PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Puji syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, Semoga Allah
senantiasa menjaga kita dari segala kemungkaran.Tak lupa Sholawat serta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada Nabi محمدShollallohu’alaihi Wasallam,keluarga dan sahabat Nabi,Allahuma
Amin.Tak lupa pula kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam penyusunan makalah ini hingga selesai,lebih-lebih kepada dosen kami Bapak Dr.
H.Zulfi Mubaroq M.Ag yang benar-benar sabar membimbing kami dalam menyusun makalah ini
dengan benar.
Makalah Sosiologi Agama yang berjudul Hubungan Agama dengan politik dan negara ini
berisi tentang pembahasan mengenai seputar agama,politik dan Negara.Seperti yang kita ketahui
Selama ini khazanah politik senantiasa menempatkan antara agama dan Negara selalu berbeda-
beda secara yuridis,padahal dalam kenyatannya agama selalu hadir dalam ruang publik
politik,sehingga memerlukan sebuah konstruksi baru tentang agama dan Negara secara memadai.
Pemisahan secara tegas antara agama dengan Negara hampir tidak dikenal dimana pun di
seantero dunia,karena agama selalu hadir dalam Negara dan Negara berkepentingan dengan
agama.Dalam suatu masyarakat politik dimana pun tidak ada pembatasan yang jelas antara agama
dan Negara,wacana publik bukannya menuntut adanya dominasi politik terhadap agama atau
sebaliknya,melainkan menekankan peranan pemerintahan untuk mewujudkan hubungan dan
tanggung jawab yang mengikuti tuntutan nilai-nilai yang berlandaskan kehidupan
spiritual.Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Sosiologi Agama dan untuk lebih
memahami tentang hubungan agama,politik dan Negara.Kami berharap setelah pembaca membaca
makalah ini,pembaca dapat menambah pengetahuan yang baru,dan dapat mengaplikannya.
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur-unsur agama ?
2. Apa apa pengertian politik dan Negara ?
3. Apa saja unsur-unsur politik dan Negara ?
4. Apa hubungan agama dengan politik dan Negara ?
3. Tujuan
1. Ingin memahami unsur-unsur agama.
2. Ingin memahami pengertian politik dan Negara.
3. Ingin memahami unsur-unsur politik dan Negara.
4. Ingin memahami hubungan agam dengan politik dan Negara.
B. PEMBAHASAN
a. Pengertian Agama
Secara etimologi agama berasal dari Sansekerta “agama” yang berarti sebagai tradisi dalam
bahasa indonesianya berarti “tidak kacau”,dengan kata lain terdapat ketentraman dalam berfikir
sesuai dengan pengetahuan dan kepercayaan yang mendasari kelakuan”tidak
kacau”itu.[1] Pengetahuan dan kepercayaan tersebut menyangkut hal-hal keilahian dan
kekudusan.
Kata agama disini konotasinya lebih dekat kepada agama Hindu dan Budha.Akan tetapi setelah
digunakan dalam bahasa Indonesia pengertiannya mencakup semua agama. Dalam bahasa inggris
disebut religion atau religi,berasal dari bahasa latin religio atau relegere yang berarti
“mengumpulkan”atau “membaca”[2].Dalam hal ini,religion hanya menyangkut hubungan manusia
dengan Tuhan dan tidak berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan manusia.[3] Dalam Kamus
Ilmiah Popular kata Agama berarti keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan.Sedangkan dalam
Bahasa Arab disebut Din ( )دينyang artinya ajaran atau kepercayaan yang mempercayai satu atau
beberapa kekuatan ghaib yang mengatur dan menguasai alam,manusia dan jalan hidupnya.[4]
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agama adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.
b. Unsur-unsur Agama
Dalam dïnul-islãm (‘agama Islam’) keempat unsur itu terungkap melalui Hadis Jibril, yang
mencakup butir-butir di bawah ini.[5]
1) Ajaran Allah sebagai konsep hidup
Dalam dialog tentang iman, Rasulullah menegaskan tentang masalah terpenting dari dïnul-
islãm, yaitu adanya interaksi antara seorang mu’min dengan ajaran Allah, yang disampaikan
(diajarkan) melalui malaikat-malaikatNya, dalam bentuk kitab-kitab, yang diterima rasul-
rasulNya, untuk mencapai tujuan akhir (kehidupan yang baik di dunia dan akhirat), dengan
menjadikan ajaran Allah sebagai qadar (ukuran; standard; teori nilai) baik-buruk menurutNya.[6]
2) Îmãn sebagai interaksi
Iman pada hakikatnya adalah interaksi (aksi timbal balik) antara Allah sebagai pemberi konsep
hidup dengan mu’min yang menyambut da’wah (ajakan; tawaran) Allah melalui rasulNya.
Selanjutnya, interaksi itu berlangsung intensif melalui penghayatan seorang mu’min terhadap Al-
Qurãn, sehingga Al-Qurãn menjadi satu-satunya konsep hidup yang tumbuh subur dalam “organ
kesadaran” (al-qalbu) mu’min, yang selanjut meledak dan membanjir keluar melalui indra
pengucapan (al-lisãnu), dan akhirnya menjelma menjadi berbagai bentuk tindakan dan kretifitas
(al-‘amalu). Tepat seperti dinyatakan Rasulullah, misalnya dalam hadis riwayat Ibnu
Majah: اإليمان عقد بالفلب و إقرار باللسان و عمل باألركان.[7]
3) Ritus (upacara)
Dalam dïnul-islãm ada sejumlah ritus yang dalam Hadis Jibril disebut dengan nama Al-Islãm
pula, yaitu:
· Syahãdah sebagai sumpah setia (bay’ah). Pada masa Rasulullah jelas bahwa syahadat
(syahãdah) adalah sebuah ‘upacara’ (ritus) untuk menyatakan sumpah setia seseorang terhadap
dïnul-islãm, alias untuk meresmikan rekrutmen seseorang atau sejumlah orang sebagai anggota
bun-yãnul-islãm (organisasi Islam).[8]
· Shalat sebaga sarana pembatinan nilai-nilai Al-Qurãn, sekaligus pembinaan jama’ah/korp
Islam. Orang-orang yang menyatakan diri (bersyahadat) sebagai anggota organisasi Islam tentu
harus memahami dan menghayati konsep organisasinya, yakni Al-Qurãn. Hal itu dilakukan
melalui shalat, yang bacaan pokoknya adalah surat Al-Fãtihan (ummul-qurãn) ditambah dengan
surat-surat lain yang terus dipelajarinya. Selain itu, melalui shalat jama’ah, mereka juga belajar
untuk membangun sebuah jama’ah atau korp yang rapi dan kompak. [9]
· Zakat sebagai sistem ekonomi. Zakat, mulai dari zakat harta sampai zakat fitrah, pada
hakikatnya melambangkan kesediaan setiap mu’min yang mampu untuk mendanai organisasi dan
memperkuat jama’ah. Lebih lanjut, setelah organisasi menjelma menjadi sebuah sistem yang
dipercaya untuk menata kehidupan umat (jama’ah mu’min plus komunitas-komunitas lain, seperti
terlihat pada Piagam Madinah), maka zakat itu pun dikembangkan menjadi sistem ekonomi
masyarakat secara umum.[10]
· Shaum Ramadhan sebagai pembina ketahanan mental dan fisik dalam menerapkan nilai-nilai
Al-Qurãn. Seluruh anggota organisasi jelas membutuhkan pembinaan mental dan fisik, supaya
menjadi anggota-anggota yang militan dan tangguh. Shaum Ramadhan adalah sarana yang tepat
untuk itu.
· Haji sebagai sarana pemersatu umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan ritus yang paling
istimewa di antara kelima ritus dalam dïnul-islãm. Melalui hajilah umat Islam sedunia berkumpul,
menjalin persahabatan, persaudaraan, dan persatuan berdasar kesamaan iman.
4) Praktik sebagai perwujudan konsep
Dïnul-islãm pada dasarnya adalah agama yang berorientasi pada praktik (amal). Tapi supaya
praktinya tidak dilakukan sembarangan, Allah menempatkan rasulNya sebagai tokoh sentral untuk
memimpin dan memberikan contoh penerapan setiap aspek ajaran Islam, mulai dari yang bersifat
individu sampai pada yang bersifat kemasyarakatan. Tegasnya, pribadi Rasulullah adalah contoh
sempurna dari individu mu’min, dan masyarakat yang dibangun beliau bersama jama’ahnya juga,
otomatis, merupakan bentuk masyarakat yang ideal. Sebuah masyarakat yang mewakili Al-Qurãn
sebagai konsepnya.[11]
Penjelasan
1. Tidak sedikit dari tokoh politik yang melakukan tindak kriminal dengan
menyalahgunakan kepercayaan masyarakat dengan begitu bebas melakukan hal apa saja
termasuk tindak kriminal seperti korupsi.
2. Para kelompok kepentingan dalam politik seperti para calon partai melakukan tindakan
yang melanggar nilai/norma agama seperti adanya adanya partai politik yang melakukan
sogok menyogok agar dapat berhasil dalam misinya
3. Para kelompok penekan adalah suatu kelompok yang sering menekan kelompok agama
lain karena menganggap bahwa ajaran agamanya paling benar, dan agama lain salah.
4. Para kelompok penekan yaitu para pemegang kekuasaan menggunakan kekuasaannya
untuk menghalalkan segala cara agar terlihat seperti orang patuh kepada agama dengan
menjaga kesucian agama agar masyarakat dapat terus berpihak kepadanya.
1. Analisis
a. Agama adalah cara yang dipakai manusia dalam menghidupkan hubungannya dengan kekuatan-
kekuatan diatas jangkauan manusia yaitu kekuatan ghaib dan pada kekuatan tersebutlah
kepercayaan manusia menggantungkan harapannya. Agama adalah petunjuk bagi manusia untuk
membedakan baik dengan buruk, benar dengan salah, indah dengan jelek, kemudian petunjuk itu
dianggap berasal dari Tuhan yang dapat dibuktikan keberadaannya secara etika, logika dan
estetika.
b. Politik adalah pengetahuan yang memiliki obyek, subyek, metodologi, system, terminology, ciri,
teori yang khas dan spesifik serta diterima di seluruh dunia disamping dapat diajarkan dan
dipelajari oleh banyak orang.
c. Negara adalah suatu alat organisasi kedaerahan dan kewilayahan yang memilki system politik
yang melembaga dari rakyat, keluarga, desa dan pemerintah yang lebih tinggi. Selanjutnya
organisasi ini memiliki kewenangan untuk membuat rakyatnya tentram, aman, teratur, terkendali
disatu pihak dan dilain pihak dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama.
2. Diskusi
D. KESIMPULAN
1. Unsur-unsur agama ialah: (1)ajaran, (2)iman, (3)ritus atau upacara, (4)praktek, (5)nilai/norma.
2. Agama ialah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha
untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah.
Terdapat beberapa unsur dalam agama yaitu Ajaran Allah sebagai konsep hidup, iman sebagai
interaksi, Ritus (upacara), praktek,nilai/norma
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.Pengertian ini merupakan upaya
penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam
ilmu politik.
Negara merupakan sebuah relasi dimana manusia mendominasi manusia, sebuah relasi yang
ditopang oleh sarana kekerasan yang legitimate (atau yang dipandang sebagai legitimate).
3. Unsur-unsur politik adalah : (1)partai politik, (2)kelompok kepentingan, (3)kelompok penekan,
(4)alat komunikasi, (5)aliran sesat.
4. Hubungan politik dengan agama tidak dapat dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa politik berbuah
dari hasil pemikiran agama agar tercipta kehidupan yang harmonis dan tentram dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Daftar Rujukan
[11] http://ruthmichellee.wordpress.com/2013/04/04/pengertian-tentang-partai-politik//
[12] Max weber,Soiologi(Jakarta:Pustaka Pelajar,2006)57.
[13] http://id.wikipedia.org/wiki/politik (diakses pada 29 September 2013)
[14] DR.H.Inu Kencana,MSi,Ilmu Politik(Jakarta:PT rineka Cipta 2010)
[15] Ibid 45
[16] DR.H.Inu Kencana,MSi,Ilmu Politik(Jakarta:PT rineka Cipta 2010) hal,46
[17] Ibid 46
[18] Zulfi Mubaraq,Sosiologi agama (Malang:Uin-Maliki Press ,2010),87
[19] Zulfi mubaraq,sosiologi agama,hal:87.
[20] Ibid,88.
[21] ibid,88
[22]
Ibid,88
[23] Imam Suprayogo,”Kiai dan Politik di Pedesaan:Sebuah Kajian Tentang Variasi dan Bentuk
Keterlibatan Politik Kiai”dalam Jurnal STAIN (Malang:LP3M.1998),63
[24] Zulfi Mubaraq, Sisiologi Agama, 88.
[25] Ibid,89
[26] Rahmat,Islam Aktual:Refleksi Sosial Seorang Cendikiawan
Muslim(Bandung:Mizan,1992),112
[27] Zulfi, Mubaraq, Sisiologi Agama, 89
[28] Zulfi, Mubaraq, Sisiologi Agama, 89.
[29] Ibid,90
[30] Ishomuddin,Pengantar sosiologi Agama (Jakarta :PT.Ghalia Indonesia-UMM
Press,2002),86
[31] Zulfi, Mubaraq, Sisiologi Agama, 91
[32] Ibid,91
[33]Z ulfi, Mubaraq, Sisiologi Agama, 91.
[34]Ibid,91
[35] . Deliar Noer,”Islam dan Politik”dalam prisma:Jurnal ilmu social dan politik
.(Jakarta:LP3ES,1988) ,19-21.
[36]Zulfi Mubaraq, Konspirasi Politik Elit Tradisional di era Reformasi (Yogyakarta:Aditya
Media,2006),6-8
[37] Ibid, 6-8
[38] Ibid, 6-8
[39] Z ulfi, Mubaraq, Sisiologi Agama, 93.
[40] Ibid,74
[41] Max weber,sosiologi, 93
[42] Ramlan Subarki,Memahami Ilmu Politik (Jakarta:Grasindo,1992) hal 12
[43] Ibid,13
[44] Ibid,14
[45]http://ruthmichellee.wordpress.com/2013/04/04/pengertian-unsur-politik/ (tgl akses 10-12-13
)