Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PELANGGARAN HAK CIPTA PENGGUNAAN LOGO MALL

GRAND INDONESIA TERHADAP GAMBAR/SKETSA TUGU SELAMAT DATANG


YANG DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG
HAK CIPTA (STUDI PUTUSAN NOMOR. 338/Pdt.G./2020/PN. Jkt. Pst)

Pendahuluan.

Artikel ini berfokus pada sebuah kasus pelanggaran hak cipta yang melibatkan Mall
Grand Indonesia. Situasi tersebut berputar pada penggunaan logo yang telah dirancang oleh
mantan karyawan, di mana dia tidak memberikan persetujuan atau mendapatkan kompensasi
yang layak. Pelanggaran ini mengundang pertanyaan penting mengenai tanggung jawab
korporasi, etika bisnis, dan penghormatan terhadap hak kekayaan intelektual.

Sebagai titik awal, logo tersebut memiliki kemiripan signifikan dengan sketsa Tugu
Selamat Datang, sebuah karya seni ikonik yang diciptakan oleh almarhum Henk Ngantung.
Hak cipta atas sketsa ini telah dicatatkan oleh ahli waris Henk Ngantung. Akan tetapi, tanpa
persetujuan atau kompensasi, logo Mall Grand Indonesia tetap digunakan dan bahkan
didaftarkan sebagai milik mereka.

Kasus ini membuka wawasan mengenai pemahaman dan penerapan hukum hak cipta
di Indonesia, khususnya dalam konteks bisnis dan kreatif. Meski Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah menjelaskan secara rinci mengenai perlindungan dan
penggunaan karya, namun masih terjadi pelanggaran hak cipta seperti yang terjadi dalam
kasus ini.

Dalam dunia bisnis dan kreatif, hak cipta memiliki peran yang sangat penting. Hak
cipta tidak hanya melindungi pencipta dari penggunaan karya mereka tanpa izin, tetapi juga
memungkinkan mereka mendapatkan pengakuan dan kompensasi atas karya mereka. Di sisi
lain, bagi perusahaan dan organisasi, menghormati hak cipta berarti menjaga reputasi dan
integritas mereka, serta menghindari sanksi hukum.

Namun, terdapat gap antara pemahaman dan penerapan hukum hak cipta di dunia
nyata. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang hak
cipta, atau mungkin juga disebabkan oleh ketidakpedulian terhadap hak dan kepentingan
pencipta.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan, organisasi, dan individu untuk memiliki
pemahaman yang jelas tentang hak cipta dan bagaimana menerapkannya dalam praktek
sehari-hari. Pelatihan, seminar, dan bahan edukasi tentang hak cipta dapat menjadi langkah
awal yang baik untuk mencapai tujuan ini. Selain itu, peran pemerintah dalam mengawasi
dan menegakkan hukum hak cipta juga sangat penting.

Secara keseluruhan, kasus ini menyoroti pentingnya pemahaman dan penerapan


hukum hak cipta dalam dunia bisnis dan kreatif di Indonesia. Melalui analisis kasus ini, kita
dapat belajar banyak tentang bagaimana melindungi hak cipta dan menghargai karya orang
lain.

Studi Kasus

Dalam penelitian ini, kami melakukan telaah mendalam mengenai berbagai aspek
dalam kasus yang berpusat pada pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh Mall Grand
Indonesia. Berikut adalah rincian dari berbagai elemen yang kami analisis dalam studi ini:

Landasan Hukum: Pada tahap awal, kami memperhatikan landasan hukum yang
berkaitan dengan kasus ini. Salah satu yang paling relevan adalah Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Undang-Undang ini secara jelas menetapkan perlindungan
terhadap hak cipta, dan memberikan penjelasan tentang apa yang dapat dianggap sebagai
pelanggaran hak cipta. Telaah terhadap undang-undang ini penting untuk memberikan
konteks hukum dan normatif dalam penilaian kasus ini.

Fakta Kasus: Kami melanjutkan dengan mengumpulkan dan menganalisis fakta-


fakta kasus. Ini meliputi penciptaan sketsa Tugu Selamat Datang oleh almarhum Henk
Ngantung, penggunaan logo oleh Mall Grand Indonesia yang mirip dengan sketsa tersebut,
dan pendaftaran hak cipta oleh ahli waris Henk Ngantung. Setiap detail faktual ini
memainkan peran penting dalam memahami gambaran keseluruhan kasus dan penilaian akhir
terhadapnya.

Argumen: Selanjutnya, kami mengevaluasi argumen yang diajukan oleh kedua belah
pihak dalam kasus ini. Hal ini termasuk pertimbangan mengenai apakah penggunaan logo
oleh Mall Grand Indonesia dapat dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, dan apakah ada
izin atau kompensasi yang diberikan kepada ahli waris Henk Ngantung.

Putusan Pengadilan: Kami juga mempelajari putusan pengadilan yang dihasilkan


dari kasus ini. Pengadilan memutuskan bahwa Mall Grand Indonesia telah melanggar hak
cipta dan diharuskan membayar ganti rugi sebesar Rp 1 miliar kepada ahli waris Henk
Ngantung.

Implikasi terhadap Perlindungan Hak Pencipta: Lebih jauh lagi, studi ini juga
mengkaji implikasi dari kasus ini terhadap perlindungan hak-hak pencipta di Indonesia.
Kasus ini menyoroti pentingnya pemahaman dan penerapan yang tepat dari hukum hak cipta
dalam konteks bisnis dan kreatif, serta konsekuensi hukum dan reputasi dari pelanggaran hak
cipta.

Secara keseluruhan, melalui penelaahan ini, kami berupaya memahami kasus ini
dalam konteks yang lebih luas dan mengidentifikasi pelajaran penting yang dapat diambil
dari situasi ini terkait hak cipta di Indonesia.

Pembahasan

Dalam pertimbangan hukumnya, berdasarkan kumpulan fakta yang ada, pengadilan


menemukan bahwa Mall Grand Indonesia telah melanggar hak cipta atas sketsa Tugu
Selamat Datang, sebuah karya artistik yang merupakan hasil cipta pikir dari almarhum Henk
Ngantung. Hak cipta atas sketsa tersebut telah dicatatkan dan dilindungi secara hukum oleh
ahli waris Henk Ngantung. Ini berdasarkan pada Surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia cq Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dengan Nomor
HKI.2-KI.01.01-193 yang dikeluarkan pada tanggal 25 Oktober 2019. Surat ini menjadi bukti
autentik yang menegaskan keabsahan hak cipta tersebut dan memberikan landasan hukum
yang kuat dalam perkara ini.

"Berdasarkan fakta yang ada, putusan pengadilan menyatakan bahwa Mall Grand
Indonesia telah melanggar hak cipta atas sketsa Tugu Selamat Datang, yang diciptakan oleh
almarhum Henk Ngantung. Hak cipta atas sketsa tersebut telah dicatatkan oleh ahli waris
Henk Ngantung berdasarkan Surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia cq Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Nomor HKI.2-KI.01.01-193,
tertanggal 25 Oktober 2019.

Selain itu, "Penggunaan logo Mall Grand Indonesia, yang merupakan hasil ciptaan
tergugat dalam hubungan kerja dengan penggugat tanpa persetujuan penggugat dan tanpa
memberikan kompensasi kepada penggugat, merupakan perbuatan melawan hukum" (Anwar,
2020, hal. 603). Dengan kata lain, tidak hanya terjadi pelanggaran atas hak cipta, tetapi juga
adanya eksploitasi terhadap hasil cipta dalam hubungan kerja tanpa kompensasi yang layak."
Pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh Mall Grand Indonesia ini melibatkan
penggunaan dan pendaftaran logo yang memiliki kemiripan signifikan dengan sketsa Tugu
Selamat Datang. Dalam hukum hak cipta, penggunaan atau pendaftaran karya cipta tanpa izin
dari pemegang hak cipta, terlebih jika menimbulkan kerugian bagi pemegang hak cipta, dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta. Pengadilan menilai bahwa penggunaan logo
oleh Mall Grand Indonesia tanpa izin ini telah merugikan pihak ahli waris Henk Ngantung,
baik dari aspek materiil maupun immateriil.

Sebagai konsekuensinya, berdasarkan pertimbangan hukum dan fakta yang ada,


pengadilan memutuskan bahwa Mall Grand Indonesia telah melakukan tindakan yang tidak
patut dan harus membayar ganti rugi kepada ahli waris Henk Ngantung. Besaran ganti rugi
yang ditetapkan adalah sebesar Rp 1 miliar. Putusan ini menggambarkan betapa pentingnya
hukum hak cipta dalam melindungi hak pencipta dan mengatur tata cara penggunaan karya
cipta, serta memastikan bahwa setiap pelanggaran akan mendapatkan sanksi yang sesuai.

Kesimpulan dan Saran

Setelah melalui analisis yang mendalam, kami menyimpulkan bahwa putusan


pengadilan dalam kasus ini telah sejalan dan sebanding dengan ketentuan yang terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Putusan ini menegaskan
prinsip-prinsip fundamental dalam hukum hak cipta, yaitu pengakuan dan perlindungan
terhadap hak ekonomi dan moral pencipta atas karyanya.

Pada dasarnya, UU Hak Cipta memastikan bahwa pencipta memiliki hak eksklusif
untuk mengendalikan penggunaan karyanya dan mendapatkan kompensasi yang layak dari
penggunaan tersebut. Putusan pengadilan telah merujuk pada prinsip ini dengan
memerintahkan Mall Grand Indonesia untuk membayar ganti rugi kepada ahli waris Henk
Ngantung atas penggunaan sketsa Tugu Selamat Datang.

Selain itu, putusan pengadilan ini juga mencerminkan prinsip keadilan dan kewajaran.
Keadilan terkait dengan pemenuhan hak-hak pencipta yang telah dilanggar, dan kewajaran
berhubungan dengan besaran ganti rugi yang diberikan sebanding dengan kerugian yang
diderita oleh pihak yang berhak. Dalam kasus ini, pengadilan menilai bahwa Mall Grand
Indonesia telah melakukan pelanggaran hak cipta dan oleh karena itu wajib membayar ganti
rugi sebesar Rp 1 miliar kepada ahli waris Henk Ngantung. Besaran ini dianggap adil dan
wajar mengingat dampak dari pelanggaran hak cipta yang dilakukan.
Secara keseluruhan, putusan ini mewujudkan pentingnya perlindungan hak cipta dan
menunjukkan bahwa hukum dapat berfungsi efektif sebagai alat untuk memastikan kepatuhan
terhadap hak-hak pencipta.

Saran

Meski pengadilan telah memutuskan secara tegas dalam kasus ini, namun peristiwa
tersebut menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran hukum dan kepatuhan terhadap hak
kekayaan intelektual, khususnya hak cipta, baik di kalangan aktor bisnis maupun para
pencipta. Situasi ini membuka mata kita bahwa masih ada ruang yang cukup luas bagi
peningkatan pemahaman tentang hak cipta dan implementasinya dalam praktek bisnis dan
kreatif.

Melihat hal tersebut, diperlukan upaya lebih lanjut untuk membangun pemahaman
yang lebih baik dan mendalam mengenai hak cipta. Salah satu langkah efektif yang dapat
dilakukan adalah melalui pendidikan dan pelatihan tentang hak cipta. Ini penting untuk
memastikan bahwa setiap aktor bisnis dan pencipta memahami dan mematuhi aturan hak
cipta. Penyuluhan dan pendidikan hak cipta dapat dilakukan melalui berbagai saluran, seperti
seminar, workshop, program pendidikan formal dan non-formal, dan lain sebagainya.

Selain itu, penegakan hukum yang lebih tegas dan konsisten juga menjadi hal yang
sangat penting. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap pelanggaran hak cipta akan
mendapatkan sanksi yang setimpal, dan hal ini dapat berfungsi sebagai deterrence effect atau
efek jera bagi pihak-pihak lainnya yang berpotensi melakukan pelanggaran serupa. Selain itu,
penegakan hukum yang tegas juga penting untuk menjamin perlindungan hak-hak pencipta
dan memastikan keadilan dan kewajaran dalam dunia bisnis dan kreatif.

Kasus ini seharusnya menjadi pelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam
penciptaan dan penggunaan karya cipta, bahwa setiap karya cipta memiliki nilai dan hak yang
harus dihormati dan dilindungi. Selain itu, kasus ini juga menegaskan bahwa Indonesia telah
memiliki hukum dan mekanisme yang cukup untuk melindungi hak cipta dan memastikan
keadilan bagi para pencipta.
Daftar Pustaka

Anwar, A. (2020). Analisis pelanggaran hak cipta penggunaan logo Mall Grand
Indonesia terhadap gambar/sketsa Tugu Selamat Datang yang dibuat dalam
suatu hubungan kerja ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta dan Konvensi Bern (studi putusan nomor. Jurnal Hukum
Ius Quia Iustum, 27(4), 595-614.
https://doi.org/10.20885/iustum.vol27.iss4.art6

Damian, I. (2003). Hak cipta dan hak terkait: Perlindungan hukum bagi pencipta dan
pemegang hak cipta di Indonesia. Penerbit Buku Kompas.

Kompas.com. (2021, Januari 20). Langgar hak cipta Tugu Selamat Datang, Grand
Indonesia dihukum bayar ganti rugi Rp 1 miliar.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/20/16223941/langgar-hak-
cipta-tugu-selamat-datang-grand-indonesia-dihukum-bayar-ganti

Persekutuan Perdata Doni Budiono & Rekan. (2020, Desember 2). Kronologis
sengketa hak cipta sketsa Tugu Selamat Datang yang dipakai oleh Mall Grand
Indonesia. https://pdb-lawfirm.id/kronologis-sengketa-hak-cipta-sketsa-tugu-
selamat-datang-yang-dipakai-oleh-mall-grand-indonesia/

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Anda mungkin juga menyukai