Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 3 :

NAMA : CINDY FIRLLY DESSINTALIA

NIM : D10121416

KELAS : BT14

MATA KULIAH : HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL

Mencari contoh kasus Hak Cipta, yang kamu ketahui dan cara penyelesaiannya!

Kasus Hak Cipta oleh Mal Grand Indonesia

Seperti tak ada kapoknya, kasus pelanggaran hak cipta seringkali terjadi dan menjadi
perdebatan kontroversial dalam dunia bisnis. Salah satu kasus yang sempat menarik perhatian adalah
kasus pelanggaran hak cipta antara Mal Grand Indonesia dengan ahli waris Henk Ngantung.
Bagaimana tidak, pengelola Mal Grand Indonesia sampai dituntut harus membayar denda ganti rugi
sebesar Rp1 miliar karena pelanggaran hak cipta penggunaan sketsa tugu Selamat Datang sebagai
logo mal. Gugatan pelanggaran hak cipta tersebut diajukan oleh ahli waris Henk Ngantung, yaitu Sena
Maya Ngantung, Geniati Heneve Ngantung, Kamang Solana, dan Christie Priscilla Ngantung.
Gugatan pelanggaran hak cipta awalnya dilayangkan oleh ahli waris Henk Ngantung pada 30 Juni
2020. Gugatan tersebut terdaftar dengan nomor perkara 35/Pdt.Sus-HKI/Hak Cipta/2020/PN Jkt.Pst.
Patut diketahui, Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau dikenal dengan nama Henk Ngantung adalah
seniman dan Gubernur DKI Jakarta pada periode 1964-1965. Henk Ngantung membuat sketsa tugu
sepasang pria dan wanita yang sedang melambaikan tangan pada 1962. Sketsa tersebut direalisasikan
dalam bentuk patung di Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan diberi nama Tugu Selamat Datang.

Sedangkan, Mal Grand Indonesia sendiri baru didirikan dan dibuka di dekat Bundaran HI
pada 2007 lalu. Mal tersebut kemudian menggunakan sketsa Tugu Selamat Datang sebagai logo Mal
Grand Indonesia. Menindaklanjuti gugatan yang terdaftar, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
(PNJakpus) pada 2 Desember 2020 mengabulkan tuntutan tersebut dan menjatuhkan denda terhadap
Mal Grand Indonesia sebesar Rp1 miliar. Ya, PN Jakpus memutuskan Mal Grand Indonesia telah
melanggar hak cipta atas sketsa Tugu Selamat Datang. Manajemen mal dinilai telah menggunakan
sketsa logo tersebut tanpa izin dari seniman aslinya. Majelis hakim yang diketuai Agung Suhendro
memutuskan almarhum Henk Ngantung sebagai pencipta sketsa Tugu Selamat Datang dan ahli
warisnya sebagai pemegang hak cipta atas sketsa Tugu Selamat Datang. Hal ini sesuai dengan Surat
Kementerian Hukum dan HAM RI Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Nomor HKI.2-KI.01.01-
193 tertanggal 25 Oktober 2019 tentang pencatatan pengalihan atas ciptaan tercatat nomor 46190.
“Menyatakan bahwa tergugat (Grand Indonesia) telah melanggar hak ekonomi penggugat atas ciptaan
sketsa/gambar Tugu Selamat Datang dengan mendaftarkan dan/atau menggunakan logo Grand
Indonesia yang menyerupai bentuk sketsa Tugu Selamat Datang,”. Seperti yang dijabarkan dalam
putusan, Mal Grand Indonesia diwajibkan membayar secara penuh dan sekaligus setelah putusan
dalam perkara ditetapkan atau setelah memiliki kekuatan hukum.

“Menghukum tergugat (GI) untuk membayar kerugian materiil yang dialami penggugat atas
penggunaan logo Grand Indonesia sebesar Rp1 miliar,” bunyi amar tersebut, dikutip dari situs web
PN Jakpus. Terkait hal tersebut, Corporate Communication Manager GI Dinia Widodo menyatakan,
pihaknya siap membayar ganti rugi. “Iya, (siap membayar ganti rugi), kami menghormati ketentuan
hukum yang berlaku. Jadi, apa yang kami harus lakukan kami akan lakukan.” ujar Dinia.

• Pentingnya pendaftran Hak Cipta atas Logo

Pendaftaran hak cipta merupakan langkah yang sangat penting bagi para pelaku bisnis dalam
melindungi karya kreatif mereka, termasuk logo. Kasus pelanggaran hak cipta antara Mal Grand
Indonesia dengan ahli waris Henk Ngantung menjadi contoh yang memperlihatkan pentingnya
langkah ini. Dimana ketika sketsa Tugu Selamat Datang digunakan sebagai logo oleh Mal Grand
Indonesia tanpa izin, pihak Henk Ngantung sebagai pihak pencipta dapat mengajukan gugatan
pelanggaran hak cipta sebagai bentuk perlindungan atas karya tersebut. Selain itu, berikut adalah
beberapa alasan lainnya mengapa pendaftaran hak cipta sangat penting dilakukan:

1) Perlindungan Hukum yang Kuat


Dengan mendaftarkan hak cipta atas logo, pencipta karya memperoleh perlindungan
hukum yang kuat terhadap penggunaan tanpa izin oleh pihak lain. Jika terjadi pelanggaran,
pencipta karya dapat mengambil langkah hukum untuk melindungi hak cipta mereka dan
menuntut ganti rugi yang pantas.
2) Mencegah Pelanggaran yang Tidak Disengaja
Pendaftaran hak cipta menunjukkan kepada orang lain bahwa logo tersebut dilindungi
oleh undang-undang hak cipta dan bahwa pencipta karya bersedia untuk menegakkan hak-
haknya. Hal ini dapat menjadi faktor pencegah yang efektif, karena orang lain mungkin
enggan untuk menggunakan atau menyalin logo tersebut karena risiko terkena tuntutan
hukum atau sanksi.
3) Kemudahan dalam Penegakan Hukum
Pendaftaran hak cipta memudahkan pencipta karya untuk mengejar pelanggaran hak
cipta secara hukum. Dengan pendaftaran yang resmi, pencipta karya memiliki bukti yang kuat
untuk menunjukkan kepemilikan dan keabsahan hak cipta. Jika terjadi pelanggaran, pencipta
karya dapat dengan mudah mengambil langkah-langkah hukum untuk melindungi hak-
haknya.
4) Nilai Komersial yang Lebih Tinggi
Pendaftaran hak cipta dapat meningkatkan nilai komersial logo. Hak cipta yang
didaftarkan merupakan aset yang dapat dihargai dan diperhitungkan dalam bisnis. Dalam
situasi dimana pencipta karya ingin menjual atau melisensikan logo mereka kepada pihak
lain, pendaftaran hak cipta akan meningkatkan daya tarik dan nilai jual logo tersebut.
5) Keuntungan dalam Negosiasi dan Lisensi
Pendaftaran hak cipta memperkuat posisi pencipta karya dalam negosiasi dan lisensi
logo kepada pihak ketiga. Dengan hak cipta yang terdaftar, pencipta karya memiliki kekuatan
untuk menetapkan persyaratan yang jelas dan melindungi hak-haknya dalam perjanjian
lisensi. Pihak ketiga juga akan merasa lebih percaya diri bekerja sama dengan pihak yang
memiliki hak cipta yang terdaftar.
• Cara penyelesaian Kasus Hak Cipta oleh Mal Grand Indonesia

Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa,
arbittrase, atau pengadilan (Pasal 95 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta). Pengadilan yang berwenang adalah Pengadilan Niaga, selain Pengadilan Niaga tidak
berwenang menangani penyelesaian sengketa Hak Cipta. Di mana dalam peraturan perundang-
undangan ini juga membahas mengenai hak moral, hak ekonomi, hak terkait, pembatasan hak cipta,
masa berlaku, pencatatan ciptaan, lisensi hingga Lembaga manajemen kolektif dan penyelesaian
sengketa, sanksi serta ketentuan pidana. Selain itu terdapat pengaturan hukum mengenai hak cipta di
Indonesia di mana telah diatur di dalam Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic
Works (konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan sastra) pada tahun 1886, Universal
Copy Right (UCC) pada tahun 1955, dan TRIPs Agrement (Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights atau aspek – aspek perdagangan yang berhubungan dengan hak milik intelektual)
pada tahun 1996.

Anda mungkin juga menyukai