Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PRAKTEK KEPERAWATAN

MANAJEMEN RISIKO BENCANA PARIWISATA


DI UPT PUSDALOPS PB PROVINI BALI
21 NOVEMBER 11 DESEMBER 2016

Halaman Judul
OLEH
LUH VERRA SRIDYANTARI

P07120213017

D IV KEPERAWATAN SEMESTER VII

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul Laporan
Praktek Keperawatan Mnagement Risiko Bencana tepat pada waktunya.

Penulisan laporan ini tidak semata-mata penulis selesaikan sendiri, namun dalam
proses penyelesaiannya penulis dibantu oleh beberapa pihak. Secara khusus penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu NLP Yunianti SC, A.Per.Pend., S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
2. Bapak Ns, I Made Widastra, S.Kep selaku dosen dalam mata kuliah
Praktek Management Risiko Bencana, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada kami.
3. Bapak Drs. IGM Jaya Serataberana, M.Si selaku pembimbing di
tempat praktek
4. Rekan-rekan penulis yang dengan semangat bekerja sampai laporan ini
selesai.
5. Semua pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Namun terlepas dari semua itu penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang bersifat konstruktif
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan berikutnya.

Akhir kata penulis minta maaf apabila dalam penyajian tulisan ini terdapat
kekeliruan-kekeliruan. Hal tersebut tidak terlepas dari penulis yang baru belajar. Semoga
laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 11 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

2
Halaman Judul..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum...........................................................................................2
1.4 Bobot Praktikum.............................................................................................3
1.5 Kegiatan Praktik.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Pengertian Manajemen Risiko Bencana....................................................4
2.2 Tujuan Manajemen Risiko Bencana..........................................................5
2.3 Manfaat Manajemen Risiko Bencana........................................................5
2.4 Tim Bencana..............................................................................................6
2.5 Proses Siklus Manajemen Risiko Bencana...............................................7
2.6 Identifikasi Risiko Bencana.....................................................................12
2.7 Analisis Risiko Bencana..........................................................................17
2.8 Manajemen Bencana Pada Industri Pariwisata.......................................18
BAB III LAPORAN HASIL KEGIATAN.............................................................22
3.1 Hasil Kegiatan.............................................................................................22
3.2 Dokumentasi Kegiatan.................................................................................55
BAB IV PENUTUP...............................................................................................63
4.1 Simpulan.......................................................................................................63
4.2 Saran.............................................................................................................63
Daftar Pustaka........................................................................................................64

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, Indonesia
merupakan wilayah rawan bencana. Indonesia berada di atas kerak bumi yang
aktif dimana ada lima patahan lempeng bumi yang bertemu, bertumbukan dan
mengakibatkan pergerakan bumi Indonesia dinamis.
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi
bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis
bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan
budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam,
bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga
kaya akan sumberdaya alam. Frekuensi bencana alam yang terjadi di
Indonesia cukup tinggi, terjadi silih berganti mulai dari bencana gempa bumi,
tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan gunung meletus.
Terjadinya bencana alam pastilah menimbulkan banyak kerugian baik
berupa metrial maupun korban jiwa bagi benduduk yang tertimpa bencana
tersebut. Untuk meminimalisir jumlah korban jiwa dan harta benda yang
diakibatkan oleh suatu bencana maka perlu dilakukan langkah-langkah
starategis dalam menghadapi kemungkinan bencana yang terjadi dengan
manajemen bencana. Terutama dalam masalah kesehatan para korban jiwa.
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang tersebut, penyelenggaraan
penanggulangan bencana mencakup serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana merupakan keseluruhan dari semua tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang akan terjadi terkait
dengan bahaya dan untuk meminimalkan kerusakan setelah suatu peristiwa
bencana terjadi atau telah terjadi dan untuk pemulihan langsung dari
kerusakan. Manajemen bencana terdiri dari beberapa langkah diantaranya
mitigation, preparadness, response dan recovery. Pada tahap recovery, terjadi

1
proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Tahap
recovery terdiri dari rehabilitasi dan rekontruksi baik dari fisik, psikologis dan
komunitas.
Berdasarkan latar belakang di atas, Prodi D-IV Keperawatan Reguler
Politeknik Kesehatan Denpasar menerapkan metode pembelajaran praktik
Manajemen Risiko Bencana Pariwisata dimana teori dari mata kuliah ini telah
didapatkan di semester VI. Hasil dari proses pembelajaran praktik manejemen
risiko bencana pariwisata ini dimuat dalam laporan kegiatan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana menetapkan konteks risiko bencana pariwisata ?
2. Bagaimana identifikasi risiko bencana pariwisata ?
3. Bagaimana analisis risiko bencana pariwisata ?
4. Bagaimana evaluasi risiko bencana pariwisata ?
5. Bagaimana penanganan risiko bencana pariwisata ?
6. Bagaimana pemahaman dan implementasi proses manajemen risiko
bencana pariwisata ?

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini dapat dibagi menjadi dua yaitu,
1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran praktik dan orientasi
ditempat praktik, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
mengimplementasikan proses manajemen risiko bencana pariwisata.

2 Tujuan Khusus
Capaian pembelajaran praktikum yang diharapkan adalah
mahasiswa :
a. Mampu menetapkan konteks risiko bencana pariwisata
b. Mampu mengidentifikasi risiko bencana pariwisata

2
c. Mampu menganalisis risiko bencana pariwisata
d. Mampu mengevaluasi risiko bencana pariwisata
e. Mampu menangani risiko bencana pariwisata
f. Mengimplementasi proses manajemen risiko bencana pariwisata

1.4 Bobot Praktikum


Bobot Praktik Manajemen Risiko Bencana Pariwisata ini adalah 4 SKS.
Waktu yang dibutuhkan selama : 4 x 10 minggu x 160 menit = 6.400 menit.

1.5 Kegiatan Praktik


Adapun kegiatan praktik manajemen risiko bencana pariwisata ini adalah :
1 Menetapkan konteks risiko bencana pariwisata
2 Mengidentifikasi risiko bencana pariwisata
3 Menganalisis risiko bencana pariwisata
4 Mengevaluasi risiko bencana pariwisata
5 Menangani risiko bencana pariwisata
6 Mengikuti Pre dan Post conference
7 Mendokumentasikan kegiatan/membuat laporan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Risiko Bencana


Menurut Krishna (2002), manajemen bencana merupakan
pengetahuan yang terkait dengan upaya untuk mengurangi risiko, yang
meliputi tindakan persiapan sebelum bencana terjadi, dukungan, dan
membangun kembali masyarakat saat setelah bencana terjadi. Lebih lanjut
Krishna mengungkapkan bahwa lingkaran manajemen bencana (disaster
management cycle) terdiri dari tigakegiatan besar. Pertama adalah sebelum
terjadinya bencana (pre event), kedua yaitu saat bencana dan ketiga adalah
setelah terjadinya bencana (post event).
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang dinyatakan dalam
hidup, status kesehatan,mata pencaharian, aset dan jasa, yang dapat terjadi
pada suatu komunitas tertentu ataumasyarakat dalam suatu kurun waktu
tertentu (UNISDR, 2009). Risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat.
Definisi risiko bencana mencerminkan konsep bencana sebagai hasil
dari hadirnya risiko secara terus menerus. Risiko bencana terdiri dari
berbagai jenis potensi kerugian yang sering sulit untuk diukur.Namun
demikian, dengan pengetahuan tentang bahaya, pola populasi, dan
pembangunansosial-ekonomi, risiko bencana dapat dinilai dan dipetakan,
setidaknya dalam arti luas.
Manajemen risiko bencana adalah pengaturan upaya
penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang
mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh
pada saat sebelum terjadinya bencana.
Jadi kesimpulan dari manajemen risiko bencana adalah upaya untuk
mengurangi bahaya atau konsekuensi yang dapat terjadi pada penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor

4
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis dengan cara tindakan persiapan sebelum bencana terjadi,
dukungan, dan membangun kembali masyarakat saat setelah bencana
terjadi.

2.2 Tujuan Manajemen Risiko Bencana


Banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya mengelola
bencana dengan baik. Saah satu faktor adalah karena bencana belum pasti
tejadinya dan tidak diketahui kapan akan terjadi. Sebagai akibatnya,
manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah pengamanan
dan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.
Untuk itu diperlukan sistem manajemen bencana yang bertujuan
untuk:

1. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang


tidak diinginkan.
2. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu
bencana atau kejadian.

3. Meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat atau


organisasai tentang bencana sehingga terlibat dalam proses
penanganan bencana

4. Melindungi anggota masyarakat dari bahaya atau dampak bencana


sehingga korban dan penderitaan yang dialami dapat dikurangi.

5. Mengurangi, atau mencegah, kerugian karena bencana

6. Menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap


korban bencana

7. Mencapai pemulihan yang cepat dan efektif.

5
2.3 Manfaat Manajemen Risiko Bencana
Menurut Pamungkas (2010), manejemen resiko/ bencana memiliki
empat manfaat, yang mana diantaranya adalah sebagai berikut:

a Evaluasi dari program pengendali bencana akan dapat memberikan


gambaran mengenai keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan
b Memberikan sumbangan bagi peningkatan keuntungan perusahaan
c Ketenangan hati yang dihasilkan oleh manajemen bencana yang baik
akan membantu meningkatkan produktifitas dan kinerja
d Menunjukkan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap karyawan,
pelanggan dan masyarakat luas

2.4 Tim Bencana


Tim bencana merupakan orang. orang yang mengkoordinir atau
memiliki tanggung jawab terhadap manajemen bencana. Tim bencana
yang biasanya digunakan dihotel biasanya adalah Emergency Responsible
Teamdan Fire Brigade, sedangkan menurut BPBD Kota Denpasar
beberapa jenis tim bencana adalah Publict Save Community (PSC),
Barisan Relawan Bencana (BALANA), dan Search and Rescue (SAR).
Adapun jenis - jenis tim bencana tersebut adalah sebagai berikut:

a. Emergency Responsible Team


Emergency Responsible Team (ERT) didefinisikan oleh Georgetown
University (2014) sebagai berikut, The Emergency Responsible Team
(ERT) is responsible team for coordinating the response to crises
affecting the safety and operation of some disaster. They will be called
to assist inthe management of the emergency situation. Tim ini
merupakan tim khusus yang menangani masalah bencana, tim ini
selain dibentuk oleh Georgetown University juga dibentuk oleh
berbagai organisasi termasuk hotel.
b. Fire Brigade
Fire Brigade didefinisikan sebagai berikut Fire Brigade is a private or
temporary organization of individual equipped to fight fires. Fire
Brigade tersebut merupakan organisasi yang bertugas untuk

6
menanggulangi segala jenis bencana yang berhubungan dengan
kebakaran. Selain dari pemerintah, tim ini biasanya juga dibentuk oleh
hotel - hotel.
c. Public Save Community (PSC)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Public Save Community merupakan
petugas yang memberikan pelayanan kedaruratan kepada masyarakat
Kota, dioprasikan oleh petugas khusus yang dilengkapi dengan tiga
mobil ambulance, dan siaga 24 jam di setiap pos jaga. Petugas PSC
bergerak mengikuti pergerakan mobil pemadam pada saat terjadi
kebakaran dan PSC setiap saat bertugas mengevakuasi korban
kecelakaan lalu lintas dan bencana lainya.
d. Search and Rescue (SAR)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, Searh
and Rescue (SAR) memiliki pengertian yaitu badan yang berfungsi
melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi
Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan
material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi
bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan
bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya
sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.
e. Barisan Relawan Bencana (BALANA)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Barisan Relawan Bencana (BALANA)
merupakan barisan relawan bencana yang direkrut dari pegawai Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Kota
Denpasar yang ditugaskan ikut serta menangani bencana.

2.5 Proses Siklus Manajemen Risiko Bencana

A. Pra bencana

Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra


bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi.

7
1. Kesiapsiagaan

Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiagaan adalah tahapan
yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota
masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.
2. Peringatan dini
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak,
khususnya mereka yang potensi terkena bencana akan kemungkinan
datangnya suatu bencana di daerahnya masing-masing. Peringatan
didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki diolah
atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan
datangnya suatu bencana.
3. Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi
bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat suatu bencana. Upaya memperkecil dampak
negative bencana. Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk
mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang
berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain
rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur
ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan
dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat
dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti
menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi
lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang
dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah
daerah.

8
Contoh: zonasi dan pengaturan bangunan (building codes), analisis
kerentanan; pembelajaran public.

Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui


berbagai upaya dan pendekatan antara lain:
a) Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi
dampak suatu bencana misalnya membuat material yang tahan
terhadap bencana, dan membuat rancanagan pengaman,
misalnya tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya.
b) Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang
paham dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku
dan cara hidup manusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang
dihadapinya.
c) Pendekatan admisnistratif
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan
pendekatan administratif dalam manajemen bencana, khususnya
di tahap mitigasi sebagai contoh:

1) Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang


memperhitungkan aspek risiko bencana

2) Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan


pembangunan industry berisiko tinggi.

3) Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi


tanggap darurat di setiap organisasi baik pemerintahan
maupun industry berisiko tinggi.

d) Pendekatan kultural
Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan

9
bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang
telah mebudaya sejak lama.

B. Saat Bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat
bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan
dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi
dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian
dapat diminimalkan.
1) Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan
bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.
Menurut PP No. 11, langkah-langkah yang dilakukan dalam
kondisi tanggap darurat antara lain:
a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat
kerusakannya.

b) Penentuan status keadaan darurat bencana.

c) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana


sehingga dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat
bencana terlalu besar dan berdampak luas, mungkin bencana
tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.

d) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.

10
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan
evakuasi korban bencana. Hal yang dapat dilakukan antara lain:

a) Pemenuhan kebutuhan dasar

b) Perlindungan terhadap kelompok rentan (anak-anak, lansia, orang


dengan keterbatasan fisik, pasien rumah sakit, dan kelompok yang
dikategorikan lemah)

c) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.

2) Penanggulangan bencana
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah
menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya.
Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan pendekatan khusus
menurut kondisi dan skala kejadian.
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala
bentuk bencana. Oleh karena itu Tim tanggap darurat harus
diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis
bencana.
Contoh aktivitas pada fase ini :

a. Evakuasi dan pengungsi (Evacuation and migration) Melakukan


evakuasi dan pengungsi ketempat evakuasi yang aman.
b. Pencarian dan Penyelamatan (Search and rescue SAR)
Malakukan pencaharian baik korban yang meninggal dan korban
yang hilang.
c. Penilaian paska bencana (Post-disaster assessment) Melakukan
penilaian terhadap bencana yang terjadi
d. Respon dan Pemulihan (Response and relief) Memberikan respond
an pemulihan terhadap korban bencana
e. Logistik dan suplai (Logistics and supply) Manyalurkan bantuan
logistik kepada korban bencana

11
f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (Communication and
information management) Memberikan informasi dan komunikasi
kepada media massa mengenai jumlah kerugian korban bencana
g. Respon dan pengaturan orang selamat (Survivor response and
coping)
Melakukan mendata jumlah korban bencana yang selamat baik. Ibu
Hamil, anak-anak dan orang Manula
h. Keamanan (Security) Mamberikan pelayanan keamanan terhadap
korban jiwa, baik itu harta benda dan yang lain.
i. Manajemen pengoperasian emergensi (Emergency operations
management) Melakukan manajemen pengoperasian emergenci
pada saat terjadinya bencana

C. Pasca Bencana

Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap


darurat dilewati, maka langkah berikutnya adalah
melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.

1) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
2) Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya, tegaknya
hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana

12
2.6 Identifikasi Risiko Bencana
Unsur berikutnya dalam sistem manajemen bencana adalah
identifikasi dan penilaian risiko bencana. Identifikasi bencana mutlak
diperlukan sebelum mengembangkan sistem manajemen bencana. Menurut
PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan
masyarakat.
Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP
tersebut antara lain sebagai berikut:

a Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai


tingkat risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat
menimbulkan bencana.

b Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala


BNPB dengan melibatkan instansi/lembaga terkait.

c Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam


penyususnan analisis mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang
serta pengambilan tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.

d Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi


menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko
bencana.

e Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan


persyaratan analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian
terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana.

13
f Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang
disahkan oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

g BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan


pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.

Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi


atau kegiatan yang mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan
Analisis Risiko Bencana (ARISCANA). ARISCANA dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh informasi dan data mengenai potensi bencana
yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau
tingkat risiko atau keparahannya.

Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan


tingkat keparahan bencana yang mungkin terjadi. Semakin tinggi ancaman
bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena
bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat
atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi
sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin
kecil risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan perhitungan analisis
risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah
yang bersangkutan.

Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah


pengenalan bahaya/ancaman di daerah yang bersangkutan. Semua
bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di perkirakan
kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:

14
Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya
apabila bencana itu memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak
antara lain:
1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;

3. kerusakan prasarana dan sarana;

4. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan

5. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,

Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:

15
Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :

Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model


lain dengan tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan
prioritas seperti berikut:

Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis


ancaman bahaya yang perlu ditangani. Ancaman dinilai tingkat bahayanya
dengan skala (3-1)
1. Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)

2. Bahaya/ancaman sedang nilai 2

3. Bahaya/ancaman rendah nilai 1

16
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana
melalui tiga langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi Bencana

Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai


aspek yang ada disuatu daerah atau perusahaan,
seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca,
alam, aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam
serta sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan
bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada
pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi
kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi.

2) Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana

Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan


penilaian kemungkinan dan skala dampak yang
mungkin ditimbulkan oelh bencana tersebut. Dengan
demikian dapat diketahui, apakah potensi sebuah
bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau rendah.

a Penilaian Risiko Bencana


Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan
melalui penilaian Risiko Bencana. Banyak metode yang dapat
dilakukan untuk menilai tingkat risiko bencana. Misalnya dengan
menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau
dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan
permodelan risiko.
b Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan
peringkat risiko yang mungkin timbul dengan mempertimbangkan
kerentanan dan kemampuan menahan atau menanggung risiko.

17
Risiko tersebut di bandingkan dengan kriteria yang ditetapkan,
misalnya oleh pemerintah atau berdasarkan referensi yang ada.

3) Pengendalian Risiko Bencana

Hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan


maka langkah selanjutnya adalah menetapkan strategi
pengendalian yang sesuai. Pengendalian risiko bencana
menurut konsep manajemen risiko dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut:

a Mengurangi kemungkinan
Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya
bencana. Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah, namun untuk
bencana alam terdapat pengecualian.
b Mengurangi dampak atau keparahan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka
langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan atau
konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya,
penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian tersebut dapat
disusun analisa risiko bencana yang terperinci dan mendasar untuk
selanjutnya dikembangkan program kerja penerapannya.

2.7 Analisis Risiko Bencana


Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara
dengan potensi bahaya yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana
alam, ataupun bencana akibat ulah manusia. Beberapa potensi tersebut
antara lain adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah
longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, kebakaran perkotaan dan
permukiman, angin badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi dan konflik
sosial.
Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi 2 kelompok utama, yaitu:
1. Potensi bahaya utama (main hazard)

18
Potensi bahaya utama (Main hazard) ini dapat dilihat antara lain
pada peta rawan bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta
kerentanan bencana tanah longsor, peta daerah bahaya bencana letusan
gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir,
dan lain-lain.
2. Potensi bahaya ikutan (collateral hazard)
Potensi bahaya ikutan (Collateral Hazard) merupakan suatu
potensi bahaya yang kemungkinan terjadi setelah bahaya utama terjadi
dan dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya adalah likuifaksi,
persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan
kepadatan industri berbahaya.
Potensi bahaya ikutan (collateral hazard potency) ini sangat tinggi
terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan penduduk dan
bangunan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman
kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan
indikator di atas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan
potensi bencana yang sangat tinggi.
Dalam melakukan pemetaan bencana harus dianalisa terkebih dahulu
jenis bahaya yang kemungkinan terjadi bada suatu daerah tersebut. Dengan
menganalisa jenis bahaya, dapat diperkirakan seberapa luas daerah yang
kemungkinan terkena dampak langsung dan tidak langsung dan bahaya
ikutan yang kemungkinan terjadi setelah bahaya utama terjadi, sehingga
dapat ditentukan langkah yang cepat dan tepat untuk mencegah ataupun
menanggulangi dampak yang besar dari bencana tersebut.

2.8 Manajemen Bencana Pada Industri Pariwisata


Definisi bencana menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkanoleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

19
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.Sedangkan menurut Laws
(2005) bencana dalam industri pariwisata adalah Crisis or disaster in
tourism industry usually refers to an event that leads to a shock resulting in
the sudden emergence of an adverse situation. Berdasarkan sumbernya,
bencana menurut UU No 24 Tahun 2007 dapat dikelompokkan menjadi tiga
sumber yaitu:
1. Bencana Alam
Adalah bencana yang bersumber dari fenomena alam seperti banjir,
gempa bumi, dan letusan gunung berapi, tsunami dan lain-lain.
2. Bencana Non Alam
Adalah peristiwa yang disebabkan oleh faktor non alam antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik, dan wabah
penyakit.
3. Bencana Sosisal
Adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok, antar komunitas masyarakat dan teror.
Rosyidie (2004) lebih lanjut mengungkapkan bahwa bencana dapat
terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Frekuensi dan seberapa
kuat atau besar bencana tersebut pun susah untuk diprediksi. Melihat sifat
dari bencana tersebut, maka sering kali terjadi banyak kerugian dan korban
meninggal dunia maupun luka-luka.
Pengertian bencana menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun
2007, terfokus pada asal dari gangguan tersebut, sedangkan pengertian
Rosyidie (2004) yang terfokus pada sifat dari bencana tersebut.
Berdasarkan definisi bencana menurut para ahli tersebut maka
definisi bencana dalam penelitian ini yaitu gangguan atau ancaman dari
keadaan normal hingga menyebabkan kerugian dari gangguan tersebut yang
bersumber dari alam, non alam dan sosial. Gangguan tersebut tidak dapat
diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya.
Bencana ini dapat terjadi di belahan dunia manapun dan pada bidang
apapun, termasuk di suatu industri pariwisata, yang mana industri pariwisata
menurut Yoeti (1985) adalah kumpulan dari macam - macam perusahaan
yang secara bersama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam

20
perjalanan. Menurut Spillane (1987) ada lima unsur industri pariwisata
yang sangat penting yaitu:

1. Attraction (daya tarik)


Attraction dapat digolongkan menjadi site attraction (seperti kebun
binatang, dan museum), event attraction(seperti festival, pameran atau
pertunjukkan kesenian daerah).
2. Facilities (fasilitas yang diperlukan).
Selama tinggal di tempat tujuan wisata,wisatawan memerlukan tidur,
makan, minum oleh karena itu diperlukan fasilitas penginapan. Selain
itu diperlukan pula industri penunjang seperti took sourvenir, jasa
laundry, dan jasa pemandu.
3. Infrastructure
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau
belum ada infrastruktur dasar. Pemenuhan atau penciptaan
infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana cocok bagi
perkembangan pariwisata.
4. Transportations (transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi sangat dibutuhkan
karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan
wisata. Transportasi baik transportasi darat, laut dan udara merupakan
unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala
pariwisata
5. Hospitality (keramahtamahan).
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal
memerlukan kepastian jaminan keamanan. Kebutuhan dasar akan
keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta
keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya
wisatawan merasa aman dan nyaman selama melakukan perjalanan
wisata.
Berdasarkan definisi industri pariwisata tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa industri pariwisata merupakan kumpulan industri yang
menghasilkan barang ataupun jasa yang diperlukan oleh wisatawan dimulai

21
dari daerah asalnya hingga sampai di destinasi tujuan dan balik lagi ke
daerah asalnya. Adapun industri pariwisata yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah hotel yang merupakan tempat tinggal sementara wisatawan
selama melakukan perjalanan.
Untuk meminimalkan segala dampak yang disebabkan oleh bencana
tersebut, maka industri perhotelan perlu menerapkan sebuah manajemen
bencana, yang mana pengertian dari manajemen bencana. Selain dengan
menerapkan kegiatan manajemen bencana, untuk mengurangi kerugian yang
mungkin terjadi akibat bencana, diperlukan pula beberapa upaya
peningkatan keamanan sebagai berikut: menurut Pizam (2010), untuk
meningkatkan keamanan, hotel harus menginstal CCTV, fire sprinklers,
pendeteksi asap, dan pintu elektronik.
Sedangkan menurut Henderson, et.al. (2010) untuk meningkatkan
kemanan hotel memerlukan personel keamanan dan pelatihan kebencanaan.
Personel keamanan merupakan orang yang bertanggung jawab untuk
menjaga keamanan hotel, wisatawan, karyawan serta aset perusahaan.
Human Resource Department suatu hotel harus menunjuk dan
mempekerjakan personel keamanan yang professional, dengan pengalaman
yang baik terhadap penanganan suatu bencana. Karyawan secara umum, dan
personel keamanan khususnya, harus mengikuti workshop dan pelatihan dari
pemerintah mengenai penaganan pertama terhadap kecelakaan.
Bagaimanapun, mereka harus mendapatkan pelatihan pemadaman kebakaran
dan cara evakuasi apabila bencana terjadi.
Kegiatan lainnya yang dilakukan adalah dengan memasang rambu -
rambu keselamatan. Menurut Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS) (2012) rambu - rambu keselamatan adalah peralatan yang
bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan
karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Adapun jenis
rambu dapat berupa: rambu dengan simbol, rambu dengan simbol dan
tulisan, dan rambu berupa pesan dalam bentuk tulisan.

22
BAB III
LAPORAN HASIL KEGIATAN

3.1 Hasil Kegiatan


Berikut ini adalah hasil dari kegiatan praktik selama tiga minggu di UPT Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali yang dilampirkan dalam bentuk tabel :

TABEL 1. LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN RISIKO BENCANA PARIWISATA MAHASISWA


PRODI D-IV KEPERAWATAN ANGKATAN I SEMESTER VII POLTEKKES DENPASAR
DI UNIT PELAKSANA TEKNIK (UPT) PUSDALOPS PB BPBD PROVINSI BALI
TANGGAL 21 NOVEMBER 11 DESEMBER 2016

HARI,
N TANGGAL,
URAIAN TUGAS NAMA PENGAWAS PARAF KET.
O TEMPAT
DITUGASKAN
1 Senin, 21 Serah terima mahasiswa di UPT Pusdalops PB BPBD dr. Komang Arya
November 2016 Provinsi Bali, diserahkan oleh dosen ka Prodi DIV
AMBU IV keperawatan (IDPG Putrayasa, S.Kp.,M.Kep., Sp.MB) dan
08.00 wita dosen pembimbing praktik (Drs. I Made Widastra,
S.Kep.,Ns.,M.Pd), diterima oleh kepala UPT Pusdalops PB
BPBD Provinsi Bali (Drs. I GM Jaya Serataberana, M.Si).
08.10 wita Pengarahan oleh Drs. IGM Jaya Serataberana, M.Si tentang
sistematika praktik dan pembagian jadwal dinas selama 3
minggu di UPT Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali
08.40 wita Pengarahan dari dosen pembimbing mengenai mekanisme
praktik mahasiswa di BPBD.
09.30 wita Pemberian materi oleh dr. komang arya tentang ESR
(Emergency Service Respone) yang meliputi pengertian
ESR, tim ESR, serta SOP harian ESR.

23
10.00 wita Orientasi di kantor UPT Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali
(Ruang obat,ruang dokter, ruang SPGDT, ruang radio, serta
pengenalan masing- masing ambulance beserta fungsi dan
kelengkapannya.
Ambu I / Imbo yang bertugas di wilayah teuku
umar,imam bonjol, sunset road, dan panjer.
Ambu II u/ mengangkut jenazah.
Ambu III / induk yang bertugas di wilayah seputaran
denpasar.
Ambu IV / mantra yang bertugas di wilayah tohpati
hingga I.B Mantra.
11.00 wita Pengenalan pembimbing di masing-masing ambulance,
untuk Ambu IV, pembimbingnya adalah Kamajaya
DINAS SORE Menerima operan dari rekan dinas pagi a/n Ayu Purwani
13.30 wita Asih dan Ni Putu Indah Ayu W. Rekan dinas pagi
menginformasikan hasil sharing dengan senior/pembimbing
di Ambu IV. Adapun operan yang disampaikan yaitu :
1) Ambulance IV dinamakan mantra yang ditugaskan di
daerah tohpati hingga I.B Mantra. Untuk saat ini, ambu
IV tidak melakukan mobiling, hanya stand by di BPBD.
Namun jika ada panggilan di wilayah ambu IV, baru
ambu IV akan berangkat. Pengecekan alat dan obat di
ambu IV sesuai dengan buku cheklist kelengkapan alat
dan obat.
2) Pengarahan dari dr. Komang Arya agar setiap mahasiswa
kembali mempelajari dan memahami tentang BHD,
evakuasi pasien, prinsip pembalutan, serta WT/ teknik
rawat luka.

14.30 wita Melakukan diskusi tentang SPGDT dengan dr. Komang


Arya. Hasil diskusi yaitu :
24
1) Sharing tentang penggunaan aplikasi AVAYA. Untuk
aktivasi dan loginnya menggunakan akun petugas yang
sedang jaga auto inhingga sistem ready digunakan
dengan penanda tombol hijau pada sistem layanan
komputer dan waktu login berjalan.
2) Ketika ada orang yang menelpon NCC 119, maka
panggilan masuk akan diteruskan ke pusat ( Jakarta),
baru selanjutnya baru disampaikan ke provinsi tempat
kejadian. Tata cara mengangkat telpun dari NCC 119.
halo psc 119 dengan komang ada yang bisa dibantu?
3) SPGDT memiliki ruang lingkup 5 RS Sarbagita ( RS
Sanglah, RS Wangaya, RS Tabanan, RS Gianyar, dan RS
Badung) dan dilakukan round table di masing-masing RS
untuk mengecek jumlah ambulance, jumlah dokter,
perawat, sopir, ruangan yang kosong, ada tidaknya
VAR,dan ada tidaknya kasus kebencanaan.
4) Informasi mengenai cara pengecekan alat (sarpias) dalam
buku kelengkapan /checklist di masing-masing
ambulance, cara penulisan kelengkapan alat dan obat di
ambu IV sesuai dengan format di buku checklist.
5) Penjelasan mengenai sistem rujukan, baik rujukan
emergency (gawat darurat) atau terencana, serta rujukan
pre hospital (sebelum ke RS). Interhospital ( antara
ruangan satu dengan ruangan lain dalam 1 RS) , dan intra
hospital (antar RS).
17.00 wita Mengobservasi teman yang melakukan round table SPGDT
yaitu Dayu Ari dan Merry di ruang lingkup SPGDT
Pusdalops Prov. Bali yaitu RS Badung, RS Sanglah,RS
Tabanan, RS Gianyar, RS Wangaya. Round table yang
dilakukan olelh teman saya langgsung menggunakan telepon
untuk berkomunikasi ke RS Sarbagita lalu mencatat nama
operator jaga di RS, jumlah ambulance, jumlah
25
dokter,perawat, supir ambulance,ruangan yang kosong (kelas
I,II,III.VIP,VVIP), ada tidaknya VAR di RS dan ada
tidaknya kasus kebencanaan. Dayu Ari mencatat hasil round
table di buku pelaporan kemudian menginput hasil round
table ke komputer.
Hasil rount table :
1. RS Badung
Operator : Nurani
Ambulan : 7 unit
Personil : dokter :1, perawat : 6, supir : 3
Ruangan : III : 3, II : 9, I : full, VIP : 2, VVIP : 1
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
2. RS Wangaya
Operator : Yunik
Ambulan : 5 unit
Personil : dokter :3, perawat : 5, supir : 2
Ruangan : UGD : full, III : 7, II : 7, I : 2, Praja : 2
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
3. RS Tabanan
Operator : Gustu
Ambulan : 2 unit
Personil : dokter :3, perawat : 10, supir : 1
Ruangan : full
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
4. RS Gianyar
Operator : Ayuk Melia
Ambulan : 2 unit
Personil : dokter :2, perawat : 5, supir : 1
Ruangan : III : 5
VAR : tidak ada (-) , kebencanaan (-)
5. RS Sanglah
Operator : dr. Suardani
26
Ambulan : 1 unit
Personil : dokter :3, perawat : 10, supir : 1 team
Ruangan : full
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
19.30 wita Melakukan operan jaga ke rekan dinas malam. Rkan yang
jaga malam : Hendra Jaya. Hal yang disampaikan adalah
hasil kegiatan dari awal jaga sore sampai lepas/operan sesuai
dengan yang ditulis di atas.
2 Selasa, 22 Menerima operan dari rekan jaga malam atas nama Hendra
November 2016 Jaya di Ambu IV. Rekan melaporkan ketika jaga malam
AMBU IV hanya melakukan pengecekan sarpras dan stand by di
(DINAS PAGI) pusdalops untuk menunggu jika ada panggilan di wilayah
07.30 ambu IV. Situasi selama jaga malam aman terkendali
08.00 Melakukan pengecekan sarpras dan kelengkapan alat di
ambu IV. Hasil pengecekan ambu bag (-), brankar (1),
masker 1 box, spaleck 3 p, oksigen 1600 ml, selang O2 1,
colore Brice (1), Tensimeter (1), stethoscope (1), gunting
perban (1).
08.30 Stand by di pusdalops PB u/ meunggu jika ada panggilan di
wilayah ambu IV
10.00 Mengobservasi penerimaan pasien bersama dr. Komang
Arya di ruang dokter.
Pasien : Kadek artini (perempuan), 46 tahun
Kel : Klien mengeluh pusing dan pilek sejak kemarin
(22/11/2016) dan sedang mengalami menstruasi

Vital sign :
TD : 120/80 mmHG
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit

27
Diagnosa : RA
Terapi medis :
Paracetamol 3 x 1
Quanteidex 3 x 1
11.00 Bimbingan dosen PJMK Poltekkes Denpasar atas nama Pak
Widastra dan Pak. Ketut Suardana tentang kegiatan selama
di BPBD

11.30 Wita Pelatihan ambulasi oleh dr. Arya


Cara menurunkan brankar dari ambulan
Cara menggunakan head stabilitation
Cara memasang neck collar
Cara menggunakan scroof board

3 Rabu, 23 Menerima operan dari jaga sore (hendra) tentang situasi dan
November 2016 keadaan di ambu IV
AMBU IV
(JAGA MALAM)
19.30 Wita
20.00 Wita Stand by di Induk
21.00 Wita Mobiling di wilayah ambu I (Imbo) dengan menggunakan
ambu IV, cuaca mendung, berawan, lalin padat tapi tidak
macet, kegiatan mobiling dilakukan oleh dr. Arya, driver
Bapak Astawa, serta mehasiswa Verra dan Intan

22.00 Wita Diskusi bersama dr. Arya dan Bapak Astama mengenai
radkom (radio komunikasi) dan tugas ambulance dalam
bencana.
Hasil diskusi :
Radkom
Contohnya : HT (Hand Talking) dan RIG. HT
28
berdasarkan jangkaunnya dibagi dua yaitu radkom point
to point dan radkom frekuensi dengar repeat
(jangkauannya lebih luas).

Bagian HT :
VTT (untuk transfer suara)
Frekuensi (untuk menentukan gelombang)
High & Low (untuk power saving)
Volume (untuk mengatur suara)
Ada 2 jenis HT :
VHF (Very High Frekuensi) 2 gelombang
UHF (Ultra High Frekuensi) 1 gelombang

Tugas ambulance dalam bencana


Ambulance ketika bencanaperlu diatur agar tidak
berbenturan / berantakan ketika bencana. Klasifikasi
orang yang mengatur ambulance.
APO ( ambulance parking officer) : orang yang
mengklasifikasikan ambulance menurut label pasien
berdasarkan sarprasnya.

ALO ( ambulance loading officer) : orang yang


menunggu dan mengangkat pasen ke ambulance.

ADO : orang yang mencatat nama pasien ambulance


serta dirujuk kemana.
APO : Bertugas di range III
ALO : bertugas di range II
ADO : bertugas di range II dan/atau III

24.00 Wita Stand by di induk

29
4 Kamis, 24 Menginput data ke komputer serta membuat laporan
November 2016
(LEPAS)
08.00
5 Jumat, 25 Memulai praktek seteah mendapatkan dispensasi selama 3
November 2016 jam (izin dari kepala UPT Pusdalops PB BPBD Provinsi
AMBU IV Bali, Drs. IGM Jaya Sertaberana, M.Si).
(JAGA SORE) Mengobservasi teman yang melakukan kegiatan SPGDT
17.00 wita yaitu Dayu Ari dan Merry di wilayah RS Sarbagita melalui
telepon.
Hasil SPGDT :
1. RS Badung
Operator : ANIK
Ambulan : 7 unit
Personil : dokter :3, perawat : 6, supir : 3
Ruangan : I 2, II 9, III7, VIP 2, ICU 1, Box 4.
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
2. RS Wangaya
Operator : Gek Is
Ambulan : 5 unit
Personil : dokter :3, perawat : 5, sopir : 2
Ruangan : IGD 4, klas I4, II 4, III 6, VIP 1, ICU 2, HCU
3, ICCU 2, NICU 1, PICU 1, PERI 7.
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
3. RS Tabanan
Operator : Septian Adi
Ambulan : 2 unit
Personil : dokter :2, perawat : 8, supir : 2
Ruangan : full
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
4. RS Gianyar
Operator : Kadek
30
Ambulan : 3 unit
Personil : dokter :2, perawat : 5, supir : 1
Ruangan : Full
VAR : tidak ada (-) , kebencanaan (-)
5. RS Sanglah
Operator : dr. Elfrida
Ambulan : 3 unit
Personil : dokter :3, perawat : 9, supir : 1 team
Ruangan : full
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
17.30 wita Stand by di pusdalops PB untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
19.30 wita Melakukan operan dengan rekan jaga malam (kadek
hendrajaya) sesuai dengan yang ditulis diatas

6 Sabtu, 26 Menerima operan dari rekan jaga malam (Hendra). Rekan


November 2016 melaporkan kegiatan yang didapat selama jaga malam di
AMBU IV Ambu IV dan stand by di induk (pusdalops PB).
(JAGA PAGI) Kegiatan :
07.30 wita Melakukan round table di RS Sarbagita
Evakuasi pasien menggunakan ambu III bersama dr.
Supiarta, Made Adnyana, Ananta, Dedi Juliawan,
Hendra. Korban berjumlah 2 orang dan dirujuk ke RS
Siloam
08.00 wita Stand by di pusdalopsPB sambil menunggu panggilan dan
ambulan IV
09.00 wita Melakukan diskusi dengan Drs. IGM Jaya Serataberana,
M.Si tentang laporan praktik mahasiswa di BPBD. Masing-
masingmahasiswa melaporkan apa saja kegiatan yang
didapat pada tanggal 25 November 2016.

31
09.30 wita Melakukan diskusi dengan dr. Vivi tentang WT
Hasil diskusi :
WT/ Wound Toilet yaitu teknik membersihkan luka
Luka kering dengan teknik swabbing yaitu
ditekan/digosokan dengan kasa yang dibasahi Nacl 0,9%
Luka basah dengan teknik irigasi yaitu disemprot lembut
dengan air steril
Untuk luka lecet cukup dibersihkan dan diberi betadine.
10.30 wita Melakukan diskusi dengan dr. Komang arya tentang
evakuasi pasien. dr. Komang Arya menjelaskan pengertian,
tujuan, fungsi, prinsip, jenis dan teknik evakuasi.
1. Evakuasi adalah memindahkan korban dari lokasi
bencana ke tempat yang lebih aman untuk
mendapatkan pertolongan.
2. Tujuan evakuasi adalah untuk menyelamtkan jiwa
pasien, mencegah cacat, membantu penyembuhan,
memindahkan korban ke fasilitas kesehatan yang
lebih memadai.
3. Prinsip evakuasi yaitu memakai APD, menggunakan
teknik yang tepat, tidak memperparah cedera,
penolong memiliki kondisi yang prima.
4. Jenis evakuasi
1 penolong
Human cruth : memapah
Piggy back corry menggendong di belakang
Honey moon corry : menggendong di depan
Fireman carry : menyeret
2 penolong
Two handed carry (tangan kanan >< tangan kiri)
Tangan kanan memegang bahu kiri dan
sebaliknya. Pasien duduk, kedua tangan yang
32
disatukan menumpu kaki dan punggung pasien.
Four handed carry
Kedua penolong memegang pergelangan tangan
kemudian disatukan sehingga membentu persegi
sebagai tempat duduk pasien.
Evakuasi pasien dengan alat
Basket stretcher : u/ korban tenggelam, pasien
dengan vertical rescue.
Scroop stretcher : u/korban non trauma/ trauma
ringan dengan 4 penolong
Stretcher : tandu berisi tali u/ memfiksasi px.
Evakuation chair : evakuasi pasien melewati
tangga.
Long Spain board : evakuasi pasien dnegan
multiple trauma, biasanya pasien dipasang neck
collar untuk fiksasi leher dan dipasang head
stanilization pada LSB u/ menyangga bagian
kepala pasien.
Brankar dalam ambulance kursi

7 Minggu, 27 Menerima operan dan yang jasa sore atas nama Kadek dr. NLP Mutiara Ayu K.
November 2016 Hendrajaya. Rekan melaporkan kegiatan yang didapat
AMBU IV selama jasa sore di Ambu IV dan stand by Pusdalops
(JAGA MALAM) kegiatan :
19.30 wita Pengertian pembidaian adalah dilakukan jika ada
fraktus. Tujuannya adalah untuk mengistirahatkan
bagian yang cedera.
Prinsip pembidaian, jika terjadi pendarahan maka

33
hentikan balut tekan. Jika open fraktur maka jaringan
terbuka maka tutup dengan kasa
Jangan reposisi fraktur cukup imobilisasi dengan
spalk/bidai untuk melewati 2 sendi.
Dilakukan pengecekan pulrasi dibagian distal untuk
sindrome kompartemen (oedema, baal, dan sianosis)
Rekan jaga sore melakukan latihan evakuasi mandiri
dan diawasi oleh dr. Yunita.
20.00 wita Menanyakan tim yang jaga di Ambu IV tim yang jaga,
dr : dr. Vivi Ikadewi
Driver : Agus Prawita
Perawat : Eka Aryantina
20.15 wita Stand by di Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali untuk
menggu jika ada panggilan di wilayah Ambu IV.

MINGGU ke II

8 Senin, 28 Mengikuti Kegiatan Akreditasi di kampus,


November 2016

(LEPAS)

34
08.00 wita Menginput data ke komputer serta membuat laporan

9 Selasa, 29 Menerima operan dari rekan jaga pagi atas nama Indah A. Ni Nengah Sugiani
November 2016 Wiadnyani dan Ayu Purwaniasih. Rekan melaporkan
kegiatan yang didapat selama jaga pagidi SPGDT. Kegiatan
SPGDT yang didapat :
(JAGA SORE)
Melakukan round table di RS Sarbagita, RS Badung,
13.30 wita RS Wangaya, RS Gianyar, RS Tabanan, RS Sanglah.
Mencatat hasil round table
Menyebarkan laporan hasil round table ke media
sosial (facebook dan grup line)
14.00 wita Menanyakan penanggungjawab yang bertugas di SPGDT
yaitu Mbok Sugiani dan Bli Dewa Alit

14.20 wita Stand by di SPGDT menunggu panggilan telepon dari


masyarakat ke PSC.

14.30 wita Diskusi dengan Bapak Jaya Serataberana tentang jadwal


praktik dan format laporan pratik, dimana laporan praktik
harus diketik berisi BAB I sampai BAB IV dan dkumpul di
hari terakhir praktik mahasiswa gelombang ke-2. Bapak Jaya
Serataberana juga menginformasikan kepada mahasiswa
yang bertugas pada besok ( 30 November 2016) pagi untuk
bertugas bersama tim ESR dalam acara Nusantara Bersatu
jam 07.30 wita di lapangan Niti Mandala Renon. Mahasiswa
yang bertugas antara lain : Intan, Retika, Verra, May, Silvi,
Dwinanda, Day Ari dan Merry. Untuk tanggal 2 November
35
2016 dalam acara Penghijauan di Jembrana, ditugaskan
mahasiswa yang tugas pagi dan lepas dinas malam untuk
ikut serta dalam acara tersebut bersama tim BPBD,

17.00 wita Melakukan round table SPGDT diruang lingkup SPGDT


Pusdalops Provinsi Bali, yaitu RS BAdung, Rs WAngaya, Rs
Sanglah, RS Gianyar, Rs Tabanan, melakukan pengisian
format round table tanggal 29 November 2016. Jaga sore
pada buku pelaporan dengan hasil :

1. RS SAnglah
Operator : dr. Eka
Ambulan : 1 unit
Personil : dr.3, perawat 10 sopir 1
Ruangan : full
VAR (+), kebencanaan (-)

2. RS WAngaya
Operator : Nanik
Ambulan : 5 unit
Personil : dr.3, perawat 6 sopir 2
Ruangan : UGD 6, Kelas III 1, II 3, HCU 4, ICU
2, ICCU 2, PICU 4, NICU 2
VAR (+), kebencanaan (-)

3. RS Badung
Operator : Delta
Ambulan : 3 unit
Personil : dr.3, perawat 6 sopir 3
Ruangan : Kelas II, III 17, VVIP 2, HCUUVIP 1

36
VAR (+), kebencanaan (-)

4. RS Gianyar
Operator : Ayu Merlia
Ambulan : 7 unit
Personil : dr.2, perawat 5 sopir 1
Ruangan : Kelas II 2, III 5
VAR (+), kebencanaan (-)

5. RS Tabanan
Operator : Wika
Ambulan : 2 unit
Personil : dr.3, perawat 11 sopir 2
Ruangan : kelas III 2
VAR (+), kebencanaan (-)

Melakukan infut data hasil round table pada


komputer
Mengirimkan informasi hasil round table jaga sore
ke line grup Pusdalops Pb.
Melakukan operan ke dinas malam atas nama Hendra
Jaya tentang hasil SPGDT jaga sore sesuai dengan
yang ditulis diatas.

10 Rabu, 30 Melakukan operan dengan rekan jaga malam atas nama I dr. Komang Arya
November 2016 Kadek Hendrajaya di lapangan Renon dalam rangka
kegiatan Nusantara Bersatu. Rekan mengoperkan kegiatan
SPGDT sebagai berikut :

37
(JAGA PAGI) Untuk jaga di lapangan Renon jumlah Ambulance
ada 2 buah, Ambu 5 stand by di depan kantor
07.30 wita
Gubernur sedangkan ambu IV di dalam lapangan Niti
Mandala Renon.
Yang bertugas di ambu I
dr :
perawat :
driver :
mahasiswa : Nanda, Dayu, Silvi, Merry
Yang bertugas di ambu IV
dr :
perawat :
driver :
mahasiswa : Verra, Mae, Retika, Intan

Upacara dimulai pukul 09.00 wita


Peserta sedang melaksanakan gladi nusantara bersatu
Tim medis dan mahasiswa diwajibkan menggunkan
pita merah putih yang diikatkan dikepala
08.00 wita Bertugas di Ambu IV yang stand by di lapagan Renon jika
ada peserta Nusantara Bersatu yang butuh bantuan medis

09.30 wita Kegiatan Nusantara Bersatu telah selesai tidak ada peserta
yang pingsan/yang memerlukan perawatan medis.

09.40 wita Tim kembali ke Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali

10.00 wita Stand by di Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali

38
11 Kamis,1 Desember Menerima opran dari rekan jaga siang atas nama Indah A. Budhi Artani
2016 Wiadnyani dan Ayu Purwaniasih. Rekan melaporkan
kegiatan yang didapat selama jaga siang di SPGDT.
SPGDT Kegiatan yang didapat :
(JAGA MALAM)
Melakukan round table di RS SArrbagita, RS
19.30 wita BAdung, RS Wangaya, RS GIanyar, RS Tabanan, RS
Sanglah
Mencatat hasil round table
Menyebarkan laporan round table ke media sosial
(facebook dan grup line)
20.00 wita Menanyakan penanggungjwab yang bertugas di SPGDT
yaitu Budi Artani dan Putra Marianto

21.00 wita Melakukan round table SPGDT diruang lingkup SPGDT


Pusdalops Provinsi Bali, yaitu RS Badung, Rs WAngaya, Rs
Sanglah, RS Gianyar, Rs Tabanan, melakukan pengisian
format round table tanggal 01 Desember 2016. Jaga malam
pada buku pelaporan dengan hasil :

1. RS SAnglah
Operator : dr. Suardani
Ambulan : 1 unit
Personil : dr.3, perawat 9 sopir 1
Ruangan : full
VAR (+), kebencanaan (-)

2. RS WAngaya
39
Operator : Yuni
Ambulan : 5 unit
Personil : dr.2, perawat 9 sopir 2
Ruangan : UGD 3, Kelas I 3,II 7, III 4, HCU 1,
ICU3, ICCU 2, PICU 2, NICU2, PERI 4
VAR (+), kebencanaan (-)

3. RS Badung
Operator : Juni Suputra
Ambulan : 7 unit
Personil : dr.3, perawat 6 sopir 3
Ruangan : Kelas I 1, II4, III 20, Box 2,
VAR (+), kebencanaan (-)

4. RS Gianyar
Operator : Ayu Merlia
Ambulan : 2 unit
Personil : dr.2, perawat 5 sopir 1
Ruangan : Kelas II 2, III 4
VAR (+), kebencanaan (-)

5. RS Tabanan
Operator : Wahyu
Ambulan : 2 unit
Personil : dr.3, perawat 9 sopir 2
Ruangan : Full, UGD 5
VAR (+), kebencanaan (-)

Melakukan infut data hasil round table pada


komputer
Menghubungi PSC 119 BPBD Badung dan Kota

40
Denpasar namun tidak tersambung
Mengirimkan informasi hasil round table jaga malam
ke line grup Pusdalops Pb.
21.30 wita Stand by di Pusdalops BP BPBD Provinsi Bali

12 Jumat, 2 Desember Persiapan sarpras sebelum melakukan penghijauan di Desa


2016 Selabih Tabanan. Melakukan persembahyangan matur
piuning di PAdmasana Pusdalops PB sebelum
(LEPAS) keberangkatan untupenghijauan di Desa Selabih Tabanan
06.30 wita bersama Pak UPT Drs. IGM Jaya Serataberana, M.Si,
pegawai ( dokter, perawat, sopir, pegawai Pusdalops, rekan-
rekan mahasiswa Poltekkes Denpasar). Tujuan dilakukan
persembahyangan yaitu untuk memohon keselamatan
sampai ditujuan dan kelancaran acara penghijauan

06.45 wita Briefingmengenai aturan di perjalanan selama berangkat ke


Desa Selabih Tabanan yaitu tidak menghidupkan sirine
namun hanya menghidupakan lampu ambulance. Mobil
selama diperjalanan berbarengan dan beriringan serta tidak
mengebut.

07.00 wita Berangkat menuju Desa Selabih yang disambut ramah tamah
oleh warga setempat.

09.00 wita Melakukan penanaman pohon (penghijauan) di Desa selabih


yang juga dibantu oleh warga setempat yang bertujuan untuk
penghijauan.

41
10.20 wita Makan siang bersama warga, seluruh pegawai UPT
Pusdalops PB, rekan mahasiswa dan warga setempat.

11.00 wita Kembali ke kantor UPT Pusdalops PB dari desa selabih


bersama semua rekan BPBD

13.00 wita Tiba di UPT Pusdalops PBdengan selamat, anggota lengkap


dan tidak ada masalah selama perjalanan

13 Sabtu, 3 Desember Menerima opran dari rekan jaga pagi atas nama Indah A.
2016 Wiadnyani dan Ayu Purwaniasih. Rekan melaporkan
kegiatan yang didapat selama jaga siang di SPGDT.
SPGDT Kegiatan yang didapat :
(JAGA SORE)
Melakukan round table di RS SArrbagita, RS
13.30 wita BAdung, RS Wangaya, RS GIanyar, RS Tabanan, RS
Sanglah
Mencatat hasil round table
Menyebarkan laporan round table ke media sosial
(facebook dan grup line)

14.00 wita Menanyakan penanggungjwab yang bertugas di SPGDT


yaitu Budi Artini dan Dewa Alit Parwata

17.00 wita Melakukan round table SPGDT diruang lingkup SPGDT


42
Pusdalops Provinsi Bali, yaitu RS Badung, Rs WAngaya, Rs
Sanglah, RS Gianyar, Rs Tabanan, melakukan pengisian
format round table tanggal 3 Desember 2016. Jaga sore pada
buku pelaporan dengan hasil :

1. RS Badung
Operator : Luh De
Ambulan : 7 unit
Personil : dr.3, perawat 6 sopir 3
Ruangan : Kelas III 10, VIP 1, HCU, Box ,
VAR (+), kebencanaan (-)

2. RS WAngaya
Operator : Gek Is
Ambulan : 5 unit
Personil : dr.3, perawat 6, sopir 2
Ruangan : IGD 8, Kelas I 2,II 9, III 7, Praja 2,
ICU2, HCU 3, ICCU 2, PERI 4
VAR (+), kebencanaan (-)

3. RS Gianyar
Operator : Pande Kadek Sudiantara
Ambulan : 2 unit
Personil : dr.2, perawat 5 sopir 1
Ruangan : full
VAR (+), kebencanaan (-)

4. RS Tabanan
Operator : Adi
Ambulan : 1 unit
Personil : dr.2, perawat 9, sopir 1
43
Ruangan : Full,
VAR (+), kebencanaan (-)

5. RS SAnglah
Operator : dr. Esti
Ambulan : 1 unit
Personil : dr.2, perawat 10 sopir 1
Ruangan : full
VAR (+), kebencanaan (-)

Tidak ada panggilan ke NSC 119


PSC 119 Badung dan Denpasar tidak tersambung
Melakukan input data hasil round table pada
komputer
Mengirimkan informasi hasil round table jaga sore
keline grup Pusdalops PB
17.30 wita Stand by di Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali

14 Sabtu, 3 Desember Menginput data ke komputer serta membuat laporan


2016 (LEPAS)

08.00 wita

15 Minggu, 4 Menerima operan dari rekan dinas malam atas nama dr. Vivi
Desember 2016 Hendrajaya via line mengenai kegiatan di margarana, yaitu
untuk mengawasi kemah tingkat nasional. Jika ada siswa
44
SPGDT yang mengeluh sakit, maka hendra langsung mengobati
sebagai tim P3K di margarana.
(JAGA PAGI)

07.30 wita

07.45 wita Berangkat menuju gor Lila Bhuana bersama rekan intan,
perawat nyoman widiana, dr. vivi, driver dewa
menggunakan ambulan III untuk menjadi tim medis (P3K)
dalam acara 17th world championship dan festival Pencak
Silat

08.00 wita Stand by di gor Lila Bhuana di pos kesehatan bersama tim
P3K, yaitu perawat nyoman widiana, rekan intan, menunggu
peserta lomba untuk melakukan medical check up diruang
medis gor Lila Bhuana

09.30 wita Melakukan pemeriksaan MCU kepada para peserta lomba


Pencak Silat di ruang medis Gor lila bhuana. Adapun
nama-nama dan hasil MCU nya yaitu :

1. Jahanan Bahnamin Fatemeh 22th laki-laki iran TD:


120/80 mmHg.
2. Foroughi Narab Zahra 21 th laki-laki iran TD: 90/60
mmHg
3. Karbalai Sadeghi Tahmineh 22th perempuan iran TD:
120/80 mmHg
4. Tajik Hosein 24th laki-laki iran TD: 110/80 mmHg
5. Roushai Muh. Nabi 35th laki-laki iran TD: 110/80
mmHg

45
6. Heidari Jafar 30th perempuan iran TD: 130/80 mmHg
7. Coline Fontaine 28th laki-laki france TD: 120/80
mmHg
8. Hamid Boukiza 32th france laki-laki TD: 120/80
mmHg
9. Vishu Kumar Sharma 21th laki-laki india TD: 120/80
mmHg
10. Puspha Devi 21th perempuan india TD: 110/80
mmHg
11.00 wita Melakukan perawatan luka pada peserta yang cedera
diantaranya :

1. Mirta Ahmadi m yaitu luka pada dagu ( luka robek)


dilakukan tindakan hecting pada dagu sebanyak 3
jaritan
2. Mourazaki Zinji, 21th laki-laki, luka lecet pada ibu
jari tangan kanan, jempol kaki kiri dan telapak kaki
kanan, dilakukan tindakan keperawatan luka (wi)
yaitu membersihkan luka dengan NaCl dan diolesi
betadhin.
13.30 wita Kembali ke UPT Pusdalops PB Provinsi Bali dengan
ambulance 3

MINGGU KE-III

46
16 Senin, 5 Desember - Menerima operan dari teman yang jaga malam (Indah dan Dr. Ni Made
2016 Ayu Purwaniasih). Rekan melaporkan melakukan kegiatan Sulistyawayi
round table dan stand by di Pusdalops PB Prov. Bali. Tidak
AMBU I ada panggilan ke PSC 119. Ni Luh Made Ari
- Menjadi tim medis dalam the 17th world championship dan Kusuma Dewi
(JAGA PAGI)
festival Pencak Silat di Gor Lila Bhuana.
07.30 wita

08.00 wita Tiba di pos kesehatan gor lila bhuana bersama dr. sulis,
perawat mbok Eka, driver Suarsana.

09.20 wita Memberikan penanganan P3K pada atlet yang telah selesai
bertanding. Hasil yang di dapat :

1. Safrizon (Indonesia), kel : MCU, TD: 120/80 mmHg


2. Thi Hue (Vietnam), kel: faringitis, TD: 120/70
mmHg, terapi: demacolin 3x1
3. Syahabudin (Indonesia), kel: kelelahan, TD: 110/60
mmHg
4. Shamili Akbar (azerbaijan) kel: bengkak dibelakang
lutut, terapi: kompres es + ethyl choride spain killer
spray, Farsiten 3x1
5. Fanan Hasanudin (Indonesia) kel : MCU, TD :
120/70 mmHg
6. Kassor ( India ) Kel: nyeri pinggang, terapi: Farsiten
3x1
7. Lee Ji Sok (Korea) kel: nyeri betis, terapi : elastis
bandage
8. Vasantha Kumar ( India), kel: nyeri di ibu jari kaki,
47
terapi: ethyl chloride spain killer spray
9. Eka Yulianto (Amerika), kel: nyeri di testis setelah
terkena tendangan, terapi: kompres es dan rujuk ke
Rs. BROS
10. Omuikanan (kyrarzstan) kel: nyeri kaki kanan,
terapi: kompres es + farsiten
11. Jafarov Habib (azerjaiban) kel: nyeri lengan kanan,
terapi: kompres es

12. Xaiber Pombo (spain) kel: nyeri di telapak kaki


tengah, terapi: ethyl chloride spain killer spray
13. Murni (Indonesia) kel: MCU, TD 110/80 mmHg
13.30 wita Kembali ke UPT Pusdalops PB Prov. Bali

17 Selasa, 6 Desember Menerima operan dari rekan jaga sore atas nama Indah dan Dr. Mutiara
2016 Ayu Purwaniasih. Rekan Indah melaporkan melakukan
mobiling di wilayah imbo dengan menggunakan ambulance
AMBU I I, yaitu Jln. Teuku Umar, Imam Bonjol dan sunset road,
(JAGA MALAM) cuaca mendung + berawan, lalin padat, LED menyala dan
tidak terdapat hambatan saat melakukan mobiling. Rekan
19.30 wita ayu melaporkan berjaga di gor lila bhuana sebagai tim medis
dalam acara 17th world championship dan festival Pencak
Silat rekan ayu mengatakan sempat pertemu dengan bapak

48
presiden pesilat (Pencak Silat) yaitu bapak Prabowo

20.00 wita Stand by di Pusdalops sambil menunggu panggilan PSC


untuk masyarakat di wilayah ambu I

18 Rabu, 7 Desember Menginput data ke komputer serta membuat laporan


2016 (LEPAS)

08.00 wita

19 Kamis, 8 Desember Menerima operan dari rekan jaga pagi atas nama hendrajaya. Dr. Ni Made
2016 , AMBU I Rekan melaporkan melakukan kegiatan mobiling dengan Sulistyawati
menggunakan ambu III, lalin padat, LED menyala, tidak
JAGA SORE terdapat hambata saat melakukan mobiling.
13.30 wita

14.00 wita Menanyakan tim yang jaga sore di ambu I yaitu dr. sulis

14.20 wita Stand by di Pusdalops

20 Jumat, 9 Desember Menerima operan dari rekan jaga malam ( Indah dan Ayu). Ns. Kadek Novi
2016
49
AMBU I Rekan melaporkan kegiatan yang dilakukan antara lain : Dwisatiari, S.Kep.

(JAGA PAGI) Diskusi bersama bapak Astama tentang pengaplikasian alat


AED dan langsung mempraktikkan
07.45 wita
a) AED digunakan untuk pasien yang mengalami henti
jantung.
b) Cara menggunakan AED :
1. Posisikan pasien dalam posisi terlentang
2. Amankan diri, lingkungan dan pasien
3. Periksa kesadaran pasien, nadi tidak ada, lakukan
kompresi dada sebelum AED datang
4. AED datang, letakkan disamping pasien dan
hidupkan AED
5. Ikuti perintah yang dikeluarkan oleh AED
6. Pasang PADS dan lakukan RJP jika sudah
diperintahkan oleh AED
7. Lakukan RJP sampai denyut pasien kembali
08.00 wita Menanyakan tim yang bertugas di ambu I yaitu :

09.00 wita Melakukan kegiatan bersih-bersih di ambu I yang dilakukan


adalah merapikan alat dan obat, membersihkan brankas,
mengelap brankas dan menyapu ambu I

09.10 wita Stand by di Induk sambil menunggu panggilan dari


masyarakat

10.00 Wita Melakukan diskusi dnegan dosen IGK Ngurah tentang


kegiatan praktik

50
10.45 wita Menerima informasi dari BPBD Denpasar bahwa terjadi
33L (Kecelakaan Lalu Lintas) di jl. Panjaitan dengan 1
orang korban. PSC Bali, mengerahkan tim ESR Ambulance
III yaitu perawat : Kadek Henry Gunawan dan NLM Ari
Kusuma Dewi, sopir : Dw. Gd. Surya Adnyana dan 3
mahasiswa poltekkes denpasar (Verra, Dayu Ai, dna Merry).

Keadaan klien :

Informasi masuk : 10.45 wita, tempat kejadian : jl. Panjaitan,


tiba dilokasi pkl. 10.50 wita.

Kejadian (MOI) : pasien ditabrak oleh pengendara sepeda


motor saat sedang bekerja menyapu dipinggir jalan.

Identitas : Nyoman Simpen (60 thn).

Alamat : Karangasem

Initial Assesmet : alert (kesadaran CM)

Primary survey :

a. Airway : bebas
b. Breathing : Spontan, (rr : 20x/menit)
c. Circulation : CRT <2dtk, TD : 100/80 mmHg, N:
94x/menit
d. Disability : GCS E4V5M6 (compos mentis)
e. Exposure : S : 36 C, hematome pada kepala (S), dan
neyri pinggang.

51
Data Fokus :

DS : klien mengatakan merasa nyeri pada pinggangnya.

DO : klien tampak meringis

Dx. Kep : Nyeri akut b/d agen cidera fisik.

Intervensi : NIC : Pain Management, NOC : Pain Control

Implementasi : meminimalkan pergerakan dan memberikan


posisi yang nyaman.

Evaluasi :

S: Pasien mengatakan merasa nyeri

O: pasien tampak meringis

A: nyeri akut belum teratasi

P : Pasien dirujuk ke RSUD IX Udayana u/penanganan lebih


lanjut.

15.00 Stand by di Induk (BPBD) menunggu panggilan dari


masyarakat.

21 Sabtu, 10 desember Menerima operan dar rekan jaga sore (Indah dan Ayu).
2016, AMBU I Rekan melaporkan kegiatan yang dilakukan yaitu :
52
JAGA MALAM menyelesaikan laporan kegiatan di pusdalops PB BPBD
prov. Bali dan menginput data hasil kegiatan ke komputer.
20.00 wita

20.10 wita Menanyakan penanggung jawab yang bertugas di ambu I


jaga malam yaitu : dr Yunita.

20.45 wita Melakukan diskusi bersama bapak Astama, tentang cara


penggunaan AED (Automatic external defribilator), seluruh
mahasiswa mempraktekkan cara penggunaan sampai
berhasil. Adapun hasil diskusi yaitu sebagai berikut :

a. AED adalah alat elektronik kecil dan praktis bisa


dibawa kemana-mana digunakan untuk mengalirkan
kejutan/serangan listrik ke jantung px yang aktivitas
bioelektriknya sedang kacau / berhenti dan tidak
normal.
b. Cara penggunaan AED
1. Amankan diri, lingkungan dan pasien
2. Posisikan pasien terlentang diatas alas yang datar
3. Periksa kesadaran pasien, jika tidak ada nafas dan
nadi tidak teraba lakukan kompresi dada sebelum
alat AED datang.
4. Saat AED sudah datang, pastikan alat dalam
kondisi baik dan bisa digunakan dengan
mengecek indikator yang sejajar dengan tombol
on/off (jika ada tanda centang berarti alat dalam
kondisi baik, ada tanda silang berarti alat
bermasalah). Letakan alat disamping pasien,

53
hidupkan alat AED. Alat AED juga berfungsi
untuk mengetahui apakah kita sudah melakukan
RJP dengan benar dan melaui intruksi yang
disampaikan oleh alat.
5. Lakukan RJP sampai denyut pasien kembali atau
saat ada intruksi dari AED untuk menghentikan
RJP, alat AED harus tetap dipasang untuk
memonitor kondisi pasien dan boleh dilepas bila
sudah sampai dirumah sakit untuk digantikan
dengan monitor lain.
23.30 wita Stand by di induk menunggu panggilan/informasi dari
masyarkat ke PSC 119/ 251177 dan melanjutkan
mengerjakan leporan praktik BPBD

22 Minggu, 11 Editing laporan dan mengeprint laporan.


Desember 2016

(LEPAS)

08.00 wita

54
3.2 Dokumentasi Kegiatan

MINGGU I

55
MINGGU KE II

56
57
MINGGU Ke III
58
59
60
61
62
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Bencana terjadi hanya karena tidak terkelolahnya resiko. Pengelolaan
resiko harus merupakan bagian integral dari pembangunan. Resiko memiliki
dua prasyarat utama yakni ancaman (hazard) dan kerentanan/kerapuhan
(vulnerabilities/fragilities). Management Pembangunan haruslah mampu
mengintegrasikan management resiko bencana dan sebaliknya, management
resiko bencana merupakan bagian dari upaya menuju pembangunan
berkelanjutan.
4.2 Saran
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang
menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga,
moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya
merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi
efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan
peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan
baik.

63
Daftar Pustaka

Ika.P. 2015. Perihal. Available on : https://ikafkmuj12.wordpress.com/perihal/


Diakses pada tanggal 8 Mei 2016.
Ismayanti. Pengantar Pariwisata. Grasindo. Jakarta,2009
Jatna Supriatna, Melestarikan Alam Indonesia. IKAPI. Jakarta,2008
James J. Spillane. Pariwisata Indonesia: Sejarah dan Prospeknya.
Kanisius. Jakarta,1987

Oka A Yoety,Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya


Paramita. Jakarta, 1997

Eka. 2015. Pengurangan Risiko Bencana. Available On :


http://www.ecoflores.org/id/pengurangan+risiko+bencana/ Diakses pada
tanggal 8 Mei 2016

64
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 11 Desember 2016

Kepala UPT.Pusdalops. PB Mahasiswa


BPBD Provinsi Bali

Drs. I G M Jaya Serataberana, M.Si Luh Verra Sridyantari


Pembina Tk. 1 NIM. P07120213017
NIP. 19610217 198603 1 020

Pembimbing Akademik / CT

_______________________________
NIP.

65

Anda mungkin juga menyukai