Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SOSIO ANTROPOLOGI
“PERAN MAHASISWA DALAM PENANGGULANAN BENCANA”

Dosen Pembimbing:

Disusun oleh:

1. Nova Widi Nur Ramanda (P17311204058 )


2. Dian Fitriani ( P17311204059 )
3. Andini Dwi Nur Antika ( P17311204060 )
4. Rona Ayu Fadillah Hairubbi (P17211204061 )

Kelas 1B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan nikmat-
Nyalah saya dapat mnyelesaikan sebuah tugas makalah Sosio Antropologi ini, yang
diberikan oleh ……………… selaku dosen Pembimbing Sosio Antropologi.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas Sosio Antropologi dari
dosen yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar
setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul “Peran
Mahasiswa dalam Penanggulanan Bencana”.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa
buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui media internet.
Saya sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber
walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.
Saya menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan saya
yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak
sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh karena itu saya mengucapkan mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Saya mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca
sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Bencana.....................................................................................................................3
2.2 Penanggulangan Bencana........................................................................................................4
2.3 Peran Mahasiswa dalam Penaggulangan Bencana..................................................................5

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Penanggulangan Bencana.....................................................................................6
3.1.1 Tujuan penanggulangan bencana .......................................................................................6

3.1.2 Penyelenggaraan penanggulangan bencana .......................................................................6

3.2 Mahasiswa...............................................................................................................................9
3.3 Peran Mahasiswa dalam Penanggulanan Bencana..................................................................11

BAB III PENUTUP


4.1 Kesimpulan.............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa merupakan salah satu agen perubahan yang memiliki peran penting dalam
realita kehidupan. Setiap mahasiswa memiliki minat, bakat, dan penalaran yang berbeda.
Kemudian minat, bakat, dan penalaran tersebut akan disalurkan melalui lembaga
kemahasiswaan yang terdapat di kampus. Secara garis besar baik mahasiswa maupun
bukan mahasiswa memiliki peran yang sama dalam upaya penanggulangan bencana.
Koordinasi yang baik antara lembaga kemahasiswaan dengan mahasiswa
dalam meningkatkan kepekaan akan bencana perlu diatur sebaikmungkin agar upaya yang
dilakukan lebih efektif.

Hal ini dianggap penting karena belum ada sistem yang mengatur apabila terjadi
bencana. Selama ini yang terjadi adalah hanya ada beberapa pihak saja yang terjun
langsung dalam kegiatan tanggap bencana. Menindaklanjuti hal tersebut maka nantinya
akan dibentuk tim formatur dimana ada perwakilan dari beberapa LK dan UKM.
Lalu, melakukan audiensi ke rektorat, pusat studi bencana, dan UKM lainnya. Kemudian
akan ditentukan pengurus untuk membuat statuta. Selanjutnya akan dibentuk program
kerja. Diharapkan setelah badan koordinasi ini terbentuk, peran mahasiswa dalam
penangulangan bencana semakin efektif. Dibutuhkan pula pelatihan mahasiswa
dalam tindak tanggap bencana. Mahasiswa nantinya akan dibekali pengetahuan yang
cukuptentang tindakan yang perlu dilakukan apabila suatu bencana terjadi pada dirinya.
Terutama kepada mahasiswa angkatan baru yang dilakukan secara
berkesinambungan sehingga mahasiswa lebih mawas terhadap bencana.

Upaya penanggulangan bencana harus dipahami oleh setiap orang, khususnya


mahasiswa sebagasi agen perubahan. Sebaiknya dilakukan dari lingkungan sendiri
kemudian berkembang ke wilayah yang lebih luas lagi. Langkah penanggulangan
menyangkut pra bencana, saat bencana, pasca bencana, dan kemudian dilakukan evaluasi
untuk memperbaiki sistem penaggulangan bencana yang digunakan. Hal ini demi
keberlangsungan realita sosial yang lebih baik. Semua kegiatan ini dapat terlaksana
dengan baik bila ada kerjasama yang baik dari semua pihak.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan :
1. Bagaimana pengertian penanggulangan bencana?
2. Bagaimana pengertian dari mahasiswa?
3. Bagaimana peran mahasiswa dalam penanggulanan bencana?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosio Antropologi, serta
dengan tujuan agar pembaca dapat mengerti tentang peran mahasiswa dalam
penanggulanan bencana.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan ini merujuk tiga konsep utama, yakni bencana, penanggulangan bencana, serta
peran perguruan tinggi sebagaimana uraian berikut ini:
2.1 Definisi bencana
Adapun definisi bencana berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2007 tentang 14 Afrizal Tjoetra dan Arfriani Maifizar / LWSA Conference Series
02 (2019) Penanggulangan Bencana (UU PB) dikemukakan sebagai “suatu peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengganggu kehidupan dan penghidupan masayarakat, disebabkan
oleh faktor alam dan non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologi”.
Merujuk uraian di atas, pemahaman tentang bencana setidaknya mengandung tiga aspek
utama, yaitu :
a. Terjadinya peristiwa atau gangguan terhadap kehidupan masyarakat secara berkelanjutan
dalam jangka waktu tertentu.
b. Peristiwa atau gangguan tersebut membahayakan kehidupan dan fungsi dari masyarakat
yang mengakibatknya ketidaknyamanan dalam masyarakat.
c. Mengakibatkan korban dalam jumlah tertentu dan melampaui kemampuan masyarakat
untuk mengatasi sesuai sumber daya dari masyarakat korban bencana tersebut.
Selanjutnya, bencana dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu bencana alam,
bencana non alam, dan bencana sosial. Hal ini sesuai dengan Indeks Risiko Bencana
Indonesia dengan uraian ringkas sebagai berikut:
a. Bencana Alam: Bencana yang terjadi akibat serangkaian peristiwa alam seperti gempa
bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, angin topan, gunung meletus dan kekeringan.
b. Bencana Non Alam: Bencana yang terjadi akibat serangkaian peristiwa non alam seperti
epidemi dan wabah penyakit, gagal modemisasi, dan kegagalan teknologi.
c. Bencana Sosial: Bencana yang terjadi akibat serangkaian peristiwa ulah/intervensi
manusia dalam beraktifitas yang meliputi teror dan konflik sosial antar kelompok maupun
antar komunitas.
Mengacu Himbawan diketahui bahwa semakin besar bencana terjadi maka
kerugian akan semakin besar apabila manusia, lingkungan, dan infrastruktur semakin rentan.
Selanjutnya, jika terjadi setiap bahaya (hazard), tetapi masyarakat tidak rentan, maka
masyarakat tersebut dapat mengatasi masalah sendiri peristiwa yang mengganggu.

3
Berikutnya, apabila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang
mengancam, maka tidak akan terjadi bencana.
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi
(BAKORNAS PB, 2002) dalam arahan kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan di Indonesia
menyatakan bahwa tingkat kerentanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah
satu faktor berpengaruh terhadap terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi bila
‘bahaya’ terjadi pada ‘kondisi rentan’. Berikutnya, BAKORNAS PB memaknai ancaman
atau bahaya sebagai suatu kejadian atau peristiwa yang berpotensi menimbulkan kerusakan,
kehilangan jiwa manusia, kerusakan lingkungan dan menimbulkan dampak suatu kondisi
yang ditentukan oleh psikologis. Hubungan ancaman (bahaya) dan kerentanan merupakan
perpaduan antara ancaman + kerentanan = bencana.
Merujuk UU PB dalam Pasal 5 dan Pasal 6 diatur bahwa Pemerintah mempunyai
tanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, meliputi [4] :
a. Pengurangan resiko bencana dan pemaduan pengurangan resiko bencana dengan program
pembangunan.
b. Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.
c. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil
dan sesuai dengan standar pelayanan minimum.
d. Pemulihan kondisi dari dampak bencana.
e. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara yang memadai.
f. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai.
g. Pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan dampak bencana.
2.2 Penaggulangan Bencana/Mitigasi
Mitigasi atau mitigasi bencana dapat dimaknai sebagai serangkaian upaya mengurangi
resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Hal ini dapat dilihat dalam UU PB serta
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana (PP Penanggulangan Bencana) [5]. Berikutnya, dalam Pasal 20 Ayat (1) PP
Penanggulangan Bencana menetapkan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi risiko
dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang berada pada kawasan
rawan bencana. Afrizal Tjoetra dan Arfriani Maifizar / LWSA Conference Series 02 (2019)
15
Selanjutnya, PP Penanggulangan Bencana dalam Pasal 20 Ayat (2) mengatur bahwa
kegiatan mitigasi bencana dilakukan melalui:

4
a) perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang yang berdasarkan pada analisis risiko
bencana;
b) pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan; dan
c) penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, baik secara konvensional maupun
modern.
2.3 Peran Mahasiswa dalam Penaggulangan Bencana
Peran mahasiswa dalam kegiatan penanggulangan bencana adalah pengejawantahan
dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, dalam hal pengabdian kepada masyarakat. “Hendaknya
mahasiswa perguruan tinggi bisa menjadi pionir-pionir di masyarakat terkait penanggulangan
bencana. Kemudian KKN tematik penanggulangan
bencana bisa lebih ditingkatkan jumlahnya. Kami dari BNPB menyambut dengan baik
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perguruan tinggi,” tandas Sutopo.
Partisipasi aktif dari mahasiswa tentunya juga harus didukung oleh universitas tempat
mereka bernaung. Sinergi dari dua komponen ini akan melahirkan kekuatan yang luar biasa
dalam usaha penanggulangan bencana. “Dalam kondisi tertentu mungkin mahasiswa mampu,
tetapi tetap harus melibatkan civitas akademika. Karena dengan adanya pendamping dari
kampus maka kegiatan akan lebih terarah,” kata Kepala Subdirektorat Kemahasiswaan
Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Widyo Winarso
kepada para peserta lokakarya.
Pada tahap awal lokakarya, peserta diajak untuk mengeksplorasi ide dan pemahaman
mereka terkait kebencanaan secara utuh melalui metode diskusi kelompok partisipatif. Tanpa
canggung dosen dan mahasiswa berbaur saling berdiskusi dalam satu kelompok. Hal tersebut
dilakukan mengingat para peserta datang dengan pengalaman dan pemahaman kebencanaan
yangberbeda-beda.
Hakikatnya ajang semiloka ini juga menjadi tempat untuk saling berbagi pengalaman dan
pembelajaran tentang penanggulangan kebencanaan yang melibatkan perguruan tinggi..

5
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penanggulangan Bencana


 Penanggulangan Bencana adalah Suatu proses yang dinamis, terpadu dan
berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan
dengan penanganan, merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan pembangunan kembali.

Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi


penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

2.1.1 Tujuan penanggulangan bencana

Tujuan dari penanggulangan bencana yaitu :

1. Memberikan    perlindungan kepada masyarakat   dari ancaman bencana;


2. Menyelaraskan  peraturan perundang-undangan  yang sudah ada;
3. Menjamin    terselenggaranya  penanggulangan  bencana secara terencana, 
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;
4. Menghargai budaya lokal;
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik  serta swasta;
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan;
dan
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

2.1.2 Penyelenggaraan penanggulangan bencana


Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi: 
 Prabencana 
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana
meliputi:

1) Dalam situasi tidak terjadi bencana, meliputi :


 perencanaan penanggulangan bencana, yang terdiri atas :
1. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;

6
2. Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
3. Analisis kemungkinan dampak bencana;
4. Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
5. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan
dampak  bencana; dan
6. Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
 Pengurangan risiko bencana, yang terdiri atas :
1. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
2. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
3. Pengembangan budaya sadar bencana;
4. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana; dan
5. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan
penanggulangan bencana.
 Pencegahan yang terdiri atas :
1. Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber
bahaya atau ancaman bencana;
2. Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya
alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi
menjadi sumber bahaya bencana;
3. Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba
dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman
atau bahaya bencana;
4. Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
5. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
 Pemaduan dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan
dengan cara mencantumkan unsur-unsur
rencana penanggulangan bencana ke dalam rencana
pembangunan pusat dan daerah, dilakukan secara berkala
dikoordinasikan oleh suatu Badan.
 Analisis resiko bencana
 Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk
mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan

7
peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan, dan
penerapan sanksi terhadap pelanggar.
 Pendidikan dan pelatihan; dan
 Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
2) Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, meliputi :
kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi bencana.
 Tanggap Darurat 
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi:

1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan


sumber daya; untuk mengidentifikasi:  cakupan lokasi bencana;
jumlah korban; kerusakan prasarana dan sarana; gangguan terhadap
fungsi pelayanan umum serta pemerintahan; dan kemampuan sumber
daya alam maupun buatan.
2) Penentuan status keadaan darurat bencana;
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui
upaya:  pencarian dan penyelamatan korban; pertolongan darurat;
dan/atau evakuasi korban.
4) pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi :  kebutuhan air bersih dan
sanitasi; pangan; sandang; pelayanan kesehatan; pelayanan
psikososial; dan  penampungan dan tempat hunian.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan (bayi, balita, dan anak-anak; ibu
yang sedang mengandung atau menyusui; penyandang cacat; dan
orang lanjut usia) berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan,
pelayanan kesehatan, dan psikososial.
6) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan
dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.
 Pascabencana 
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana
meliputi:

1) Rehabilitasi, melalui kegiatan:


 Perbaikan lingkungan daerah bencana;

8
 Perbaikan prasarana dan sarana umum;
 Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
 Pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan;
 Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
 Pemulihan sosial ekonomi budaya;
 Pemulihan keamanan dan ketertiban;
 Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
 Pemulihan fungsi pelayanan publik
2) Rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih
baik, meliputi:
 Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
 Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
 Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
 Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang lebih baik dan tahan bencana;
 Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat; peningkatan
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
 Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan
utama dalam masyarakat.

2.2 Mahasiswa
Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di
sebuah universitas atau perguruan tinggi(Wikipedia, 2014) .Mahasiswa dapat dikatakan
sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat.Dengan kesempatan dan kelebihan
yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga
belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb.
Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah
suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.
Nugroho (2013) menuliskan, berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang
dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan
kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya.
Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan

9
pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun
bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat.

1. Agent Of Change (Generasi Perubahan).


Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Artinya jika ada sesuatu yang
terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk merubahnya
sesuai dengan harapan sesungguhnya. Dengan harapan bahwa suatu hari
mahasiswa dapat menggunakan disiplin ilmunya dalam membantu pembangunan
Indonesia untuk menjadi lebih baik kedepannya. Mahasiswa adalah salah satu
harapan suatu bangsa agar bisa berubah ke arah lebih baik. Hal ini dikarenakan
mahasiswa dianggap memiliki intelektualitas yang cukup bagus dan cara berpikir
yang lebih matang, sehingga diharapkan mereka dapat menjadi jembatan antara
rakyat dengan pemerintah.
2. Social Control (Generasi Pengontrol).
Sebagai generasi pengontrol seorang mahasiswa diharapkan mampu
mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitarnya.Jadi, selain pintar
dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus pintar dalam bersosialisasi dan
memiliki kepekaan dengan lingkungan. Mahasiswa diupayakan agar mampu
mengkritik,memberi saran dan solusi jika keadaan sosial bangsa sudah tidak sesuai
dengan cita-cita dan tujuan,memiliki kepekaan, kepedulian, dan kontribusi nyata
terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual. Asumsi yang kita
harapkan dengan perubahan kondisi sosial masyarakat tentu akan berimbas pada
perubahan bangsa. Intinya mahasiswa diharapkan memiliki sense of belonging
yang tinggi sehingga mampu melakukan halhal yang bermanfaat bagi masyarakat.
Tugas inilah yang dapat menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi
orang yang senantiasa mencarikan solusi berbagai problem yang sedang
menyelimuti mereka.
3. Iron Stock(Generasi Penerus).
Sebagai tulang punggung bangsa di masa depan, mahasiswa diharapkan
menjadi manusiamanusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia
yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya di pemerintahan
kelak. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk
masa depan bangsa Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang
ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari

10
golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-
menerus. Dunia kampus dan mahasiswa merupakan momentum kaderisasi yang
sangat sayang bila tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.Pada saat menjadi
mahasiswa diberikan banyak pelajaran serta pengalaman yang suatu saat nanti
akandipergunakan untuk membangun bangsa ini.
4. Moral Force(Gerakan Moral).
Mahasiswa sebagai penjaga stabilitas lingkungan masyarakat, diwajibkan
untuk menjaga moralmoral yang ada. Bila di lingkungan sekitar terjadi hal-hal
yang menyimpamg dari norma yang ada, maka mahasiswa dituntut untuk merubah
dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang diharapkan. Mahasiswa
sendiripun harus punya moral yang baik agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat
dan juga harus bisa merubah ke arah yang lebih baik jika moral bangsa sudah
sangat buruk, baik melalui kritik secara diplomatis ataupun aksi.

Sebagai insan akademis mahasiswa harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan
kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Hal ini akan tumbuh dengan
sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-
pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan
dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-
solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.Insan akademis harus selalu mengembangkan
dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi
tantangan masa depan.Sebagai insan akademis yang selalu mengikuti watak ilmu, juga
berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus
mencari nilai-nilai kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat,
dan yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut Nugroho (2013). Posisi
mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara idealisme dan realita. Tak
jarang akan berat sebelah, saat membela idealisme ternyata melihat realita masyarakat
yang semakin buruk. Saat berpihak pada realita, ternyata secara tak sadar sudah
meninggalkan idealisme dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang
seharusnya kita miliki.

2.3 Peran Mahasiswa dalam Penanggulanan Bencana


Melalui uraian di atas sebenarnya ada peran mahasiswa yang sangat strategis dalam
menghadapi bencana alam yang sering dihadapi Indonesia.Bencana alam selalu

11
memerlukan penanganan yang cepat, terarah dan terstuktur. Sayangnya sampai saat ini
hanya organ-organ pemerintah (SAR, BPBD, PMI) yang dapat digerakkan dengan segera
setelah muncul bencana. Selebihnya adalah para relawan yang memiliki keterbatasan
dalam banyak hal, baik dalam ruang lingkup kendali maupun koordinasi. Akibat yang
ditimbulkan oleh bencana alam yang memerlukan penanganan segera diantaranya adalah
evakuasi, pengobatan, logistik, pendampingan psikologis dan perbaikan infrastruktur
yang rusak.
Data di Kopertis wilayah V Propinsi DIY (2014) menunjukkan terdapat 107
perguruan tinggi swasta yang terdiri dari 18 universitas, 4 institut, 37 sekolah tinggi, 41
akademi dan 7 politehnik yang kesemuanya memiliki 517 program studi . Ini adalah
sebuah potensi yang luar biasa untuk dapat mengatasi dan membantu korban bencana.
Jika tiap-tiap perguruan tinggi (besarmenengah-kecil) mampu menyiapkan 10-30 orang
mahasiswa maka akan terkumpul 2000an mahasiswa yang siap untuk digerakkan
mengatasi bencana alam yang terjadi. Mereka dapat saja diberikan predikat relawan
mahasiswa.
Mahasiswa dapat dipilih misalnya dari semester 3 sampai dengan semester 6 dengan
lama waktu sebagai relawan adalah selama 1 tahun untuk kemudian dapat diganti oleh
adik kelasnya. Begitu seterusnya sehingga ketersedian mahasiswa sebagai relawan akan
tetap terus ada dan tetap jumlahnya. Mahasiswa yang terpilih sebagai relawan bencana
alam setidaknya adalah mereka yang aktif mengikuti ukm di kampus seperti menwa, ksr,
mapala, pramuka, kerohanian, dll sehingga memenuhi kualifikasi di bidangnya.Pada saat
terjadi bencana, misalnya, penanganan rescue dan evakuasi diserahkan kepada mahasiswa
yang berasal dari ukm menwa dan mapala, bidang kesehatan diserahkan kepada
mahasiswa ukm ksr, bidang logistik dan dapur umum diserahkan mahasiswa ukm ke
pramuka, pendampingan psikologis korban diserahkan ke mahasiswa ukm kerohanian,
dan seterusnya. Syarat utama untuk menjadi mahasiswa relawan adalah memiliki empati
terhadap korban bencana, ulet, tangguh dan tidak mudah menyerah serta berjiwa tulus dan
tanpa pamrih.
Mahasiswa relawan juga masih perlu dibekali dengan ketrampilan tambahan dari
pemangku kepentingan yang dapat berasal dari BPBD, Basarnas, PMI, Orari, dll. Biaya-
biaya yang timbul dapat saja dibebankan kepada anggaran APBD baik kabupaten/kota
maupun propinsi. Dapat juga berasal dari perusahaan-perusahaan swasta maupun BUMN
yang peduli terhadap lingkungan malalui dana-dana Corporate Social Responsibillity
(CSR). Melalui tahapan-tahapan pelatihan dan koordinasi yang terstruktur maka dapat

12
diyakini, mahasiswa akan mampu untuk menjadi tulang punggung dan garda terdepan
bila terjadi sebuah musibah bencana alam. Selanjutnya para relawan mahasiswa ini harus
siap siaga selama satu tahun masa baktinya untuk kemudian diganti oleh angkatan
berikutnya.
Proses rekrutmen relawan mahasiswa dapat diserahkan kepada masing-masing
kampus dengan didampingi unsur-unsur di luar kampus (SAR, BPBD). Kegiatan
mahasiswa sebagai relawan ini dapat disetarakan dengan beban kegiatan akademik seperti
KKN, PKL, KKL dan lainlainnya menurut kebijakan kurikulum masing-masing
perguruan tinggi. Relawan mahasiswa dapat diberikan penghargaan dan pengakuan
prestasi berupa Sertifikat Penghargaan yang dapat diterbitkan oleh Kementrian Riset dan
PT atau Kementrian Pemuda dan Olah Raga.
Pada akhirnya relawan mahasiswa ini siap untuk digerakan bila sewaktu-waktu timbul
bencana alam dengan dikoordinasikan oleh basarnas, kampus dan pemda setempat.
Apabila kejadian bencana alam dapat dimanajemeni dengan baik, baik menyangkut
penanggulangan maupun penanganan korban bencana, maka dapat dipastikan resiko
bencana yang ditimbulkan akan dapat diminimalisir. Kegiatan ini akan sangat bermanfaat
bagi mahasiswa yang kelak diharapkan akan menjadi pemimpin bangsa. Kegiatan ini
akan membangun empati mahasiswa yang ketika pada saatnya tampil sebagai pemimpin
tidak akan kehilangan jati diri dan tetap terjaga moralitasnya. Mahasiswa akan ditempa
oleh lingkungan sebagai kaum intelektual yang dekat dengan masyarakat bukan
intelektual menara gading. Karena kelak pada akhirnya di pundak generasi inilah nasib
bangsa akan dipertaruhkan.
Disini mahasiswa di harapkan bisa menjadi pionir-pionir bagi masyarakat
terkait penanggulangan bencana. Mahasiswa di harapkan bisa membantu dan bisa
berkontribusi dengan masyarakat dalam hal penanggulangan bencana. Contoh-contoh
peran mahasiswa dalam penanggulangan bencana yaitu :
1. Mahasiswa bisa mengabdi kepada masyarakat untuk menjadikan desa yang tangguh
dan tanggap akan potensi serta ancaman bencana pada suatu desa atau kelurahan.
Seperti mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan sungai agar tidak terjadi
banjir, menanam pohon kembali/reboisasi agar tidak terjadi longsor dan lain-lain.
Mahasiswa juga harus bisa memberikan arahan dan pengetahuan kepada masyarakat
akan potensi bencana dan bagaimana menangapi nya.
2. Mahasiswa bisa berpartisipasi untuk penggalangan dana bagi korban bencana. Bisa
berupa bantuan uang, pakaian, obat-obatan, buku bagi anak-anak dan lain-lain.

13
3. Mahasiswa di jurusan Kesehatan juga bisa berkontribusi kepada masyarakat yang
terdampak bencana dengan memberikan pelayanan kesehatan. Seperti memeriksa,
mengobati korban bencana yang sedang sakit dan lain-lain. Bagi mahasiswa di
jurusan kebidanan juga bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat seperti
pelayanan pemeriksaan ibu hamil, memberian vaksin kepada bayi/balita, dan
memberikan pengetahuan atau arahan yang baik kepada ibu dan anak.
4. Mahasiswa juga bisa membantu memberikan pelayanan makanan yang sehat dan
bergizi para korban bencana.

Salah satu contoh lain yaitu peran mahasiswa di tengan bencana Covid-19 ini
Mahasiswa harus aktif dan kritis dalam mendukung program pemerintah guna mencegah
penyebaran Covid-19, juga memberikan pemahaman atau edukasi kepada masyarakat
berdasarkan data-data yang disampaikan oleh pemerintah melalui media. Kesadaran di
kalangan mahasiswa juga harus tinggi terhadap penyebaran Covid-19 ini. Bentuk
kesadaran ini dapat dimulai dari kesadaran terhadap diri sendiri, lalu mensosialisasikan
program pemerintah tentang lima pencegahan Covid-19, yaitu sering cuci tangan pakai
sabun, tetap tinggal di rumah, jaga jarak dan hindari kerumunan, tidak berjabat tangan, dan
pakai masker bila sakit atau berada di tempat umum.
Peran mahasiswa dalam memberikan pemberitaan di media juga sangat
berperan penting. Selain itu, juga harus memperhatikan stigma dan data-data agar tidak
terjadi kesalahan pada saat orang lain menerimanya.Fungsi mahasiswa ada dua, yakni
mahasiswa sebagai agen perubahan yang mampu untuk memberitahukan hal-hal penting
bagi masyarakat dan mahasiswa sebagai agen kontrol sosial yang berbicara tentang
bagaimana mahasiswa harus mampu menempatkan dirinya sebagai kaum tengah yang bisa
berada di antara masyarakat dan pemerintah (sebagai penyambung lidah rakyat).
Mahasiswa harus bisa peduli dengan kasus Covid-19 ini, sehingga nantinya
mahasiswa dapat membantu mengampanyekan dampak-dampak dari Covid-19 dengan
menggunakan media digital seperti media sosial. Peran Penting Mahasiswa Dalam Memutus
Rantai Penyebaran dan MenekanKasus Positif Covid-19. Mahasiswa dengan pengetahuan dan
segala kelebihannya ikut berpartisipasidalam membantu menurunkan morbiditas Covid-19
dengan memberikan edukasiatau pesan singkat tentang pencegahan melalui media elektonik,
menjadi relawan,membantu tenaga medis, ataupun kegiatan yang lain yang bisa dilakukan
meskipundikerjakan dari rumah. Tidak hanya itu mereka juga berpartisipasi sebagai
pengontrol berita hoax. Hal itu dilakukan dengan cara menyajikan informasi yang benar, tepat

14
dan dapat dipercaya. Mahasiswa memiliki kemampuan berpikir kritis,realistidan dan mampu
menganalisis, sehingga tidak mudah mengikuti opini keliruyang beredar di masyarakat.
Keterlibatan mahasiswa sebagai relawan dalam organisasi kemanusiaan untukmengurangi
penyebaran dan mengurangi dampak Covid-19 sangat penting. Hal inidapat dilihat dalam
kegiatan aktivitas yang tidak kontak langsung dengankeramaian, orang dalam pemantauan
(ODP), atau pasien dalam pemantauan (PDP).Dan beberapa mahasiswa aktif menggalang
dana, dan menyalurkan dalam bentukalat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis, dan
pegawai rumah sakit termasuksatpam. Mahasiswa juga terlibat dalam penyemprotan
desinfektan, pembuatan hand sanitizer, dan masker yang dibagikan ke tenaga medis, panti
jompo, tim media sertamasyarakat umum.
Peran aktif mahasiswa Indonesia dalam penanganan pandemic Covid-19 perlu
diapresiasi. Mahasiswa menunjukan empati dengan membantu masyarakat dan
memulihkankondisi pandemic Covid-19. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk berpikir
kritis,realistis dan mampu menganalisis dalam mengedukasi anggota keluarga dan
masyarakat.Keterlibatan mahasiswa sebagai relawan dalam organisasi kemanusiaan
untukmengurangi penyebaran dan mengurangi dampak Covid-19 sangat penting.
Terutama,kondisi saat masa pandemic Covid-19 yang merebah di seluruh penjuru negara. Hal
inimenumbuhkan sikap Nasionalisme pada mahasiswa yang merupakan sikap yang sangat
penting untuk dikembangkan dalam berbangsa dan bernegara. Negara yang
rakyatnyamenjunjung tinggi rasa nasionalisme akan menjadi bangsa yang kuat dalam
menghadapi berbagai hal demi keberlangsungan hidup bersama.Disadari maupun tidak,
mahasiswa juga turut serta berkontribusi dalam membantuupaya pemerintah dalam memutus
rantai penyebaran corona dan menekankan jumlah pasien positif Covid-19. Selain itu
kewajiban untuk belajar pun tidak ditinggalkan. Merekatetap berkreativitas dan berinovasi
meskipun dalam pembelajaran kuliah dilakukan dengandaring. Beberapa pengembangan
teknologi untuk pengurangan penyebaran dan dampakCovid-19 merupakan wujud hasil
dedikasi mahasiswa dalam membantu pemerintahIndonesia.

15
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran mahasiswa sangat strategis dalam menghadapi bencana alam yang sering
dihadapi Indonesia. Mahasiswa misalnya dapat berperan sebagai relawan dalam ikut
menanggulangi masalah bencana alam. Kegiatan ini bisa saja dikoordinir oleh pihak
kampus agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lebih baik. Dengan peran serta
mahasiswa dalam manajemen kebencanaan ini diharapkan penanganan korban bencana
alam dapat dilakukan dengan lebih baik dan risiko yang ditimbulkan dapat diminimalisir.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.amaypk.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/manajemen-kebencanaan-
berbasis-mahasiswa.pdf
https://idtesis.com/pengertian-dan-tujuan-penyelenggaraan-penanggulangan-bencana/
https://oxfamblogs.org/indonesia/menjadikan-mahasiswa-sebagai-pionir-penanggulangan-
bencana/
file:///D:/Samsung%20Data/Downloads/582-Article%20Text-624-1-10-20200210.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai