A. Latar Belakang
Peraduan argument mengenai politik Islam telah dimulai pada abad klasik
hingga kontemporer. Pembahasan ini tidak hanya dibahas dikalangan muslim saja
melainkan dikalangan Barat. Peraduan argument khususnya dikalangan umat Islam dari
abad klasik hingga sekarang bahwa hubungan antara Islam dan ketatanegaraan atau
politik terdapat tiga aliran.
Pertama, aliran yang menyatakan bahwa Islam bukanlah semata-mata agama
dalam pengertian Barat, yakni hanya menyangkut antara manusia dengan Tuhan,
sebaliknya Islam sebagai agama yang sempurna dengan lengkap mengatur segala aspek
kehidupan manusia termasuk dalam berkehidupan bernegara. Untuk memperkuat
argument ini, mereka mengutip al-Quran sebagai sebagai dasar pemikirannya (principal
source of things), terdapat di dalamnya sejumlah ayat tentang petunjuk (hudan) dan
pedoman umat manusia (the way of life) dalam hidup bermasyarakat. Dalam ayat
tersebut mengajarkan tentang kedudukan manusia di muka bumi dan tentang prinsip-
prinsip kemasyarakatan yang harus diperhatikan, misalnya prinsip-prinsip musyawarah
atau konsultasi, ketaatan kepada pemimpin, keadilan, persamaan, dan kebebasan
beragama.
Kedua, Islam adalah agama dalam pengertian Barat, tidak ada hubungannya
dengan kenegaraan. Menurut mereka nabi Muhammad hanyalah rasul biasa sama
seperti rasul-rasul sebelumnhya, dengan tugas mengajak manusia kembali kepada
kehidupan mulia dengan menjunjung tinggi budi pekerti yang luhur, dan nabi tidak
pernah diutus untuk mendirikan negara.
Ketiga, pendapat yang menolak bahwa Islam adalah agama serba lengkap dan
bahwa dalam Islam terdapat sistem ketatanegaraan. Akan tetapi aliran ini juga menolak
anggapan bahwa dalam Islam adalah agama dalam pengertian Barat yakni tidak terdapat
hubungan antara agama dan ketatanegaraan. Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam
tidak terdapat system ketatanegaraan, akan tetapi terdapat seperangkat dan tata nilai
etika bagi kehidupan bernegara.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Prinsip
Secara etimologi kata prinsip‟ berasal dari bahasa Inggris yaitu principle, yang
berarti prinsip, asar, asas, serta pendirian. Adapun pengertian principle di dalam kamus
Oxford adalah “A fundamental truth or proposition that serves as the foundation for a
system of belief or behaviour or for a chain of reasoning” (Kebenaran atau proposisi
mendasar yang berfungsi sebagai landasan bagi suatu sistem keyakinan atau perilaku
atau untuk rantai penalaran).
Sedangkan pengertian dari kata prinsip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ialah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya);
dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa defensi dari kata prinsip adalah suatu
pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.1
1
Marzuki, Prinsip-Prinsip Politik Islam, Jurnal AL-Harakah, h. 72
3
f. Gotong royong (saling membantu);
g. Membasmi pelanggaran hukum;
h. Menyebarkan sifat-sifat utama;
i. Menerima dan mempergunakan hak milik yang dianugerahkan Tuhan;
j. Meratakan kekayaan kepada seluruh rakyat, tidak boleh menimbunnya;
k. Berbuat kebajikan dan saling menyantuni;
l. Memegang teguh prinsip musyawarah.
a. Syura;
b. Keadilan;
c. Kebebasan;
d. Persamaan ;
e. Pertanggung jawaban pemimpin dan ketaatan umat.
M. Tahir Azhary dalam bukunya Negara Hukum : Suatu Studi tentang Prinsip-
prinsipnya. Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasi Pada Periode Madinah dan
Masa Kini, menyebutkan bahwa dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah terkandung
sembilan prinsip negara hukum, yakni:
4
B. Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Islam
A. Prinsip Persaudaraan
B. Prinsip Persamaan
Semua orang tahu bahwa kedudukan Rasulullah di sisi umat Islam adalah sangat
istimewa dibandingkan dengan yang lain, akan tetapi beliau menyatakan bahwa saya ini
manusia biasa seperti kamu juga cuma kepadaku diberi wehyu. Hal ini menunjukkan
bahwa Nabi memposisikan dirinya sama dengan yang lain dalam pemerintahan di
Madinah. Nabi pun memperlakukan sama setiap manusia berdasarkan petunjuk Allah.
Dalam QS. Al-Hujurat : 11 Allah berfirman:
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu terdiri dari laki-laki
dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku suapaya
kamu saling mengenal (berinteraksi). Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi
5
Allah hanyalah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui dan Maha Memberitakan.”
Dalam pemerintahan yang demokratis tentulah hal ini menjadi prinsip yang
harus ditegakkan secara konsisten karena pemerintahan itu terwujud dari kehendak
rakyat dan diselenggarakan dari rakyat pula. Tidak ada orang yang lebih istimewa dari
yang lain. Kalaupun kemudian pemimpin menempati kedudukan terhormat, itu karena
pemberian orang banyak (rakyat). Karena itu tidak pantas disalahgunakan.
Antara pemimpin dan rakyatnya adalah sama, sehingga tidak pantas berlaku
arogan, seorang pemimpin yang terpilih, bahkan harus berterimakasih kepada rakyat
yang telah menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang pada hakikatnya adalah
pelayan terhadap masyarakat yang dipimpinnya.
6
masing sesuai dengan standar yang adil. Karena itu tidak berlaku nepotisme, gratifikasi
yang dapat membawa penyimpangan dalam pelayanan public bagi seorang pemimpin.3
C. Prinsip Kebebasan
D. Musyawarah
Oleh karena itu dalam mengambil kebijakan politik, beliau senantiasa meminta
pertimbangan penduduk Madunah. Konsultasi yang sangat terbuka di antara mereka dan
kepala negara demi kepentingan bersama senantiasa terjalin dengan baik. Bahkan dalam
banyak hal, nabi bersedia menarik suatu keputusan dan menerima pendapat lainnya
demi menjaga kebersamaan. Bahkan dalam perjanjian Hudaibiya justru nabi rela
mencabut keputusannya dihadapan kafir Quraisy demi terciptanya suatu perdamaian.
3
M. Basir Syam, Kebijakan dan Prinsip Prinsip Kenegaraan Nabi Muhammad Saw Di Madinah (622-632
M), Jurnal KRITIS Sosial Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol. 1, No. 1, Juli 2015 dari website
http://journal.unhas.ac.id/index.php/kritis/article/view/10 diakses pada 28 Maret 2020, h. 169-170
4
Harun, Konstitusi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal SUHUF, Vol. 24, No. 1, Mei 2012 dari website
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/2911/3.%20HARUN.pdf?
sequence=1&isAllowed=y diakses pada 28 Maret 2020, h. 34-35
7
Peristiwa ini bukan hanya menyenangka pihak lawan politiknya, tetapi juga
mengherankan dan mengkhawatirkan sebagian sahabat Nabi. Namun hasilnya sangat
gemilang. Karena dalam gencatan senjata selama 10 tahun itu umat Islam mempunyai
kesempatan menyusun strategi negara dan dakwah yang pada akhirnya dapat
menaklukkan kota Makkah tanpa perlawanan dan tetesan darah.
Musyawarah adalah salah satu perintah Allah dalam al Quran. Perintah ini
terutama berkaitan dengan urusan kehidupan dunia. Hal ini kemudian menjadi pilar
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Terdapat beberapa ayat al Qur’an dan hadits
Nabi yang memerintahkan hal ini. Antara lain surah Ali Imran ayat 159 Allah berfirman
: Artinya:” Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati keras tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam berbagai urusan”.
E. Prinsip Keadilan
Dalam Islam pemimpin yang adil sangat didambakan, hal ini tentu di mana saja
sangat diharapkan. Allah menjanjikan perlindungan kepada pemimpin yang adil suata
saat di mana tidak ada lagi pertindungan selain dari Allah di hari Mahsyar, setelah
5
M. Basir Syam, Ibid, h. 168
8
manusia semua dibangkitkan di padang Mahsyar. Allah menciptakan manusia dan
menghendaki keadilan itu berlaku dalam kehidupan manusia.
Islam menempatkan aspek keadilan pada posisi yang amat tinggi dalam system
perundangundangan. Tiada sistem yang lebih sempurna mengungkapkan hal ini
melainkan dalam Islam. Dalam Al Qur’an disebutkan begitu lengkap tentang keadilan
ini. Banyak ayat menerangkan keadilan ini dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Demikian juga sebaliknya, Islam melarang berbuat curang, aniaya serta mengambil hak
orang lain. Dalam QS. 16 : 90 Allah berfirman:
9
Pertanggungjawaban itu terutama di Akhirat kelak, karena setiap manusia akan
mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya. Tetapi secara sosiologis adalah
amanah itu dari masyarakat yang dipimpin yang memilih atau memberi kesempatan
kepadanya untuk memimpin mengatur mereka agar terwujud kehidupan sosial yang
teratur dan memenuhi harapan mereka untuk hidup makmur dan menikmati pelayanan
yang baik dan adil.
Berbeda dengan konsep sekuler kepercayaan itu semata mata dari masyarakat
yang dipimpin. Oleh karena itu pemimpin harus bertanggung jawab kepada rakyat.
Kelemahannya disini self control sangat lemah karena hanya disandarkan pada diri
semata, rasa malu yang bersifat humanistic. Berbeda dengan konsep Islam, selain
adanya rasa malu, yang melandasi terutama rasa takwa kepada Tuhan yang mendorong
pemimpin itu harus konsisten menjalanka tugasnya dengan baik. Pertanggungjawaban
kepada rakyat hanya ada dalam pemerintahan demokrasi, sedangkan dalam sistem
pemerintahan monarki absolut tidak menjadi tuntutan, karena raja merasa lebih penting
dari rakyat. Mungkin sekali bahwa Nabi Muhammad SAW yang pertama menyatakan
bahwa “Kamu semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin harus mempertanggung
jawabkan kepemimpinannya”.
10
Artinya: ”Taatilah Allah dan Rasulnya dan taatilah pemerintah di antra kamu. Jika
terjadi perselisihan pendapat di antara kamu tentang sesuatu perkara maka
kembalikanlah kepada Allah dan Rasulnya . . .”.
Nabi Muhammad bersabda ”Setiap muslim harus mendengar dan taat kepada
pemimpin, ia menyukai atau tidak, kecuali jika perintah itu untuk melakukan perbuatan
dosa, maka tidak boleh didengar dan dipatuhi”. (HR.Muslim). Islam adalah agama
yang tidak bertentangan dengan akal pikiran yang sehat dan idealis. Oleh karena itu
tidak ada kesulitan seorang muslim yang berpikir sehat untuk mematuhi aturan Allah
SWT. Segala yang dilarang dalam Islam berupa perbuatan keji, kemungkaran, maksiat
dan dosa dapat dimaklumi keburukannya oleh akal manusia.
Dapat dikatakan bahwa semua larangan dalam Islam, seperti minuman keras,
perzinahan, apalagi penganiayaan, pencurian, perampokan hingga pembunuhan telah
dimaklumi keburukannya oleh manusia yang sadar. Oleh karena itu tidak ada kesulitan
seorang pemimpin mematuhi syariat Islam dalam kepemimpinannya. Memang masih
ada masalah yang perlu disosialisasi karena belum siap masyarakat menjalankannya,
tetapi pada akhirnya masyarakat menyadari bahwa segala aturan ilahi pasti akan
membawa manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia secara keseluruhan.6
PENUTUP
6
M. Basir Syam, Ibid, h. 170-172
11
A. Kesimpulan
Prinsip adalah suatu norma atau nilai yang bersifat universal dan disepakati
semua orang. Prinsip-prinsip dasar hukum politik sangat diperlukan dalam rangka
menjalankan sistem ketatanegaraan dalam Islam yang sangat dinamis dan bergerak
dengan cepat. Kesemua prinsip dan nilai hukum politik Islam yang telah dibahas diatas
telah terealisir pada periode negara Madinah dibawah kepemimpinan Rasulullah saw.
sebagaimana terpatri dalam butir-butir pasal Piagam Madinah sebagai suatu kontrak
perjanjian sosial untuk menetapkan persamaan hak dan kewajiban diantara semua
komunitas. Muatan piagam ini menggambarkan hubungan antara Islam dan
ketatanegaraan dan undang-undang yang diletakkan oleh rasul saw, untuk menata
kehidupan sosial-politik masyarakat Madinah yang majemuk.
12
ketentuan Islam akan menambah kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia
bahwa memang Islam dapat mengatur seluruh aspek mulai ekonomi, sosial, militer,
budaya sampai dengan politik.
DAFTAR PUSTAKA
13
Harun, Konstitusi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal SUHUF, Vol. 24, No. 1, Mei 2012 dari
website https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/2911/3.%20HARUN.pdf?
sequence=1&isAllowed=y diakses pada 28 Maret 2020;
Basir Syam. M, Kebijakan dan Prinsip Prinsip Kenegaraan Nabi Muhammad Saw Di Madinah
(622-632 M), Jurnal KRITIS Sosial Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol. 1, No. 1, Juli 2015 dari
website http://journal.unhas.ac.id/index.php/kritis/article/view/10 diakses pada 28 Maret 2020;
Fahmi, Prinsip Dasar Hukum Politik Islam Dalam Perspektif Al-Quran, Jurnal Petita, Volume 2,
Nomor 1, April 2017 ISSN-P: 2502-8006 ISSN-E: 2549-8274, dari website https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/petita/article/view/1814 diakses pada tanggal 25 Maret 2020.
14