022
KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

1) Pengertian Kepemimpinan Menurut Islam

Kepemimpinan adalah kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kepemimpinan


secara etimologis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata “pimpin"Dengan
diawali me menjadi “memimpin" maka berarti menuntun, menunjukkan jalan dan
membimbing. Masih pada pengertian memimpin,pengertian lain adalah mengetuai atau
mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat
mengerjakan sendiri. Bertolak dari kata memimpin berkembang pula perkataan
kepemimpinan, perkataan ini menunjukkan pada semua perihal dalam memimpin, termasuk
juga kegiatannya.

Secara terminologis, kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain
agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga
apa yang menjadi ajakan dan seruan pemimpin dapat dilaksanakan orang lain guna mencapai
tujuan yang menjadi kesepakan antara pemimpin dengan rakyatnya.

Kepemimpinan (style of the leader) merupakan cerminan dari karakter/perilaku


pemimpinnya(leader behavior).Perpaduan antara “leader behavior” dan “leader
style”merupakan kunci keberhasilan pengelolaan organisasi; atau dalam skala yang lebih luas
adalah pengelolaan daerah atau wilayah, dan bahkan Negara.Banyak pakar manajemen yang
mengemukakan pendapatnya tentangkepemimpinan. Dalam hal ini dikemukakan George R.
Terry sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-
orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok secara sukarela."
Artinya:Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa;tidak ada Tuhan melainkan

Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

- QS. An-Nisa'ayat 59

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.

2. Dasar Persamaan Derajat Sesama Umat Manusia.

Pada prinsip ini bahwa manusia memiliki derajat yang sama dimata Allah,hanya saja yang
membedakan adalah ketaqwaan kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dalam ajaran QS. Al-
Hujurat: 13:

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seoranglaki-laki dan
seorangperempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
salingkenal-mengenal. Sesungguhnya orangyangpalingmulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yangpaling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.

Islam tidak pernah mengistimewakan ataupun mendiskriminasikan individu atau


golongan.Semua sama dan tidak ada yang berbeda. Islam juga melindungi hak-hak
kemanusiaan siapapun dia, muslim atau non muslim, selama mau hidup bersama dan taat
terhadap pemimpin dan menjaga kesatuan dan persatuan.
3. Dasar Persatuan Islamiyyah (Ukhuwah Islamiyah)

Prinsip ini untuk menggalang dan mengukuhkan semangat persatuan dan kesatuan umat
Islam. Hal ini didasarkan pada ajaran Islam dalam al-Qur'an Surat Ali Imran ayal 103:

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, ham janganlah kamu
bercerai berai.

4. Dasar Musyawarah Untuk Mufakat atau Kedaulatan Rakyat

Islam selalu menganjurkan ada kesepakatan dari orang-orang terkait dalam memutuskan suatu
perkara yang berhungan dengan kemanusiaan baik dalam kehidupan keluarga, lebih-lebih
kehidupan berkelompok untuk menciptakan lingkungan yang damai dan tentram dalam suatu
masyarakat tersebut.

Dalam QS. Ali Imran ayat 159 Allah menegaskan  tentang  pentingnya bermusyawarah dalam
memutuskan suatu perkara:

Artinya: dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya

Dan dalam QS.al-Syura ayat 38:

Artinya: Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka: dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Assyuro atau musyawarah diartikan sebagai meminta pendapat kepada orang yang
berkompeten dalam urusannya, atau meminta pendapat umat atau orang-orang yang
diwakilinya dalam urusan-urusan umum yang berhubungan dengannya.

Dengan pengertian demikian maka umat Islam menjadikan musyawarah sebagai dasar pijakan
dalam mengambil keputusan dan menetapkan kaidah-kaidahnya. Dengan musyawarah juga
umat islam dapat memilih dan mencalonkan kandidat yang
memiliki sikap keadilan dan dianggap memiliki kompetensi dalam kepemimpinan

untuk mengurus kepentingan mereka.

5. Dasar Keadilan dan Kesejahteraan Bagi Seluruh Umat.

Atas dasar prinsip ini pemimpin harus menegakkan persamaan hak segenap
warganya;maksudnya seorang pemimpin memiliki kewajiban menjaga hak-hak rakyat dan
harus dapat merealisasikan keadilan diantara mereka secar keseluruhan tanpa terkecuali.

Prinsip ini didasari firman Allah swt.Pada Surat an-Nahl ayat 90:

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji. kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Kelima prinsip atau dasar tersebut harus senantiasa dijadikan landasan dalam menetapkan
setiap kebijakan pemimpin sehingga tujuan kepemimpinan dalam Islam akan dapat terwujud
dengan sebaik-baiknya.

2) Landasan Kepemimpinan Islam

1. Surat Al-Baqarah ayat 30

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

2.Surat An-Nisa'ayat 59

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya). dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.

3.Surat an-Nur ayat 55

Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa,

4.Surat Shad ayat 26

Artinya:Hai Daud,sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi.

5. Surat An-Nahl ayat 89

Artinya;(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas
seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.

6. Hadits Nabi saw.riwayat Imam Bukhari:

Artinya:Tidak boleh taat terhadapkemaksiatan, sesungguhnya ketaatan itu hanya kepada


kebajikan.
C.SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN MENURUTIS

Khalifah sebagai kepala negara dalam sistem negara Islam tidak identik dengan presiden
dalam sistem negara sekuler. Perbedaan itu banyak antara lain kriteria pencalonan khalifah.
Adapun kriterianya calon khalifah diantaranya adalah sebagai berikut:

1、T'idak mempunyai ambisi untuk menjadi khalifah. Sikap ini bisa dilihat dari cara
kampanye yang dilakukannya, baik langsung atau tidak. CalOn yang mempunyai ambisi
untuk menjadi khalifah, menurut Ibnu Taimiyyah gugur haknya untuk dipilih.Dan menurut
Maudadi haram untuk dipilih.Kesimpulan ini bersumber dari HR. Bukhari dan Muslim
tentang seseorang yang meminta jabatan kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Muslim yang beraqidah murni dan bebas dari syirik.

3. Taat beribadah.

4. Berakhlak mulia dan hidup sederhana.

5. Istiqomah dalam pendirian.

6. Mempunyai pengorbanan yang penuh untuk kepentingan Islam.

7. Mempunyai ilmu yang luas, khususnya tentang syari'at Islam.

Selanjutnya berdasarkan ketentuan syar'i dan praktek ketatanegaraan zaman khulafa al-
Rasyidin, maka calon khalifah itu harus dipilih oleh rakyat atau wakil-wakil dari rakyat, hal
ini sama halnya dengan yang diungkapkan Al-Farabi.

Untuk lebih terperinci tentang pemilihan Khalifah,maka kita lihat susunan sebagai berikut:

 Pemilihan Khalifah harus dilakukan oleh wakil-wakil rakyat,yang berkumpul dalam


satu wadah yang disebut majelils Syura.
 Calon khalifah dapat diajukan oleh seorang tokoh masyrakat atau oleh segolongan
masyarakat. Jumlah calon bisa seorang atau lebih, asalkan ia sesuai dengan kriteria
yang ditentukan.
 Pemilihan khalifah harus dilaksanakan secara bebas, jujur, terbuka dan tanpa tekanan
dari siapapun.
 Calon khalifah terpilih dengan suara terbanyak, harus dibai'at didepan umum dengan
mengambil tempat yang paling mungkin dapat menampung orang banyak, dan
sebaiknya dimasjid.
 Dalam upacara bai'at ini, apabila masih ada wakil rakyat yang masih merasa keberatan
akan calon khalifah terpilih, boleh menyatakan pendapatnyabahwa ia tidak turut
membaiat.Selanjutnya khalifah sebagai pimpinan eksekutif boleh memilih
pembantunya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang

telah dibebankanya.Sebab tugas dan kewajiban seorang khalifah sedemikian luas, sehingga
mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ada yang pembantunya. Karenanya memilih
para pembantu khalifah, syari'at Islam telah menentukan beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi yaitu:

6. Mempunyai keahlian dan kecakapan dalam jabatan yang akan dipegangnya

7. Jujur dan amanah didalam menjalankan tugas-tugasnya.

Sedangkan mengenai wewenang dan kewajiban khalifah, al-Mawardi dan Ibnu Taimiyyah
merinci sebagai berikut:

1. Menjaga kepentingan agama.

2. Melaksanakan keadilan.

3.Menjaga keselamatan negara dan kesejahteraan hidup rakyat

4. Menjalankan hukum sebagaimana telah ditentukan Allah SWT dan Rasul-Nya

5. Menghormati hak-hak rakyat

6. Menjalankan jihad terhadap musuh-musuh agama dan negara

7. Membagikan harta rampasan perang dengan saksama

8. Melakukan kebajikan dengan bersedekah

9.Menjalankan Administrasi keuangan dengan baik

10. Memberi perhatian kepaa masalah-masalah pemerintah yang berhubungan dengan


kebajikan agama dan umum.
D.HAK DAN KEWAJIBAN PEMIMPIN

Al-Mawardi menyebutkan ada dua hak imam, yaitu hak untuk di ta'ati dan hak untuk di bantu.
Akan tetapi, apabila kita pelajari sejarah ternyata ada hak lain bagi imam, yaitu hak untuk
mendapat imbalan dari harta Baitul Mal untuk keperluan hidupnya dan keluarganya secara
patut, sesuai dengan kedudukanya sebagai Imam. Hak yang lain ini pada masa Abu Bakar,
diceritakan bahwa 6 bulan setelah diangkat jadi khalifah, Abu Bakar masih pergi ke pasar
untuk berdagang dan dari hasil dagangannya itulah beliau memberi nafkah keluarganya.
Kemudian para sahabat bermusyawarah, karena tidak mungkin seseorang khalifah dengan
tugas yang banyak dan berat masih harus berdagang untuk memenuhi nafkah
keluarganya.Maka akhirnya diberi gaji 6.000 dirham setahun, dan menurut riwayat lain digaji
2.000 sampai 2.500 dirham. Bagaimanapun perbedaan-perbedaan pendapat di dalam jumlah
yang di berikan kepada Abu Bakar satu hal adalah pasti bahwa kaum muslimin pada waktu itu
telah meletakkan satu prinsip penggajian (member gaji) kepada khalifah. Hak-hak imam ini

 erat sekali kaitannya dengan kewajiban rakyat. Hak untuk di taati dan di bantu misalnya
adalah kewajiban rakyat untuk mentaati dan membantu. Selain itu Dhafir Al-Qasimy
menyebutkan lagi hak Imam dalam melaksanakan tugas Negara:

1. Hak mendapat penghasilan (Al-Qasimy). Hal ini terang adanya.Sebab imam telah
melakukan pekerjaan demi kemaslahatan umum, sehingga tak ada waktu lagi baginya
memikirkan kepentingan pribadinya. Hal ini jelas sekali jika di lihat dari ukuran
sekarang, meskipun lain halnya dibandingkan di masa-masa awal dahulunya,Khalifah
Abu Bakar ra, atas desakan beberapa Sahabat juga mendapatkan penghasilan dari
jabatan khalifahnya.
2. Hak mengeluarkan peraturan (Haq Al-Tasyri'). Seorang imam juga berhak
mengeluarkan peraturan yang mengikat warganya, sepanjang peraturan itu tidak
terdapat dalam Al-Qu'an dan mengikuti Al-Sunnah.Dalam mengeluarkan peraturan-
peraturan imam mestilah mengetahui kaedah-kaedah dan pedoman-pedoman yang
terdapatdalam Nash.Yang terpenting diantaranya ialah musyawarah (Al-Syura) yakni
bahwa dalam mengeluarkan suatu peraturan, imam tidak boleh bertindak sewenang-
wenang, ia harus mempertimbangkan fikiran dari para ahli dalam masalah yang
bersangkutan. Selain itu peraturan tersebut juga tidak boleh bertentangan dengan nash
syara' atau dengan ruh-tasyri' dalam al-qur'an dan sunnah. Adapun suatu kewajiban-
kewajiban seorang pemimpin dapat kita lihat dalam berbagai macam profektif, yang
mana dalam Islam, Islam sebagai agama amal adalah sangat wajar apabila meletakkan
focus of interest-nya pada kewajiban. Hak itu sendiri datang apabila kewajiban telah
dilaksanakan secara baik. Bahwa kebahagiaan hidup di akhirat akan di peroleh apabila
kebajiban-kewajiban sebagai manifestasi dari ketaqwaan telah dilaksanakan dengan
baik waktu hidup di dunia Demikian pula halnya dengan kewajiban-kewajiban imam.
Ternyata di tidak ada kesepakatan di antara ulama terutama dalam perinciannya
sebagai contoh akan dikemukakan, kewajiban imam menurut al-Mawardi
adalah:1.Memelihara agama, dasar-dasarnya yang telah di tetapkan dan apa yang telah
di sepakati oleh ulama salaf.2. Mentafidzkan hukum-hukum di antara orang-orang
yang bersengketa, dan menyelesaikan perselisihan, sehingga keadilan terlaksana secara
umum.
3. Memelihara dan menjaga keamanan agar manusia dapat dengan tentram dan tenang
berusaha mencari kehidupan, serta dapat berpergian dengan aman, tanpa ada gangguan
terhadap jiwanya atau hartanya.
4. Menegakkan hukum-hukum Allah, agar orang tidak berani melanggar hukum dan
memelihara hak-hak hamba dari kebinasaan dan kerusakan.

5. Menjaga wilayah batasan dengan kekuatan yang cukup, agar musuh tidak berani
menyerang dan menumpahkan darah muslim atau non muslim yang mengadakan
perjanjian damai dengan muslim (mu'ahid).
6. Memerangi orang yang menentang islam setelah melakukan dakwah dengan baik tapi
mereka tidak mau masuk islam dan tidak pula menjadi kafir dzimmi.
7. Memungut Fay dan shadaqah-shadaqah sesuai dengan ke tentuan syara' atas dasar nash
atau ijtihad tanpa ragu-ragu.
8. Menetapkan kadar-kadar tertentu pemberian untuk orang-orang yang berhak
menerimanya dari Baitul Mal dengan wajar serta membayarkanya pada waktunya.
9. Menggunakan orang-orang yang dapat di percaya dan jujur di dalam menyelesaikan
tugas-tugas serta menyerahkan pengurusan kekayaan Negara kepada mereka. Agar
pekerjaan dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli, dan harta Negara di urus
oleh orang yang jujur.
10. Melaksanakan tugas-tugasnya yang langsung di dalam membina umat dan menjaga
agama.

YusufMusa menambahkan kewajiban lain, yaitu: Menyebarluaskan ilmudan pengetahuan,


karena kemajuan umat sangat tergantung kepada ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
keduniawian. Apabila kita kaitkan kewajiban ini dengan maqasyid syari'ah, maka kewajiban
imam tidak lepas dari hal-hal: 1. Yang dharuri yang meliputi hifdh al-din, hifdh al-nafs, hifdh
al-nasl/iridl, dan hifdh al-mal serta hifdh al-ummah, dalam arti yang seluas-luasnya, seperti di
dalam hifdh al-mal termasuk di dalam mengusahakan kecukupan sandang, pangan dan papan,
di samping menjaga agar jangan terjadi gangguan terhadap kekayaan. 2. Hal-hal yang bersifat
haji,yang mengarah kepada kemudahan-kemudahan didalam melaksanakan tugas. 3. Hal-hal
yang taksini, yang mengarah kepada terpeliharanya rasa keindahan dan seni dalam batas-
batas ajaran Islam. Adapun poin penting penting di ketahui oleh Ulil Amri harus menjaga dan
melindungi hak-hak rakyat dan mewujudkan Hak Asasi Manusia, seperti hak milik, hak
hidup, hak mengemukakan pendapat dengan baik dan benar, hak mendapatkan penghasilan
yang layak melalui kash al-halal, hak beragama, dan lain-lainnya. Di dunia islam sekarang ini,
kriteria kepala Negara (presiden) juga sangat beragam. Di Pakistan, misalnya, seseorang
dapat dipilih menjadi presiden dengan syarat: muslim dan berusia sekurang-kurangnya 45
tahun (pasal 41 ayat 2 konsitusi Pakistan). Di Iran, kualifikasi seorang presiden mencakup :
Iranian origin, Iranian nationality, a good pastrecord, trustworthy and piety, and conviced
belief in the fundamental principles of Islamic Republic of Iran, and the official madzab of
the country (Article 115, the constitution of the Islamic Rebublic of Iran). Di Mauritinia,
presiden pun harus seorang muslim (pasal 23
Konsitusi Republik Mauritinia 1991). Sandi Arabia,Pakistan,Brunei Darussalam, libya, Irak
(konsitusi 1990), Mauritinia, dan Malaysia menyebutIslam sebagai agama resmi Negara
(Islam is the religion of the state), sedangkan Indonesia mengatakan dalam pasal 29 UUD
1945 (yang tidak diamandemen). Pada ayat 1, pasal tersebut "Negara berdasar atas Ketuhanan
yang Maha Esa",dan pada pasal 2,"Negara menjamin kemerdekaan tiap-tap penduduk untuk
memeluk agamanya dan kepercayaan itu"

E.IMAMAH,KHALIFAH DAN SULTHAN

1) Imamah

Pada awalnya, imamah adalah suatu istilah yang netral untuk menyebut sebuah negara. Dalam
literatur-literatur klasik, istilah imamah dan khilafah disandingkan secara bersamaan untuk
menunjuk pada pengertian yang sama, yakni negara dalam sejarah Islam.

Imamah adalah kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan keagamaan dan
urusan dunia sebagai pengganti fungsi Rasulullah SAW

Kata-kata imam di dalam Al-Qur'an, baik dalam bentuk mufrad maupun dalam bentuk jamak
atau yang di-idhafah-kan tidak kurang dari dua belas kali disebutkan. Pada umumnya, kata-
kata imam menunjukkan kepada bimbingan untuk kebaikan, meskipun kadang-kadang
dipakai untuk seorang pemimpin suatu kaum dalam arti yang tidak baik, seperti:QS. At-
Taubah: 12, dan QS. Al-Qashash: 41. Ayat yang menunjukkan imam sebagai ikatan yang baik
disebut di dalam: QS. Al-Baqarah: 124, dan QS. Al-Hijr:79.

Imam yang baik adalah imam yang mencintai dan mendoakan rakyatnya serta dicintai dan
didoakan oleh rakyatnya, sedangkan imam yang buruk adalah imam yang membenci
rakyatnya dan dibenci sertadilaknatolehrakyatnya.Oleh karena itu, imam itu sesuatu atau
orang yang diikuti oleh sesuatu kaum.Kata imam lebih banyak digunakan untuk orang yang
membawa kepada kebaikan.Disamping itu, kata-kata imam sering dikaitkan dengan shalat,
oleh karena itu di dalam pustakaan Islam sering dibedakan antara imam yang berkedudukan
sebagai kepala negara atau yang memimpin umat Islam dan imam dalam arti yang
mengimami shalat.

Adapun kata-kata imamah ditakrifkan oleh Al-Maawardi dengan:


“Imamah adalah suatu kedudukan atau jabatan yang diadakan untuk mengganti

tugas kenabian di dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia.”

Defenisi lain dikemukakan oleh Al-Iji sebagai berikut:

Imamah adalah negara besar yang mengatur urusan-urusan agama dan dunia. Tetapi, lebih
tepat lagi apabila dikaitkan bahwa imamah adalah pengganti Nabi di dalam menegakkan
agama.”

Dari defenisi diatas tampak jelas para ulama mendahulukan masalah-masalah agama dan
memelihara agama dari pada persoalan duniawi.Hal ini rupanya diperlukan untuk
membedakan antara lembaga imamah dengan lembaga lainnya.

Di kalangan Syi'ah, imamah ialah shahibul hak asy-syar'iy, yang di dalam undang-undang
modern dikatakna de jure baik yang langsung memerintah ataupun tidak.

2) Pengertian Khalifah

Arti primerkata khalifah, yang bentuk pluralnya khulafa' dan khalaifyang berasal dari kata
khalaf, adalah pengganti, yaitu seseorang yang menggantikan tempat orang lain dalam
beberapa persoalan.

Khilafah adalah pemerintahan Islam yang tidak dibatasi oleh teritorial, sehingga kekhalifahan
Islam meliputi berbagai suku dan bangsa. Pada intinya,khilafah merupakan kepemimpinan
umum yang mengurusi agama dan kenegaraan sebagai wakil dari Nabi SAW.

Dalam bahasa Ibnu Khaldun, kekhalifahan adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum
muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syari'at Islam dan memikul da'wah
Islam ke seluruh dunia.

Yusuf Musa menyitir pendapat Ibnu Khaldun tentang defenisi khalifah yaitu:

“Al-Khalifah membawa/ memimpin masyarakat sesuai dengan kehendak agama dalam


memenuhi kemaslahatan akhiratnya dan dunianya yang kembali kepada akhirat itu; karena hal
ihwal keduniaan kembali seluruhnya menurut Allah untuk kemaslahatan akhirat.Maka
kekhalifahan itu adalah kekhilafahan dari pemilik syara' di dalam memelihara agama dan
mengendalikan dunia.”
Adapun sistem pemerintahan yang memalingkan diri dari Allah, lalu menjadi sitem yang
terlepas bebas,memerintah dengan dirinya sendiri, untuk dirinya sendiri, maka itu bukanlah
khilafah, tapi itu adalah pemberontakan atau kudeta melawan Sang Penguasa yang hakiki.

3) Pengertian Sulthan

Sulthan tidak jarang digunakan untuk gelar seorang penguasa, bahkan di Indonesia kata
sulthan lebih banyak dikenal daripada khalifah, imam, malik,atau amir.Sudah tentu
ucapannya disesuaikan dengan lidah Indonesia,bukan lagi sulthan tetapi menjadi sultan.

203

Anda mungkin juga menyukai