Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aqiqah dan Qurban”. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Parung, Februari 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mempelajari agama Islam terutama masalah ibadah ada tuntunan yang
harus diketahui yaitu fiqih ibadah. Sebelum membahas fiqih ibadah dengan lebih
dalam lagi, disini penulis akan memaparkan berbagai hal yang berkaitan dengan
fiqih. Didahului dengan wawasan tentang apa itu fiqih, sumber-sumber hukum
Islam maupun ruang lingkup pembahasan fiqih.

Dari ruang lingkup fiqih yang telah dibahas nanti kami khususkan dengan
pemaparan tentang fiqih ibadah. Sehingga dengan penjelasan bagaimana arti
ibadah dalam Islam maka nantinya akan bisa memahami dan bisa
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Juga syarat bagaimana ibadah itu
bisa diterima, akan memberikan wawasan yang berguna sehingga akan terhindar
dari perbuatan yang disangka ibadah ternyata termasuk yang tidak diterima. Yang
nantinya akan menghindarkan kita dari perbuatan yang sia-sia.

Persoalan ibadah menjadi salah satu bagian atau cabang ilmu fiqih.
Pengembangan suatu ilmu memerlukan proses pengkajian yang intensif atas
berbagai hal yang bersangkutan dengan ilmu tersebut. Demikian juga dengan fiqih
ibadah, tidak terlepas dari proses pengkajian yang teratur dan sistematis. Suatu
ilmu pengetahuan dapat dikatakan berguna bila disertai dengan pengamalan ilmu
tersebut kedalam kehidupan sehari-hari.

Ibadah yang mengantarkan seseorang menjadi manusia terhormat disisi Allah


SWT merupakan yang dibimbing oleh pengetahuan yang memadai tentang ibadah
itu sendiri dan ada tuntunannya dari Rasulullah. Sebagai mahasiswa Sekolah
Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Tulungagung harus mampu menguasai
pengetahuan yang berkenaan dengan ibadah-ibadah pokok dan dapat
mengamalkannya secara baik dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu juga
dituntut mampu membimbing masyarakat muslim nantinya agar berpengetahuan
yang memadai tentang ibadah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP FIQIH DALAM ISLAM.
A. Pengertian Fiqh.
Fiqh secara bahasa berasal dari bahas Arab yakni fakiha-yafkahu-fikhann
yang artinya paham atau tahu benar tentang sesuatu. Pengeertian ini tercermin
pula dalam Al-quran pada surat An-Nisaa : 78
       
“maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan (sedikitpun)” An-Nisaa : 78.
Secara istilah mengandung makna tentang hukum syariat yang berkaitan
dengan perbuatan dan perkataan mukallaf yang diambil dari dalil-dalilnya yang
bersift terperinci, berupa, ijmak dan ijtihad.1
Dengan kata lain ilmu fikiih adalah ilmu yang berusaha memahami
hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad
untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat
akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam. Hasil pemahaman
tentang hukum Islam itu disusun secara sistematis dalam kitabkitab fiqih dan
disbut hukum fiqih.2
B. Ruang Lingkup.
Jika memeperhatikan smber dari kitab Allah, Sunnah dan sumber lainnya
niscaya kita dapati kitab-kitab tersebut terbagi menjadi tujuh bagian yang
kesemuanya membentuk satu undang-undang umum agi kehdupan manusia
baik besifat pribadi maupun bermasyarakat, perinciannya sebagagi berikut :
1. Hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah.
2. Hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan.
3. Hukum yang berkaitan dengan perbuata manusia dan hubungan antara
mereka (muamalah.
4. Hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin .
5. Hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelaku –pelaku kejahatan.

1
Djedjen Zainuddin, 2014, Pendidikan Agama Islam Fiqh, Semarang: PT. Karya Toha Putra, hlm. 4

2
Nurhayati, 2018, memahami konsep syariah, fiqh, hukum dan ushul fiqh, jurnal hukum ekonomi
syariaih, Volume:2 Nomor:2 p-ISSN: 2549-4872, e-ISSN: 2654-4970, hlm 129.
6. Hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya.
7. Hukum yang berkaitan dengan Akhlak.
Secara umumm dikalangan masyarakat dikenal dengan empat topik
pembahasan fiqh yaitu ibadat, muamalat, munakahat dan jinayat.
C. Sumber Fiqh Islam.
1. Al-qur’an. Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk
menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang benderang.
2. As-Sunnah. Yaitu semua yang bersumber dari Rasulullah berupa perkataan,
perbuatan dll.
3. Ijma’. Yakni kesepakatan ulama mujtahid dari umat Muhammad. Dari suau
generasi atas suatu hukum syar’i . jika para ulama sudah bersepakat
terhadap suatu hukum maka itu dikatakan ijma’.
4. Qyas. Yaitu pencocokan perkara yang tidak didpatkan di dalam hukum syari
yang memiliki nas dan sebagainya.
2. Pengurusan Jenazah

A. Sakaratul Maut
Gejala saat mendekati kematian atau ketika manusia akan mengalami kematian
disebut sakaratul maut dengan gejala seperti dinginnya ujung- ujung anggota
badan, rasa lemah, kantuk dan kehilangan kesadaran, dan
hampirtidakdapatmembedakansesuatu.Dikarenakankurangnyapasokan oksigen
dan darah yang mencapai otak, ia menjadi bingung dan berada dalam keadaan
delirium (delirium: gangguan mental yg ditandai olehilusi, halusinasi, ketegangan
otak, dan kegelisahan fisik), dan menelan air liur menjadi lebih sulit, serta
aktivitas bernafas lambat. Penurunan tekanan darah menyebabkan hilangnya
kesadaran, yang mana seseorang merasa lelah dan kepayahan.

B. Proses Pengurusan
Jenazah

1. Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah adalah membersihkan dan menyucikan tubuh mayat dari
segala kotoran dan najis yang melekat dibadanya. Jenazah laki-laki dimandikan
oleh laki-laki, jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan, kecuali suami
istri atau muhrimnya.
2. Mengafani jenazah
Mengafani jenazah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Ketentuan:

a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi


seluruh tubuh.

b. Kain kafan hendaklah berwarnahputih.


c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedangkan perempuan
lima lapis.
d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberiwangi-
wangian.
e. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.

C. Menshalatkan Jenazah

Islam sangat mengedepankan persaudaraan sehingga sekalipun salah satu kerabat kita
sudah meninggal dunia dan sudah dikuburkan akan tetapi nilai persaudaraan itu masih
bisa dirasakan diantaranya perintah agar orang-orang Islam yang masih hidup
memohonkan ampun dan rahmat kepada Allah Swt. bagi yang telah meninggal dunia.

D. Menguburkan Jenazah

Sebelum proses penguburan sebaiknya lubang kubur dipersiapkan


terlebihdahulu,dengankedalamanminimal2meteragarbautubuhyang membusuk tidak
tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya,
secara perlahan jenazah dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat,
dengan dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian kepala dan
kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung.

3. Ketentuan Zakat.
A. Pengertian Zakat.
Secara bahasa (lughat), zakat berarti berkah, tumbuh dan berkembang (al
namaa), kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti
membersihkan atau mensucikan (QS. AtTaubah : 10). Dinamakan zakat
karena, dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang telah diambil
zakatnya dari bahaya. Menurut Ibnu Taimiah, hati dan harta orang yang
membayar zakat tersebut menjad suci dan bersih serta berkembang secara
maknawi. Menurut hukum Islam (istilah syara'), zakat berarti kewajiban atas
harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dan
dalam waktu tertentu. Kewajiban atas sejumlah harta tertentu, berarti zakat
adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran.
Kewajiban tersebut terkena kepada setiap muslim (baligh atau belum, berakal
atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah harta yang sudah memenuhi batas
nisabnya. Kelompok tertentu adalah mustakihin yang terangkum dalam
delapan asnaf. Waktu untuk mengeluarkan zakat adalah ketika sudah berlalu
setahun (haul) untuk zakat emas, perak, perdagangan, ketika panen untuk hasil
tanaman, ketika memperolehnya untuk rikaz dan ketika bulan Ramadhan
sampai sebelum shalat 'Iid untuk zakat fitrah. Hubungan antara pengertian
zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah sangat nyata dan
erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah,
tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik.3
B. Macam-Macam Zakat
Dalam Islam zakat terbagi menjadi dua yakni :
1. Zakat fitrah, yaitu zakat yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim atas
nama dirinya dan yang dibawah tanggung jawabnya, pada penghujung bulan
Ramadhan, sebelum shalat Idul Fitri, bila yang bersangkutan memiliki
kelebihan harta untuk keperluan pada hari itu dan malam harinya. Adapun
kadar yang dibayarkan adalah satu sha’ (kurang lebih 2,2 kilogram [atau
yang biasa digenapkan menjadi 2,5 kilogram] dari bahan pokok setiap
daerah). Menurut sebagian ulama’, zakat fitrah juga bisa ditunaikan dalam
bentuk nilai mata uang seharga kadar zakat tersebut, khususnya jika hal itu
lebih bermanfaat bagi fakir miskin yang menerimanya. Dan karena
keterkaitannya yang lebih kuat dengan diri si pembayar zakat daripada

3
Arif Wibowo, 2015, distribusi Zakat dalam bentuk penyertaan modal bergulir sebagai
accelarator kesetraan kesejahteraan, jurnal ilmu menajemen, vol:12, hlm.29
keterkaitannya dengan harta, zakat ini juga dikenal dengan sebutan zakat
diri (zakatul abdaan).
2. Zakat harta (zakatul amwaal/ zakat maal), ialah zakat yang wajib ditunaikan
atas kepemilikan harta dengan ketentuan-ketentuan khusus terkait dengan
jenis harta, batas nominalnya (nishab), dan kadar zakatnya. Zakat ini disebut
dengan zakat maal karena keterkaitannya yang lebih kuat dengan harta
daripada keterkaitannya dengan diri pemiliknya. Oleh karena itu, syarat-
syaratnya pun lebih banyak yang terkait dengan harta daripada dengan diri
pemiliknya. 4
C. Dasar hukum dan Golongan yang menerima Zakat.
Di antara dalil yang menjadi dasar hukum bagi pendistribusian zakat adalah
Firman Allah Subhanahu wata'ala dalam QS At-Taubah ayat 60 :
      
       
          
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, penguruspengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS At-
Taubah: 60)
Ayat berikutnya adalah dalam Surat Ar-Rum ayat 38:
         
        

“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula)
kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan Itulah yang lebih
baik bagi orangorang yang mencari keridhaan Allah, dan mereka itulah orang-
orang beruntung” ( QS. Ar-Rum: 38)
Adapun dalil dari As-Sunnah atau Hadits adalah sabda Nabi Shalallahu
Alaihi Wassalam dalam sebuah haditsnya yang artinya “Dari Ibnu Abbas ra.
4
Ibid, hlm 30
Bahwasanya Nabi saw. pernah mengutus Muadz ke Yaman , Ibnu Abbas
menyebutkan hadits itu, dan dalam hadits itu beliau bersabda : Sesungguhnya
Allah telah memfardhukan atas mereka sedekah (zakat) harta mereka yang di
ambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-
orang fakir di antara mereka. HR Bukhary dan Muslim, dengan lafadz
Bukhary”.
Ayat dan hadits di atas memberikan tuntunan kepada kita mengenai cara
mengambil zakat dan pendistribusiannya, yaitu diambil dari golongan orang-
orang yang kaya dan diserahkan kepada golongan-golongan yang miskin,
secara rinci orang-orang yang berhak mendapatkan zakat adalah :
1. Orang-orang Faqir. Yaitu orang-orang yang berada dalam kebutuhan dan
tidak mendapatkan apa yang mereka perlukan.
2. Orang-orang Miskin, mereka adalah orang yang mempunyai harta akan
tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Para pengurus zakat. Yaitu para ‘amilin yang mengurus pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
4. Muallaf (orang yang baru masuk Islam). Hal ini bertujuan untuk melunakan
hati mereka agar mereka damai dalam Islam.
5. Untuk memerdekakan budak. Yaitu seseorang pada zaman dulu yang ingin
memerdekakan diri mereka sendiri sebagai budak, atau uang zakat tersebut
diguna-kan untuk memerdekakan budak, hal ini karena Islam menolak
adanya praktek perbudakan.
6. Gharimin (orang-orang yang berhutang). Mereka adalah orangorang yang
pailit dikarenakan perusahaannya bangkrut, tertimpa musibah yang meng-
akibatkan menumpuknya hutang yang harus dibayarkan.
7. Ibnu Sabil (Orang yang dalam perjalanan), yaitu setiap kaum muslimin yang
dalam perjalanan dan kehabisan perbekalan, tentu-nya perjalanan ini bukan
untuk bermaksiat kepada Allah.
8. Fi sabilillah (orang yang berjihad di jalan Allah). Pengertian fi sabilillah
para ulama berpendapat mereka yang sedang berjihad di jalan Allah, namun
tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang sedang berjuang mencari
ilmu atau sekolah yang mempelajari ilmu agama.
Para Ulama telah Ijma' bahwa kedelapan asnaf tersebut adalah para
mustahiq zakat, walaupun dalam pendistribusiannya sebagian ulama ada yang
berpendapat harus dibagikan secara merata seperti Imam Syafi'i namun
sebagian ulama lain berpendapat bahwa zakat tidak harus diberikan kepada
semua asnaf tersebut. Khalifah Umar bin Khatab pada masa pemerintahannya
tidak memberikan zakat kepada muallaf, dan hal ini tidak dipermasalahkan
oleh sahabat Nabi lainnya sehingga menjadi ijma'. Dalam perkembangannya
para mustahiq zakat tersebut mengalami beberapa perubahan dan
pengembangan pemikiran. Sjechul Hadi Permono memberikan beberapa
pengembangan dari para mustahiq zakat, beliau menukil pendapat dari Shawki
Isma’il Shehatah yang menyatakan bahwa bagian untuk fakir miskin dapat
diberikan kepada lembagalembaga yang mengurusi santunan kepada fakir
miskin serta untuk kepentingan umum yang berupa pelayanan umum. Ini
berarti bisa saja dana zakat bagi fakir miskin digunakan untuk membuat balai
pengobatan cuma-cuma ataupun rumah sakit yang dikhususkan bagi kelompok
fakir miskin. Sedangkan mengenai riqab yaitu hamba sahaya karena saat ini
telah tidak ada lagi perbudakan maka untuk asnaf ini bisa dipindahkan kepada
para tawanan perang Muslim atau juga untuk membantu Negara muslim yang
ingin lepas dari perbudakan dan penjajahan Negara lain, hal ini tentu sesuai
dengan makna riqab yang menghilangkan segala bentuk perbudakan.
Sementara makna fi sabilillah dikembangkan oleh Sahri Muhammad dengan
jalan iman dan ilmu / tekhnologi yaitu jalan untuk kemaslahatan agama dan
masyarakat umum. Demikian juga mustahiq-mustahiq zakat yang lain,
walaupun jumlahnya tetap delapan asnaf namun interpretasinya semakin
berkembang.
Begitulah dengan berubahnya waktu ternyata alokasi bagi para mustahiq
zakat berkembang, namun hal ini tidaklah mengurangi manfaat dari zakat
bahkan akan semakin terasa manfaatnya ketika kita bisa memberdayakannya.
Adapun pola penyaluran harta zakat kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dapat digunakan dengan dua cara yaitu Zakat Konsumtif dan
Zakat Produktif
Zakat konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan
perjalanan dan lain-lain. Fungsi ini adalah asal dari fungsi zakat yaitu
memberikan zakat untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti zakat fitrah yang
memang diberikan untuk konsumsi fakir miskin selama hari raya. Dalilnya
adalah firman Allah ta'ala dalam QS Al-Baqarah ayat 273:
         
       
           
 
“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari mintaminta. Kamu
kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada
orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di
jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui”. (QS. Al-Baqarah:
273)
Adapun zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada fakir miskin
berupa modal usaha atau yang lainnya yang digunakan untuk usaha produktif
yang mana hal ini akan meningkatkan taraf hidupnya, dengan harapan seorang
mustahiq akan bisa menjadi muzakki jika dapat menggunakan harta zakat
tersebut untuk usahanya. Hal ini juga pernah dilakukan oleh Nabi, dimana
beliau memberikan harta zakat untuk digunakan shahabatnya sebagai modal
usaha. Hal ini seperti yang disebutkan oleh Didin Hafidhuddin yang berdalil
dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yaitu “ketika Rasulullah
memberikan uang zakat kepada Umar bin Al-Khatab yang bertindak sebagai
amil zakat seraya bersabda: yang maknanya Ambilah dahulu, setelah itu
milikilah (berdayakanlah) dan sedekahkan kepada orang lain dan apa yang
datang kepadamu dari harta semacam ini sedang engkau tidak membutukannya
dan bukan engkau minta, maka ambilah. Dan manamana yang tidak demikian
maka janganlah engkau turutkan nafsumu (HR Muslim).5
4. Ketentuan Haji
A. Pengertian haji

Haji adalah menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk mengerjakan ibadah yang meliputi
thawaf, sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi perintah Allah Swt.
dan mengharap keridlaan-Nya dalam waktu yang telah ditentukan.

B. Hukum Haji

Mengerjakan ibadah haji hukumnya wajib ’ain, sekali seumur hidup bagi setiap muslim
yang telah mukallaf dan mampu melaksanakannya. Firmah Allah Swt :

”Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah , yaitu


(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS. Ali
Imran: 97)

C. Syarat-syarat WajibHaji

1. Beragama Islam, tidak wajib dan tidak sah bagi orangkafir.


2. Berakal, tidak wajib haji bagi orang gila dan orangbodoh
3.Baligh, tidak wajib haji bagi anak-anak., kalau anak-anak mengerjakannya,
hajinya sah sebagai amal sunah, kalau sudah cukup umur atau dewasa wajib
melaksanakannyakembali.
4. Merdeka, tidak wajib haji bagi budak atau hamba sahaya, kalau budak
mengerjakannya, hajinya sah, apabila telah merdeka wajib
melaksanakannya kembali.
5. Kuasaataumampu,tidakwajibbagiorangyangtidakmampu. Baik mampu harta,
kesehatan, maupun aman dalam perjalanan

5
Aab Abdullah, 2013, Strategi Pendayagunaan Zakat Produktif, AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM
DAN PRANATA SOSIAL ISLAM, vol:1 no:1, hlm. 6
D. RukunHaji

1. Ihram, yaitu berniat memulai mengerjakan ibadah haji atau pun umrah,
merupakan pekerjaan pertama sebagaimana takbiratul ihram dalam
shalat.
2. Wuquf dipadang Arafah, yaitu hadir mulai tergelincir matahari (waktu
Dzuhur) tanggal 9 Zulhijjah sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah.

3. Thawaf, thawaf rukun ini disebut thawaf ifadhah. Yaitu, mengelilingi


Ka’bah tujuh kali putaran, dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad, dilakukan
pada hari raya nahar sampai berakhir hari tasyriq.
4. Sa’i, yaitu berlari-lari kecil antara bukit Shafa danMarwah.
5. Tahalul, yaitu mencukur atau menggunting rambut, sekurang-
kurangnya menggunting tiga helai rambut.
6. Tertib, yaitu mendahulukan yang semestinya dahulu dari rukun-rukun
di atas

E. Wajib Haji

1. Berihram sesuai miqatnya,


2. Bermalam di Muzdalifah,
3. Bermalam (mabit) diMina,
4. Melontar JumrahAqabah,
5. Melontar Jumrah Ula, Wustha danAqabah,
6. Menjauhkan diri dari Muharramat Ihram.
7. Thawaf wada’.

F. Miqat Haji
1. Miqat Zamani
Miqat zamani adalah waktu sahnya diselenggarakan pekerjaan- pekerjaan haji. Orang
yang melaksanakan ibadah haji ia harus melaksanakannyapadawaktu-
waktuyangtelahditentukan,tidakdapat dikerjakan pada sembarangwaktu.
2. Miqat makani
Miqat makani adalah tempat memulai ihram bagi orang-orang yang

hendak mengerjakan haji dan umrah.

G. Muharramat Haji dan Dam (denda)

1. Muharramat haji
Muharramat haji ialah perbuatan-perbuatan yang dilarang selama mengerjakan haji.
Meninggalkan haji termasuk wajib haji. Jadi apabila salah satu muharramat itu
dilanggar, wajib atas orang yang melanggarnya membayar dam.

a. Senggama dan pendahuluannya, seperti mencium, menyentuh dengan


syahwat, berbicara tentang sex antara suami dengan isteri, dansebagainya.
b. Memakaipakaianyangberjahitdanmemakaisepatubagilaki-laki.
c. Mengenakan cadar muka dan sarung tangan bagiwanita.
d. Memakai harum-haruman serta minyakrambut.
e. Menutup kepala bagi laki-laki, kecuali karena hajat. Bilaterpaksa
menutup kepala maka ia wajib membayar dam.

f. Melangsungkan akad nikah bagi dirinya atau menikahkan orang lain,


sebagai wali atau wakil.

g. Memotong rambut atau kuku Menghilangkan rambut dengan menggunting,


mencukur, atau memotongnya baik rambut kepala atau lainnya dilarang dalam
keadaan ihram.

h. Sengaja memburu dan membunuh binatang darat atau memakan hasil


buruan.

2. Dam (denda) pelanggaran muharramat haji maupunumrah.


Dam dari segi bahasa berarti darah, sedangkan menerut istilah adalah
mengalirkan darah (menyembelih ternak: kambing, unta atau sapi) di tanah
haram untuk memenuhi ketentuan manasik haji.

H. Sunah Haji

1. MembacaTalbiyah
2. Melaksanakan thawafqudum
3. Membaca salawat dan doa sesudah bacaantalbiyah

I. Macam-Macam Manasik Haji

1. Haji Ifrad

Mengerjakan haji dan umrah dengan cara ifrad adalah mengerjakan haji dan
umrah dengan cara mendahulukan haji daripada umrah dan keduanya
dilaksanakan secara terpisah.

2. Haji Tamattu’

Mengerjakan haji dengan cara tamattu’ adalah mengerjakan haji dan umrah
dengan mendahulukan umrah daripada haji, dan umrah dilakukan pada musim
haji.

3. Haji Qiran

Mengerjakan ibadah haji dengan cara qiran adalah mengerjakan haji


danumrahsekaligus.Jadiamalannyasatu,tetapidenganduaniatyaitu haji dan
umrah. Dengan demikian urutan pelaksanaan qiran pada dasarnya tidak berbeda
dengan haji ifrad.

J. Pengertian, Hukum, dan Waktu Umrah

Menurutpengertianbahasa,umrahberartiziarah.DalampengertianSyar’i, umrah
adalah ziarah ke Ka’bah, thawaf, sa’i, dan memotongrambut.

K. Syarat, rukun, dan wajibumrah

1. Ihram (niat)
2. Thawaf
3. Sa’i
4. Mencukur rambut
5. Tertib antara keempat rukun diatas

L. Prosedur Pelaksanaan Haji diIndonesia


Undang-Undang Nomor 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
danKeputusan Menteri Agama Nomor 224 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah.

5. Kurban dan Akikah.


A. Pengertian kurban dan akikah.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata kurban berarti mempersembahkan
kepada Tuhan (seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada hari raya lebaran
haji) . Kata kurban dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari bahasa Arab.
Dalam penelusuran penulis ditemukan tiga buah kata yang mempunyai pengertian
kurban, yaitu: al-nahr, qurban, dan udhiyah. Kata al-nahr yang berarti kurban hanya
sekali terdapat dalam Alquran dalam surat alKautsar dengan menggunakan bentuk
amr yaitu inhar. Terampil dari kata nahr yang dari segi bahasa berarti dada; sekitar
tempat untuk meletakkan kalung. Jika dikatakan nahrtuhu maka maknanya saya
mengenai dada dalam arti menyembelihnya. Bentuk yang kedua adalah kata kurban,
berasal dari kata qaraba yang berarti dekat, sesuai dengan tujuan ibadah kurban
yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bentuk yang ketiga adalah kata
udhhiyah. Udhhiyah untuk pengertian ibadah kurban dapat ditemukan dalam
beberapa bentuk yaitu udhiyah, idhiyah (dengan bentuk jamaknya udhhahi,
dhahiyah), Adhah (dengan bentuk jamaknya dhahaya), dan adhha.
Kurban secara etimologi yaitu hewan yang dikurbankan atau hewan yang
disembelih pada hari raya Idul Adha. Dalam hal ini penamaan sesuatu (Idul Adha)
dengan nama waktunya yaitu Dhuha (matahari naik sepenggalahan)3 . Karena pada
waktu itulah biasanya ibadah kurban dilaksanakan.
Berikut ini beberapa definisi kurban secara Terminologi yang diajukan beberapa
ahli fikih yaitu
1. Wahbah al-Zuhaili menyatakan kurban adalah menyembelih hewan tertentu
dengan niat mendekatkan diri kepada Allah pada waktu yang telah ditentukan.
Atau binatang ternak yang disembelih guna mendekatkan diri kepada Allah
pada hari-hari Idul Adha.
2. ‘Abd Rahmân al-Jazîrî menyatakan kurban adalah binatang ternak yang
disembelih atau dikurbankan untuk mendekatkan diri kepada Allah pada hari-
hari idul kurban; apakah orang yang melaksanakan ibadah haji ataupun tidak.
Kalangan Malikiyah menyatakan ibadah kurban tidak diperintahkan bagi
mereka yang melaksanakan ibadah haji. Menurut kalangan Malikiyah karena
mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji telah ada pensyari’atan dam
(al-Hadyu).
3. Hasan Ayyûb menyatakan kurban adalah unta, sapi, kambing yang disembelih
pada Idul Adha dan hari-hari tasyrik dengan tujuan unuk mendekatkan diri
kepada Allah.6
Pengertian Aqiqah secara lughawi adalah rambut yang berada pada kepala
bayi, yang sebagian pandangan menganggap najis yang perlu di bersihkan pada masa
umur tujuh hari, ada yang berpendapat sembilan bahkan sebelas hari. Berhubung
hewan sembelihan yang diperuntukkan bagi anak laki-laki berbeda dengan jumlah
yang diperuntukkan bagi anak perempuan. Sebagaimana yang telah menjadi warisan
budaya bagi bangsa arab sebagai latar/utama pelaksanaan syari'at ini, maka
dilakukanlah sembelihan binatang yang bertepatan dengan tujuh hari dari
kelahirannya dan sekaligus dilakukan pencukuran rambut dan pemberian nama bagi
anak yang lahir. Adapun pengertian Aqiqah secara istilah antara lain yang
dikemukakan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Tuhfatul Maudud, bahwa imam
Jauhari berkata: Aqiqah adalah menyembeli hewan pada hari ketujuhnya dan
mencukur rambutnya, selanjutnya Ibnul Qayyim mengatakan dari keterangan
tersebut jelaslah baha aqiqah itu dijelaskan demikian karena mengandung dua
unsure diatas dan ini lebih utama. Selanjutnya Imam Ahmad dan jumhur Ulama
mengatakan bila ditinjau dari segi Syar'I maka yang disebut aqiqah adalah berqurban
atau menyembelih binatang yang halal untuk dimakan sesuai dengan ketentuan
syar'i.7

6
Jayusman, 2102, tinjauan hukum Islam terhadap ibadah kurban kolektif, Al-‘Adalah, Vol:X no:4,
hlm. 439.
7
Nurnaningsih, 2103, Kajian Filoofi Aqiqah dan Udhiyah, jurnal Hukum Diktum, vol:11 no 1, hlm.
112
PENUTUP

Kesimpulan Konsep Fiqh

1. Pengertian fiqih adalah mengetahui sesuatu dan memahami dengan baik mengenai
hukum-hukum syara’ yang bersifat ‘amaliah yang dikaji dari dalil-dalilnya yang terinci.

2. Sumber hukum Islam ada tiga yaitu Al-Qur’an, Al-Sunnah (Hadits) dan Ijma’ .

3. Ruang lingkup fiqih terbagi dalam dua kategori yaitu:

Fiqih ibadah, yang berkaitan dengan aktifitas hubungan seorang hamba dengan
Tuhannya.

Fiqih muamalah, yang berkaitan dengan aktifitas hubungan antar manusia atau
masyarakat luas.

4. Pengertian fiqih ibadah adalah mengetahui ketentuan-ketentuan hukum yang


berkaitan dengan penghambaan seorang mukallaf kepada Allah sebagai Tuhannya,
sebagai hasil penelaahan yang mendalam terhadap dalil-dalil tafsir yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

2. Kesimpulan Pengurusan Jenazah

Penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:


a. Memandikan

b. Mengkafani

c. Menshalatkan

d. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:

a. Memperoleh pahala yang besar.

b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.

c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa


atas musibah yang dideritanya.

d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut
aturan Allah SWT dan RasulNya.

3. Kesimpulan Ketentuan Zakat

Zakat dibagi menjadi 2, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah merupakan zakat
yang dikeluarkan umat Islam pada sebagian bulan Ramadhan dan sebagian bulan Syawal
untuk mensucikan jiwa. Sedangkan zakat mal adalah zakat harta yang dimiliki seseorang
karena sudah mencapai nisabnya.

Hukum mengeluarkan zakat adalah wajib.

Yang dibayarkan zakat fitrah yaitu berupa makanan pokok sebesar 3,1 liter atau 2,5 kg
atau bisa juga dibayarkan dengan uang senilai makanan pokok yang harus dibayarkan.
Sedangkan yang dibayarkan zakat mal berupa binatang ternak, emas dan perak, biji-
bijian dan buah-buahan, rikaz, dan hasil tambang.

Syarat wajib zakat fitrah adalah beragama Islam, lahir dan hidup sebelum terbenam
matahari pada hari penghabisan bulan Ramadhan, dan mempunyai persediaan makanan
untuk dirinya sendiri dan yang wajib dinafkahi, baik manusia atau binatang, pada malam
hari raya dan siang harinya. Dan syarat wajib zakat mal adalah Islam, merdeka, hak milik
sempurna, sampai nisab, dan masa memiliki sampai satu tahun.

Zakat mal waktunya tidak ditentukan, sedangkan zakat fitrah dibagi menjadi 5, yaitu
waktu mubah, wajib, sunah, makruh dan waktu haram.

Orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu orang fakir, orang miskin, amil, muallaf,
hamba sahaya, orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil. Sedangkan yang tidak
berhak menerima zakat yaitu orang kafir, orang atheis, keluarga Bani Hasyim dan Bani
Muttalib, dan ayah, anak, kakek, nenek, ibu, cucu, dan isteri yang menjadi tanggungan
orang yang berzakat.

Manfaat zakat dalam kehiupan adalah menolong orang yang lemah dan menderita(jika
zakat fitrah, pada saat Idul Fitri), agar dia dapat menunaikan kewajibannya terhadap
Allah dan terhadap makhluk-Nya, membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang
tercela serta mendidik diri agar memiliki sifat mulia dan pemurah, ungkapan rasa syukur
kepada Allah atas rizki yang telah diberikan kepada kita, menjaga kejahatan-kejahatan
yang dimungkinkan timbul dari si miskin, mendekatkan hubungan kasih sayang dan
saling mencintai antara si kaya dan si miskin, dan menggapai berkah, tambahan dan
ganti dari Allah SWT.

Kesimpulan Haji & Umrah

Haji adalah suatu kewajiban bagi setiap mukmin yang mampu untuk mengunjungi
Baitullah di Mekah, sekali dalam seumur hidup.

Syarat-syarat Haji : Islam, Baligh, Merdeka, dan Mampu

Rukun Haji : Ihram, Wukuf di Arafah, Thawaf, Sa’I, Tahalul, dan Tertib
Wajib Haji : Ihram dari miqat, bermalam di Muzdalifah dan Mina, melontar Jumrah
Aqabah, melontar 3 jumrah (ula, wustha, aqabah), menjauhkan diri dari dari larangan-
laranganya dan Thawaf Wada’.

Ada 3 cara melaksanakan Haji yaitu, Tammatu’, Ifrad, dan Qiran

Larangan bagi yang berihram :

a. Laki-laki dilarang memakai pakaian berjahit,dan penutup kepala

b. Bagi wanita dilarang menutup muka dan telapak tangan

c. Laki dan Wanita dilarang memakai parfum, minyak rambut, dan mencukur rambut

d. Dilarang nikah dan menikahkan atau menjadi wali aqad nikah

e. Dilarang bersetubuh

f. Dilarang membunuh binatang darat

Dam (denda), menurut arti darah, tapi menurut istilah adalah menyembelih binatang
ternak sebagai denda karena melanggar larangan-larangan haji atau meninggalkan wajib
haji

Umrah adalah ziarah ke Makkah dengan memenuhi syarat dan rukunnya.

Hikmah Haji dan Umrah adalah menumbuhkan jiwa tauhid tinggi, membentuk sikap
mental dan akhlaq yang mulia, dan Ukhuwah Islamiyah.

Kesimpulan Qurban & Aqiqah

Hukum qurban dan aqiqah ini sunah, tetapi sunah muakadah (sunah yang amat
dianjurkan untuk dilaksanakan) bagi orang-orang yang mampu. Ibadah qurban dan
aqiqah ini selain besar pahalanya di sisi Allah Swt. Juga sangat erat kaitannya dengan
aspek kemanusiaan Khusus untuk akikah hanya dianjurkan satu kali seumur hidup.
Qurban berarti menyembelih hewan pada hari raya idul Adha dan hari tasyrik, yaitu
tanggal 11,12 dan 13 Zulhijjah dengan maksud beribadah kepada Allah Swt. Sedangkan
aqiqah adalah menyembelih hewan sebagai rasa syukur kepada Allah atas kelahiran
anak. Penyembelihan hewan aqiqah ini disertai dengan pencukuran rambut anak dan
pemberian nama jika dilaksanakan sebelum diberikan nama.

Anda mungkin juga menyukai