Halaman Judul
OLEH
LUH VERRA SRIDYANTARI
P07120213017
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul Laporan
Praktek Keperawatan Mnagement Risiko Bencana tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini tidak semata-mata penulis selesaikan sendiri, namun dalam
proses penyelesaiannya penulis dibantu oleh beberapa pihak. Secara khusus penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu NLP Yunianti SC, A.Per.Pend., S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
2. Bapak Ns, I Made Widastra, S.Kep selaku dosen dalam mata kuliah
Praktek Management Risiko Bencana, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada kami.
3. Bapak Drs. IGM Jaya Serataberana, M.Si selaku pembimbing di
tempat praktek
4. Rekan-rekan penulis yang dengan semangat bekerja sampai laporan ini
selesai.
5. Semua pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Namun terlepas dari semua itu penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang bersifat konstruktif
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan berikutnya.
Akhir kata penulis minta maaf apabila dalam penyajian tulisan ini terdapat
kekeliruan-kekeliruan. Hal tersebut tidak terlepas dari penulis yang baru belajar. Semoga
laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
2
Halaman Judul..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum...........................................................................................2
1.4 Bobot Praktikum.............................................................................................3
1.5 Kegiatan Praktik.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Pengertian Manajemen Risiko Bencana....................................................4
2.2 Tujuan Manajemen Risiko Bencana..........................................................5
2.3 Manfaat Manajemen Risiko Bencana........................................................5
2.4 Tim Bencana..............................................................................................6
2.5 Proses Siklus Manajemen Risiko Bencana...............................................7
2.6 Identifikasi Risiko Bencana.....................................................................12
2.7 Analisis Risiko Bencana..........................................................................17
2.8 Manajemen Bencana Pada Industri Pariwisata.......................................18
BAB III LAPORAN HASIL KEGIATAN.............................................................22
3.1 Hasil Kegiatan.............................................................................................22
3.2 Dokumentasi Kegiatan.................................................................................55
BAB IV PENUTUP...............................................................................................63
4.1 Simpulan.......................................................................................................63
4.2 Saran.............................................................................................................63
Daftar Pustaka........................................................................................................64
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, Indonesia
merupakan wilayah rawan bencana. Indonesia berada di atas kerak bumi yang
aktif dimana ada lima patahan lempeng bumi yang bertemu, bertumbukan dan
mengakibatkan pergerakan bumi Indonesia dinamis.
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi
bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis
bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan
budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam,
bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga
kaya akan sumberdaya alam. Frekuensi bencana alam yang terjadi di
Indonesia cukup tinggi, terjadi silih berganti mulai dari bencana gempa bumi,
tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan gunung meletus.
Terjadinya bencana alam pastilah menimbulkan banyak kerugian baik
berupa metrial maupun korban jiwa bagi benduduk yang tertimpa bencana
tersebut. Untuk meminimalisir jumlah korban jiwa dan harta benda yang
diakibatkan oleh suatu bencana maka perlu dilakukan langkah-langkah
starategis dalam menghadapi kemungkinan bencana yang terjadi dengan
manajemen bencana. Terutama dalam masalah kesehatan para korban jiwa.
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang tersebut, penyelenggaraan
penanggulangan bencana mencakup serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana merupakan keseluruhan dari semua tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang akan terjadi terkait
dengan bahaya dan untuk meminimalkan kerusakan setelah suatu peristiwa
bencana terjadi atau telah terjadi dan untuk pemulihan langsung dari
kerusakan. Manajemen bencana terdiri dari beberapa langkah diantaranya
mitigation, preparadness, response dan recovery. Pada tahap recovery, terjadi
1
proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Tahap
recovery terdiri dari rehabilitasi dan rekontruksi baik dari fisik, psikologis dan
komunitas.
Berdasarkan latar belakang di atas, Prodi D-IV Keperawatan Reguler
Politeknik Kesehatan Denpasar menerapkan metode pembelajaran praktik
Manajemen Risiko Bencana Pariwisata dimana teori dari mata kuliah ini telah
didapatkan di semester VI. Hasil dari proses pembelajaran praktik manejemen
risiko bencana pariwisata ini dimuat dalam laporan kegiatan.
2 Tujuan Khusus
Capaian pembelajaran praktikum yang diharapkan adalah
mahasiswa :
a. Mampu menetapkan konteks risiko bencana pariwisata
b. Mampu mengidentifikasi risiko bencana pariwisata
2
c. Mampu menganalisis risiko bencana pariwisata
d. Mampu mengevaluasi risiko bencana pariwisata
e. Mampu menangani risiko bencana pariwisata
f. Mengimplementasi proses manajemen risiko bencana pariwisata
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis dengan cara tindakan persiapan sebelum bencana terjadi,
dukungan, dan membangun kembali masyarakat saat setelah bencana
terjadi.
5
2.3 Manfaat Manajemen Risiko Bencana
Menurut Pamungkas (2010), manejemen resiko/ bencana memiliki
empat manfaat, yang mana diantaranya adalah sebagai berikut:
6
menanggulangi segala jenis bencana yang berhubungan dengan
kebakaran. Selain dari pemerintah, tim ini biasanya juga dibentuk oleh
hotel - hotel.
c. Public Save Community (PSC)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Public Save Community merupakan
petugas yang memberikan pelayanan kedaruratan kepada masyarakat
Kota, dioprasikan oleh petugas khusus yang dilengkapi dengan tiga
mobil ambulance, dan siaga 24 jam di setiap pos jaga. Petugas PSC
bergerak mengikuti pergerakan mobil pemadam pada saat terjadi
kebakaran dan PSC setiap saat bertugas mengevakuasi korban
kecelakaan lalu lintas dan bencana lainya.
d. Search and Rescue (SAR)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, Searh
and Rescue (SAR) memiliki pengertian yaitu badan yang berfungsi
melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi
Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan
material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi
bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan
bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya
sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.
e. Barisan Relawan Bencana (BALANA)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Barisan Relawan Bencana (BALANA)
merupakan barisan relawan bencana yang direkrut dari pegawai Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Kota
Denpasar yang ditugaskan ikut serta menangani bencana.
A. Pra bencana
7
1. Kesiapsiagaan
8
Contoh: zonasi dan pengaturan bangunan (building codes), analisis
kerentanan; pembelajaran public.
d) Pendekatan kultural
Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan
9
bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang
telah mebudaya sejak lama.
B. Saat Bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat
bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan
dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi
dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian
dapat diminimalkan.
1) Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan
bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.
Menurut PP No. 11, langkah-langkah yang dilakukan dalam
kondisi tanggap darurat antara lain:
a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat
kerusakannya.
10
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan
evakuasi korban bencana. Hal yang dapat dilakukan antara lain:
2) Penanggulangan bencana
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah
menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya.
Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan pendekatan khusus
menurut kondisi dan skala kejadian.
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala
bentuk bencana. Oleh karena itu Tim tanggap darurat harus
diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis
bencana.
Contoh aktivitas pada fase ini :
11
f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (Communication and
information management) Memberikan informasi dan komunikasi
kepada media massa mengenai jumlah kerugian korban bencana
g. Respon dan pengaturan orang selamat (Survivor response and
coping)
Melakukan mendata jumlah korban bencana yang selamat baik. Ibu
Hamil, anak-anak dan orang Manula
h. Keamanan (Security) Mamberikan pelayanan keamanan terhadap
korban jiwa, baik itu harta benda dan yang lain.
i. Manajemen pengoperasian emergensi (Emergency operations
management) Melakukan manajemen pengoperasian emergenci
pada saat terjadinya bencana
C. Pasca Bencana
1) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
2) Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya, tegaknya
hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana
12
2.6 Identifikasi Risiko Bencana
Unsur berikutnya dalam sistem manajemen bencana adalah
identifikasi dan penilaian risiko bencana. Identifikasi bencana mutlak
diperlukan sebelum mengembangkan sistem manajemen bencana. Menurut
PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan
masyarakat.
Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP
tersebut antara lain sebagai berikut:
13
f Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang
disahkan oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
14
Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya
apabila bencana itu memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak
antara lain:
1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;
15
Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :
16
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana
melalui tiga langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi Bencana
17
Risiko tersebut di bandingkan dengan kriteria yang ditetapkan,
misalnya oleh pemerintah atau berdasarkan referensi yang ada.
a Mengurangi kemungkinan
Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya
bencana. Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah, namun untuk
bencana alam terdapat pengecualian.
b Mengurangi dampak atau keparahan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka
langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan atau
konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya,
penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian tersebut dapat
disusun analisa risiko bencana yang terperinci dan mendasar untuk
selanjutnya dikembangkan program kerja penerapannya.
18
Potensi bahaya utama (Main hazard) ini dapat dilihat antara lain
pada peta rawan bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta
kerentanan bencana tanah longsor, peta daerah bahaya bencana letusan
gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir,
dan lain-lain.
2. Potensi bahaya ikutan (collateral hazard)
Potensi bahaya ikutan (Collateral Hazard) merupakan suatu
potensi bahaya yang kemungkinan terjadi setelah bahaya utama terjadi
dan dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya adalah likuifaksi,
persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan
kepadatan industri berbahaya.
Potensi bahaya ikutan (collateral hazard potency) ini sangat tinggi
terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan penduduk dan
bangunan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman
kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan
indikator di atas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan
potensi bencana yang sangat tinggi.
Dalam melakukan pemetaan bencana harus dianalisa terkebih dahulu
jenis bahaya yang kemungkinan terjadi bada suatu daerah tersebut. Dengan
menganalisa jenis bahaya, dapat diperkirakan seberapa luas daerah yang
kemungkinan terkena dampak langsung dan tidak langsung dan bahaya
ikutan yang kemungkinan terjadi setelah bahaya utama terjadi, sehingga
dapat ditentukan langkah yang cepat dan tepat untuk mencegah ataupun
menanggulangi dampak yang besar dari bencana tersebut.
19
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.Sedangkan menurut Laws
(2005) bencana dalam industri pariwisata adalah Crisis or disaster in
tourism industry usually refers to an event that leads to a shock resulting in
the sudden emergence of an adverse situation. Berdasarkan sumbernya,
bencana menurut UU No 24 Tahun 2007 dapat dikelompokkan menjadi tiga
sumber yaitu:
1. Bencana Alam
Adalah bencana yang bersumber dari fenomena alam seperti banjir,
gempa bumi, dan letusan gunung berapi, tsunami dan lain-lain.
2. Bencana Non Alam
Adalah peristiwa yang disebabkan oleh faktor non alam antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik, dan wabah
penyakit.
3. Bencana Sosisal
Adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok, antar komunitas masyarakat dan teror.
Rosyidie (2004) lebih lanjut mengungkapkan bahwa bencana dapat
terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Frekuensi dan seberapa
kuat atau besar bencana tersebut pun susah untuk diprediksi. Melihat sifat
dari bencana tersebut, maka sering kali terjadi banyak kerugian dan korban
meninggal dunia maupun luka-luka.
Pengertian bencana menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun
2007, terfokus pada asal dari gangguan tersebut, sedangkan pengertian
Rosyidie (2004) yang terfokus pada sifat dari bencana tersebut.
Berdasarkan definisi bencana menurut para ahli tersebut maka
definisi bencana dalam penelitian ini yaitu gangguan atau ancaman dari
keadaan normal hingga menyebabkan kerugian dari gangguan tersebut yang
bersumber dari alam, non alam dan sosial. Gangguan tersebut tidak dapat
diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya.
Bencana ini dapat terjadi di belahan dunia manapun dan pada bidang
apapun, termasuk di suatu industri pariwisata, yang mana industri pariwisata
menurut Yoeti (1985) adalah kumpulan dari macam - macam perusahaan
yang secara bersama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam
20
perjalanan. Menurut Spillane (1987) ada lima unsur industri pariwisata
yang sangat penting yaitu:
21
dari daerah asalnya hingga sampai di destinasi tujuan dan balik lagi ke
daerah asalnya. Adapun industri pariwisata yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah hotel yang merupakan tempat tinggal sementara wisatawan
selama melakukan perjalanan.
Untuk meminimalkan segala dampak yang disebabkan oleh bencana
tersebut, maka industri perhotelan perlu menerapkan sebuah manajemen
bencana, yang mana pengertian dari manajemen bencana. Selain dengan
menerapkan kegiatan manajemen bencana, untuk mengurangi kerugian yang
mungkin terjadi akibat bencana, diperlukan pula beberapa upaya
peningkatan keamanan sebagai berikut: menurut Pizam (2010), untuk
meningkatkan keamanan, hotel harus menginstal CCTV, fire sprinklers,
pendeteksi asap, dan pintu elektronik.
Sedangkan menurut Henderson, et.al. (2010) untuk meningkatkan
kemanan hotel memerlukan personel keamanan dan pelatihan kebencanaan.
Personel keamanan merupakan orang yang bertanggung jawab untuk
menjaga keamanan hotel, wisatawan, karyawan serta aset perusahaan.
Human Resource Department suatu hotel harus menunjuk dan
mempekerjakan personel keamanan yang professional, dengan pengalaman
yang baik terhadap penanganan suatu bencana. Karyawan secara umum, dan
personel keamanan khususnya, harus mengikuti workshop dan pelatihan dari
pemerintah mengenai penaganan pertama terhadap kecelakaan.
Bagaimanapun, mereka harus mendapatkan pelatihan pemadaman kebakaran
dan cara evakuasi apabila bencana terjadi.
Kegiatan lainnya yang dilakukan adalah dengan memasang rambu -
rambu keselamatan. Menurut Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS) (2012) rambu - rambu keselamatan adalah peralatan yang
bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan
karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Adapun jenis
rambu dapat berupa: rambu dengan simbol, rambu dengan simbol dan
tulisan, dan rambu berupa pesan dalam bentuk tulisan.
22
BAB III
LAPORAN HASIL KEGIATAN
HARI,
N TANGGAL,
URAIAN TUGAS NAMA PENGAWAS PARAF KET.
O TEMPAT
DITUGASKAN
1 Senin, 21 Serah terima mahasiswa di UPT Pusdalops PB BPBD dr. Komang Arya
November 2016 Provinsi Bali, diserahkan oleh dosen ka Prodi DIV
AMBU IV keperawatan (IDPG Putrayasa, S.Kp.,M.Kep., Sp.MB) dan
08.00 wita dosen pembimbing praktik (Drs. I Made Widastra,
S.Kep.,Ns.,M.Pd), diterima oleh kepala UPT Pusdalops PB
BPBD Provinsi Bali (Drs. I GM Jaya Serataberana, M.Si).
08.10 wita Pengarahan oleh Drs. IGM Jaya Serataberana, M.Si tentang
sistematika praktik dan pembagian jadwal dinas selama 3
minggu di UPT Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali
08.40 wita Pengarahan dari dosen pembimbing mengenai mekanisme
praktik mahasiswa di BPBD.
09.30 wita Pemberian materi oleh dr. komang arya tentang ESR
(Emergency Service Respone) yang meliputi pengertian
ESR, tim ESR, serta SOP harian ESR.
23
10.00 wita Orientasi di kantor UPT Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali
(Ruang obat,ruang dokter, ruang SPGDT, ruang radio, serta
pengenalan masing- masing ambulance beserta fungsi dan
kelengkapannya.
Ambu I / Imbo yang bertugas di wilayah teuku
umar,imam bonjol, sunset road, dan panjer.
Ambu II u/ mengangkut jenazah.
Ambu III / induk yang bertugas di wilayah seputaran
denpasar.
Ambu IV / mantra yang bertugas di wilayah tohpati
hingga I.B Mantra.
11.00 wita Pengenalan pembimbing di masing-masing ambulance,
untuk Ambu IV, pembimbingnya adalah Kamajaya
DINAS SORE Menerima operan dari rekan dinas pagi a/n Ayu Purwani
13.30 wita Asih dan Ni Putu Indah Ayu W. Rekan dinas pagi
menginformasikan hasil sharing dengan senior/pembimbing
di Ambu IV. Adapun operan yang disampaikan yaitu :
1) Ambulance IV dinamakan mantra yang ditugaskan di
daerah tohpati hingga I.B Mantra. Untuk saat ini, ambu
IV tidak melakukan mobiling, hanya stand by di BPBD.
Namun jika ada panggilan di wilayah ambu IV, baru
ambu IV akan berangkat. Pengecekan alat dan obat di
ambu IV sesuai dengan buku cheklist kelengkapan alat
dan obat.
2) Pengarahan dari dr. Komang Arya agar setiap mahasiswa
kembali mempelajari dan memahami tentang BHD,
evakuasi pasien, prinsip pembalutan, serta WT/ teknik
rawat luka.
Vital sign :
TD : 120/80 mmHG
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
27
Diagnosa : RA
Terapi medis :
Paracetamol 3 x 1
Quanteidex 3 x 1
11.00 Bimbingan dosen PJMK Poltekkes Denpasar atas nama Pak
Widastra dan Pak. Ketut Suardana tentang kegiatan selama
di BPBD
3 Rabu, 23 Menerima operan dari jaga sore (hendra) tentang situasi dan
November 2016 keadaan di ambu IV
AMBU IV
(JAGA MALAM)
19.30 Wita
20.00 Wita Stand by di Induk
21.00 Wita Mobiling di wilayah ambu I (Imbo) dengan menggunakan
ambu IV, cuaca mendung, berawan, lalin padat tapi tidak
macet, kegiatan mobiling dilakukan oleh dr. Arya, driver
Bapak Astawa, serta mehasiswa Verra dan Intan
22.00 Wita Diskusi bersama dr. Arya dan Bapak Astama mengenai
radkom (radio komunikasi) dan tugas ambulance dalam
bencana.
Hasil diskusi :
Radkom
Contohnya : HT (Hand Talking) dan RIG. HT
28
berdasarkan jangkaunnya dibagi dua yaitu radkom point
to point dan radkom frekuensi dengar repeat
(jangkauannya lebih luas).
Bagian HT :
VTT (untuk transfer suara)
Frekuensi (untuk menentukan gelombang)
High & Low (untuk power saving)
Volume (untuk mengatur suara)
Ada 2 jenis HT :
VHF (Very High Frekuensi) 2 gelombang
UHF (Ultra High Frekuensi) 1 gelombang
29
4 Kamis, 24 Menginput data ke komputer serta membuat laporan
November 2016
(LEPAS)
08.00
5 Jumat, 25 Memulai praktek seteah mendapatkan dispensasi selama 3
November 2016 jam (izin dari kepala UPT Pusdalops PB BPBD Provinsi
AMBU IV Bali, Drs. IGM Jaya Sertaberana, M.Si).
(JAGA SORE) Mengobservasi teman yang melakukan kegiatan SPGDT
17.00 wita yaitu Dayu Ari dan Merry di wilayah RS Sarbagita melalui
telepon.
Hasil SPGDT :
1. RS Badung
Operator : ANIK
Ambulan : 7 unit
Personil : dokter :3, perawat : 6, supir : 3
Ruangan : I 2, II 9, III7, VIP 2, ICU 1, Box 4.
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
2. RS Wangaya
Operator : Gek Is
Ambulan : 5 unit
Personil : dokter :3, perawat : 5, sopir : 2
Ruangan : IGD 4, klas I4, II 4, III 6, VIP 1, ICU 2, HCU
3, ICCU 2, NICU 1, PICU 1, PERI 7.
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
3. RS Tabanan
Operator : Septian Adi
Ambulan : 2 unit
Personil : dokter :2, perawat : 8, supir : 2
Ruangan : full
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
4. RS Gianyar
Operator : Kadek
30
Ambulan : 3 unit
Personil : dokter :2, perawat : 5, supir : 1
Ruangan : Full
VAR : tidak ada (-) , kebencanaan (-)
5. RS Sanglah
Operator : dr. Elfrida
Ambulan : 3 unit
Personil : dokter :3, perawat : 9, supir : 1 team
Ruangan : full
VAR : tersedia (+) , kebencanaan (-)
17.30 wita Stand by di pusdalops PB untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
19.30 wita Melakukan operan dengan rekan jaga malam (kadek
hendrajaya) sesuai dengan yang ditulis diatas
31
09.30 wita Melakukan diskusi dengan dr. Vivi tentang WT
Hasil diskusi :
WT/ Wound Toilet yaitu teknik membersihkan luka
Luka kering dengan teknik swabbing yaitu
ditekan/digosokan dengan kasa yang dibasahi Nacl 0,9%
Luka basah dengan teknik irigasi yaitu disemprot lembut
dengan air steril
Untuk luka lecet cukup dibersihkan dan diberi betadine.
10.30 wita Melakukan diskusi dengan dr. Komang arya tentang
evakuasi pasien. dr. Komang Arya menjelaskan pengertian,
tujuan, fungsi, prinsip, jenis dan teknik evakuasi.
1. Evakuasi adalah memindahkan korban dari lokasi
bencana ke tempat yang lebih aman untuk
mendapatkan pertolongan.
2. Tujuan evakuasi adalah untuk menyelamtkan jiwa
pasien, mencegah cacat, membantu penyembuhan,
memindahkan korban ke fasilitas kesehatan yang
lebih memadai.
3. Prinsip evakuasi yaitu memakai APD, menggunakan
teknik yang tepat, tidak memperparah cedera,
penolong memiliki kondisi yang prima.
4. Jenis evakuasi
1 penolong
Human cruth : memapah
Piggy back corry menggendong di belakang
Honey moon corry : menggendong di depan
Fireman carry : menyeret
2 penolong
Two handed carry (tangan kanan >< tangan kiri)
Tangan kanan memegang bahu kiri dan
sebaliknya. Pasien duduk, kedua tangan yang
32
disatukan menumpu kaki dan punggung pasien.
Four handed carry
Kedua penolong memegang pergelangan tangan
kemudian disatukan sehingga membentu persegi
sebagai tempat duduk pasien.
Evakuasi pasien dengan alat
Basket stretcher : u/ korban tenggelam, pasien
dengan vertical rescue.
Scroop stretcher : u/korban non trauma/ trauma
ringan dengan 4 penolong
Stretcher : tandu berisi tali u/ memfiksasi px.
Evakuation chair : evakuasi pasien melewati
tangga.
Long Spain board : evakuasi pasien dnegan
multiple trauma, biasanya pasien dipasang neck
collar untuk fiksasi leher dan dipasang head
stanilization pada LSB u/ menyangga bagian
kepala pasien.
Brankar dalam ambulance kursi
7 Minggu, 27 Menerima operan dan yang jasa sore atas nama Kadek dr. NLP Mutiara Ayu K.
November 2016 Hendrajaya. Rekan melaporkan kegiatan yang didapat
AMBU IV selama jasa sore di Ambu IV dan stand by Pusdalops
(JAGA MALAM) kegiatan :
19.30 wita Pengertian pembidaian adalah dilakukan jika ada
fraktus. Tujuannya adalah untuk mengistirahatkan
bagian yang cedera.
Prinsip pembidaian, jika terjadi pendarahan maka
33
hentikan balut tekan. Jika open fraktur maka jaringan
terbuka maka tutup dengan kasa
Jangan reposisi fraktur cukup imobilisasi dengan
spalk/bidai untuk melewati 2 sendi.
Dilakukan pengecekan pulrasi dibagian distal untuk
sindrome kompartemen (oedema, baal, dan sianosis)
Rekan jaga sore melakukan latihan evakuasi mandiri
dan diawasi oleh dr. Yunita.
20.00 wita Menanyakan tim yang jaga di Ambu IV tim yang jaga,
dr : dr. Vivi Ikadewi
Driver : Agus Prawita
Perawat : Eka Aryantina
20.15 wita Stand by di Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali untuk
menggu jika ada panggilan di wilayah Ambu IV.
MINGGU ke II
(LEPAS)
34
08.00 wita Menginput data ke komputer serta membuat laporan
9 Selasa, 29 Menerima operan dari rekan jaga pagi atas nama Indah A. Ni Nengah Sugiani
November 2016 Wiadnyani dan Ayu Purwaniasih. Rekan melaporkan
kegiatan yang didapat selama jaga pagidi SPGDT. Kegiatan
SPGDT yang didapat :
(JAGA SORE)
Melakukan round table di RS Sarbagita, RS Badung,
13.30 wita RS Wangaya, RS Gianyar, RS Tabanan, RS Sanglah.
Mencatat hasil round table
Menyebarkan laporan hasil round table ke media
sosial (facebook dan grup line)
14.00 wita Menanyakan penanggungjawab yang bertugas di SPGDT
yaitu Mbok Sugiani dan Bli Dewa Alit
1. RS SAnglah
Operator : dr. Eka
Ambulan : 1 unit
Personil : dr.3, perawat 10 sopir 1
Ruangan : full
VAR (+), kebencanaan (-)
2. RS WAngaya
Operator : Nanik
Ambulan : 5 unit
Personil : dr.3, perawat 6 sopir 2
Ruangan : UGD 6, Kelas III 1, II 3, HCU 4, ICU
2, ICCU 2, PICU 4, NICU 2
VAR (+), kebencanaan (-)
3. RS Badung
Operator : Delta
Ambulan : 3 unit
Personil : dr.3, perawat 6 sopir 3
Ruangan : Kelas II, III 17, VVIP 2, HCUUVIP 1
36
VAR (+), kebencanaan (-)
4. RS Gianyar
Operator : Ayu Merlia
Ambulan : 7 unit
Personil : dr.2, perawat 5 sopir 1
Ruangan : Kelas II 2, III 5
VAR (+), kebencanaan (-)
5. RS Tabanan
Operator : Wika
Ambulan : 2 unit
Personil : dr.3, perawat 11 sopir 2
Ruangan : kelas III 2
VAR (+), kebencanaan (-)
10 Rabu, 30 Melakukan operan dengan rekan jaga malam atas nama I dr. Komang Arya
November 2016 Kadek Hendrajaya di lapangan Renon dalam rangka
kegiatan Nusantara Bersatu. Rekan mengoperkan kegiatan
SPGDT sebagai berikut :
37
(JAGA PAGI) Untuk jaga di lapangan Renon jumlah Ambulance
ada 2 buah, Ambu 5 stand by di depan kantor
07.30 wita
Gubernur sedangkan ambu IV di dalam lapangan Niti
Mandala Renon.
Yang bertugas di ambu I
dr :
perawat :
driver :
mahasiswa : Nanda, Dayu, Silvi, Merry
Yang bertugas di ambu IV
dr :
perawat :
driver :
mahasiswa : Verra, Mae, Retika, Intan
09.30 wita Kegiatan Nusantara Bersatu telah selesai tidak ada peserta
yang pingsan/yang memerlukan perawatan medis.
38
11 Kamis,1 Desember Menerima opran dari rekan jaga siang atas nama Indah A. Budhi Artani
2016 Wiadnyani dan Ayu Purwaniasih. Rekan melaporkan
kegiatan yang didapat selama jaga siang di SPGDT.
SPGDT Kegiatan yang didapat :
(JAGA MALAM)
Melakukan round table di RS SArrbagita, RS
19.30 wita BAdung, RS Wangaya, RS GIanyar, RS Tabanan, RS
Sanglah
Mencatat hasil round table
Menyebarkan laporan round table ke media sosial
(facebook dan grup line)
20.00 wita Menanyakan penanggungjwab yang bertugas di SPGDT
yaitu Budi Artani dan Putra Marianto
1. RS SAnglah
Operator : dr. Suardani
Ambulan : 1 unit
Personil : dr.3, perawat 9 sopir 1
Ruangan : full
VAR (+), kebencanaan (-)
2. RS WAngaya
39
Operator : Yuni
Ambulan : 5 unit
Personil : dr.2, perawat 9 sopir 2
Ruangan : UGD 3, Kelas I 3,II 7, III 4, HCU 1,
ICU3, ICCU 2, PICU 2, NICU2, PERI 4
VAR (+), kebencanaan (-)
3. RS Badung
Operator : Juni Suputra
Ambulan : 7 unit
Personil : dr.3, perawat 6 sopir 3
Ruangan : Kelas I 1, II4, III 20, Box 2,
VAR (+), kebencanaan (-)
4. RS Gianyar
Operator : Ayu Merlia
Ambulan : 2 unit
Personil : dr.2, perawat 5 sopir 1
Ruangan : Kelas II 2, III 4
VAR (+), kebencanaan (-)
5. RS Tabanan
Operator : Wahyu
Ambulan : 2 unit
Personil : dr.3, perawat 9 sopir 2
Ruangan : Full, UGD 5
VAR (+), kebencanaan (-)
40
Denpasar namun tidak tersambung
Mengirimkan informasi hasil round table jaga malam
ke line grup Pusdalops Pb.
21.30 wita Stand by di Pusdalops BP BPBD Provinsi Bali
07.00 wita Berangkat menuju Desa Selabih yang disambut ramah tamah
oleh warga setempat.
41
10.20 wita Makan siang bersama warga, seluruh pegawai UPT
Pusdalops PB, rekan mahasiswa dan warga setempat.
13 Sabtu, 3 Desember Menerima opran dari rekan jaga pagi atas nama Indah A.
2016 Wiadnyani dan Ayu Purwaniasih. Rekan melaporkan
kegiatan yang didapat selama jaga siang di SPGDT.
SPGDT Kegiatan yang didapat :
(JAGA SORE)
Melakukan round table di RS SArrbagita, RS
13.30 wita BAdung, RS Wangaya, RS GIanyar, RS Tabanan, RS
Sanglah
Mencatat hasil round table
Menyebarkan laporan round table ke media sosial
(facebook dan grup line)
1. RS Badung
Operator : Luh De
Ambulan : 7 unit
Personil : dr.3, perawat 6 sopir 3
Ruangan : Kelas III 10, VIP 1, HCU, Box ,
VAR (+), kebencanaan (-)
2. RS WAngaya
Operator : Gek Is
Ambulan : 5 unit
Personil : dr.3, perawat 6, sopir 2
Ruangan : IGD 8, Kelas I 2,II 9, III 7, Praja 2,
ICU2, HCU 3, ICCU 2, PERI 4
VAR (+), kebencanaan (-)
3. RS Gianyar
Operator : Pande Kadek Sudiantara
Ambulan : 2 unit
Personil : dr.2, perawat 5 sopir 1
Ruangan : full
VAR (+), kebencanaan (-)
4. RS Tabanan
Operator : Adi
Ambulan : 1 unit
Personil : dr.2, perawat 9, sopir 1
43
Ruangan : Full,
VAR (+), kebencanaan (-)
5. RS SAnglah
Operator : dr. Esti
Ambulan : 1 unit
Personil : dr.2, perawat 10 sopir 1
Ruangan : full
VAR (+), kebencanaan (-)
08.00 wita
15 Minggu, 4 Menerima operan dari rekan dinas malam atas nama dr. Vivi
Desember 2016 Hendrajaya via line mengenai kegiatan di margarana, yaitu
untuk mengawasi kemah tingkat nasional. Jika ada siswa
44
SPGDT yang mengeluh sakit, maka hendra langsung mengobati
sebagai tim P3K di margarana.
(JAGA PAGI)
07.30 wita
07.45 wita Berangkat menuju gor Lila Bhuana bersama rekan intan,
perawat nyoman widiana, dr. vivi, driver dewa
menggunakan ambulan III untuk menjadi tim medis (P3K)
dalam acara 17th world championship dan festival Pencak
Silat
08.00 wita Stand by di gor Lila Bhuana di pos kesehatan bersama tim
P3K, yaitu perawat nyoman widiana, rekan intan, menunggu
peserta lomba untuk melakukan medical check up diruang
medis gor Lila Bhuana
45
6. Heidari Jafar 30th perempuan iran TD: 130/80 mmHg
7. Coline Fontaine 28th laki-laki france TD: 120/80
mmHg
8. Hamid Boukiza 32th france laki-laki TD: 120/80
mmHg
9. Vishu Kumar Sharma 21th laki-laki india TD: 120/80
mmHg
10. Puspha Devi 21th perempuan india TD: 110/80
mmHg
11.00 wita Melakukan perawatan luka pada peserta yang cedera
diantaranya :
MINGGU KE-III
46
16 Senin, 5 Desember - Menerima operan dari teman yang jaga malam (Indah dan Dr. Ni Made
2016 Ayu Purwaniasih). Rekan melaporkan melakukan kegiatan Sulistyawayi
round table dan stand by di Pusdalops PB Prov. Bali. Tidak
AMBU I ada panggilan ke PSC 119. Ni Luh Made Ari
- Menjadi tim medis dalam the 17th world championship dan Kusuma Dewi
(JAGA PAGI)
festival Pencak Silat di Gor Lila Bhuana.
07.30 wita
08.00 wita Tiba di pos kesehatan gor lila bhuana bersama dr. sulis,
perawat mbok Eka, driver Suarsana.
09.20 wita Memberikan penanganan P3K pada atlet yang telah selesai
bertanding. Hasil yang di dapat :
17 Selasa, 6 Desember Menerima operan dari rekan jaga sore atas nama Indah dan Dr. Mutiara
2016 Ayu Purwaniasih. Rekan Indah melaporkan melakukan
mobiling di wilayah imbo dengan menggunakan ambulance
AMBU I I, yaitu Jln. Teuku Umar, Imam Bonjol dan sunset road,
(JAGA MALAM) cuaca mendung + berawan, lalin padat, LED menyala dan
tidak terdapat hambatan saat melakukan mobiling. Rekan
19.30 wita ayu melaporkan berjaga di gor lila bhuana sebagai tim medis
dalam acara 17th world championship dan festival Pencak
Silat rekan ayu mengatakan sempat pertemu dengan bapak
48
presiden pesilat (Pencak Silat) yaitu bapak Prabowo
08.00 wita
19 Kamis, 8 Desember Menerima operan dari rekan jaga pagi atas nama hendrajaya. Dr. Ni Made
2016 , AMBU I Rekan melaporkan melakukan kegiatan mobiling dengan Sulistyawati
menggunakan ambu III, lalin padat, LED menyala, tidak
JAGA SORE terdapat hambata saat melakukan mobiling.
13.30 wita
14.00 wita Menanyakan tim yang jaga sore di ambu I yaitu dr. sulis
20 Jumat, 9 Desember Menerima operan dari rekan jaga malam ( Indah dan Ayu). Ns. Kadek Novi
2016
49
AMBU I Rekan melaporkan kegiatan yang dilakukan antara lain : Dwisatiari, S.Kep.
50
10.45 wita Menerima informasi dari BPBD Denpasar bahwa terjadi
33L (Kecelakaan Lalu Lintas) di jl. Panjaitan dengan 1
orang korban. PSC Bali, mengerahkan tim ESR Ambulance
III yaitu perawat : Kadek Henry Gunawan dan NLM Ari
Kusuma Dewi, sopir : Dw. Gd. Surya Adnyana dan 3
mahasiswa poltekkes denpasar (Verra, Dayu Ai, dna Merry).
Keadaan klien :
Alamat : Karangasem
Primary survey :
a. Airway : bebas
b. Breathing : Spontan, (rr : 20x/menit)
c. Circulation : CRT <2dtk, TD : 100/80 mmHg, N:
94x/menit
d. Disability : GCS E4V5M6 (compos mentis)
e. Exposure : S : 36 C, hematome pada kepala (S), dan
neyri pinggang.
51
Data Fokus :
Evaluasi :
21 Sabtu, 10 desember Menerima operan dar rekan jaga sore (Indah dan Ayu).
2016, AMBU I Rekan melaporkan kegiatan yang dilakukan yaitu :
52
JAGA MALAM menyelesaikan laporan kegiatan di pusdalops PB BPBD
prov. Bali dan menginput data hasil kegiatan ke komputer.
20.00 wita
53
hidupkan alat AED. Alat AED juga berfungsi
untuk mengetahui apakah kita sudah melakukan
RJP dengan benar dan melaui intruksi yang
disampaikan oleh alat.
5. Lakukan RJP sampai denyut pasien kembali atau
saat ada intruksi dari AED untuk menghentikan
RJP, alat AED harus tetap dipasang untuk
memonitor kondisi pasien dan boleh dilepas bila
sudah sampai dirumah sakit untuk digantikan
dengan monitor lain.
23.30 wita Stand by di induk menunggu panggilan/informasi dari
masyarkat ke PSC 119/ 251177 dan melanjutkan
mengerjakan leporan praktik BPBD
(LEPAS)
08.00 wita
54
3.2 Dokumentasi Kegiatan
MINGGU I
55
MINGGU KE II
56
57
MINGGU Ke III
58
59
60
61
62
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Bencana terjadi hanya karena tidak terkelolahnya resiko. Pengelolaan
resiko harus merupakan bagian integral dari pembangunan. Resiko memiliki
dua prasyarat utama yakni ancaman (hazard) dan kerentanan/kerapuhan
(vulnerabilities/fragilities). Management Pembangunan haruslah mampu
mengintegrasikan management resiko bencana dan sebaliknya, management
resiko bencana merupakan bagian dari upaya menuju pembangunan
berkelanjutan.
4.2 Saran
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang
menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga,
moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya
merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi
efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan
peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan
baik.
63
Daftar Pustaka
64
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Akademik / CT
_______________________________
NIP.
65