Anda di halaman 1dari 12

DRAF

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA QUALITY OF SERVICE (QOS) PROTOKOL


ROUTING VEHICULAR AD-HOC NETWORK DI KAWASAN
PARIWISATA BALI

KOMPETENSI JARINGAN

I Nengah Tirtayasa
NIM. 1108605007

JURUSAN ILMU KOMPUTER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2014

1. Latar Belakang
Pada umumnya kawasan pariwisata di Bali memiliki topologi geografis yang
sulit untuk dilakukan pembangunan infrastruktur penunjang komunikasi data.
Selain itu, peraturan daerah dan awig-awig (hukum adat) yang ketat membatasi
pembangunan infrastruktur tersebut. Dengan adanya batasan-batasan tersebut,
diperlukan suatu bentuk khusus dalam komunikasi data yang dapat digunakan
dalam kondisi tersebut. Transmisi yang paling memungkinkan untuk digunakan
adalah komunikasi jaringan nirkabel (wirelessfidelity) atau lebih dikenal dengan
WiFi.
WiFi mengijinkan koneksi perangkat-ke-sentral access point (access point
connection) dan koneksi langsung perangkat-ke-perangkat (ad hoc connection)
(Mitchell n.d.). Koneksi ad hoc dapat langsung dilakukan tanpa adanya access
point, sehingga memudahkan perangkat untuk saling dapat berkomunikasi.
Koneksi ini pula yang mendorong berkembangnya teknologi MANET dan
VANET, baik untuk komunikasi perangkat bergerak maupun tidak bergerak dan
perpaduan perangkat bergerak-tidak bergerak (Camp, Boleng and Davies 2002).
Vehicular Ad hoc Network (VANET) adalah sebuah bentuk baru dalam
komunikasi data untuk kendaraan yang bergerak dengan kecepatan tinggi di jalan
raya.VANET termasuk dalam jaringan komunikasi nirkabel dan merupakan
turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). VANET memberikan komunikasi
antar kendaraan didekatnya dan antara kendaraan dengan Road Side Unit(RSU)
yang ada didekatnya. VANET memungkinkan pengemudi kendaraan untuk
menghindari masalah seperti kemacetan atau adanya kecelakaan. Selain untuk
keamanan berkendara, VANET juga menyediakan akses internet ke berbagai
aplikasi untuk kenyamanan berkendara dan berwisata, seperti informasi kepadatan
lalu lintas dan peta yang dapat membuat pengendara untuk menentukan rute
terbaik untuk sampai di tempat tujuan.
VANET tergolong ke dalam jaringan komunikasi nirkabel dimana komunikasi
terjadi melalui link nirkabel yang dipasang di setiap node. Mobilitas node yang

tinggi merupakan karakteristik dasar VANET yang menyebabkan perubahan yang


cepat pada topologi jaringan.Tiap node pada VANET berlaku baik sebagai
partisipan ataupun router pada jaringan, baik bagi node utama atau intermediate
node yang berkomunikasi di dalam radius transmisinya. Dalam proses komunikasi
data, perangkat memerlukan routing yang tepat.Ada banyak protocol routing pada
VANET, diantaranyaAd hoc On-demand Multipath Distance Vector Routing
(AOMDV), Ad hoc On-Demand Distance Vector Routing (AODV) dan Dynamic
Source Routing (DSR).
Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (I Komang Ari Mogi and
Waskitho Wibisono, 2012) menunjukkan kinerja protocol AOMDV adalah
protokol yang paling optimal dibandingkan dengan AODV dan DSDV. AOMDV
menghasilkan packet delivery ratio (PDR) rata-ratamencapai 97% dan dengan
end-to-end delay yang lebih besar dari AODV dan DSR pada scenario kawasan
pariwisata Bali.
Dari penelitian tersebut, penulis ingin meningkatkan performa dari scenario
jaringan vanet di kawasan pariwisata bali dengan menggunakan protocol SDAOMDV.SD-AOMDV menunjukkan kinerja yang lebih baik pada umumnya
dicapai oleh SD-AOMDV dibandingkan dengan AOMDV. End-to-End Delay
mengalami penurunan sebesar 76,47% (Hafez Maowad, Eman Shaaban,2012).
Diharapkan protocol SD-AOMDV dapat memberikan performa yang lebih baik
dari AOMDV pada skenario kawasan paiwisata bali.
Implementasi VANET di dunia nyata akan banyak membutuhkan biaya yang
sangat mahal dan jangkauan untuk kawasan yang luas itu juga tidak
memungkinkan untuk diimplementasikan secara langsung. Maka dari itu
penelitian dilakukan dengan menggunakan simulasi dengan perangkat lunak
simulasi NS2 dan SUMO.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah pokok yang akan
dibahas penulis antara lain:
Berapa throughput, end to end delay, Packet delivery ratio
(PDR) dari protocol AOMDV, SD-AOMDV pada scenario

jaringan VANET kawasan pariwisata Bali?


Apakah protocol SD-AOMDV menunjukkan performa lebih
baik dari protocol AOMDV?

3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan protokol routing yang lebih
baik untuk digunakan untuk simulasi jaringan VANET di kawasan pariwisata
Bali.
4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah.

Penerapan dilakukan pada kerangka protokol AODV.

Implementasi menggunakan simulator Network Simulator 2 (NS2),


SUMO.

Durasi simulasi adalah 900s atau 15 menit (Harri et al., 2008).

Ukuran wilayah kerja jaringan berupa persegi dengan ukuran


2000m2000m

Kepadatan kendaraan akan disesuaikan dengan kondisi daerah perkotaan,


yaitu kepadatan rendah (25 node), kepadatan sedang (50 &75), dan
kepadatan tinggi (100).

Peta yang digunakan adalah kawasan pariwisata bali seputaran Kuta,


Bandara dan pantai Jimbaran.

5. Manfaat Penelitian
Manfaat kedepan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat
mendukung perancangan jaringan komunikasi di jalan raya yang dapat membantu
para pengendara mobil untuk mendapat informasi lalu lintas yang dapat
dimanfaatkan untuk mencari jalan yang tidak terlalu padat, sehingga dapat
meminimalkan terjadinya kemacetan yang panjang.

6. Tinjauan pustaka
6.1.

VANET
Sebuah

jaringan

terorganisir

yang

dibentuk

dengan

menghubungkan kendaraan dan RSU (Roadside Unit) disebut Vehicular


Ad Hoc Network (VANET), dan RSU lebih lanjut terhubung ke jaringan
backbone berkecepatan tinggi melalui koneksi jaringan. Kepentingan
peningkatan baru-baru ini telah diajukan pada aplikasi melalui V2V
(Vehicle to Vehicle) dan V2I (Vehicle to Infrastructure) komunikasi,
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan mengemudi dan manajemen
lalu lintas sementara menyediakan driver dan penumpang dengan akses
Internet. Dalam VANETs, RSUs dapat memberikan bantuan dalam
menemukan

fasilitas

seperti

restoran

dan

pompa

bensin,

dan

membroadcast pesan yang terkait seperti ( maksimum kurva kecepatan )


pemberitahuan untuk memberikan pengendara informasi. Sebagai
contoh, sebuah kendaraan dapat berkomunikasi dengan lampu lalu lintas
cahaya melalui V2I komunikasi, dan lampu lalu lintas dapat
menunjukkan ke kendaraan ketika keadaan lampu ke kuning atau merah.
Ini dapat berfungsi sebagai tanda pemberitahuan kepada pengemudi, dan
akan sangat membantu para pengendara ketika mereka sedang
berkendara selama kondisi cuaca musim dingin atau di daerah asing. Hal
ini dapat mengurangi terjadinya kecelakaan. Melalui komunikasi V2V,
pengendara bisa mendapatkan informasi yang lebih baik dan mengambil
tindakan awal untuk menanggapi situasi yang abnormal. Untuk mencapai
hal ini, suatu OBU secara teratur menyiarkan pesan yang terkait dengan

informasi dari posisi pengendara, waktu saat ini, arah mengemudi,


kecepatan, status rem, sudut kemudi, lampu sen, percepatan /
perlambatan, kondisi lalu lintas.

Gambar 1. Model Topologi VANet

6.2.

Ad hoc On-demand Multipath Distance Vector (AOMDV)


Pada routing AODV, permasalahan timbul pada saat path yang

terbentuk mengalami kegagalan dalam proses transmisi data. Paket data


yang dilewatkan pada path yang mengalami kegagalan tersebut akan
hilang dan AODV akan membentuk ulang path yang reliable sebelum
mengirim ulang paketnya. Untuk mengatasi masalah ini, dikembangkanlah
sebuah protokol yang menghitung multipath dan multiple loopfreeberdasarkan distance vector, yang disebut dengan Ad hoc On-demand
Multipath Distance Vector (AOMDV). AOMDV mencari multiple path
antara node sumber dan node tujuan dalam setiap proses pencarian rute.
Karena bersifat multipath, jika terjadi kegagalan pada path utama saat
pengiriman data, maka langsung dapat digunakan path yang lain yang
reliable. AOMDV menggunakan minimal hop untuk memilih path utama
dan path cadangan (Marina and Das 2006).

6.3.

SD-AOMDV
SD-AOMDV meningkatkan hal yang paling penting pada protokol

AOMDV sesuai karakteristik VANET. SD-AOMDV menambahkan


parameter mobilitas: kecepatan dan arah untuk hop count sebagai metrik
baru routing AOMDV untuk memilih hop berikutnya selama fase
penemuan rute. Ketika sebuah node sumber ingin mengirim paket ke node
tujuan, pertama, routing protokol mendapat arah dan kecepatan node
sumber. Kemudian, hal itu akan arah dan kecepatan node tujuan.
Berdasarkan arah dan kecepatan dari kedua sumber dan tujuan, node
intermediate yang dapat berpartisipasi dalam rute antara sumber dan tujuan
yang ditetapkan.
Sebagai node di VANET bergerak dengan kecepatan tinggi dan
arah yang berbeda, stabilitas rute mereka jauh kurang dari MANET. Di sisi
lain, jika dua node yang bergerak ke arah yang berbeda berkomunikasi
bersama-sama, link mereka putus lebih cepat dari pada node yang bergerak
dalam arah yang sama. Oleh karena itu, jika sumber dan tujuan bergerak
dalam arah yang sama, protokol harus hanya memilih node intermediate
yang bergerak dalam arah yang sama dengan sumber dan tujuan. Namun,
jika node sumber dan node tujuan yang bergerak ke arah yang berbeda,
protokol harus hanya memilih node intermediate yang bergerak di sumber
atau arah tujuan. Protokol ini juga mencoba untuk memilih node
intermediate yang bergerak dalam kecepatan yang sesuai antara sumber dan
tujuan. Semua node intermediated memiliki perbedaan minimal antara
kecepatan dan kecepatan rata-rata sumber dan tujuan memastikan stabilitas
jalan lagi. Jalan memenuhi kondisi berikut ini akan dipilih untuk
meneruskan paket:
Minimum (Maksimum (perbedaan antara (kecepatan Node, ratarata kecepatan sumber dan tujuan) [k]), hop count). Dimana K adalah
jumlah jalur menguraikan ke tujuan simpul D. SD-AOMDV menambahkan
parameter mobilitas: kecepatan dan arah untuk melompat dihitung sebagai

metrik barurouting AOMDV untuk memilih hop berikutnya selama fase


penemuan rute. Hasil simulasi menunjukkan kinerja yang lebih baik pada
umumnya dicapai oleh SD-AOMDV dibandingkan dengan AOMDV. Endto-End delay mengalami penurunan sebesar 76,47%. Packet Pengiriman
Fraksi PDF telah mengalami penurunan sebesar 11.92%. Namun
Normalized Routing Beban NRL dengan SD-AOMDV telah meningkat
sebesar 29,4%.(Hafez Maowad, Eman Shaaban,2012).

6.4.

NS2
NS (Network Simulator) adalah sebuah aplikasi simulator yang

berbasis event diskrit, yang digunakan untuk keperluan riset. NS


menyediakan dukungan substansial untuk simulasi protokol TCP, routing,
dan multicast melalui jaringan kabel dan nirkabel (lokal dan satelit). NS
berawal dari berbagai varian simulator jaringan REAL pada tahun 1989
dan telah berkembang secara substansial tahun-tahun berikutnya. Pada
tahun 1995, pengembangan NS didukung oleh DARPA melalui proyek
VINT. Saat ini pengembangan NS didukung oleh DARPA melalui
SAMAN dan NSF melelaui CONSER. NS selalu menyertakan substansi
yang menjadi kontribusi dari ilmuwan-ilmuwan lainnya, termasuk kode
nirkabel dari UCB Daedelus, CMU Monarch dan Sun Microsystems
(Developer NS2 2011).

6.5.

SUMO
Simulation of Urban Mobility atau dikenal dengan SUMO adalah

program aplikasi simulator yang digunakan untuk membuat simulasi


pergerakan kendaraan pada suatu jalur tertentu. SUMO adalah program
yang bersifat free, open-source, berukuran kecil, dan simulasi trafik multimodal. SUMO dikembangkan pada tahun 2000 yang bertujuan untuk
mengakomodasi

penelitian-penelitian

yang

melibatkan

pergerakan

kendaraan di jalan raya, terutam daerah-daerah yang padat penduduknya.


SUMO dikembangkan kali pertama oleh Daniel Krajzewicz, Eric Nikolay,
dan Michael Behrisch (SUMO Developer 2011).

7. Metodologi Penelitian
7.1.

Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang akan digunakan

adalah menggunakan metode analisis deskriptif. Menurut Punaji Setyosari


(2010), analisis deskriptif adalah sebuah metode penelitian yang bertujuan
untuk menganalisa dan menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan,
peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan
variable-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun
kata-kata.
Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel dan parameter yang
akan diukur untuk memperoleh hasil penelitian yang valid. Selanjutnya,
pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap performa protocol
routing pada VANET. Data-data yang didapat adalah parameter-parameter
QOS untuk mengukur performa dari protocol routing pada VANET.
Berikut adalah langkah-langkah dalam perancangan penelitian ini :
1. Memodelkan Jaringan
Jaringan yang akan disimulasikan menyesuaikan dengan kawasan
pariwisata bali seputaran Kuta, Bandara dan pantai Jimbaran. dengan
luas area 2000 m x 2000 m. Tahap awal dalam perancangan konfigurasi
dan simulasi jaringan adalah membuat perencanaan pembentukan
komponen-komponen jaringan yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan simulasi jaringan untuk mempeloleh hasil yang diinginkan.

Gambar 4. Peta area simulasi

2. Mengimplementasikan Protocol Routing


Dari pemodelan jaringan (di langkah pertama) tadi, ditambahkan
implementasikan protocol routing AOMDV dan SD-AOMDV pada
VANET. Tahap ini berguna untuk mengimplementasikan protocol
routing pada model simulasi jaringan untuk nantinya di ukur
performanya berdasarkan beberapa parameter Quality of Service.
3. Menjalankan simulasi jaringan
Model simulasi VANET yang akan dibuat dan dijalankan dengan
SUMO dan Network Simulator 2 (NS-2).

7.2.

Variabel Penelitian
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berwujud apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Sugiyono (2009), terdapat dua jenis variabel penelitian yang
sering digunakan adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas
Adalah variabel yang mempengaruhi hasil dari variabel lain jika nilai
dari variabel ini berubah. Variabel-variabel bebas dalam penelitian ini
meliputi :
1) Model jaringan VANET yang dibangun untuk simulasi
penelitian ini.
2) Modul routing protokol dalam membangun model simulasi
VANET.
3) Jumlah node yang berbeda-beda dalam model jaringan.

Variabel Terikat
Adalah variabel yang muncul akibat variabel bebas dan merupakan
hasil yang diperoleh dalam penelitian yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel bebas. Variabel ini dalam penelitian ini yaitu parameterparameter QoS yaitu throughput, end to end delay, Packet delivery
ratio (PDR).

7.3.

Pengumpulan Data
Menurut Hazibuan (2007), data adalah kumpulan dari nilai-nilai
yang mencerminkan karakteristik dari individu-individu dari suatu
populasi. Data bisa berupa angka, huruf, suara maupun gambar. Data
penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah
ditentukan. Data-data tersebut diperoleh melalui pengamatan, percobaan
maupun pengukuran gejala yag diteliti.
Penelitian ini akan menggunakan metode observasi sebagai metode
pengumpulan data. Metode observasi adalah suatu cara dalam melakukan
pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
terhadap suatu objek (Sugiyono, 2009). Data yang akan diambil adalah
data kuantitatif, sebab nilai dari data tersebut dapat berubah-ubah atau
bersifat variatif.

7.4.

Skenario Pengujian
Skenario simulasi terdiri dari 3 pengujian untuk kepadatan yang
berbeda, yaitu kepadatan rendah (25 kendaraan), menengah (50
kendaraan) dan tinggi (100 kendaraan). Pada masing-masing kepadatan
diujikan pada kecepatan kendaraan 50 km/jam sampai dengan 80
km/jam, dan ukuran paket yangdigunakan adalah 64 bytes dan 512 bytes.
Dari skenario tersebut, parameter-parameter yang diamati adalah
troughput, end-to-end delay dan packet delivery ratio (PDR).

7.5. Evaluasi dan Validasi Hasil

Pada penelitian yang akan dilaksanakan, evaluasi dan validasi hasil


dilakukan dengan mengamati hasil pengujian dengan simulasi jaringan
terhadap performa protocol routing AOMDV, dan SD-AOMDV dengan
memperhatikan parameter-parameter QoS dari setiap protocol routing,
yaitu troughput, end-to-end delay dan packet delivery ratio (PDR). Hasil
dari parameter QoS untuk setiap protocol routing akan dibandingkan
untuk dapat menentukan protocol yang performanya lebih baik berdasar
scenario pada penelitian ini.
8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai