Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Nama : Dinda Nurhidayah
NIM : D1A021018
Prodi/Kelas : Ilmu Hukum/A1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penugasan untuk Ujian Tengah
Semester yang dalam bentuk makalah ini tepat pada waktunya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
TENTANG ISTIDROJ................................................................................1
iii
PENGERTIAN, KONSEP SERTA DALIL DALIL
TENTANG ISTIDRAJ
Istidraj diambil dari kata 'daraja' (bahasa Arab) yang berarti naik satu
tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun, lebih dikenal sebagai istilah azab yang
berupa kenikmatan. Istidraj adalah nikmat yang diberikan Allah kepada orang-
orang yang membangkang terhadap-Nya. Ini merupakan hukuman dari Allah agar
orang tersebut terus terjerumus dalam kesesatan.
Ayat tentang Istidraj juga terdapat pada Surat Al-A’raf ayat 182.
1
Artinya: Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti
Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan),
dengan cara yang tidak mereka ketahui.
Ayat ini ditafsirkan oleh Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ Li’
Ahkami sebagai pesan tersirat bahwa Allah akan menghukum hamba-Nya yang
durhaka dan maksiat dengan cara istidraj. Ia mengatakan bahwa saat orang
melakukan kemaksiatan, seketika itu pula Allah memberikan mereka nikmat
sebagai hukuman. Allah SWT berfirman bahwa orang yang mendustakan ayat-
ayat-Nya akan dibinasakan, yaitu dibinasakan dengan cara istidraj.
ِ إِ َذا َرأَيْتَ هللاَ تَ َعˆˆالَى يُ ْع ِطي ْال َع ْب ˆ َد ِمنَ ال ˆ ُّد ْنيَا َمˆˆا يُ ِحبُّ َوهُ ˆ َو ُمقِي ٌم َعلَى َم َع
ُاص ˆ ْي ِه فَإِنَّ َمˆˆا َذلِˆˆكَ ِمن ˆه
ا ْستِ ْد َرا ٌج
Artinya: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara)
dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-
Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang
disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).
Perihal ini Syekh Zarruq berkata, ‘Wahai para murid, takutlah pada
karunia-Nya untukmu berupa kesehatan, kelapangan, kucuran deras rezeki, dan
aliran deras kekuatan baik material maupun spiritual di tengah kedurhakaanmu
terhadap-Nya berupa kelalaian dan keteledoran,’” (Lihat Syekh Ibnu Ajibah,
Iqazhul Himam fi Syarhil Hikam, Beirut, Darul Fikr, halaman 101).
2
Orang yang terjaga mata batinnya selalu waspada dan khawatir atas
penambahan nikmat dari Allah berupa harta, jabatan, status, eksistensi, dan lain
sebagainya. Mereka khawatir nikmat itu merupakan istidraj dari Allah karena
kerap lalai bersyukur atas nikmat itu. Kekhawatiran ini merupakan sifat orang-
orang beriman.
“Takut pada ujian melalui nikmat Allah adalah sifat orang beriman.
Tidak takut pada ujian kenikmatan di tengah kedurhakaan adalah sifat orang kafir.
Sebagian ulama mengatakan, tanda-tanda istidraj adalah durhaka kepada Allah,
terperdaya dengan ketenangan waktu, mengandung penundaan siksa atas
kewajiban sampai pada-Nya. Ini adalah tipudaya tersembunyi. Allah berfirman,
‘Kami memperdayakan mereka dari jalan yang mereka tak ketahui,’ maksudnya
tanpa mereka sadari. Syekh Ibnu Athaillah berkata, ‘Setiap kali mereka
bermaksiat, Kami perbarui nikmat untuk mereka dan kami membuat mereka lupa
pada istighfar atas maksiat tersebut,’” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam,
Indonesia, Maktabah Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, halaman 51).
Istidraj harus selalu diwaspadai oleh setiap muslim karena keadaan ini
bisa mengelabui. Kita bisa terpedaya dengan segala nikmat yang diterima
sehingga bisa jadi kita lupa kalau semua itu berasal dari Allah.
Dari Uqbah bin Amir, Rasulullah saw bersabda, "Bila kamu melihat
Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia
terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu
adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR.
Ahmad).
3
banyaknya. Akan tetapi, ia terpedaya dengan harta tersebut hingga akhirnya ia
mendapat hukuman dari Allah dan seluruh hartanya ditelan bumi. Istidraj ini
sangat berbahaya sampai-sampai Sahabat Umar bin Khathab pernah berdoa agar
dijauhkan dari istidraj.
Disamping hal tersebut, terdapat pula pada manusia maksiat batin yang
lebih berbahaya karena ia tidak kelihatan dan kurang diperhatikan serta lebih
sukar dihilangkan. Maksiat ini merupakan pendorong dari maksiat lahir. Selama
maksiat batin ini belum dilenyapkan, maksiat lahir tidak bisa dihindarkan dari
manusia. Allah SWT memperingatkan agar manusia membersihkan jiwanya atau
hatinya dari segala kekotoran, yakni sifat-sifat tercela yang melekat di hati, karena
kebersihan jiwa atau kemurnian hati itu merupakan syarat kebahagiaan manusia di
dunia dan di akhirat. (Asmaran As, 2002: 186)
Allah SWT berfirman dalam Surat al-A’raf ayat 182 yang artinya :
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (kearah kebinasaan), dengan cara yang tidak
mereka ketahui."
Ayat ini juga merupakan salah satu dari ayat al-Qur’an yang
menyebutkan lafaz istidraj. Istidrajdalam ayat di atas mempunyai makna, bahwa
akibat orang yang mendustakan ayat-ayat Allah akan diberlakukan istidraj atau
ditipu oleh-Nya, dan akan mendapat siksaan yang amat berbahaya. Ayat ini
menginformasikan dari al-Qur’an tentang salah satu cara Allah menyiksa para
pembangkang-Nya yaitu dengan mencurahkan kenikmatan kepada mereka,
sehingga mereka bergelimang di dalamnya dan mereka lupa akan kesesatannya.
Keadaan inilah yang disebut istidraj.
4
Rasulullah SAW mengingatkan, “Jika kamu melihat Allah memberikan
kemewahan dunia kepada seseorang yang suka melanggar perintah-Nya, maka itu
adalah istidraj.” (HR. Ahmad). (Jalaluddin as-Suyuti, Jilid. I:26)
5
maksiat. Dari sinilah penulis tertarik untuk membahas penafsiran Imam al-
Qurthubi mengenai istidraj. (Al-Qurthubi, 2005: 2765)
Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak
mengindahkan ajaran Islam sebagai sebuah istidraj.
Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan
apa yang diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati
kesenangan duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi
di kalangan manusia, namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa
empati pada orang lain, jauh dari masjid dan jauh dari majelis ilmu.
6
Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai.
Qatadah berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba
adalah urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan
di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam
kesenangan.
Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa).
Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut
telah terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan,
siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan
ujian baginya, maka dia terperdaya. Sama halnya seorang yang disempitkan oleh
Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia
juga terperdaya.
7
DALIL DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN, SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG
ALLAH KEPADA HAMBANYA
8
disempurnakannya pada hari Kiamat'' (HR Imam Ahmad, At Turmidzi, Hakim,
Ath Thabrani, dan Baihaqi).
Suatu ketika seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita yang
disangkanya pelacur. Dengan usil, lelaki itu menggoda si wanita sampai-sampai
tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, si wanita pun marah.
Lantaran terkejut, lelaki itu menoleh ke belakang, hingga mukanya terbentur
tembok dan ia pun terluka. Pascakejadian, lelaki usil itu pergi menemui
Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya. Rasulullah
SAW berkomentar, ''Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi
baik''. Setelah itu, Rasul mengucapkan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin
Mughaffal.
Dalam riwayat At Turmidzi, hadis itu disempurnakan dengan lafadz
sebagai berikut, ''Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia
menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka
benci, Allah membencinya''. Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak
selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya.
Kecintaan Allah bisa berbentuk musibah.
Musibah yang ditimpakan Allah kepada manusia dapat dilihat dari empat
perspektif. Yang pertama, sebagai ujian dari Allah. Kedua, sebagai tadzkirah atau
peringatan dari Allah kepada manusia atas dasar sifat Rahman-Nya. Ketiga,
sebagai azab bagi orang-orang fasiqin, munafiqin, ataupun kafirin. Kalau ia
menemui kematian dalam musibah tersebut, maka ia mati dalam keadaan tidak
diridhai Allah. Dalam konteks hadis ini, musibah, biasanya sesuatu yang
menyakitkan, dapat dilihat sebagai ujian.
Dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 141) disebutkan, “Ketika mereka
meninggalkan peringatan yang diberikan pada mereka, tidak mau mengindahkan
peringatan tersebut, Allah buka pada mereka segala pintu nikmat sebagai bentuk
istidraj pada mereka. Sampai mereka berbangga akan hal itu dengan sombongnya.
Kemudian kami siksa mereka dengan tiba-tiba. Lantas mereka pun terdiam dari
segala kebaikan.”
Syaikh As Sa’di menyatakan, “Ketika mereka melupakan peringatan
Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan
9
kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang
diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba.
Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya.
Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu
sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang besar.” (Tafsir As
Sa’di, hal. 260).
Kisah Pemilik Kebun yang Diberi Nikmat yang Sebenarnya Istidraj
Disebutkan dalam surat Al Qalam kisah pemilik kebun berikut ini,
)18( َ) َواَل يَ ْسˆت َْثنُون17( َصˆبِ ِحين ْ َاب ْال َجنَّ ِة إِ ْذ أَ ْق َسˆ ُموا لَي
ْ صˆ ِر ُمنَّهَا ُم َ صˆ َح ْ َإِنَّا بَلَوْ نَˆˆاهُ ْم َك َمˆˆا بَلَوْ نَˆˆا أ
) أَ ِن ا ْغˆ دُوا21( َصˆبِ ِحين ْ ) فَتَنَˆˆادَوْ ا ُم20( َّر ِيم ِ ت َكالص ْ ) فَأَصْ بَ َح19( َك َوهُ ْم نَائِ ُمون َ ِّف ِم ْن َرب ٌ ِفَطَافَ َعلَ ْيهَا طَائ
)24( ين ٌ ) أَ ْن اَل يَˆ ْد ُخلَنَّهَا ْاليَˆوْ َم َعلَ ْي ُك ْم ِم ْسˆ ِك23( َطلَقُوا َوهُ ْم يَتَخَˆ افَتُون َ ) فَˆا ْن22( َار ِمين َ َعلَى َحرْ ثِ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم
ِ ص
) قَا َل أَوْ َس ˆطُهُ ْم أَلَ ْم27( َ) بَلْ نَحْ نُ َمحْ رُو ُمون26( َضالُّون َ َ) فَلَ َّما َرأَوْ هَا قَالُوا إِنَّا ل25( ََو َغدَوْ ا َعلَى َحرْ ٍد قَا ِد ِرين
)30( َْض يَتَاَل َو ُمˆˆون ُ ) فَأ َ ْقبَ َل بَ ْع29( َ) قَالُوا ُسب َْحانَ َربِّنَا إِنَّا ُكنَّا ظَالِ ِمين28( َأَقُلْ لَ ُك ْم لَوْ اَل تُ َسبِّحُون
ٍ ضهُ ْم َعلَى بَع
ُك ْال َعˆ َذاب
َ ِ) َكˆ َذل32( َاغبُˆون ِ ) َع َسى َربُّنَا أَ ْن يُبْˆ ِدلَنَا َخيْˆرًا ِم ْنهَˆا إِنَّا إِلَى َربِّنَˆا َر31( َقَالُوا يَا َو ْيلَنَا إِنَّا ُكنَّا طَا ِغين
)33( ََولَ َع َذابُ اآْل َ ِخ َر ِة أَ ْكبَ ُر لَوْ َكانُوا يَ ْعلَ ُمون
10
zalim.”Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela
mencela Mereka berkata: “Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah
orang-orang yang melampaui batas.”Mudah-mudahan Rabb kita memberikan
ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita
mengharapkan ampunan dari Rabb kita.Seperti itulah azab (dunia). Dan
sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui. (QS. Al Qalam:
17-33).
Syaikh As Sa’di rahimahullah menerangkan, “Kisah di atas menunjukkan
bagaimanakah akhir keadaan orang-orang yang mendustakan kebaikan. Mereka
telah diberi harta, anak, umur yang panjang serta berbagai nikmat yang mereka
inginkan. Semua itu diberikan bukan karena mereka memang mulia. Namun
diberikan sebagai bentuk istidraj tanpa mereka sadari.“ (Tafsir As Sa’di, hal. 928)
Inilah yang patut dipahami setiap insan beriman. Bahwa cobaan kadang
dapat meninggikan derajat seorang muslim di sisi Allah dan tanda bahwa Allah
semakin menyayangi dirinya. Dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat
pula ujiannya. Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar
pula. Sehingga kewajiban kita adalah bersabar. Sabar ini merupakan tanda
keimanan dan kesempurnaan tauhidnya.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ بِ َع ْب ِد ِˆه ْال َخي َْر َع َّج َل لَهُ ْال ُعقُوبَةَ فِى ال ُّد ْنيَا َوإِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ بِ َع ْب ِد ِه ال َّش َّر أَ ْم َسˆكَ َع ْنˆهُ بِ َذ ْنبِˆ ِه َحتَّى
يُ َوفَّى بِ ِه يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan
hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan
mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari
kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
َِّضˆˆا َو َم ْن َس ˆ ِخط ِ إِ َّن ِعظَ َم ْال َجزَا ِء َم َع ِعظَ ِم ْالبَالَ ِء َوإِ َّن هَّللا َ إِ َذا أَ َحبَّ قَوْ ًما ا ْبتَالَهُ ْم فَ َم ْن َر
َ ض َى فَلَهُ الر
ُفَلَهُ السَّخَ ط
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat.
Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian
untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah.
11
Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu
Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
12
Jika telah mengetahui faedah-faedah di atas, maka mengapa mesti
bersedih? Sabar dan terus bersabar, itu solusinya.
13
Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya
bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan".
Mungkin dari kita banyak yang bertanya ‘padahal dia adalah seorang
yang banyak dosa, gemar bermaksiat, malas ibadah dan ingkar pada Allah, kok
bisa ya kaya dan sukses terus?’ Jangan heran dulu, karena mungkin saja semua
karunia yang ia terima adalah ‘Istidraj’ dari Allah.
Meski derajatnya terus naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya
semakin terpadang di mata manusia, itu adalah Istidraj dari Allah kepada hamba
sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan
langsung.
Allah SWT biarkan orang ini dan tidak disegerakan azabnya.
Sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al-An'am ayat 44 yang artinya, "Maka
tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami
pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa".
Maka berhati-hatilah kita. Apabila kita melihat Allah memberikan
kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang
dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah. Sederhananya,
jika melihat orang yang secara agama ibadahnya buruk, sementara maksiat kepada
Allah dan manusia jalan terus, lalu rezekinya Allah berikan melimpah,
kesenangan hidup begitu mudah ia dapatkan, tidak pernah sakit dan jarang
tertimpa musibah, panjang umur, bahkan Allah berikan kekuatan pada fisiknya.
Maka, waspadalah sebab bisa jadi itu adalah istidraj baginya dan bukan
kemuliaan.
Ustaz Ridwan Ibrahim menyampaikan beberapa ciri-ciri tertimpa Istidraj
antara lain, Pertama, ibadahnya makin lama makin menurun, tapi nikmat terus
bertambah. Semakin sedikit ibadah tapi makin tambah umur.
Kedua, terus melakukan kemaksiatan tapi kesuksesan hidup justru
semakin melimpah. Ali Bin Abi Thalib ra berkata, “Hai anak Adam ingat dan
14
waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas
dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepada-Nya.”
15
DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALILNYA
Pemakan harta riba akan mendapatkan adzab Allah SWT di dunia maupun
di akhirat. Karena ini termasuk dosa besar yang dilakukan manusia. Banyak
dalil di dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menerangkan tentang bahaya
dosa riba. Hal ini meyakinkan betapa besarnya dosa yang terdapat dari
melakukan riba dan manusia disuruh untuk menjauhinya. Berikut paparan
mengenai adzab Allah di dunia maupun di akhirat mengenai pemakan harta
riba.
16
dengan keadaan yang berbeda-beda menurut amal ibadah semasa di
dunia. Di hari kiamat, pemakan harta riba akan dibangkitkan dari
kuburnya dalam keadaan gila. Allah SWT menghinakannya di hari
pembangkitan dengan keadaan seperti berdirinya orang yang kerasukan
dan dikuasai setan. Na’udzubillahimin Dzalik.
17
Ini jelas larangan Allah SWT untuk melakukan riba dan harus
memperbanyak sedekah.
Hati akan tertutup sehingga pelaku riba tidak lagi memikirkan mana
yang baik dan mana yang tidak.
7. Sedekah, Infaq, dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima Allah SWT
Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan
yang didapatkan dari hasil riba. Nabi kita Muhammad SAW bersabda;
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak akan
menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim II/703 nomor 1015,
dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu). Hadist tersebut menjelaskan
bahwa kita disuruh untuk bersedekah dengan harta yang kita dapat dari
jalan yang baik dan diridhoi Allah SWT. Dan menjauhi cara yang haram
agar sedekah, infaq dan zakat kita diterima. Hal ini akan sangat ironi
lagi ketika kita membangun sesuatu yang bertujuan untuk amal jariah
seperti pondok pesantren, masjid, atau rumah untuk muslim lainnya.
Begitu banyaknya amal yang terbuang sia-sia karena tidak diterima oleh
Allah SWT.
18
meminjamkan uang dengan syarat mengembalikan dengan bunga tinggi.
Apalagi jika melakukan pinjaman untuk beli rumah mewah dan mahal.
Berapa banyak bunga yang akan kita bayar? Alangkah baiknya kita
kondisikan dengan ekonomi yang ada. Seperti halnya beli rumah murah
dan properti sederhana sesuai kebutuhan.
Begitu banyak adzab yang Allah SWT berikan bagi pelaku riba.
Mari kita sama-sama berdo’a dan hanya meminta kepada-Nya agar
dijauhi dari sifat tercela tersebut. dan apabila kita sudah terjebak dalam
riba maka inilah cara terbebas dari riba. Semoga kita selalu diberikan
kelimpahan Rahmat-Nya.
Diberikan jalan untuk mencari rezeki dari cara yang baik dan diberkahi
Allah SWT. Alangkah baiknya jika kita sama-sama memerangi sifat
19
tersebut dan menjadikan aib untuk kita semua. Mari budayakan
masyarakat tanpa riba dengan selalu menjunjung tinggi kehormatan
dalam hal pinjam-meminjam maupun jual- beli. Dengan begitu Allah
SWT akan membukakan hati kita menuju jalan yang Ia ridhoi. Amin.
Pada dasarnya, riba terbagi menjadi dua macam: riba karena penundaan dan
riba karena selisih/kelebihan.
Riba jahiliyah adalah salah satu model riba, yaitu ketika jatuh
tempo, tidak bisa melunasi, lalu jatuh tempo ini diundur, dengan syarat
ada penambahan pembayaran. Namun, jika dapat dilunasi pada saat
jatuh tempo yang pertama, maka tidak ada penambahan. Ini model
rentenir jahiliyah.
Riba jenis ini haram berdasarkan Quran, Sunnah, dan ijma’ umat Islam.
20
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli makanan (yakni
gandum) dari seorang Yahudi dengan (pembayaran) tempo, dan beliau
menggadaikan baju perangnya kepadanya.” [H.R. Bukhari]
Jika satu jenis, maka harus tutup mata dari kualitas, harus sama
takaran dan timbangannya, dan harus saling menyerahkan saat transaksi
dilakukan (tunai). Contoh: beras menthik wangi dengan raja lele, rupiah
dengan rupiah.
Lain jenis tapi satu kelompok, maka berbeda takaran tidak mengapa,
tetapi semuanya harus diserahkan saat transaksi berlangsung. Contoh:
rupiah dengan real, rupiah dengan emas, beras dengan jagung.
Beda jenis dan antar kelompok, maka tidak harus sama takaran, dan
boleh kredit atau salah satunya tertunda. Contoh: rupiah dengan beras.
21
Kurma basah biasanya dijadikan sebagai makanan pencuci
mulut, sedangkan kurma kering dijadikan sebagai makanan pokok.
Orang miskin yang hanya mempunyai kurma kering, tidak punya pohon
kurma, tidak punya uang, dan ingin membeli kurma basah maka
diperbolehkan membarterkan kurma keringnya dengan kurma basah
dengan taksiran. Kurma basah, kalau nanti
kering, ditaksir jadi berapa. Misalkan kurma basah lima kilogram jika
kering menjadi tiga kilogram, maka boleh membarter kurma basah lima
kilogram dengan kurma kering tiga kilogram pada kasus ini.
22
menyusut apabila
Ringkasnya, riba itu ada riba dalam utang piutang dan riba dalam
perdagangan.
Riba dalam utang piutang adalah dengan bentuk riba jahiliyah atau yang
lebih jelek dari riba jahiliyah, seperti yang tadi didefiniskan dengan
tambahan yang disyaratkan yang diambil/diterima dari orang yang
diutangi sebagai kompensasi dari penundaan.
23
Ada riba investasi, tanam saham, penyertaan modal. Investasi itu
menjadi riba manakala orangnya mempersyaratkan uang diinvestasikan
harus aman. Kata “harus aman” menjadikan itu bukan investasi,
melainkan mengutangi. Mengutangi itu harus aman.
24
KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-
DALILNYA
Pengertian dari sedekah adalah memberi sebagian harta kita kepada orang
lain yang sedang kekurangan atau tertimpa musibah. Namun, sedekah bukan
hanya sekedar memberi. Sedekah juga berarti membantu saudara-saudara kita,
baik sesama muslim maupun sesama manusia yang sedang membutuhkan.
1. Hukum Sedekah
25
utama sebelum bersedekah kepada orang lain
26
konsep islam, barangsiapa yang sering mengeluarkan uang untuk
sedekah maka ia akan semakin kaya. Allah berjanji akan melipat
gandakan harta orang yang gemar bersedekah dengan niat tulus.
27
sudah diberikan, oleh karena itu terbebaslah tanggung jawab kita
kepada harta di depan Allah kelak. Selain itu, keutamaan
sedekah adalah bisa membuat hati senang karena bisa membantu
orang yang membutuhkan.
28
“Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan
menolak mati jelek (su’ul khotimah).” (HR. Tirmidzi)
29
SIFAT TAKDIR KEMATIAN
Setiap manusia memiliki ajal, dan kematian tidak bisa dihindari dan kita
tidak ada yang bisa lari darinya. Namun sayang, sedikit manusia yang mau bersiap
menghadapinya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Katakanlah,
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu kan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada
(Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah : 8).
“ Sesuatu yang bernyata tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki
pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa
menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu.
30
Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali
‘Imran : 145).
Semua yang bernyawa pasti akan mati sesuai ajalnya atas izin, takdir dan
ketetapan-Nya. Siapapun yang ditakdirkan mati pasti akan mati meski tanpa
sebab, dan siapapun yang dikehendaki tetap hidup pasti akan hidup.Dan sebab
apapun yang datang menghampiri tidak akan membahayakan yang bersangkutan
sebelum ajalnya tiba karena Allah Ta’ala telah menetapkan dan menakdirkannya
hingga batas waktu yang telah ditentukan. Tidak ada satupun umat yang
melampaui batas waktu yang telah ditentukan.
1. Segera bertaubat,
2. Hati qanaah,
3. Giat ibadah.
31
marabahaya yang menimpa, kalaupun harus mengharap (mati), hendaklah berdoa :
Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan lebih baik bagiku dan matikan aku
jika kematian lebih baik bagiku.” (HR. Al-Bukhari : 567 dan HR. Muslim : 2680).
Kematian merupakan salah satu rahasia Allah, tidak seorang pun yang bisa
mengetahuinya kapan datangnya. Setiap manusia pasti akan merasakan yang
namanya kematian, saat dimana nyawa seseorang terlepas dari badannya.
Manusia hanya dianjurkan untuk sering mengingat kematian, agar hidupnya
diisi dengan banyak amal ibadah. Apabila saatnya telah tiba, tidak ada yang
bisa menolaknya atau mendahulukannya. Tidak ada sesuatu yang kekal di dunia
ini, karna kematian merupakan sebuah hakikat yang akan menghampri semua
manusia. Sering kita mendengar dongeng ketika kecil bahwa orang yang hidup
kekal di dunia akan bahagia selamanya. Betul, mana ada. Sesungguhnya itu
adalah sesuatu yang batil dan mustahil.
32
Ayat Tentang Kematian
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang kematian yang
sudah tersebar di beberapa surat. Berikut ini beberapa potongan ayat tentang
kematian yan g bisa membuat renungan kepada kita agar selalu mengingat
kematian.
“Dan setiap umat mempunyai ajal. Maka apabila ajalnya telah tiba
mereka tidak bisa meminta penundaan atau di percepat sesaat pun.”
Telah jelas bahwa semua yang ada di dunia tidak ada yang kekal abadi
kecuali hanyalah Allah.
“Sesungguhnya kamu Muhammad pasti akan mati dan mereka pula akan
mati.”
33
4. Surat Al-Imran Ayat 102 :
Merupakan sebuah kerugian yang besar ketika seorang hamba
meninggal dalam keadaan syuu’il khatimah. Ayat dibawah ini insyaallah
peringatan untuk selalu beribadah kepadanya.
Hadist Kedua
Hadist ini dijelaskan oleh Imam An-Nawawi, tapi dalam mensyarah hadist
ini tidak menyebutkan perowi hadist.
34
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR
Amar makruf nahi mungkar dalam istilah fiqh disebut dengan al Hisbah.
Perintah yang ditujukan kepada semua masyarakat untuk mengajak atau
menganjurkan perilaku kebaikan dan mencegah perilaku buruk.
Bagi umat Islam, amar makruf nahi mungkar adalah wajib, sebab syariat Islam
memang menempatkannya pada hukum dengan level wajib. Dan siapa pun dari
kita yang meninggalkannya, maka kita akan berdosa dan mendapatkan
hukuman berupa siksa yang sangat pedih dan menyakitkan.
Selain itu, amar makruf nahi mungkar merupakan prinsip dasar agama Islam
yang harus dilakukan oleh setiap muslim.
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)
Dalam ayat lain, Allah SWT juga memerintahkan amar makruf nahi mungkar,
karena perilaku ini merupakan perbuatan yang dapat memberikan keuntungan
bagi pelakunya. Allah SWT berfirman:
Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
35
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang
dari mereka beban-beban dan belenggu- belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka
itulah orang-orang yang beruntung." (QS al-A'raaf: 157).
Perintah amar makruf nahi mungkar juga banyak dijelaskan dalam hadits. Salah
satunya adalah hadits dari Abi Said al-Khudri:
"Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah)
dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman." (HR.
Muslim).
Dalam hadits lain, dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Mas'ud Ra,
Rasulullah SAW bersabda:
"Tidaklah seorang Nabi pun yang Allah Ta'ala utus di suatu umat sebelumku,
kecuali memiliki pengikut-pengikut setia dan sahabat-sahabat. Mereka
mengambil sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian, datang generasi-
generasi setelahnya yang mengatakan hal yang tidak mereka ketahui dan tidak
diperintahkan. Maka, barang siapa
36
DAFTAR PUSTAKA
https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-232529598/dalil-dan-ciri-
ciri- istidraj-azab-terbesar-dari-allah-berwujud-kenikmatan?page=5
https://www.republika.co.id/berita/qm4fk9320/3-dosa-yang-balasannya-
akan- disegerakan-allah-swt-di-dunia-part1
https://news.detik.com/berita/d-5201638/amar-makruf-nahi-mungkar-perilaku-
yang- diperintahkan-allah-swt
https://sef.feb.ugm.ac.id/mengenal-riba-dan-bahayanya/
https://duniapondok.com/ayat-tentang-kematian/#Pengertian_Kematian
https://islamkita.co/keutamaan-sedekah/
https://shariagreenland.co.id/blog/10-macam-bahaya-dosa-riba/
37