3. Perintah untuk taat kepada Allah dan Ulil Amri atau pemimpin.
Konsep diatas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar kekuasaan politik dalam islam seperti yang
dijelaskan dalam dua ayat pada surat An-Nisaa'/4: 58-59.
ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ُك ْم َاْن ُتَؤ ُّد وا اَاْلٰم ٰن ِت ِآٰلى َاْهِلَهۙا َو ِاَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َاْن َتْح ُك ُم ْو ا ِباْلَع ْد ِل ۗ ِاَّن َهّٰللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِبٖه ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َس ِم ْيًع ۢا
َبِص ْيًرا
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاِط ْيُعوا َهّٰللا َو َاِط ْيُع وا الَّرُس ْو َل َو ُاوِلى اَاْلْم ِر ِم ْنُك ْۚم َف ِاْن َتَن اَز ْعُتْم ِفْي َش ْي ٍء َف ُر ُّد ْو ُه ِاَلى ِهّٰللا َو الَّرُس ْو ِل ِاْن ُكْنُتْم
ُتْؤ ِم ُنْو َن ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِۗر ٰذ ِلَك َخْيٌر َّو َاْح َس ُن َتْأِو ْياًل
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi Maha melihat (58).
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah (Al-qur'an dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya (59).
Selain itu Rasulullah telah mencontohkan kriteria bagi pemegang kekuasaan politik yang baik
melalui empat sifat yang melekat dalam diri rasul utusan Allah SWT.
2. Agama sebagai fitrah dari Allah SWT mengacu pada keyakinan dalam Islam
bahwa agama merupakan bagian dari hakikat dan kodrat manusia yang diimplan oleh Allah
dalam diri manusia sejak awal penciptaannya.
Makna ini juga menunjukkan bahwa agama adalah panggilan dan jalan hidup yang ditentukan
oleh Allah untuk manusia.
Dalam perspektif Islam, manusia diberikan fitrah yang cenderung menuju kepada
pengenalan, pengabdian, dan ketaatan kepada Allah SWT.
Fitrah ini mencakup pemahaman dasar tentang keberadaan Allah, kesadaran akan Tuhan yang
Maha Esa, dan kebutuhan spiritual yang melekat pada setiap manusia.
Sebagai fitrah, agama merupakan perwujudan dari kebutuhan dan kecenderungan manusia
untuk mencari dan berhubungan dengan Tuhan mereka.
Ayat ini menekankan pentingnya mengikuti agama sebagai fitrah, karena agama merupakan
cara hidup yang dikehendaki oleh Allah dan merupakan jalan yang lurus bagi manusia.
Manusia diberikan kebebasan untuk memilih, namun sejalan dengan fitrahnya, manusia
cenderung mencari dan mengikuti agama.
Agama sebagai fitrah dari Allah SWT juga mencerminkan bahwa manusia memiliki naluri
bawaan untuk mencari makna dan tujuan dalam hidup, serta menjalin hubungan dengan Sang
Pencipta.
Agama memberikan panduan moral, nilai-nilai etis, dan petunjuk untuk kehidupan yang baik
dan harmonis.
Fitrah ini memberikan dorongan kepada manusia untuk mengejar kebenaran, keadilan, kasih
sayang, dan keseimbangan dalam hidup.
Selain itu, agama sebagai fitrah juga menegaskan bahwa Allah SWT telah mengutus rasul-
rasul dan nabi-nabi untuk membimbing umat manusia dalam menjalankan agama yang benar.
Rasul-rasul ini menyampaikan wahyu dan petunjuk Allah kepada umat manusia agar mereka
dapat hidup sesuai dengan fitrah dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam Islam, fitrah juga berhubungan dengan konsep kebersihan dan kesucian batiniah.
Manusia dilahirkan dalam keadaan murni, bebas dari dosa atau kesalahan.
Oleh karena itu, agama sebagai fitrah mengajarkan bahwa manusia harus menjaga dan
membersihkan hati serta menjalankan perintah Allah untuk mencapai kedamaian dan
kesucian spiritual.
3. Manusia sebagai makhluk hidup sosial erat kaitannya dengan identitas keagamaan. Dalam
hal ini, ada hubungan agama dengan tanggung jawab manusia. Lebih lanjut, pembahasannya
ada di dalam artikel berikut.
Mengutip buku Psikologi Agama karya Yusron Masduki dan Idi Warsah (29:2020), Setiap
manusia yang lahir di dunia membawa fitrah, bakat, dan insting. Yang dibawa manusia ketika
lahir adalah fitrah agama, yaitu unsur ketuhanan. Unsur ketuhanan ini di luar ciptaan akal
budi manusia dan merupakan sifat kodrat manusia.
Tampaknya, manusia dan agama memiliki hubungan yang bersifat kodrati. Agama itu sendiri
menyatu dalam fitrah penciptaan manusia. Hal itu terwujud dalam bentuk ketundukan,
kerinduan akan beribadah, serta sifat-sifat luhur.
Jika manusia dilihat dari hubungannya dengan agama, dapat dikatakan bahwa agama dapat
membuat manusia menjadi orang yang beriman agar mampu menjalankan tanggung jawab
sebagai manusia.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Agama RI, agama berperan sangat penting dalam
mengatur sendi-sendi kehidupan manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama.
Fitrah manusia dalam hubungan agama dengan tanggung jawab manusia, sederhananya ialah
mendekatkan diri sesuai dengan pedoman agama dan menjauhi hal-hal yang dilarang dalam
agama, sesuai dengan agama yang diyakininya.
Atas hal tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan agama dengan tanggung jawab manusia
sangat erat kaitannya. Sebab agama oleh manusia dianggap sebagai suatu pandangan hidup,
yang diterapkan dalam kehidupan individual ataupun kelompok. Keduanya mempunyai
hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung.
Demikian ulasan tentang apa hubungan antara agama dengan tanggung jawab manusia.
Semoga dapat menjadi ulasan yang bermanfaat untuk kebaikan bersama.
Persaudaraan dalam Islam tidak terbatas pada kelompok etnis, suku, atau negara, tetapi
mencakup seluruh umat Muslim di seluruh dunia.
Al-Quran mengajarkan bahwa persaudaraan Muslim harus didasarkan pada iman kepada
Allah dan ketaatan kepada-Nya.
Beberapa ayat Al-Quran yang menekankan persaudaraan di antara umat Muslim antara lain:
Ketika terjadi perselisihan atau konflik antara Muslim, mereka diperintahkan untuk
merangkul perdamaian dan memelihara ikatan persaudaraan dengan saling berdamai dan
menghormati satu sama lain.
"Dan taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan,
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Ayat ini menekankan pentingnya kerjasama dan persatuan di antara umat Muslim.
Mereka dianjurkan untuk tidak berselisih atau bertikai antara satu sama lain, tetapi tetap
patuh kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kerjasama, kesabaran, dan persaudaraan di antara mereka akan memperkuat posisi mereka
dan mendapatkan pertolongan Allah.
3. Surat Al-Mumtahanah (60:8):
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
Ayat ini menegaskan bahwa umat Muslim harus berbuat baik dan adil terhadap semua orang,
termasuk mereka yang tidak memusuhi agama Islam atau mengusir mereka dari negeri
mereka.
Persaudaraan dalam Islam mencakup memperlakukan orang lain dengan keadilan, meskipun
mereka berbeda keyakinan atau latar belakang.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa dengan menumbuhkan sikap toleransi, akan
mencegah perbuatan-perbuatan negatif. Bagi umat Muslim, sikap toleransi juga diajarkan
dalam Alquran.
Seperti yang terkandung dalam firman Allah pada surat Al-Kafirun ayat 1-6 tentang cara
Rasulullah menghadapi perbedaan keyakinan beragama. Rasulullah tidak pernah mengancam
bagi yang menolak ajaran beliau. Sikap yang dilakukan Rasulullah hanya memberikan doa
bagi yang menolak ajarannya.
Berdasarkan isi kandungan tersebut, toleransi antar agama merupakan hal yang penting dan
tidak bisa dipaksakan. Lalu bagaimana cara untuk menumbuhkan sikap toleransi? Berikut
penjelasan lengkapnya.
4. Berbicara dengan sopan dan santun, seperti menggunakan kata-kata “permisi”, “silakan”,
“tolong” dan “maaf”.
9. Menghargai privasi orang lain, misalnya mengetuk pintu sebelum masuk kamar anggota
keluarga lain, meminta izin sebelum meminjam barang.
Sedangkan dalam buku Pendidikan Toleransi Isi Berbasis Kearifan Lokal oleh Muhammad
Japar dkk, ada tiga hal yang termasuk bentuk-bentuk sikap toleransi yaitu:
2. Tidak Mendiskriminasi atau membeda-bedakan orang berdasarkan suku agama, ras, gender
dan sebagainya.
3. Tidak menyakiti atau mengganggu kebebasan orang lain dalam memilih agama, keyakinan
politik dan memilih kelompok.
Sumber Referensi:
https://www.antapedia.com/
https://www.dikasihinfo.com/
https://kumparan.com/