Anda di halaman 1dari 12

ELKOMIKA | ISSN (p): 2338-8323 | ISSN (e): 2459-9638 | Vol. 6 | No.

3 | Halaman 393 – 404


DOI : http://dx.doi.org/10.26760/elkomika.v6i3.393 September 2018

Kinerja Jaringan Komunikasi Nirkabel Berbasis


Xbee pada Topologi Bus, Star dan Mesh
FAQIH ROFII, FACHRUDIN HUNAINI, SHOFIE SHOLAWATI

Universitas Widyagama Malang


Email: faqih@widyagama.ac.id

Received 14 Agustus 2018 | Revised 29 Agustus 2018 | Accepted 30 September 2018

ABSTRAK

Jaringan sensor nirkabel merupakan perangkat komunikasi yang memiliki


kesederhanaan pada prosesor, konsumsi daya rendah, antena dan beberepa
detektor. Biaya yang rendah dan fleksibel sangat cocok digunakan untuk berbagai
aplikasi monitoring di industri dan lingkungan baik indoor maupun outdoor. Salah
satu perangkat transceiver yang banyak digunakan pada saat ini adalah Xbee.
Perangkat ini dapat dikonfigurasi sebagai coordinator, router maupun end-device
sesuai dengan topologi jaringan yang dibangun. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kinerja Xbee dengan parameter RSSI, troughput dan delay dengan
topologi bus, star, mesh dan hybrid pada indoor dan outdoor. Pengukuran
dilakukan dalam rentang jarak 0-40 meter pada kondisi indoor dan 0-120 meter
pada kondisi outdoor. Berdasarkan hasil pengujian pada indoor dan outdoor, nilai
optimum diperoleh pada topologi mesh dengan delay dan packet loss terkecil
sebesar 2,7 detik dan 0,5 paket untuk indoor serta 3,41 detik dan 0,33 paket untuk
outdoor.

Kata kunci: jaringan sensor nirkabel, xbee, topologi bus, star dan mesh

ABSTRACT

Wireless sensor networks are communication devices that have simplicity in the
processor, low power consumption, antennas and some detectors. Low and flexible
costs are suitable for various monitoring applications in the industry and
environment both indoors and outdoors. One of the transceiver devices that is
widely used today is Xbee. This device can be configured as a coordinator, router
or end-device in accordance with the network topology that is built. This study
aims to analyze the performance of Xbee with RSSI parameters, throughput and
delay with bus, star, mesh and hybrid topologies in indoor and outdoor.
Measurements are carried out in the range of 0-40 meters in indoor conditions and
0-120 meters in outdoor conditions. Based on the results of testing on indoor and
outdoor, the optimum value was obtained in mesh topology with the smallest delay
and packet loss of 2.7 seconds and 0.5 packets for indoor and 3.41 seconds and
0.33 packets for outdoor.

Keywords: wireless sensor network, xbee, bus, star and mesh network topology

ELKOMIKA – 393
Rofii, dkk

1. PENDAHULUAN

Jaringan sensor nirkabel atau wireless sensor network (WSN) terdiri dari node-node sensor
yang memiliki prosesor sederhana, konsumsi daya rendah, antena dan beberepa detektor.
Node sensor mempunyai kemampuan untuk mengambil, memproses dan mengirimkan data
melalui node yang berdekatan menuju ke server (Dener & Bostancıoğlu, 2015). Biaya yang
rendah dan fleksibel di dalam penggunaan, menjadikan WSN cocok digunakan untuk berbagai
aplikasi monitoring di industri dan lingkungan baik indoor (Bhasworo, Rofii, & Hunaini,
2018) maupun outdoor (Yulianto, Jazi Eko, Kirbani, & others, 2012). Bagian penting
dari WSN adalah perangkat pengirim dan penerima data informasi (transceiver) secara
nirkabel. Pemilihan perangkat tranceiver yang tepat akan menentukan kualitas komunikasi
WSN. Fajriansyah, dkk. telah mengevaluasi dua modul transceiver yaitu XBee Pro dan
nRFf24L01+ dengan maksud untuk menentukan modul transceiver mana yang tepat
digunakan untuk WSN dengan mengirimkan data dalam bentuk karakter ASCII/ bytes secara
kontinyu maupun sekuensial melalui komunikasi serial UART. Pada penelitian tersebut hanya
mengetahui Round Time Trip dan tidak menggunakan bentuk dari topologi jaringan yang
dibangun (Fajriansyah, Ichwan, & Susana, 2016).

Simulasi kinerja pada Wireless Personal Area Network (WPAN) Zegbee dilakukan oleh Thamrin
dengan menggunakan software Network Simulator 2 (NS-2) pada topologi mesh, star dan
cluster tree. Indikator dari analisis kinerja didasarkan pada throughput, delay dan packet
delivery ratio (PDR). Kinerja jaringan diamati melalui lima skenario dengan melakukan variasi
jumlah node. Masing-masing skenario dikirimkan paket data 50. Jarak masing-masing node
adalah 10 meter. Simulasi yang dilakukan menghasilkan nilai yang berbeda pada tiap skenario
(Thamrin, 2014). Wahyudi, dkk. menguji parameter kinerja WPAN dengan teknologi mesh
untuk menghasilkan jumlah perangkat WSN yang optimal. Pengujian dilakukan dengan
simulasi untuk mengukur parameter throughput, traffic (sent, receive dan drop), delay, dan
jumlah hop. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kinerja WPAN dengan standar Zigbee
topologi mesh menghasilkan nilai optimal pada saat jumlah perangkat WSN maksimum
berjumlah 20 perangkat (Wahyudi, Hidayat, & Sumaryono, 2012).

Modul Xbee banyak digunakan sebagai transceiver dalam berbagai implementasi WSN, karena
memungkinkan untuk pengaturan routing dan topologi jaringan. Mukhtar, K. dalam
penelitiannya menggunakan Xbee untuk mendesain autonomous routing pada WSN untuk
pengukuran suhu dan intensitas cahaya. Sistem telah diuji menggunakan 6 buah sensor node
dan satu sink node. Dari 10 topologi ditemukan waktu konfigurasi routing tercepat sebesar 14
detik, namun belum mempertimbangkan parameter RRSI, throughput dan packet loss
(Mukhtar & Sumiharto, 2012). Beberapa penelitian sebelumnya, implementasi dan
pengujian Xbee pada WSN belum menggambarkan secara menyeluruh pada berbagai topologi
jaringan, sebagaimana yang dilakukan oleh Piyare pengukuran kinerja hanya pada topologi
point to point (Piyare & Lee, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja Xbee
sebagai transceiver dengan topologi bus, star, mesh dan hybrid. Parameter yang akan diuji
antara lain jarak jangkauan maksimum, RSSI, throughput , dan delay. Nilai dan data yang
didapat dari penelitian ini dapat menjadi dasar untuk implementasi jaringan sensor nirkabel
yang membutuhkan berbagai topologi jaringan dengan mempertimbangkan kuat sinyal,
troughput maupun delay seperti pemantauan lingkungan, hewan maupun pelacakan objek
bergerak.

ELKOMIKA – 394
Kinerja Jaringan Komunikasi Nirkabel Berbasis Xbee pada Topologi Bus, Star dan Mesh

Hubungan geometris antara unsur-unsur dasar penyusun jaringan, berupa node, link, dan
station dalam jaringan komputer/telekomunikasi dinyatakan sebagai topologi jaringan. Setiap
jenis topologi memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian ini, topologi jaringan yang
dianalisis adalah bus, star, mesh dan hybrid. Topologi bus adalah jenis topologi yang
menggunakan saluran tunggal sebagai media transmisinya yang menghubungkan semua client
dengan server. Keuntungan topologi bus adalah layout dan skema media transmisi yang
digunakan sangat sederhana sehingga saat akan dilakukan penambahan client baru untuk
keperluan pengembangan, penyambungan kabel jaringan dapat dilakukan dengan mudah.
Kerugian topologi bus adalah jika terjadi gangguan dalam hubungan kabel dimana saja di
dalam jaringan, maka seluruh jaringan akan mengalami gangguan.

Jenis topologi dimana setiap client dihubungkan secara langsung ke server atau hub/switch
disebut sebagai topologi bintang (star). Topologi ini tahan terhadap lalu lintas yang tinggi dan
cukup aman namun sangat bergantung kepada fungsionalitas hub pusat. Pada topologi mesh
menerapkan hubungan antar node secara penuh. Komunikasi berjalan relatif cepat dan
biasanya digunakan untuk membangun jaringan dengan skala yang tidak terlalu besar.
Kelebihan topologi mesh adalah memiliki hubungan dedicated link yang menjamin data
langsung dikirim ke komputer tujuan tanpa harus melalui komputer lain sehingga data yang
mengalir dapat berjalan lebih cepat. Namun topologi mesh membutuhkan banyak kabel dan
port I/O sehingga sulit untuk melakukan instalasi dan konfigurasi karena setiap komputer
harus terkoneksi secara langsung (Supriyadi & Gartina, 2007).

Kinerja jaringan komunikasi nirkabel dapat diukur berdasarkan beberapa parameter, antara
lain : jarak jangkauan komunikasi, Received Signal Strength Indicator (RSSI), troughput dan
delay. RSSI adalah sebuah ukuran kekuatan sinyal radio yang diterima oleh receiver. Faktor
jarak antara pemancar dan penerima sangat menentukan besarnya RSSI (Puspitasari,
2014) yang dinyatakan dalam Persamaan (1).

𝑅𝑆𝑆𝐼 = 𝑃 − 𝑃 − 10 log 𝑛 𝑑 + 𝑋 (dBm) (1)

dimana 𝑃 adalah daya pancar, 𝑃 adalah rugi lintasan, n adalah eksponen rugi lintasan, d
adalah jarak dan 𝑋 adalah variabel acak gaussian dari lingkungan propagasi. Parameter
throughput dapat dicari dengan menghitung laju rata-rata dari paket data yang berhasil dikirim
melalui kanal komunikasi. Throughput dapat juga dihitung sebagai jumlah paket data yang
diterima setiap detik, dinyatakan dengan Persamaan (2).
( )
𝑇ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 = ( )
(2)

Sedangkan delay merupakan waktu tunda paket data tiba di client atau host sampai selesai
ditransmisikan. Delay transmisi dapat dihitung dengan Persamaan (3) dan (4).

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑑 (𝑠) − 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑡 (𝑠) (3)


delay paket yang diterima dari server menuju client adalah :
( )
𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 = ( )
(4)

Jumlah packet loss dari pengirim ke penerima dinyatakan sebagai :

∑ 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = ∑ 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 − ∑ 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 (5)

ELKOMIKA – 395
Rofii, dkk

2. METODE PENELITIAN

Perangkat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Xbee S2, catu daya DC dan software
XCTU. Xbee S2 adalah modul transceiver radio yang diproduksi oleh DIGI International yang
beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz, protokol komunikasi Zigbee dan laju data sebesar 250
kbps. Xbee S2 mendukung mesh networking, sebab setiap modul Xbee S2 dapat ditentukan
perannya dalam suatu topologi jaringan yang hendak kita bangun. Peran yang dimaksud
adalah sebagai Coordinator, Router maupun End-Device.

Untuk melakukan pengaturan modul Xbee dan konfigurasi jaringan maka dibutuhkan software
XCTU, yaitu sebuah aplikasi yang disediakan oleh DIGI, dimana program ini dirancang untuk
berinteraksi dengan Xbee. Pada software ini, user dapat melakukan update firmware Xbee dari
coordinator menjadi router dan atau end device, begitu pun sebaliknya. Perangkat lunak ini
mudah digunakan dan memungkinkan untuk menguji Xbee di lingkungan sebenarnya
menggunakan komputer, mikrokontoller dan sejumlah sensor.

Untuk merancang jaringan sesuai dengan topologi yang akan diuji, maka pada penelitian ini
digunakan dua buah komputer sebagai server dan client, serta 5 buah model Xbee2 sebagai
modul transceiver. Masing-masing modul Xbee2 dikonfigurasi sesuai dengan perannya yaitu
sebagai coordinator, router dan end-device. Gambar 1 sampai dengan 4, merupakan
rancangan topologi jaringan bus, star, mesh dan hybrid. Gambar 1 adalah blok diagram
rancangan jaringan Xbee dengan topologi bus. PC 1 dikonfigurasi sebagai server sedangkan
modul xbee1 sebagai coordinator, modul xbee 2 dan 3 sebagai router, modul xbee 4 sebagai
end device, sedangkan PC 2 sebagai client.

Gambar 1. Rancangan Topologi Bus

Gambar 2 adalah blok diagram rancangan jaringan Xbee dengan topologi star. PC 1
dikonfigurasi sebagai server yang dihubungkan langsung dengan sebuah modul Xbee yaitu
modul Xbee 1 yang dikonfigurasi sebagai coordinator. Modul Xbee dari server ini akan
terhubung dengan 4 buah modul Xbee sebagai end device, sedangkan PC 2 dalam rancangan
ini sebagai client. PC 2 berperan sebagai perangkat yang mengukur parameter dari salah satu
end device yang ada dalam topologi star ini.

Gambar 2. Rancangan Topologi Star

ELKOMIKA – 396
Kinerja Jaringan Komunikasi Nirkabel Berbasis Xbee pada Topologi Bus, Star dan Mesh

Gambar 3 adalah blok diagram rancangan jaringan Xbee menggunakan topologi mesh. Dalam
topologi ini, masing-masing modul Xbee terhubung dengan yang lainnya. PC 1 dan PC 2 dapat
berperan sebagai server maupun client dengan dihubungkan langsung melalui modul Xbee 0
dan modul Xbee 1.

Gambar 3. Rancangan Topologi Mesh


Gambar 4 merupakan blok diagram rancangan jaringan Xbee menggunakan topologi hybrid.
Pada rancangan ini terdapat 2 buah komputer dan 9 buah modul Xbee. Modul Xbee 1, 2 dan
3 membentuk topologi bus, modul Xbee 3, 4, 5 dan 6 membentuk topologi star dimana modul
Xbee 3 berfungsi sebagai coordinator. Selanjutnya modul Xbee 3 terhubung ke modul Xbee7
yang merupakan bagian dari jaringan lain dengan topologi mesh, jaringan ini terdiri dari modul
Xbee 7, 8, 9 dan 10. PC 1 berfungsi sebagai server, sedangkan PC 2 berfungsi sebagai client
yang digunakan untuk mengukur parameter kinerja jaringan dari topologi hybrid yang telah
terbentuk.

Gambar 4. Rancangan Topologi Hybrid

ELKOMIKA – 397
Rofii, dkk

Pengaturan parameter modul Xbee di XCTU sebagai coordinator, router dan end device adalah
sebagaimana pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaturan Parameter Coordinator, Router dan End Device

Parameter Coordinator Router dan End Device


PAN ID 1234 1234
Scan Channels A A
Destination Address High 0 Sesuai alamat MAC Xbee
Destination Address Low FFF Sesuai Alamat MAC Coordinator

Mode komunikasi dapat diatur menjadi mode AT atau API. Mode AT adalah mode transparan,
dalam mode ini data yang dikirim dari coordinator akan segera dikirim ke modul remote dalam
jaringan yang sama, dengan catatan alamat Xbee tersebut telah diidentifikasi dan dikenali oleh
coordinator. Format paket data tidak diperlukan, karena mode AT lebih sederhana dan
sistematis dalam hal mengirim data dari pemancar menuju penerima. Mode AT sangat cocok
diimplementasikan dalam topologi terpusat/star. Selain sistemnya yang sederhana, transmisi
mode AT ini mudah dan cepat. Dalam mode API atau Application Programming Interface data
harus mengikuti struktur frame berupa formasi data (payload) dan alamat Xbee tujuan. Mode
ini umumnya digunakan untuk jaringan yang lebih besar, dengan melibatkan node yang saling
terhubung satu sama lain. Bentuk formasi data pada mode API bersifat editable, karena setiap
data dibuat dalam bentuk frame. Mode ini sesuai untuk digunakan dalam topologi mesh, dan
hybrid, dimana setiap node dapat melakukan interface satu sama lain dengan alamat tujuan
yang lebih fleksibel. Mode ini juga dapat digunakan pada topologi bus sebagai pengganti kabel
dan routing system.

Pada penelitian ini, pengujian ini dilakukan pada dua kondisi, yaitu indoor dan outdoor.
Pengujian indoor bertempat di sebuah gedung dengan luas bangunan 56 x 76 meter,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Sketsa Gedung Pengujian Indoor


Keterangan:
Ruang Sekretariat UKM
Aula/Ruang Rapat Bersama
Toilet
Pintu masuk gedung

ELKOMIKA – 398
Kinerja Jaringan Komunikasi Nirkabel Berbasis Xbee pada Topologi Bus, Star dan Mesh

Sedangkan pengujian outdoor dilakukan di jalan terbuka sepanjang 430 meter. Sketsa
pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Sketsa Gedung Pengujian Outdoor

Keterangan:
Deretan rumah penduduk Jalan lokasi pengambilan data

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian dibagi ke dalam dua bagian, yaitu indoor dan outdoor. Parameter yang diuji
adalah RSSI sebagai fungsi jarak, troughput dan delay. Hasil pengujian yang telah dilakukan
adalah :

1) Hasil Pengukuran RSSI

Data pada Table 1 adalah hasil pengukuran RSSI dalam dBm untuk kondisi indoor dan
outdoor.

Tabel 2. Hasil Pengukuran RSSI pada Kondisi Indoor dan Outdoor

RSSI Indoor (dBm) RSSI Outdoor (dBm)


Jarak (m) Topologi Jarak (m) Topologi
Bus Star Mesh Hybrid Bus Star Mesh Hybrid
5 -35.4 -30.4 -66.4 -29.4 10 -26.7 -33.7 -28.7 -29.7
10 -40.5 -35.5 -74.5 -44.5 20 -33 -50 -30 -30
15 -62.6 -42.6 -71.6 -47.6 30 -35.13 -55.1 -39.1 -39.1
20 -70.7 -55.7 -77.7 -54.7 50 -45.3 -67.3 -58.3 -44.3
25 -72.8 -69.8 -81.8 -70.8 80 -68.4 -75.4 -84.4 -79.46
30 -74.8 -75.8 -89.9 -76.8 100 -75.5 -86.5 -88.53 -84.5
35 -82.9 -84.9 -90.9 -79.9 110 -90.5 -90.5 -89.56 -87.5
40 -88.9 -92.9 -92.9 -87.9 120 -86.5 -93.5 -91.5 -89.5

ELKOMIKA – 399
Rofii, dkk

Gambar 7. Grafik Hasil Pengujuan RRSI (dBm) pada Kondisi Indoor dan Outdoor

2) Hasil Pengukuran Throughput

Data pada Tabel 2 adalah hasil pengukuran troughput dalam kbps untuk kondisi indoor dan
outdoor.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Troughput pada Kondisi Indoor dan Outdoor

Throughput Indoor (kbps) Throughput Outdoor (kbps)


Jarak Topologi Jarak Topologi
(m) Bus Star Mesh Hybrid (m) Bus Star Mesh Hybrid
5 0.46 0.17 0.075 0.091 10 0.09 0.09 0.17 0.091
10 0.46 0.17 0.165 0.091 20 0.1 0.09 0.17 0.091
15 0.28 0.17 0.115 0.091 30 0.09 0.1 0.17 0.091
20 0.27 0.013 0.061 0.083 50 0.09 0.1 0.17 0.091
25 0.26 0.014 0.084 0.041 80 0.067 0.03 0.17 0.056
30 0.24 0.084 0.02 0.045 100 0.035 0.02 0.011 0.023
35 0.21 0.016 0.028 0.002 110 0.023 0.034 0.005 0.017
40 0.05 0 0.016 0.005 120 0.002 0.005 0.034 0.006

Gambar 8. Grafik Hasil Pengujian Troughput pada Kondisi Indoor dan Outdoor

ELKOMIKA – 400
Kinerja Jaringan Komunikasi Nirkabel Berbasis Xbee pada Topologi Bus, Star dan Mesh

3) Hasil Pengukuran Delay

Data pada Tabel 3 adalah hasil pengukuran delay dalam second pada kondisi indoor dan
outdoor.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Troughput pada Kondisi Indoor Dan Outdoor

Delay Indoor (s) Delay Outdoor (s)


Jarak Topologi Jarak Topologi
Bus Star Mesh Hybrid Bus Star Mesh Hybrid
5 0.4 0 1 1 10 1 0 0 1
10 0.3 0 0 1 20 0 0 0 1
15 7 0 1 1 30 1 0 0 1
20 7.6 2.1 3 2 50 1 0 0 1
25 8.2 4 2 14 80 6 2 0 8
30 10.9 3 4.2 9 100 13 4 16 25
35 14 2 7 10.8 110 29 3 21 39
40 74 48 34 78 120 153 21 3 67

Gambar 9. Grafik Hasil Pengujian Delay pada Kondisi Indoor Dan Outdoor

4) Perbandingan Parameter Kinerja Topologi Jaringan

Tabel 4 dan 5 adalah perbandingan rata-rata nilai hasil pengukuran parameter kinerja untuk
semua topologi jaringan pada kondisi indoor dan outdoor.

Tabel 5. Rata-Rata Nilai Hasil Pengukuran pada Kondisi Indoor

Rata-rata nilai pengukuran indoor


Topologi
RSSI (dBm) Throughput (kbps) Delay (s)  Packet Loss
Bus -66,12 0,281 15,3 6.12
Star -61 0,08 9,75 5.38
Mesh -80,75 0,07 2,7 0.5
Hybrid -61,5 0,056 26,75 6.25

ELKOMIKA – 401
Rofii, dkk

Tabel 6. Rata-Rata Nilai Hasil Pengukuran pada Kondisi Outdoor

Rata-rata nilai pegukuran outdoor


Topologi RSSI
Throughput (kbps) Delay (s)  Packet Loss
(dBm)
Bus -57,07 0,071 17,67 3.17
Star -69,9 0,07 4,17 0.92
Mesh -66,9 0,12 3,41 0.33
Hybrid -58,49 0,068 12,3 1.92

Data pada Tabel 2 – 4 didapat melalui pengukuran langsung sesuai dengan konfigurasi dan
topologi jaringan dengan menggunakan software XCTU dan perhitungan sesuai dengan
Persaman (1) – (4). Tabel 2 adalah hasil pengukuran RSSI pada kondisi indoor dan outdoor
yang menunjukkan penurunan RSSI sebagai fungsi dari bertambahnya jarak jangkauan,
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar 7. RSSI terbesar pada indoor dihasilkan oleh
topologi star, sedang outdoor topologi bus. Tabel 3 adalah hasil pengukuran troughput pada
kondisi indoor dan outdoor sebagai fungsi jarak. Pada Gambar 8 terlihat nilai troughput
terbesar dicapai oleh topologi bus pada kondisi indoor, sedangkan outdoor dicapai oleh mesh.
Delay menjadi sangat besar pada saat mencapai jarak 40 meter untuk kondisi indoor dan jarak
120 meter untuk kondisi outdoor, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 4 dan diperlihatkan
oleh Gambar 8.

Tabel 5 dan Tabel 6 adalah rata-rata nilai hasil pengukuran indoor dan oudoor. Pada kondisi
indoor, RSSI rata-rata terbaik dihasilkan pada topologi star yaitu sebesar -61 dBm pada
rentang jarak 0 – 40 meter. Sedangkan pada kondisi outdoor, topologi bus memiliki rata-rata
RSSI terbaik, yaitu sebesar -57.075 dBm pada rentang jarak 0 – 120 meter. Data paket yang
dikirim dari pemancar pada penelitian ini sebesar 1,2 kbps, sebagai referensi untuk
menghitung besarnya trougphut terhadap lamanya waktu pengiriman. Besarnya throughput
maksimal pada kondisi indoor dihasilkan oleh topologi bus dengan troughput rata-rata sebesar
0.281 Kbps. Sedangkan pada kondisi outdoor topologi mesh memiliki nilai throughput terbesar,
yaitu 0,12 kbps. Sebaliknya throughput terkecil dihasilkan pada topologi hybrid pada kedua
kondisi, indoor dan outdoor.

Delay total berpengaruh terhadap sukses tidaknya paket data yang dikirim sampai ke
penerima. Delay yang kecil akan mengurangi kemungkinan terjadinya kehilangan paket data,
sebaliknya jika delay total besar maka kemungkinan packet loss akan semakin besar. Pada
penelitian ini diketahui bahwa topologi mesh memiliki delay terkecil, yaitu hanya 2,7 detik pada
kondisi indoor, dan 3,41 detik pada kondisi outdoor. Sedangkan delay terbesar terjadi pada
topologi hybrid pada kondisi indoor, dan topologi bus pada kondisi outdoor. Packet Loss
didapat dengan cara mengirim sejumlah paket data dari pengirim ke penerima. Jika paket data
yang diterima adalah sama dengan jumlah yang dikirim, maka dapat dinyatakan pengiriman
berhasil sempurna tanpa ada paket data yang hilang (loss). Sebaliknya jika paket data yang
diterima tidak sama dengan jumlah paket data yang dikirim maka terdapat paket yang hilang
(packet loss). Besarnya packet loss salah satunya disebabkan oleh jarak dengan delay yang
panjang. Packet loss terbesar pada kondisi indoor terjadi pada topologi hybrid, yaitu sebesar
6,2 paket, dan pada kondisi outdoor terjadi pada topologi bus sebesar 3,17 paket. Sedangkan
topologi mesh memiliki packet loss terkecil pada kedua kondisi, tercatat sebesar 0,5 paket dan
0,33 paket.

ELKOMIKA – 402
Kinerja Jaringan Komunikasi Nirkabel Berbasis Xbee pada Topologi Bus, Star dan Mesh

4. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan analisis kinerja dari Xbee sebagai transceiver pada
jaringan nirkabel dengan membandingkan parameter kinerja, berupa RSSI, troughput dan
delay untuk topologi jaringan bus, star, mesh dan hybrid pada kondisi indoor dan outdoor.
Hasil rata-rata pengukuran indoor pada rentang jarak 0 – 40 m, didapat bahwa RSSI terbesar
pada toplogi star sebesar -61 dBm, troughput terbesar pada topologi bus sebesar 0,281 kbps
serta delay dan packet loss terkecil pada topologi mesh yaitu 2,7 detik dan 0,5 paket.
Sedangkan hasil rata-rata pengukuran outdoor pada rentang jarak 0 – 120 m, didapat bahwa
RSSI terbesar pada toplogi bus sebesar -57,07 dBm, troughput terbesar pada topologi mesh
sebesar 0,12 kbps serta delay dan packet loss terkecil pada topologi mesh sebesar 3,41 detik
dan 0,33 paket.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Widyagama Malang yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Terima kasih
juga disampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Bhasworo, G. K., Rofii, F., & Hunaini, F. (2018). Perancangan Sistem Pemantauan Gas dan
Peringatan pada Ruangan melalui Jaringan Nirkabel. Teknik, 38(2), 81–91.
Dener, M., & Bostancıoğlu, C. (2015). Smart Technologies with Wireless Sensor Networks.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 195, 1915–1921.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.06.202
Fajriansyah, B., Ichwan, M., & Susana, R. (2016). Evaluasi Karakteristik XBee Pro dan
nRF24L01+ sebagai Transceiver Nirkabel. Jurnal Elkomika, 4(1), 83 - 97.
Mukhtar, K., & Sumiharto, R. (2012). Konfigurasi Autonomous Routing untuk Jaringan Sensor
Nirkabel Berbasis XBee. IJEIS (Indonesian Journal of Electronics and Instrumentation
Systems), 2(1), 33–44.
Piyare, R., & Lee, S. (2013). Performance analysis of XBee ZB module based wireless sensor
networks. International Journal of Scientific & Engineering Research, 4(4), 1615–1621.
Puspitasari, N. F. (2014). Analisis Rssi (Receive Signal Strength Indicator) Terhadap Ketinggian
Perangkat Wi-fi Di Lingkungan Indoor. Data Manajemen Dan Teknologi Informasi
(DASI), 15(4), 32-38.
Supriyadi, A., & Gartina, D. (2007). Memilih Topologi Jaringan Dan Hardware Dalam Desain
Sebuah Jaringan Komputer. Informatika, 16(2), 1037–1053.
Thamrin, T. (2014). Analisis Kinerja Jaringan Wpan Zegbee Dengan Topologi Cluster Tree.
Jurnal Teknik Elektro ITP ISSN 2252-3472, 3(1), 19-27.

ELKOMIKA – 403
Rofii, dkk

Wahyudi, E., Hidayat, R., & Sumaryono, S. (2012). Unjukkerja Standar ZigBee pada WPAN
dengan Topologi Mesh. Jurnal Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi, 1(2),
40-47.
Yulianto, D., Jazi Eko, I., Kirbani, S. B., & others. (2012). Model Deteksi Sistem Peringatan Dini
Aktivitas Gunungapi semeru dengan Jaringan Sensor Nirkabel Terintegrasi. Retrieved
from http://repository.ugm.ac.id/96945/

ELKOMIKA – 404

Anda mungkin juga menyukai