Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAK CIPTA, PATEN, DAN MEREK DALAM PRODUK


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kreativitas, Inovasi, dan Kewirausahaan
Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Teguh Arie Sandy, M.Pd.

Disusun Oleh :
Alexander Satria Eka. P (22105241051)
Yowana Lokendra (22105244004)
Hammam Fahlevi (22105244005)
Moh Reza Syah Pahlevi (22105244016)
Hanggraeni Suci Wulandari (22105244039)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan karunia dan
nikmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hak Cipta,
Paten dan Merek” .

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Teguh Arie Sandy, M.Pd. selaku
dosen Mata Kuliah Kreativitas, Inovasi, dan Kewirausahaan Teknologi Pendidikan serta
rekan kelompok yang telah berkontribusi serta semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tujuan dari pada dibuatkan makalah ini guna
memahami mengenai Desain Pesan Pembelajaran, serta dengan adanya tugas ini menjadikan
kami lebih memahami dan mengerti.

Selaku penyusun, kami kira bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari makalah
ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat kami terima agar kami dapat
menjadikan lebih baik lagi. Semoga makalah dengan “Hak Cipta, Paten dan Merek” ini dapat
bermanfaat.

Yogyakarta, 21 September 2023

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak kekayaan intelektual pada pembangunan di Indonesia sangatlah penting,
di mana hak ini dilindungi yang berupa hak cipta, hak paten, merek, lisensi maupun
desain industri. UU No.6 tahun 1982 merupakan Undang-undang yang melindungi
karya cipta dan telah diundangkan hingga Undang-undang terbaru tentang hak cipta
yaitu UU No.10 tahun 2022, mulai berlaku 12 bulan sejak diundangkan.
Tidak hanya hak cipta, menurut UU No.6 tahun 1989 paten merupakan hak
khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil temuan di bidang teknologi
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri untuk memberikan persetujuannya
kepada orang lain untuk melakukannya. Hal tersebut menjadi invensi di bidang
teknologi (hak paten) dan kreasi terkait penggabungan antara unsur bentuk, warna,
garis pada desain produk industri.
Selain itu, tanda tangan yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan jasa
(merek) pun perlu diakui dan dilindungi di bawah perlindungan hukum. Dengan kata
lain HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) yang perlu didokumentasikan agar
dihasilkannya teknologi atau karya baru yang sama sehingga dapat dihindari atau
dicegah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hak Cipta, Paten, dan Merek?
2. Apa saja jenis Hak Cipta, Paten, dan Merek?
3. Apa saja prinsip dasar Hak Cipta, Paten, dan Merek?
4. Apa saja manfaat Hak Cipta, Paten dan Merek?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Hak Cipta, Paten, dan Merek
2. Memahami macam-macam jenis pada Hak Cipta, Paten, dan Merek
3. Memahami prinsip yang berada dalam Hak Cipta, Paten, dan Merek
4. Mengetahui manfaat dari Hak Cipta, Paten dan Merek

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Hak Cipta
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Hak Paten
Paten adalah hak eksklusif inventor atas invensi di bidang teknologi untuk
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuan
kepada pihak lain untuk melaksanakan invensinya.
● Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk
atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses.
● Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara
bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan
yang menghasilkan Invensi
3. Hak Merek
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,
logo,nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi
dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau
lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi
oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau
jasa.
B. Jenis-jenis
1. Jenis Hak Cipta
Menurut UU No. 28 tahun 2014 pada pasal 4 Hak Cipta merupakan hak
ekslusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Hak Moral merupakan
hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:
a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;
c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan
e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi
Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan
diri atau reputasinya.

Hak moral tidak dapat dialihkan selama Pencipta masih hidup, tetapi
pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meninggal
dunia. Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral, penerima dapat
melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau
penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
memiliki hak ekonomi untuk melakukan:
a. penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
c. penerjemahan Ciptaan;
d. pengadaplasian, pengaransemenan, pentransformasian Ciptaan;
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
f. Pertunjukan Ciptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. penyewaan Ciptaan.

Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin


Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan
Secara Komersial Ciptaan. Hak ekonomi memiliki batas waktu perlindungan
yang berbeda, tergantung dari jenis ciptaannya, sebagaimana diatur pada Pasal
58-60 UU Hak Cipta seperti berikut ini:

a. Ciptaan dengan Hak Cipta Seumur Hidup ditambah 70


Tahun.Perlindungan atas ciptaan yang tercantum dalam Pasal 58 ayat (1)
UU Hak Cipta berlangsung selama pencipta hidup dan akan berlangsung
selama 70 tahun setelah pencipta meninggal. Ciptaan tersebut diantaranya:
● Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
● Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
● Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
● Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
● Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
● Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
● Karya arsitektur;
● Peta; dan
● Karya seni batik atau seni motif lain

b. Ciptaan dengan Hak Cipta selama 50 Tahun. Tercantum dalam Pasal 59


ayat (1) UU Hak Cipta menyebutkan jenis ciptaan yang perlindungannya
berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman, antara
lain adalah:
● Karya fotografi;
● Potret;
● Karya sinematografi;
● Permainan video;
● Program Komputer;
● Perwajahan karya tulis;
● Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
● Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
● Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer atau media lainnya; dan
● Kompilasi ekspresi budaya tradisional

c. Ciptaan dengan Hak Cipta selama 25 Tahun


Pasal 59 Ayat 2 UU Hak Cipta menjelaskan ciptaan berupa karya seni terapan
berlaku selama 25 tahun. Di mana, perlindungan hak cipta berlaku sejak
pertama kali dilakukan pengumuman atas hak tersebut.

d. Ciptaan dengan Hak Cipta Tanpa Batas Waktu


Khusus untuk ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh negara, maka
perlindungan atas hak cipta akan berlaku tanpa batas waktu.

2. Jenis Hak Paten


Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001, paten dapat dibedakan dalam 2
(dua) jenis, yaitu :
a. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi yang untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuan kepada pihak
lain untuk melaksanakannya (Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 14
Tahun 2001). Bentuk invensi yang dilindungi harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
● Baru, memiliki unsur yang memang belum pernah ada sebelumnya.
Bukan sekedar baru ditemukan, tapi memang tidak ada temuan serupa
sebelumnya.
● Mengandung langkah inventif, invensi memiliki hal yang tidak dapat
diduga sebelumnya bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu
di bidang teknik
● Dapat diterapkan dalam industri, sehingga bisa diproduksi oleh industri
dan dimanfaatkan secara luas.
b. Paten Sederhana adalah setiap invensi berupa produk atau alat yang baru
dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk,
konfigurasi, konstruksi, atau komponennya dapat memperoleh
perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana (Pasal 6 Undang
Undang Nomor 14 Tahun 2001). Bentuk invensi yang dilindungi
memenuhi kriteria sebagai berikut:
● Baru.
● Pengembangan dari produk atau proses yang sudah ada.
● Memiliki kegunaan praktis.
● Dapat diterapkan dalam industri.

Dari penjelasan tersebut maka bisa dipahami bahwa paten ditujukan untuk
invensi yang kompleks dan rumit. Sementara untuk paten sederhana ditujukan
untuk invensi yang memang lebih sederhana.

Antara kedua jenis paten tersebut memiliki beberapa perbedaan diantaranya :

1. Objek Perlindungan
Perbedaan yang pertama bisa dilihat dari objek atau jenis objek yang
dilindungi dimana keduanya memang berbeda. Pada paten biasa, objek yang
dilindungi mencakup temuan dalam bentuk produk dan proses. Adapun yang
dimaksud temuan berbentuk produk adalah temuan yang memang memiliki
fisik dan siap digunakan di industri atau masyarakat. Sementara untuk proses,
bisa dalam bentuk suatu sistem. Misalnya sistem manajemen PT Y secara
online dan terintegrasi. Sehingga temuan dalam bentuk proses bisa dilindungi
dengan paten.

Pada paten sederhana, objek yang dilindungi pada dasarnya sama, yakni
produk dan proses, hanya saja dalam versi lebih sederhana. Misalnya, dosen
A dalam penelitian menemukan alat pemarut kelapa otomatis. Temuan ini
lebih cocok masuk ke paten sederhana karena memenuhi kriteria invensi
sesuai ketentuan. Semakin sederhana suatu temuan maka semakin masuk
kriteria ke paten sederhana, begitu juga sebaliknya.

2. Masa Pengajuan
Perbedaan paten dan paten sederhana juga terletak pada masa pengajuan,
lebih tepat seberapa lama prosesnya. Pada paten biasa, proses pendaftaran
sampai hak paten dirilis dalam bentuk sertifikat membutuhkan waktu 18
bulan. Setelah 6 bulan menerima sertifikat, inventor baru bisa mengumumkan
invensinya ke publik. Sedangkan untuk paten sederhana masa tunggunya
lebih singkat yakni 14 hari setelah pendaftaran dilakukan inventor. Proses
lama karena memang ada tahapan panjang untuk memastikan invensi yang
didaftarkan memenuhi kriteria dan benar-benar baru.

3. Persyaratan Patentabilitas
Perbedaan paten dan paten sederhana juga mencakup persyaratan
patentabilitas. Adapun yang dimaksud patentabilitas disini adalah berkaitan
dengan invensi, dimana harus memenuhi syarat untuk mendapatkan paten.
Adapun syarat invensi untuk memperoleh paten adalah baru, mengandung
langkah inventif, dan bisa diterapkan dalam industri. Sementara paten
sederhana patentabilitasnya adalah baru, pengembangan dari produk atau
proses yang sudah ada, memiliki kegunaan praktis, dapat diterapkan dalam
industri.

4. Jangka Waktu Perlindungan


Secara umum perlindungan dalam bentuk paten memang terbatas, tidak
berlaku seumur hidup. Sehingga berbeda dengan Hak Cipta pada karya
tertentu. Pada dua jenis paten ini juga memiliki masa perlindungan yang
berbeda. Paten biasa memiliki masa perlindungan 20 tahun, sementara paten
sederhana memiliki masa perlindungan 10 tahun saja.

Jika masa perlindungan hak paten telah berakhir maka otomatis akan menjadi
hak publik. Sehingga bisa digunakan, dimanfaatkan, dan diproduksi massal
tanpa perlu lisensi. Aturan mengenai masa berlaku paten dimaksudkan agar
tidak ada pihak yang secara terus menerus dapat mengontrol seluruh industri
sehingga dikhawatirkan dapat merugikan masyarakat dan sistem perdagangan.

3. Jenis Hak Merek


Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 merek dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Merek Dagang
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya (Pasal 1 Ayat
2 UU Merek No. 20 Tahun 2016). Sehingga merek dagang berdasarkan pasal
tersebut dikhususkan untuk produk berupa barang yang dipasarkan.

b. Merek Jasa
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa sejenis lainnya (Pasal 1 Ayat 3 UU Merek No. 20
Tahun 2016). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa merek jasa
dikhususkan untuk jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan usahanya.

c. Merek Kolektif
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa
dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang
atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang
atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang
dan/atau jasa sejenis lainnya (Pasal 1 Ayat 4 UU Merek No. 20 Tahun 2016).

Untuk merek kolektif ini, terdapat ketentuan khusus jika ingin didaftarkan.
Ketentuan mengenai merek kolektif diatur dalam Pasal 46 hingga Pasal 51 UU
Merek No. 20 Tahun 2016.

C. Prinsip-prinsip

1. Prinsip dasar paten


Terdapat prinsip-prinsip dasar dalam perolehan paten Adapun prinsip-prinsip
dasar paten dapat dijelaskan sebagai berikut: Paten merupakan hak khusus yang
diberikan Negara kepada penemu atas hasil temuannya di bidang teknologi untuk
selama waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri temuannya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya (UU No.6
Tahun 1989). Karena hak khusus ini pula pada awalnya paten, seperti halnya hak
cipta, sering dianggap sebagai bagian dari paham individualisme. Paten diberikan
negara berdasarkan permohonan Permintaan paten diajukan oleh penemu atau calon
pemegang paten berupa permintaan pendaftaran ke kantor paten. Bila tidak ada
permintaan maka tidak ada paten. Hanya penemu atau yang menerima lebih lanjut hak
penemu yang berhak memperoleh paten Paten diberikan untuk satu penemuan; Setiap
permintaan paten hanya untuk satu penemuan atau tepatnya satu penemuan tidak
dapat dimintakan lebih dari satu paten. Penemuan harus baru, langkah inventif, dan
dapat diterapkan dalam industri. Penemuan tersebut dapat berupa proses maupun
produk yang dipatenkan. Paten dapat dialihkan; seperti halnya hak cipta dan hak milik
perseorangan lainnya paten juga dapat dialihkan kepada orang atau pihak lain, yang
menurut Pasal 66 UU Paten paten dapat beralih untuk selruhnya ataupun sebagian.
Paten dapat dibatalkan dan dapat batal demi hukum; Paten yang telah diberikan
terhadap suatu penemuan dapat dibatalkan berdasarkan pengajuan gugatan, baik oleh
pihakpihak tertentu lain melalui Pengadilan Niaga maupun oleh pihak-pihak tertentu
karena hal-hal tertentu, seperti yang diatur dalam Pasal 91 UU Paten. Selain itu paten
dapat dinyatakan batal demi hukum oleh kantor paten apabila pemegang paten tidak
memenuhi kewajibannya membayar biaya-biaya tahunan dalam jayat waktu yang
telah ditentukan Pasal 88 UU Paten. Paten berkaitan dengan kepentingan umum.
Paten berkaitan dengan kepentingan nasional. Paten sangat berkaitan erat dengan
bidang teknologi, yang menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan masa
depan bangsa dan negara. Untuk itu negara mempunyai peran yang luas dan penting
untuk mengatur paten. salah satu satunya melalui peraturan perundang-undangan.
Pasal 17 UU Paten mengenai hak pemegang paten untuk melaksanakan paten
sesungguhnya dapat dilihat dari dua sudut kepentingan, yaitu hak pemegang paten itu
sendiri dan kepentingan nasional atau pemerintah sebagai pembuat peraturan. Pasal
71 UU Paten memuat ketentuan mengenai pelarangan pencantuman atau pemuatan
dalam suatu perjanjian paten hal-hal yang dapat merugikan kepenrtingan nasional atau
membatasi kemampuan Indonesia untuk menguasai teknologi.

2. Prinsip dasar merek


perlindungan merek diprioritaskan kepada pihak yang paling dahulu mendaftar (first
to file) kecuali ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Hal ini perlu
dicermati para pelaku bisnis untuk tidak terlena mendaftarkan merek sebagai salah
satu prioritas awal saat memulai usaha daripada akan mengalami permasalahan merek
di kemudian hari yang akan berdampak pada kelangsungan usahanya. Tidak sedikit
kasus sengketa merek terjadi karena permasalahan pada titik pokok kebaruan sebuah
etiket merek

Tidak sedikit permohonan merek ditolak atau permohonan merek dianggap meniru
karena memuat unsur persamaan pada pokoknya pada bentuk, cara penempatan, cara
penulisan atau kombinasi antara unsur, maupun persamaan bunyi ucapan dengan
merek terdaftar yang sudah ada khususnya pada kelas yang sama atau menyerupai
merek terkenal. Oleh karena itu, pelaku usaha atau pemohon merek saat akan
mendaftarkan merek, dianjurkan untuk melakukan penelusuran merek yang sudah
terdaftar sehingga potensi membuat kebaruan masih relatif besarDengan demikian,
maka akan mengurangi risiko permohonan merek ditolak oleh pemeriksa merek dari
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Penelusuran kebaruan yang
dilakukan sejak awal membuat etiket merek sebelum pendaftaran juga akan
memperkaya inspirasi ide terkait unsur-unsur merek yang sudah didaftar sehingga
akan memberikan kesempatan pemohon merek yang baru untuk membuat modifikasi,
mengembangkan merek dengan unsur yang unik (memiliki daya pembeda) namun
tetap menarik dan mudah dipahami oleh konsumen.

Teknik penelusuran merek disamping membutuhkan pengetahuan hukum seputar


merek juga jam terbang dan skill mumpuni dalam menganalisis kebaruan sebuah
ajuan merek. Rumah Paten dengan dukungan sumber daya manusia khususnya di
bidang analisis hak kekayaan intelektual yang teruji secara kompetensi dan
pengalaman, akan menjadi solusi yang tepat bagi pelaku bisnis yang hendak
memperoleh perlindungan merek

D. Manfaat
Adapun Manfaat hak cipta, hak paten, dan hak merek adalah sebagai berikut:
● Meningkatkan kreativitas dan inovasi
● Hak cipta, hak paten, dan hak merek dapat mendorong kreativitas dan inovasi
karena pemiliknya memiliki perlindungan hukum atas ciptaan, invensi, atau
mereknya.
● Meningkatkan nilai ekonomi
● Ciptaan, invensi, dan merek yang dilindungi hak cipta, hak paten, dan hak merek
dapat meningkatkan nilai ekonomi karena memiliki nilai jual.
● Meningkatkan persaingan yang sehat
● Hak cipta, hak paten, dan hak merek dapat mendorong persaingan yang sehat
karena melindungi hak kekayaan intelektual setiap orang.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dalam menghadapi dunia yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat,
pemahaman yang baik tentang hak cipta, hak paten, dan hak merek sangat penting. Ini
tidak hanya memengaruhi individu dan perusahaan dalam melindungi karya dan
inovasi mereka, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada perekonomian dan
perkembangan teknologi suatu negara. Hak cipta memberikan kepastian kepada
pencipta dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat ekonomi dari karyanya,
sementara hak paten mendorong inventor untuk terus mengembangkan teknologi baru
yang bermanfaat bagi masyarakat. Hak merek, di sisi lain, membantu konsumen
dalam mengidentifikasi dan memilih produk dan jasa yang mereka percayai.
Pentingnya memahami perbedaan dan prinsip-prinsip dasar dalam hak cipta, hak
paten, dan hak merek tidak hanya relevan bagi individu yang terlibat dalam industri
kreatif, teknologi, dan bisnis, tetapi juga bagi masyarakat umum yang menggunakan
produk dan jasa sehari-hari. Kemudian saran yang dapat diberikan adalah dengan
meningkatkan edukasi publik mengenai hak cipta, hak paten, dan hak merek,
memberikan akses lebih mudah kepada layanan pendampingan hukum untuk individu
dan perusahaan yang membutuhkannya, serta terus mendorong inovasi di bidang
teknologi dan kreativitas dengan memberikan insentif kepada inventor dan pencipta.
Hal ini akan mendukung perlindungan hak-hak intelektual dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli Makkawaru. (2021). Hak kekayaan intelektual seri hak cipta, paten, dan
merek.

Audiya, A. A. (2019). Jenis-Jenis Paten dan Jangka Waktu Perlindungan Paten.


Section Class Content Via OSF Preprints, 18.

Indonesia, P. R. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2014


tentang Hak Cipta. Kementerian Sekretariat Negara RI, (1), 1–84.

Indonesia, P. R. (2001). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2001


tentang Paten. Kementerian Sekretariat Negara RI, (1), 1–74.

Indonesia, P. R. (2016). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2016


tentang Merek dan Indikasi Geografis. Kementerian Sekretariat Negara RI, (1), 1–54.

Anda mungkin juga menyukai