Anda di halaman 1dari 7

Analisis Pelanggaran Hak Cipta dan Penegakan Hukum

Hak Kekayaan Intelektual (Studi Kasus Polemik Keberadaan


Warkopi)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis

Dosen Pengampu :

MUHAJIRIN, S.HI, M.H.

Disusun Oleh :

HANDIKA RIDWAN

PROGRAM STUDI
HUKUM EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARIAH
IMAM ASY SYAFI’I PEKANBARU 2022
Analisis Pelanggar Hak Cipta dan Penegakan Hukum Hak Kekayaan
Intelektual(Studi Kasus Polemik Keberadaan Warkopi)

A. KASUS

media sosial diramaikan dengan kemunculan grup Warkopi yang anggotanya


memiliki kemiripan dengan Warkop DKI. Sebagai informasi, Warkop DKI merupakan
grup lawak yang dibentuk tahun 70an dengan personel utama Dono, Kasino, dan Indro.
Sayangnya, kemuncunculan ketiga pemuda yang bernama Sepriadi, Alfred, dan Alfin ini
tidak disambut baik oleh sebagian orang, salah satunya anggota Warkop DKI, Drs. H.
Indrodjojo Kusumonegoro, M.M atau yang akrab dipanggil Indro Warkop. Indro tidak
mempermasalahkan jika ada orang/kelompok yang ingin mempresentasikan Warkop
DKI, namun karena Warkopi meniru busana dan karakter dari Dono, Kasino, dan Indro
tanpa izin, ketiganya dinilai melakukan plagiarisme sekaligus pelanggaran hak cipta.
Warkop DKI sendiri memang telah mendaftarkan mereknya di DJKI dengan nama
Warung Kopi Dono Kasino Indro untuk kelas 41, kelas 35, kelas 16, dan kelas 43 sejak
tahun 2004 silam. Warkop DKI juga telah membintangi berbagai film komedi yang
dilindungi oleh hak cipta sebagai bagian dari ciptaan sinematografi. Lalu, apakah
kemiripan Warkopi dengan Warkop DKI termasuk pelanggaran HAKI? Mari simak
jawaban dari Kontrak Hukum berikut ini.

Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis,
merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama,
kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 dimensi dan/atau 3 dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari 2 atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang
dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan
barang dan/atau jasa. Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
kepada pemilik merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.
Dalam kasus Warkopi, Warkop DKI telah memiliki hak atas merek. Tindakan yang
dilakukan Warkopi ketika meniru nama Warkop DKI kemudian menggunakan identitas
dari Dono, Kasino, Indro dalam kegiatan komersial (melakukan acara atau kegiatan
hiburan dengan membuka youtube channel dan hadir di berbagai program televisi)
berpotensi sebagai pelanggaran merek. Hal ini karena Warkopi telah tanpa hak

1
1
menggunakan merek terdaftar yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis. Jika merujuk ketentuan dalam
UU Merek, Warkopi dapat digugat secara perdata untuk memberikan ganti rugi dan/atau
melakukan penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek
tersebut. Bila terbukti, Warkopi juga bisa dipidana karena melakukan plagiarisme dengan
ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 2 miliar.

Terkait pelanggaran hak cipta, Warkop DKI sendiri telah membintangi berbagai film
dan sinetron yang dilindungi oleh hak cipta sebagai bagian dari ciptaan sinematografi.
Meskipun hak cipta tidak didaftarkan, hak tersebut otomatis timbul dan dimiliki oleh
pencipta ketika seseorang mewujudkan ciptaannya dalam bentuk nyata dan diumumkan
terlebih dahulu. Ketika ada pihak lain yang ingin menggunakan ciptaan orang lain, maka
pihak tersebut wajib memperoleh lisensi dari pencipta atau pemegang hak cipta. Lisensi
adalah izin tertulis yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait
kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk hak
terkait dengan syarat tertentu. Jika Warkopi memparodikan gaya Warkop DKI, membuat
cerita dari adegan film, melakukan lipsync dari suara asli, menggunakan foto karakter
anggota Warkop DKI dan meletakkannya secara berdampingan agar terlihat mirip
kemudian ditampilkan dalam berbagai youtube channel serta program televisi, maka
tindakan tersebut merupakan bentuk pemanfaatan ekonomi. Apabila tindakan diatas
dilakukan tanpa izin, maka Warkopi sama saja melakukan pelanggaran hak ekonomi.
Warkopi dapat dituntut secara pidana karena dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
pencipta atau pemegang hak cipta melakukan hak ekonomi untuk penggunaan secara
komersial dengan ancaman pidana penjara paling lama 3 tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 500 juta.

1
1
B. KAJIAN PUSTAKA

1. Hak Merek

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis,
merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama,
kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum
dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa. Sementara itu, hak atas merek
adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar
untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Dengan memiliki hak
merek, maka suatu perusahaan memiliki hak dan kebebasan untuk menggunakan
merek tersebut untuk kepentingan komersial, dan melarang pihak lain menggunakan
merek yang sama. Jika ada bisnis lain yang menggunakan sebagian atau seluruh
merek yang sama dengan milikmu, maka kamu bisa mengajukan gugatan dan
melarangnya menggunakan merek tersebut.

Penanggung jawab pidana terhadap pelaku pemalsuan merek terdapat dalam Pasal
100 sampai dengan pasal 102 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis juga memuat tindak pidana merek dan Indikasi Geografis Pasal
100 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 yaitu pidana yang dapat dijatuhkan
berupa pidana penjarapaling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Perlindungan hukum terhadap pemegang
lisensi merek dapat diberikan berupa tindakan sanksi hukum pidana maupun gugatan
perdata terhadap adanya suatu perlanggaran merek yaitu pemboncengan atau penipuan
merek yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis, Terkait dengan perlindungan hukum secara pidana. Adapun
perlindungan hukum secara perdata juga diberikan kepada pemegang merek yang sah.
Kalau hak merek telah dipegang, maka menurut sistem hukum merek Indonesia, pihak
pemegang merek tersebut akan mendapatkan perlindungan hukum. Artinya apabila
terjadi pelanggaran hak atas merek, pihak pemegang merek dapat mengajukan gugatan
terhadap pihak lainnya yang melakukan pelanggaran hak atas merek. Gugatan ini

1
1
ditujukan untuk mendapatkan ganti rugi dan penghentian semua perbuatan yang
berkaitan dengan penggunaan merek tersebut. Gugatan diajukan di Pengadilan Niaga.

2. Hak Cipta

Hak Cipta adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dari kekayaan intelektual.
Pelanggaran akan hak cipta bisa diproses secara hukum. Hak cipta di Indonesia diatur
dalam UU Nomor 28 Tahun 2014. Undang-undang hak cipta adalah instrumen untuk
melindungi pencipta materi asli dari duplikasi atau penggunaan yang tidak sah. Hak
cipta mengacu pada hak hukum pemilik kekayaan intelektual. Hak cipta adalah satu di
antara hak yang dimiliki oleh pencipta, penerbit, atau pihak lain yang diberi mandat
untuk memegang ciptaan. Memahami hak cipta menjadi satu di antara upaya untuk
menghindari pelanggarannya. Selain itu, hak cipta adalah aturan yang mencakup hak
untuk memperbanyak ciptaan, menyiapkan karya turunan, mendistribusikan salinan,
dan menampilkan serta memajang ciptaan kepada publik.

Sanksi pelanggaran hak cipta uu no. 28 tahun 2014 yaitu Menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta dipidana
dengan pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun dan/atau denda maksimal Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah.

C. ANALISIS

Dalam kasus WARKOPI ini ada dua point pokok masalah hukum yang terlanggar.
Point pertama Permasalahan hukum hak cipta yang diatur dalam Undang-undang No. 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UHC 28/14), point kedua permasalahan hukum merek
yang diatur dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2020 tentang Merek dan Indikasi
Geografis (UUM- IG/16/20). Berdasarkan penelitian tentang tinjauan yuridis dalam
penegakan hukum di bidang hak cipta merek dagang dan karya intelektual, terkait Kasus
Pelanggaran di bidang hak cipta mengenai “WARKOPI” menyimpulkan bahwa masih
rendahnya kesadaran hukum serta pengertian isi hukum, penerimaan hukum, dan perilaku
hukum dalam pelaksanaan dan penegakan hukum di bidang hak cipta. Khususnya pihak-
pihak yang tidak memiliki hak cipta yang mempergunakan hak cipta tanpa izin pemegang

1
1
hak cipta. Dengan adanya UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC) dan
Undang-undang No. 16 Tahun 2020 tentang Merek dan Indikasi Geografis
(UUM-IG/16/20), tidak akan cukup melindungi pemegang hak ciptanya jika pencipta itu
sendiri tidak mengerti bagaimana memperjuangkan hak-haknya. Hal ini terjadi, karena
keterbatasan tentang mekanisme hukum yang dapat dilakukan jika terjadi perbuatan
pelanggaran ketentuan dalam Pasal-pasal UUHC dan UUM. Dapat dipahami bahwa di
dalam tataran praktis-operasional tidak mudah memperjuangkan hak-hak pencipta.

Berasarkan hal tersebut penulis berpendapat bahwa WARKOP DKI memiliki hak
moral dan hak ekonomi yang melekat pada setiap pertunjukannya disertai dengan
perlindungan atas ciri khas dari masing-masing karakter. Maka, apabila WARKOPI
hanya meniru konsep performance dari WARKOP DKI maka hal itu tidak melanggar
HaKI, karena Hak Cipta tidak melindungi konsep melainkan harus dalam bentuk nyata.
Tetapi WARKOPI Melakukan peniruan karakter dan adegan WARKOP DKI, dengan ini
mereka melanggar hak terkait WARKOP DKI. Apalagi dalam hal tersebut WARKOPI
mendapat keuntungan secara ekonomi, maka pencipta dan/atau pemegang hak terkait
harusnya medapat royalti, hal ini sesuai dengan Pasal 35 ayat 2 UU Hak Cipta. Pihak
WARKOP DKI berhak pula mengajukan gugatan pada pihak WARKOPI yang secara
tanpa hak dan persetujuan melanggar hak cipta sesuai dengan pasal 98 ayat 2 UU Hak
Cipta. pemerintah mengganti Undang-Undang tentang Hak Cipta sebelumnya menjadi
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang selanjutnya disebut UU
Hak Cipta. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa setiap karya yang dihasilkan dengan
unik dan berbeda oleh seseorang atau beberapa orang sudah menjadi hak kekayaan
intelektual baginya. Karya dari kekayaan intelektual di bidang Hak Cipta akan
mendapatkan perlindungan hukum apabila Jurnal Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2
September 2022 P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328 Victor Agung Pratama & Agri
Chairunnisa Irshad, dkk. – Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM 3348 diwujudkan
maupun diekspresikan secara nyata bukan ide semata.

Oleh karena itu penulis menyarankan selain harus membeli lisensi asli, Warkopi juga
harus meminta maaf kepada maaf pihak Warkop DKI atas perbuatannya. Dengan
meminta izin dan lain-lain harus dilakukan resmi secara tertulis, meminta waktu pada
pihak Warkop DKI untuk membicarakan dengan baik terkait kasus yang sedang bergulir
saat ini. Karena awalan yang salah hanya akan bisa diperbaiki ataupun diluruskan
jalannya dengan sebuah permintaan yang baik dan benar. Dan terkait Kasus Pelanggaran

1
1
di bidang hak cipta mengenai “WARKOPI” menyimpulkan bahwa masih rendahnya
kesadaran hukum serta pengertian isi hukum, penerimaan hukum, dan perilaku hukum
dalam pelaksanaan dan penegakan hukum di bidang hak cipta. Khususnya pihak-pihak
yang tidak memiliki hak cipta yang mempergunakan hak cipta tanpa izin pemegang hak
cipta. Dengan adanya UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC) dan Undang-
undang No. 16 Tahun 2020 tentang Merek dan Indikasi Geografis (UUM-IG/16/20), tidak
akan cukup melindungi pemegang hak ciptanya jika pencipta itu sendiri tidak mengerti
bagaimana memperjuangkan hak-haknya. Hal ini terjadi, karena keterbatasan tentang
mekanisme hukum yang dapat dilakukan jika terjadi perbuatan pelanggaran ketentuan
dalam Pasal-pasal UUHC dan UUM. Dapat dipahami bahwa di dalam tataran praktis-
operasional tidak mudah memperjuangkan hak-hak pencipta.

Berdasarkan hal yang ada diatas penulis menyimpulkan bahwa seharusnya


“WARKOPI” dijatuhkan berupa pidana penjarapaling lama 5 (lima) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Karena
“WARKOPI” telah melanggar 2 undang undang yang telah diatur yaitu pertama
Permasalahan hukum hak cipta yang diatur dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta (UHC 28/14), kedua permasalahan hukum merek yang diatur dalam
Undang-undang No. 16 Tahun 2020 tentang Merek dan Indikasi Geografis (UUM-
IG/16/20). Akan tetapi pelanggaran yang telah dilakukan oleh WARKOPI terhadap
WARKOP DKI, pihak dari WARKOP DKI menyelesaikan permasalahan tersebut secara
kekeluargaan dan tidak menempuh jalur hukum. Sebagaimana yang dikatakan oleh putri
mendiang Kasino, Hanna Sukmaningsih “Jadi sampai sekarang kita masih
mengedepankan penyelesaian secara kekeluargaan. Kita masih mendiskusikan kalau
masih bergulir tindakannya apa tapi sampai sekarang kita masih kekeluargaan aja,
“Sebisa mungkin secara kekeluargaan, kita bicara bahasa yang satu bahasa Indonesia.
Kami harap mereka mengerti jadi sebisa mungkin gak masuk ke ranah hukum,” kata
Hanna menambahkan.

1
1

Anda mungkin juga menyukai