Anda di halaman 1dari 18

HAKI: Hak Atas Kekayaan Intelektual

Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan hak atas kekayaan intelektual? Nah, bagi
kamu yang belum mengetahui atau baru mendengar tentang Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HaKI), maka artikel ini cocok untuk kamu baca untuk menambah
pengetahuan. Sebab, bisa jadi, besok atau lusa kamu menjadi salah seorang pemiliki
HaKI. Materi kali ini akan mengulas seputar pengertian hak atas kekayaan intelektual,
macam-macam HaKI, prinsip, manfaat, dasar hukum, dan contoh hak atas kekayaan
intelektual. Semoga dapat menambah wawasan pembaca.
1. Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual Hak Atas Kekayaan Intelektual yang disingkat HaKI
atau akronim HKI adalah padanan kata yang sering dipakai untuk intellectual property rights
(IPR). HaKI adalah hak yang muncul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk
atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya, Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah hak
untuk menikmati secara ekonomi hasil suatu kreativitas intelektual. HaKI mengatur semua objek
berupa karya yang lahir atau timbul karena kemampuan intelektual manusia.
Selain pengertian hak atas kekayaan intelektual di atas, para ahli dalam maupun luar negeri juga
mengeluarkan pendapatnya tentang definisi HaKI, berikut ini beberapa di antaranya:
1.1. Menurut Saidin Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang
bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar, hasil kerjanya itu
berupa benda immateril, benda tidak berwujud.
1.2. Menurut Afrillyanna Purba Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah karya intelektual yang dihasilkan
manusia di mana memerlukan pengorbanan tenaga, waktu, dan biaya serta mempunyai nilai ekonomi karena manfaat
yang dapat dinikmati. 1.3. Menurut Rachmadi Usman Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah hak atas
kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.3. Menurut Sri Redjeki Hartono Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah suatu hak dengan karakteristik khusus
dan istimewa, karena hak tersebut diberikan oleh negara berdasarkan ketentuan Undang-Undang.
1.4. Menurut M. Djumhana dan R. Djubaedillah Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah hak yang berasal dari
hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan maupun seni
dan sastra yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuk.
1.5. Menurut Agus Sardjono Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah hak yang timbul dari aktivitas intelektual
manusia dalam bidang industri, ilmu pengetahuan, sastra, dan seni.
1.6. Menurut Achmad Ramli Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah suatu hak
yang timbul akibat adanya tindakan kreatif manusia yang menghasilkan karya-karya
inovatif yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.
1.7. Menurut Mc Keough dan Stewart Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah hak
yang memberikan perlindungan hukum atas hasil kreativitas manusia yang memiliki
manfaat ekonomi
1.8. Menurut Lyle Glowka Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah hak hukum
privat yang memberikan penghargaan atas kontribusi manusia tidak berwujud yang akan
digunakan untuk memproduksi suatu teknologi yang bersifat khusus.
Dari semua definisi di atas, bisa kita lihat bahwa Hak atas Kekayaan Intelektual termasuk ke dalam hak
privat (private rights) dan mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan hak perdata lainnya.
Keistimewaan itu terletak pada sifat eksklusifnya. HaKI hanya diberikan dan berlaku kepada sang
pemilik, pencipta, penemu, atau pemegang suatu karya intelektual. Tanpa seizin pemiliknya, pihak mana
pun dilarang untuk meniru, memakai, dan mempergunakannya dalam perdagangan .
2. Macam-Macam HaKI

2.1. Hak atas Paten (Patentee) Menurut Pasal 1 Ayat 1 UU tentang Paten, Panten (Patentee) adalah hak khusus
(eksklusif) yang diberikan oleh Negara kepada seorang penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, untuk
lama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang lain
untuk melaksanakannya. Penemu (inventor) adalah seorang yang secara mandiri atau beberapa orang yang secara
bersamasama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan temuan (invensi). Penemu
inilah yang menjadi pemegang paten, yaitu pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten
atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.
Untuk mendapatkan hak paten, seorang penemu harus memenuhi persyaratan substantif tertentu, antara lain:
• Penemuannya betul-betul baru
• Mengandung langkah inventif
• Penemuannya dapat diterapkan secara industri Hak Paten tersebut berlaku selama 20 tahun yang mulai terhitung

sejak tanggal penerimaan. Setelah melewati masa 20 tahun, penemuan yang dimaksud akan menjadi milik umum
(public domain) dan dapat diambil manfaatnya oleh siapapun tanpa harus meminta izin kepada si pemegang paten
Dasar hukum atau undang-undang yang mengatur tentang hak paten adalah:

• Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara


RI Tahun 1989 Nomor 39)
• Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 6
Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 30)
• Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara
RI Tahun 2001 Nomor 109).
2.1.1. Contoh Hak Paten  George Samuel Hurst, pemegang hak paten layar sentuh
 Honda Giken Kogyo, pemegang hak paten pembakaran dengan prinsip empat Langkah
 Apple, pemegang hak paten perangkat tablet komputer
 B.J. Habibie, pemegang hak paten formula untuk menghitung keretakan sayap pesawat
 Prof. Dr. Ir. Sedijatmo, pemegang hak paten teknik cakar ayam  Warsito, pemegang hak paten
alat pemindai tubuh (ECVT)

2.2. Hak atas Merek (Brand) Menurut UU No. 15 Tahun 2001, merek adalah tanda berupa gambar,
nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Sedangkan, menurut
Pasal 3 dalam UU tersebut, hak merek adalah hak khusus yang diberikan oleh negara kepada
pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan
menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
penggunaannya. Pemilik atau pemegang hak merek adalah orang (persero), beberapa orang (pemilik
bersama), atau badan hukum yang telah memperoleh Hak atas Merek yang disebut dengan Merek
Terdaftar. Pemegang Hak Merek adalah orang yang mendaftarkan pertama kali suatu merek ke
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
Dasar hukum atau Undang-Undang yang mengatur tentang Hak Merek, antara lain:
 Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek
 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek
 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
2.3. Hak atas Desain Industri Menurut UU No. 31 Tahun 2000, desain industri adalah suatu kreasi
tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan
daripadanya yang berbentuk 3 dimensi atau 2 dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola 3 dimensi atau 2 dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas, industri, atau kerajinan tangan. Sementara, menurut Pasal 1 Ayat 5 di dalam UU
tersebut, menyatakan bahwa hak khusus yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada
Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk
Dengan kata lain, hak kepemilikan atas desain industri tersebut sebagai konsekuensi dari
didaftarkannya desain industri itu ke Kantor Desain. Hak atas Desain berlaku selama 10
tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan pendaftaran. Hak ini tidak dapat diperpanjang
setelah habis masa berlakunya. Pihak yang menerima hak tersebut adalah pendesain, yaitu
seseorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain industri. Dasar hukum atau
Undang-Undang dari hak atas desain industri, antara lain:  Undang-Undang No. 31
Tahun 2000  Peraturan Pemerintah RI No. 1 Tahun 2005  Peraturan Pemerintah RI No.
45 Tahun 2016
2.4. Hak atas Indikasi Geografis Menurut UU No. 20 Tahun 2016, indikasi geografis adalah
suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor
lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor
tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk
yang dihasilkan.
Dasar hukum atau Undang-undang yang mengatur tentang Indikasi Geografis, antara lain:
 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis
2.5. Hak Perlindungan Varietas Tanaman Menurut UU No. 29 Tahun 2000, Perlindungan Varietas
Tanaman (PVT) adalah perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh
Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap
varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Masih
menurut UU tersebut, Hak Perlindungan Varietas Tanaman adalah hak khusus yang diberikan negara
kepada pemulia dan/atau pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman untuk menggunakan sendiri
varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk
menggunakannya selama waktu tertentu.
2.6. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Menurut UU No. 32 Tahun 2000, Sirkuit Terpadu adalah
suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan
sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling
berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk
menghasilkan fungsi elektronik.

2.7. Hak Rahasia Dagang Menurut UU No. 30 Tahun 2000, Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak
diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna
dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. Masih menurut UU
tersebut, Hak Rahasia Dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan undang-undang
ini.

2.8. Hak Cipta Menurut UU No. 28 tahun 2014, Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul
secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata
tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemegang atau
pemilik Hak Cipta adalah Pencipta, yaitu seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama- sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.

2.9. Hak Lisensi dan Waralaba Menurut Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 8 tahun 2016, lisensi
adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak atau pemilik hak kepada pihak lain melalui suatu
perjanjian berdasarkan pada pemberian hak untuk menggunakan hak eksklusifnya untuk jangka waktu
dan syarat tertentu. Pencatatan perjanjian lisensi dilakukan terhadap hak cipta dan hak terkait, paten,
merek, desain industri, desain tata letak sirkuti terpadu, dan rahasia dagang.
3. Prinsip HaKI Ada empat prinsip yang terdapat dalam Hak Atas Kekayaan Intelektual, yaitu prinsip ekonomi, prinsip
keadilan, prinsip kebudayaan, dan prinsip sosial. Berikut ini akan kami jelaskan satu per satu prinsip ini:
3.1. Prinsip Ekonomi Hak atas Kekayaan Intelektual menggunakan prinsip ekonomi karena hak intelektual berasal dari
kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
3.2. Prinsip Keadilan Hak atas Kekayaan Intelektual menggunakan prinsip keadilan karena di dalam menciptakan sebuah
karya atau orang yang bekerja membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang akan mendapat perlindungan dalam pemilikannya.
3.3. Prinsip Kebudayaan Hak atas Kekayaan Intelektual menggunakan prinsip kebudayaan karena perkembangan ilmu
pengetahuan, sastra, dan seni untuk meningkatkan kehidupan manusia. Dengan menciptakan suatu karya dapat meningkatkan
taraf kehidupan, peradaban, dan martabat manusia yang akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
3.4. Prinsip Sosial Hak atas Kekayaan Intelektual menggunakan prinsip sosial karena hak yang diakui oleh hukum dan telah
diberikan kepada individu merupakan satu kesatuan sehingga perlindungan diberikan berdasarkan keseimbangan kepentingan
individu dan masyarakat.
4. Manfaat HaKI

 Bagi dunia usaha, manfaat HaKI adalah adanya perlindungan terhadap penyalahgunaan atau
pemalsuan karya intelektual yang dimilikinya oleh pihak lain di dalam negeri maupun di
luar negeri. Perusahaan yang telah dibangun mendapat citra yang positif dalam persiangan
apabila memiliki perlindungan hukum di bidang HaKI.
 Bagi penemu, manfaat HaKI adalah untuk menjamin kepastian hukum baik individu maupun
kelompok serta terhindar dari kerugian akibat pemalsuan dan perbuatan curang pihak lain.
 Bagi pemerintah, manfaat HaKI adalah adanya citra positif pemerintah yang menerapkan
HaKI di tingkat WTO. Selain itu adanya penerimaan devisa yang diperoleh dari pendaftaran
HaKI.
 Adanya kepastian hukum bagi pemegang hak dalam melakukan usahanya tanpa gangguan dari
pihak lain.
 Pemegang hak dapat melakukan upaya hukum baik perdata maupun pidana apabila terjadi
pelanggaran/peniruan.
 Pemegang hak dapat memberikan izin atau lisensi kepada pihak lain
5. Dasar Hukum HaKI

• Undang-Undang Nomor 7 tahun 1994 tentang Persetujan Pembentukan


Organsasi Perdagangan Dunia
• Undang-Undang Nomor 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu
• Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri
• Undang-Undang Nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
• Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
• Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten
• Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004 tentang Hak Cipta
PENGERTIAN DESAIN TATA LETAK SIRKIT TERPADU Desain tata letak sirkit terpadu sebagai desain atas layout
(susunan posisi) dua dimensi atau tiga dimensi atas sirkit terpadu. Oleh karena itu, dalam memahaminya perlu dimengerti
masing-masing frase dari desain ini. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkit
Terpadu diberrikan definisi antara lain: 1. Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang
di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang
sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang
dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. 2. Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga
dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau
semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan
pembuatan Sirkuit Terpadu. 3. Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu. 4. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik
Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. 5. Pemegang Hak adalah Pemegang Hak Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu, yaitu Pendesain atau penerima hak dari Pendesain yang terdaftar dalam Daftar Umum Desain Tata
Letak Sirkuit Terpad

Anda mungkin juga menyukai