DI SUSUN OLEH;
NPM : 2021-07-138
PRODI : MANAJEMEN
PRODI MANAJEMEN
FAKULAS EKONOMI
2022
KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Secara terminologis, kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain
agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga
apa yang menjadi ajakan dan seruan pemimpin dapat dilaksanakan orang lain guna mencapai
tujuan yang menjadi kesepakan antara pemimpin dengan rakyatnya.
- QS. An-Nisa'ayat 59
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.
Pada prinsip ini bahwa manusia memiliki derajat yang sama dimata Allah,hanya saja yang
membedakan adalah ketaqwaan kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dalam ajaran QS. Al-
Hujurat: 13:
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seoranglaki-laki dan
seorangperempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
salingkenal-mengenal. Sesungguhnya orangyangpalingmulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yangpaling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Prinsip ini untuk menggalang dan mengukuhkan semangat persatuan dan kesatuan umat
Islam. Hal ini didasarkan pada ajaran Islam dalam al-Qur'an Surat Ali Imran ayal 103:
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, ham janganlah kamu
bercerai berai.
Islam selalu menganjurkan ada kesepakatan dari orang-orang terkait dalam memutuskan suatu
perkara yang berhungan dengan kemanusiaan baik dalam kehidupan keluarga, lebih-lebih
kehidupan berkelompok untuk menciptakan lingkungan yang damai dan tentram dalam suatu
masyarakat tersebut.
Dalam QS. Ali Imran ayat 159 Allah menegaskan tentang pentingnya bermusyawarah dalam
memutuskan suatu perkara:
Artinya: dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya
Artinya: Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka: dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Assyuro atau musyawarah diartikan sebagai meminta pendapat kepada orang yang
berkompeten dalam urusannya, atau meminta pendapat umat atau orang-orang yang
diwakilinya dalam urusan-urusan umum yang berhubungan dengannya.
Dengan pengertian demikian maka umat Islam menjadikan musyawarah sebagai dasar pijakan
dalam mengambil keputusan dan menetapkan kaidah-kaidahnya. Dengan musyawarah juga
umat islam dapat memilih dan mencalonkan kandidat yang
memiliki sikap keadilan dan dianggap memiliki kompetensi dalam kepemimpinan
Atas dasar prinsip ini pemimpin harus menegakkan persamaan hak segenap
warganya;maksudnya seorang pemimpin memiliki kewajiban menjaga hak-hak rakyat dan
harus dapat merealisasikan keadilan diantara mereka secar keseluruhan tanpa terkecuali.
Prinsip ini didasari firman Allah swt.Pada Surat an-Nahl ayat 90:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji. kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Kelima prinsip atau dasar tersebut harus senantiasa dijadikan landasan dalam menetapkan
setiap kebijakan pemimpin sehingga tujuan kepemimpinan dalam Islam akan dapat terwujud
dengan sebaik-baiknya.
2.Surat An-Nisa'ayat 59
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya). dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa,
Artinya;(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas
seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.
Khalifah sebagai kepala negara dalam sistem negara Islam tidak identik dengan presiden
dalam sistem negara sekuler. Perbedaan itu banyak antara lain kriteria pencalonan khalifah.
Adapun kriterianya calon khalifah diantaranya adalah sebagai berikut:
1、T'idak mempunyai ambisi untuk menjadi khalifah. Sikap ini bisa dilihat dari cara
kampanye yang dilakukannya, baik langsung atau tidak. CalOn yang mempunyai ambisi
untuk menjadi khalifah, menurut Ibnu Taimiyyah gugur haknya untuk dipilih.Dan menurut
Maudadi haram untuk dipilih.Kesimpulan ini bersumber dari HR. Bukhari dan Muslim
tentang seseorang yang meminta jabatan kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Taat beribadah.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan syar'i dan praktek ketatanegaraan zaman khulafa al-
Rasyidin, maka calon khalifah itu harus dipilih oleh rakyat atau wakil-wakil dari rakyat, hal
ini sama halnya dengan yang diungkapkan Al-Farabi.
Untuk lebih terperinci tentang pemilihan Khalifah,maka kita lihat susunan sebagai berikut:
telah dibebankanya.Sebab tugas dan kewajiban seorang khalifah sedemikian luas, sehingga
mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ada yang pembantunya. Karenanya memilih
para pembantu khalifah, syari'at Islam telah menentukan beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi yaitu:
Sedangkan mengenai wewenang dan kewajiban khalifah, al-Mawardi dan Ibnu Taimiyyah
merinci sebagai berikut:
2. Melaksanakan keadilan.
Al-Mawardi menyebutkan ada dua hak imam, yaitu hak untuk di ta'ati dan hak untuk di bantu.
Akan tetapi, apabila kita pelajari sejarah ternyata ada hak lain bagi imam, yaitu hak untuk
mendapat imbalan dari harta Baitul Mal untuk keperluan hidupnya dan keluarganya secara
patut, sesuai dengan kedudukanya sebagai Imam. Hak yang lain ini pada masa Abu Bakar,
diceritakan bahwa 6 bulan setelah diangkat jadi khalifah, Abu Bakar masih pergi ke pasar
untuk berdagang dan dari hasil dagangannya itulah beliau memberi nafkah keluarganya.
Kemudian para sahabat bermusyawarah, karena tidak mungkin seseorang khalifah dengan
tugas yang banyak dan berat masih harus berdagang untuk memenuhi nafkah
keluarganya.Maka akhirnya diberi gaji 6.000 dirham setahun, dan menurut riwayat lain digaji
2.000 sampai 2.500 dirham. Bagaimanapun perbedaan-perbedaan pendapat di dalam jumlah
yang di berikan kepada Abu Bakar satu hal adalah pasti bahwa kaum muslimin pada waktu itu
telah meletakkan satu prinsip penggajian (member gaji) kepada khalifah. Hak-hak imam ini
erat sekali kaitannya dengan kewajiban rakyat. Hak untuk di taati dan di bantu misalnya
adalah kewajiban rakyat untuk mentaati dan membantu. Selain itu Dhafir Al-Qasimy
menyebutkan lagi hak Imam dalam melaksanakan tugas Negara:
1. Hak mendapat penghasilan (Al-Qasimy). Hal ini terang adanya.Sebab imam telah
melakukan pekerjaan demi kemaslahatan umum, sehingga tak ada waktu lagi baginya
memikirkan kepentingan pribadinya. Hal ini jelas sekali jika di lihat dari ukuran
sekarang, meskipun lain halnya dibandingkan di masa-masa awal dahulunya,Khalifah
Abu Bakar ra, atas desakan beberapa Sahabat juga mendapatkan penghasilan dari
jabatan khalifahnya.
2. Hak mengeluarkan peraturan (Haq Al-Tasyri'). Seorang imam juga berhak
mengeluarkan peraturan yang mengikat warganya, sepanjang peraturan itu tidak
terdapat dalam Al-Qu'an dan mengikuti Al-Sunnah.Dalam mengeluarkan peraturan-
peraturan imam mestilah mengetahui kaedah-kaedah dan pedoman-pedoman yang
terdapatdalam Nash.Yang terpenting diantaranya ialah musyawarah (Al-Syura) yakni
bahwa dalam mengeluarkan suatu peraturan, imam tidak boleh bertindak sewenang-
wenang, ia harus mempertimbangkan fikiran dari para ahli dalam masalah yang
bersangkutan. Selain itu peraturan tersebut juga tidak boleh bertentangan dengan nash
syara' atau dengan ruh-tasyri' dalam al-qur'an dan sunnah. Adapun suatu kewajiban-
kewajiban seorang pemimpin dapat kita lihat dalam berbagai macam profektif, yang
mana dalam Islam, Islam sebagai agama amal adalah sangat wajar apabila meletakkan
focus of interest-nya pada kewajiban. Hak itu sendiri datang apabila kewajiban telah
dilaksanakan secara baik. Bahwa kebahagiaan hidup di akhirat akan di peroleh apabila
kebajiban-kewajiban sebagai manifestasi dari ketaqwaan telah dilaksanakan dengan
baik waktu hidup di dunia Demikian pula halnya dengan kewajiban-kewajiban imam.
Ternyata di tidak ada kesepakatan di antara ulama terutama dalam perinciannya
sebagai contoh akan dikemukakan, kewajiban imam menurut al-Mawardi
adalah:1.Memelihara agama, dasar-dasarnya yang telah di tetapkan dan apa yang telah
di sepakati oleh ulama salaf.2. Mentafidzkan hukum-hukum di antara orang-orang
yang bersengketa, dan menyelesaikan perselisihan, sehingga keadilan terlaksana secara
umum.
3. Memelihara dan menjaga keamanan agar manusia dapat dengan tentram dan tenang
berusaha mencari kehidupan, serta dapat berpergian dengan aman, tanpa ada gangguan
terhadap jiwanya atau hartanya.
4. Menegakkan hukum-hukum Allah, agar orang tidak berani melanggar hukum dan
memelihara hak-hak hamba dari kebinasaan dan kerusakan.
5. Menjaga wilayah batasan dengan kekuatan yang cukup, agar musuh tidak berani
menyerang dan menumpahkan darah muslim atau non muslim yang mengadakan
perjanjian damai dengan muslim (mu'ahid).
6. Memerangi orang yang menentang islam setelah melakukan dakwah dengan baik tapi
mereka tidak mau masuk islam dan tidak pula menjadi kafir dzimmi.
7. Memungut Fay dan shadaqah-shadaqah sesuai dengan ke tentuan syara' atas dasar nash
atau ijtihad tanpa ragu-ragu.
8. Menetapkan kadar-kadar tertentu pemberian untuk orang-orang yang berhak
menerimanya dari Baitul Mal dengan wajar serta membayarkanya pada waktunya.
9. Menggunakan orang-orang yang dapat di percaya dan jujur di dalam menyelesaikan
tugas-tugas serta menyerahkan pengurusan kekayaan Negara kepada mereka. Agar
pekerjaan dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli, dan harta Negara di urus
oleh orang yang jujur.
10. Melaksanakan tugas-tugasnya yang langsung di dalam membina umat dan menjaga
agama.
1) Imamah
Pada awalnya, imamah adalah suatu istilah yang netral untuk menyebut sebuah negara. Dalam
literatur-literatur klasik, istilah imamah dan khilafah disandingkan secara bersamaan untuk
menunjuk pada pengertian yang sama, yakni negara dalam sejarah Islam.
Imamah adalah kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan keagamaan dan
urusan dunia sebagai pengganti fungsi Rasulullah SAW
Kata-kata imam di dalam Al-Qur'an, baik dalam bentuk mufrad maupun dalam bentuk jamak
atau yang di-idhafah-kan tidak kurang dari dua belas kali disebutkan. Pada umumnya, kata-
kata imam menunjukkan kepada bimbingan untuk kebaikan, meskipun kadang-kadang
dipakai untuk seorang pemimpin suatu kaum dalam arti yang tidak baik, seperti:QS. At-
Taubah: 12, dan QS. Al-Qashash: 41. Ayat yang menunjukkan imam sebagai ikatan yang baik
disebut di dalam: QS. Al-Baqarah: 124, dan QS. Al-Hijr:79.
Imam yang baik adalah imam yang mencintai dan mendoakan rakyatnya serta dicintai dan
didoakan oleh rakyatnya, sedangkan imam yang buruk adalah imam yang membenci
rakyatnya dan dibenci sertadilaknatolehrakyatnya.Oleh karena itu, imam itu sesuatu atau
orang yang diikuti oleh sesuatu kaum.Kata imam lebih banyak digunakan untuk orang yang
membawa kepada kebaikan.Disamping itu, kata-kata imam sering dikaitkan dengan shalat,
oleh karena itu di dalam pustakaan Islam sering dibedakan antara imam yang berkedudukan
sebagai kepala negara atau yang memimpin umat Islam dan imam dalam arti yang
mengimami shalat.
Imamah adalah negara besar yang mengatur urusan-urusan agama dan dunia. Tetapi, lebih
tepat lagi apabila dikaitkan bahwa imamah adalah pengganti Nabi di dalam menegakkan
agama.”
Dari defenisi diatas tampak jelas para ulama mendahulukan masalah-masalah agama dan
memelihara agama dari pada persoalan duniawi.Hal ini rupanya diperlukan untuk
membedakan antara lembaga imamah dengan lembaga lainnya.
Di kalangan Syi'ah, imamah ialah shahibul hak asy-syar'iy, yang di dalam undang-undang
modern dikatakna de jure baik yang langsung memerintah ataupun tidak.
2) Pengertian Khalifah
Arti primerkata khalifah, yang bentuk pluralnya khulafa' dan khalaifyang berasal dari kata
khalaf, adalah pengganti, yaitu seseorang yang menggantikan tempat orang lain dalam
beberapa persoalan.
Khilafah adalah pemerintahan Islam yang tidak dibatasi oleh teritorial, sehingga kekhalifahan
Islam meliputi berbagai suku dan bangsa. Pada intinya,khilafah merupakan kepemimpinan
umum yang mengurusi agama dan kenegaraan sebagai wakil dari Nabi SAW.
Dalam bahasa Ibnu Khaldun, kekhalifahan adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum
muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syari'at Islam dan memikul da'wah
Islam ke seluruh dunia.
Yusuf Musa menyitir pendapat Ibnu Khaldun tentang defenisi khalifah yaitu:
3) Pengertian Sulthan
Sulthan tidak jarang digunakan untuk gelar seorang penguasa, bahkan di Indonesia kata
sulthan lebih banyak dikenal daripada khalifah, imam, malik,atau amir.Sudah tentu
ucapannya disesuaikan dengan lidah Indonesia,bukan lagi sulthan tetapi menjadi sultan.
203