Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala Berkat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan makalah dengan judul “Manajemen Bencana di Indonesia”. Makalah ini
dibuat untuk menambah wawasan penulis dalam penanggulan bencana di Indonesia.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati
menerima saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan memberikan referensi yang bermakna bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................3
BAB I ......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah .........................................................................................................6
C. Metode Penulisan ..............................................................................................................6
BAB II ....................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................................7
2.1. Definisi Bencana ..............................................................................................................7
2.2. Kesiapsiagaan ..................................................................................................................8
2.3. Status Keadaan Darurat Bencana..................................................................................9
2.4. Status Siaga Darurat Bencana ......................................................................................9
2.5. Status Tanggap Darurat Bencana ..................................................................................9
2.6. Status Transisi Darurat Bencana ke Pemulihan ...........................................................9
BAB III .................................................................................................................................10
PEMBAHASAN ...................................................................................................................10
3.1. Definisi dan Jenis Bencana ...........................................................................................10
3.2.Tahapan Bencana ...........................................................................................................10
3.3. Definisi Manajemen Bencana .......................................................................................11
3.4. Tahapan dan Kegiatan dalam Manajemen Bencana ..................................................13
3.4. Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana ..................................................................15
3.5 Asas-asas Dalam Penanggulangan Bencana.................................................................16
3.5. Pendekatan Manajemen Penanggulangan Bencana ....................................................17
BAB IV..................................................................................................................................18
PENUTUP ............................................................................................................................18
4.1. Kesimpulan ....................................................................................................................18
4.2. Saran ..............................................................................................................................19
Daftar Pustaka .....................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan
aktivitas manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan
sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini
berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu
dengan ketidakberdayaan".
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasar data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi
Indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa
bila bencana alam terjadi. Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman
bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk
ancaman gempa serta enam untuk banjir
Sejauh ini upaya pemerintah dalam membentuk masyarakat yang siap dan
siaga dalam menghadapi bencana telah diimplementasikan dengan adanya Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana serta
dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang memiliki tugas dan
tanggung jawab penuh dalam mengkoordinasi institusi dan lembaga dalam
menanggulangi bencana. Peraturan terkait dengan kesiapsiagaan bencana di tingkat
sekolah pun telah disahkan dalam Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sekolah Aman
dari Bencana. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008 telah
menerbitkan Pengembangan Model-Model Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus
Pendidikan Non Formal Paket A untuk Daerah Bencana Alam.
Kesiapsiagaan merupakan tindakan yang dilakukan pada masa pra bencana
(sebelum terjadi bencana). Tujuan dilakukannya kesiapsiagaan bencana adalah
untuk mengurangi risiko (dampak) yang diakibatkan oleh adanya bencana. Nick
Carter (Deny Haryati, dkk, 2006: 5) menjelaskan bahwa, kesiapsiagaan adalah
Tindakan - tindakan yang memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat,
komunitas dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara
cepat dan tepat guna. Tindakan kesiapsiagaan juga meliputi penyusunan
penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil.
Kesiapsiagaan juga meliputi penyusunan rencana tanggap darurat, artinya
dengan adanya rencana tersebut masyarakat dapat mengetahui tindakan-Tindakan
yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana. Tentunya rancangan tanggap darurat
bencana akan sangat tergantung pada jenis ancaman, kerentanan dan risiko yang
mungkin terjadi di wilayah masing-masing wilayah. Kesiapsiagaan perlu dilakukan
di berbagai komunitas, tidak hanya di tingkat masyarakat saja. Komunitas sekolah
pun juga perlu melakukan kesiapsiagaan demi terciptanya warga sekolah (kepala
sekolah, guru, karyawan dan siswa) yang siap dan siaga terhadap bencana
Di Indonesia sendiri kesiapan untuk menghadapi bencana masih dinilai kurang.
Tidak semua telah siap dan siaga dalam menghadapi bencana. Kondisi tersebut
dapat kita temukan dengan mudah disekitar kita. Yang telah siap dan siaga dalam
menghadapi bencana memiliki kriteria
1. memiliki pengetahuan dalam menghadapi dan menanggulangi bencana
2. adanya rencana tanggap darurat
3. adanya system peringatan dini
4. kebijakan dan panduan menggenai penangulangan bencana
Sebaliknya yang belum siap dan siaga ditandai dengan tidak adanya
pelatihan kesiapsiagaan bencana, tidak adanya sistem peringatan dini, dan rencana
tanggap darurat Artinya masih masyarakat yang kurang siap dan siaga dalam
menghadapi bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama Januari 2013
mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga mencatat
akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut. kejadian
bencana belum semua dilaporkan ke BNPB. Dari 119 kejadian bencana
menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang menderita dan mengungsi, 940
rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah rusak ringan. Untuk
mengatasi bencana tersebut, BNPB telah melakukan penanggulangan bencana baik
kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga darurat dan
tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember 2012 hingga sekarang,
BNPB telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke berbagai
daerah di Indonesia yang terkena bencana.
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala
berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di
tingkat masyarakat umum maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan
data dan informasi spasial kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang
menyebabkan manajemen bencana di Indonesia berjalan kurang optimal.
Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang
beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
manajemen bencana dan Kurangnya Kesiapan Masyarakat dalam Menghadapi
Bencana merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan risiko bencana menjadi
besar. Sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau
meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
B. Identifikasi Masalah
Dengan terjadinya hal tersebut dapat menarik perhatian penulis untuk
melakukan penulisan makalah ini, sekaligus menganalisis Pengertian tentang :
1. Apa Saja Batasan dan Strategi strategi Kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana menurut para Ahli
2. Bagaimana Pendekatan, Sistem dan Tahap-tahap yang ada dalam
Manajemen Penanggulangan Bencana di Indonesia.
3. Penjelasan Tentang Prinsip – prinsip dan Asas-asas Penanggulangan
Bencana Menurut UU No. 24 tahun 2007
C. Metode Penulisan
Adapun dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode
deskriptif karena untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang
kemudian diklasifikasikan sehinga dapat diambil satu kesimpulan. Kesimpulan
tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan pengamatan, dengan begitu
dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.
Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran
pengertian yang sebenarnya dari pertanyaan yang ada di Bagian Identifikasi
Masalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan bukan lagi menjadi istilah yang asing bagi kita. Istilah ini kerap
dikaitkan dengan peristiwa bencana. Kesiapsiagaan (preparedness) adalah setiap
aktivitas sebelum terjadi bencana yang bertujuan untukmengembangkan kapabilitas
operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi (Heru
Susetyo, 2006:1). Nick Carter (Deny Hayati, dkk, 2006: 5) memaparkan setiap
aktifitas bencana yang dilakukan merupakan upaya terpadu seluruh elemen dalam
masyarakat, termasuk masyarakat sebagai individu. Setiap elemen secara terpadu
dan terorganisir bersama-sama mengupayakan untuk dapat merespon bencana
dengan efektif, tepat guna dan berdaya guna. UNISDR (Dheny Prasetyo
danFlorensia Malau (ed), (2013: 7) menjelaskan kesiapsiagaan adalah
upayamengembangkan pengetahuan dan kapasitas pemerintah, lembaga,
masyarakat dan perorangan dalam mengantisipasi, merespon dan pulih secara
efektif dari dampak-dampak peristiwa atau kondisi bencana yang mungkin ada,
segera ada atau saat ini ada. Sedangkan Achmad Jaelani (2008:53) menjelaskan
bahwa kesiapsiagaan mencakup upaya-upaya yang memungkinkan pemerintah,
masyarakat dan individu merespon secara cepatsituasi bencana secara efektif
dengan menggunakan kapasitas sendiri
Berdasarkan pemikiran para ahli dalam pemaparan di atas dapat diketahui
bahwa kesiapsiagaan merupakan tindakan yang dilakukan pada masa pra bencana.
Kesiapsiagaan bencana merupakan kepentingan semua lembaga, masyarakat dan
individu. Masing-masing komponen dalam stakeholders memiliki peran yang
berbeda dan harus dipadukan untuk dapat mencapai kesiapsiagaan secara
menyeluruh.
Artinya, setiap lembaga dan masyarakat memiliki kewajiban dan peran dalam
menanggulangi bencana dan menyiapkan diri untuk dapat menghadapi bencana
dengan cepat dan tepat. Tidak hanya lembaga dan masyarakat secara komunitas saja,
akan tetapi individu pun juga harus menyiapkan diri mereka sendiri. Setiap individu
harus mampu mengetahuai dan mampu melakukan tindakan-tindakan dalam
merespon bencana. Dari pendapat para ahli tersebut, penulis membatasi pengertian
kesiapsiagaan sebagai upaya yang dilakukan pada masa pra bencana yang
memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat maupun individu untuk dapat
menghadapi bencana yang mungkin akan terjadi dengan cara cepat dan tepat.
PEMBAHASAN
3.2.Tahapan Bencana
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster, tahap
serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap
rekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster memegang peran yang
sangat strategis.
a. Tahap Pra-Disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai
saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini
dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada tahap
pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana yang akan
dijumpainya kelak. Latihan yang diberikan kepada petugas dan masyarakat
akan sangat berdampak kepada jumlah besarnya korban saat bencana
menyerang (impact), peringatan dini dikenalkan kepada masyarakat pada tahap
pra bencana.
b. Tahap Serangan atau Terjadinya Bencana (Impact phase)
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (Impact phase) merupakan
fase terjadinya klimaks bencana. Inilah saat-saat dimana, manusia sekuat tenaga
mencoba ntuk bertahan hidup. Waktunya bisa terjadi beberapa detik sampai
beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap serangan dimulai saat bencana
menyerang sampai serang berhenti.
c. Tahap Emergensi
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang
pertama.Tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama yang menolong korban
bencana adalah masyarakat awam atau awam khusus yaitu masyarakat dari
lokasi dan sekitar tempat bencana.
Karakteristik korban pada tahap emergensi minggu pertama adalah :
korban dengan masalah Airway dan Breathing (jalan nafas dan pernafasan),
yang sudah ditolong dan berlanjut ke masalah lain, korban dengan luka sayat,
tusuk, terhantam benda tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang,
trauma kepala, luka bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan pabrik
kimia atau nuklir atau gas. Pada minggu ke dua dan selanjutnya, karakteristik
korban mulai berbeda karena terkait dengan kekurangan makan, sanitasi
lingkungan dan air bersih, atau personal higiene. Masalah kesehatan dapat
berupa sakit lambung (maag), diare, kulit, malaria atau penyakit akibat gigitan
serangga.
d. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap
rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih
utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita perlu melakukan
rekonstruksi budaya, melakukan re-orientasi nilai-nilai dan norma-norma hidup
yang lebih baik yang lebih beradab. Dengan melakukan rekonstruksi budaya
kepada masyarakat korban bencana, kita berharap kehidupan mereka lebih baik
bila dibanding sebelum terjadi bencana. Situasi ini seharusnya bisa dijadikan
momentum oleh pemerintah untuk membangun kembali Indonesia yang lebih
baik, lebih beradab, lebih santun, lebih cerdas hidupnya lebih memiliki daya
saing di dunia internasional.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga
diperlukan manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan
terencana. Manajemen bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Manajemen bencana di
mulai dari tahap pra bencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pasca bencana.
Pertolongan pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk
meminimalkan kerugian dan korban jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan
bencana menggunakan prinsip triage.
4.2. Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban
pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan
dukungan dari masyarakat umum. Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan
dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.
Daftar Pustaka
UMUM, Panduan. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. Bali: Yayasan
IDEP, 2007.