Anda di halaman 1dari 9

Makalah Kolokium Program S1 Ilmu Komputer Alih Jenis

Departemen Ilmu Komputer, FMIPA-IPB

Analisis Kinerja dan Konsumsi Daya Protokol


Routing LEACH pada Topologi Berbasis Klaster
Jaringan Sensor Nirkabel
Hikmah Diarapat (G64134015)*, Sri Wahjuni
Abstrak/Abstract
Wireless Sensor Network (WSN) adalah jaringan nirkabel yang terdiri dari sejumlah perangkat kecil yang dikenal sebagai node sensor,
yang biasanya ditempatkan secara acak di daerah yang luas untuk melakukan sensing dan memantau beragam parameter yang terkait
dengan fenomena fisikal termasuk kondisi lingkungan di berbagai lokasi. Node pada WSN berkomunikasi satu dengan yang lain. Perangkat
WSN memiliki berbagai keterbatasan sumber daya seperti sedikit memori, clock speed yang rendah, energi baterai yang terbatas, dan daya
komputasi yang terbatas. Upaya untuk mengganti-ganti baterai pada node-node di jaringan sensor nirkabel dinilai tidak praktis dan tidak
dapat dikerjakan dengan mudah. Karena semua node beroperasi dengan sumber daya baterai, maka penting untuk dilakukan upaya
penghematan konsumsi energi pada sumber energi yang terbatas tersebut agar dapat memperpanjang waktu hidup jaringan. Penelitian
ini menggunakan protokol routing LEACH yaitu protokol routing yang memanfaatkan strategi jaringan hierarkis. Protokol ini meningkatkan
efisiensi energi dan waktu hidup jaringan. Simulator jaringan ns-3 digunakan untuk melakukan analisis kinerja dan konsumsi daya protokol
routing LEACH pada topologi jaringan sensor nirkabel yang berbasis klaster.

Kata Kunci
WSN; LEACH; efisiensi energi; protokol routing

*Alamat Email: taparaidhamkih@gmail.com

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wireless Sensor Networks (WSN) adalah jaringan nirkabel ad hoc yang terdiri dari sejumlah perangkat kecil,
yang dikenal sebagai sensor, dan tersebar di wilayah
geografis tertentu (Wang et al 2010). Setiap perangkat
memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data
dan berkomunikasi secara nirkabel, sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan informasi dari lingkungan
sekitarnya dan menghasilkan sekaligus mengirimkan
pesan ke remote base station-nya. Suatu remote base
station, bertugas untuk mengumpulkan dan menganalisis
pesan yang diterima dan memutuskan ada atau tidaknya
suatu kejadian yang tidak umum atau fenomena tertentu
pada area disebarnya sensor tersebut (Tian dan Georganas 2002).
Salah satu keuntungan utama dari WSN adalah WSN
tidak bergantung pada kendala pemasangan kabel dan
budget yang tinggi. Untuk tetap mempertahankan semua
manfaat dari operasi nirkabel yang dimiliki WSN, setiap node sensor harus dilengkapi dengan sumber energi
yang tidak mahal dan terus menyala. Oleh karena itu,

setiap node sensor menggunakan baterai kecil sebagai


sumber dayanya. Sementara kegiatan seperti mengisi
ulang baterai atau mengganti baterai di area yang terpencil dan jauh dari jangkauan, tempat dimana node-node
sensor tersebut diletakkan, bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan (Kochhal et al 2003).
Pengoperasian dan masa hidup jaringan sensor nirkabel secara langsung dibatasi oleh pemakaian energi pada
node-node sensornya. Padahal dalam penerapan WSN
di dunia nyata, node-node tersebut diharapkan dapat
berfungsi selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
lamanya. Mengganti-ganti baterai memerlukan biaya
yang sangat mahal dan tidak praktis untuk diterapkan
pada ukuran jaringan yang besar. Dengan demikian,
efisiensi energi adalah salah satu kebutuhan terpenting
pada jaringan sensor nirkabel (Trathnigg et al 2008).
Jeong et al (2006) menjelaskan, salah satu masalah
utama pada pengelolaan daya adalah bagaimana menjadwalkan sensor-sensor agar diperoleh waktu hidup
jaringan yang lebih lama namun tetap bisa memenuhi
tingkat kualitas layanan yang diminta. Desain yang
hemat energi untuk memperpanjang waktu hidup WSN
tanpa banyak mengorbankan realibilitas sistem adalah

Analisis Kinerja dan Konsumsi Daya Protokol Routing LEACH pada Topologi Berbasis Klaster Jaringan
Sensor Nirkabel 2/9

tantangan penting untuk perancangan jaringan sensor


nirkabel yang lebih luas (Tian dan Georganas 2002).
Para peneliti di bidang riset WSN telah secara aktif
mengeksplorasi pendekatan konservasi daya yang lebih
lanjut untuk jaringan sensor nirkabel. Di satu sisi, para
produsen perangkat telah berjuang untuk membuat produknya bekerja dengan mengkonsumsi daya yang rendah. Di sisi yang lain, para perancang protokol sedang
berusaha mencari sebuah arsitektur komunikasi yang
efisien dalam pemakaian energi hingga melibatkan semua level dari layer physical sampai layer aplikasi (Tian
dan Georganas 2002).
Ketika dijalankan, node WSN memiliki kemampuan
untuk mengkonfigurasi diri dan membentuk ketetanggaan (neighborhoods). Komunikasi node dari base station ke setiap node lain ditentukan oleh strategi routing
yang digunakan. Protokol routing yang handal penting
untuk keberhasilan WSN mengingat setiap data yang
dikumpulkan diperlukan untuk bermacam-macam aplikasi (Salazar 2010).
Kinerja suatu WSN perlu dievaluasi sebelum pemasangan. Melakukan evaluasi kinerja WSN di tempat
atau secara on site sangat memakan waktu dan biaya.
Disamping itu, evaluasi kinerja WSN pada node sensor yang sebenarnya tidaklah mudah, karena tidak dapat
dilakukan secara berulang-ulang dan tidak semua kondisi operasional yang diharapkan dapat tercakupi. Oleh
karena itu, simulasi adalah satu-satunya cara yang paling efisien untuk mengevaluasi kinerja jaringan sensor
nirkabel.
Di penelitian sebelumnya yang terkait, Salazar (2010)
telah melakukan simulasi untuk menganalisis kinerja
jaringan dan konsumsi daya pada jaringan WSN menggunakan protokol flooding dan gossiping yang tidak
menggunakan multi hop dan strategi routing hierarkis.
Protokol-protokol tersebut telah disediakan oleh perangkat lunak simulator jaringan dan mudah diimplementasikan.
Penggunaan protokol routing berbasis hierarkis seperti Low Energy Adaptive Clustering Hierarchy (LEACH)
yang menggunakan baik single hop dan multi-hop menjadi saran di penelitian sebelumnya. Algoritme clustering seperti LEACH dan variasinya memiliki cara kerja
yang dapat mengoptimalkan waktu hidup baterai pada
jaringan sensor (Kulkarni dan Pallavi 2015). Oleh karena
itu, penelitian ini ditujukan untuk melakukan analisis kinerja dan konsumsi daya protokol routing LEACH pada
topologi berbasis klaster di jaringan sensor nirkabel.

Tujuan
Tujuan utama dari penelitian ini untuk menganalisis kinerja dan konsumsi daya jaringan WSN pada protokol
routing LEACH dengan topologi cluster based sensor
network.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Sistem operasi yang digunakan untuk melakukan
proses simulasi adalah Linux Ubuntu 14.04 LTS.
2. Metode yang digunakan adalah metode simulasi.
Simulasi jaringan WSN dilakukan dengan menggunakan program simulator jaringan ns-3.
3. Parameter kinerja yang diamati adalah throughput,
delay, packet delivery ratio, dan energy cost.
4. Topologi WSN yang digunakan adalah topologi
star, mesh, dan cluster based sensor network.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang kinerja dan konsumsi daya dalam jaringan WSN
yang menggunakan protokol routing LEACH pada topologi cluster based sensor network. Sehingga apabila
dilakukan instalasi jaringan WSN yang sebenarnya diperoleh jaringan WSN dengan waktu hidup yang lebih lama
dan menggunakan daya yang efisien.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi beberapa tahapan proses. Gambar 1 menunjukkan tahapan proses
tersebut.

Gambar 1. Tahapan proses penelitian

Studi Pustaka
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan serta membaca semua literatur dan informasi
yang terkait dengan penelitian. Literatur yang digunakan
berbentuk berkala ilmiah, skripsi, tesis, buku, dan artikel
di internet yang berkaitan dengan penelitian WSN.
IEEE 802.15.4

IEEE 802.15.4 (802.15.4) adalah standar yang secara


khusus dirancang untuk Low Rate Wireless Personal
Area Networks (LR-WPAN). Sejumlah aplikasi dapat

Analisis Kinerja dan Konsumsi Daya Protokol Routing LEACH pada Topologi Berbasis Klaster Jaringan
Sensor Nirkabel 3/9

memanfaatkan keuntungan yang ditawarkan oleh standar 802.15.4 ini seperti penggunaan sensor untuk alarm,
periferal komputer nirkabel, pengendali untuk mainan interaktif, smart tags dan badges, pemantau tekanan ban di
mobil, dan perangkat pelacak persediaan. Standar nirkabel 802.15.4 membedakan dirinya dari standar nirkabel
lain seperti IEEE 802.11 dan Bluetooth dengan beberapa fitur unik seperti menargetkan data rate yang rendah, konsumsi daya yang sedikit, komunikasi jaringan
nirkabel dengan cost yang rendah, serta menawarkan
konektivitas nirkabel pada level perangkat.
Standar nirkabel 802.15.4, mendefinisikan spesifikasi
physical layer (PHY) dan sublayer Medium Access Control (MAC) pada konektivitas nirkabel untuk pertukaran
data dengan rate yang rendah di antara perangkat-perangkat sederhana yang mengkonsumsi daya minimal.
Sebuah jaringan 802.15.4 dapat berupa sebuah jaringan yang bertopologi single hop star maupun multi hop.
Sebuah perangkat yang terdapat pada jaringan 802.15.4
dapat menggunakan baik alamat 64-bit IEEE maupun
alamat pendek sepanjang 16-bit. Sebuah jaringan 802.15.4 tunggal dapat menampung hingga 64k (216 ) perangkat.
Link Wireless 802.15.4 dapat beroperasi di bawah 3
band frekuensi udara berlisensi ISM (Industrial Scientific Medical) yang tidak berbayar. Tiga band frekuensi
udara yang dimaksud adalah 2.4 GHz, 915 MHz, dan
868 MHz. Total channel yang dialokasikan untuk standar komunikasi nirkabel 802.15.4 berjumlah 27. Dengan
perincian, 16 channel pada band 2.4 GHz, 10 channel
pada band 915 MHz, dan 1 channel pada band 868 MHz
(Zheng dan Lee 2006).
WSN

Wireless Sensor Network (WSN) adalah sistem kompleks yang terdiri dari node-node sensor otonom yang
didistribusikan pada suatu area untuk melakukan tugas
tertentu. Node-node tersebut berkomunikasi secara nirkabel dan tersusun pada suatu jaringan untuk saling bekerja sama. Node-node sensor ini mengintegrasikan
kombinasi antara penginderaan, komunikasi nirkabel,
pemrosesan sinyal, serta kemampuan penyimpanan (Langendoen 2008).
Setiap node menggabungkan transceiver radio untuk menyediakan komunikasi dan unit pengolahan agar
dapat memproses data. Setiap node sensor memiliki
kemampuan untuk mengukur dan memantau fenomena
lingkungan. Biasanya satu buah node tidak cukup baik
digunakan untuk mengoleksi data pada area lokal ter-

tentu.
Tugas jaringan sensor nirkabel adalah untuk menghubungkan node, mengumpulkan data lingkungan tertentu,
dan mendistribusikannya melalui jaringan. Node-node
sensor kemudian secara kolaboratif mengumpulkan informasi menurut tugas dan tujuan aplikasi yang telah
ditetapkan. Dari sudut pandang sistem, tujuan utama
dari WSN adalah untuk menghasilkan informasi berarti
secara global dari data-data yang dikumpulkan secara
lokal (Antoniou dan Pitsillides 2007).
Kemajuan terkini baik pada teknologi wireless dan
sensor telah menyebabkan meningkatnya kemampuan
WSN untuk diterapkan di berbagai aplikasi. WSN sudah
banyak diterapkan untuk membantu kepentingan militer,
industri, sipil, medis, fasilitas umum, pertanian presisi,
serta proses monitoring dan kontrol.
Bersamaan dengan meningkatnya kemampuan WSN,
kompleksitas dan harapan dari aplikasi WSN juga ikut
meningkat. WSN diharapkan dapat menjadi platform
untuk aplikasi berskala besar yang dapat mengerjakan
beberapa tugas seperti pemantauan berkala, pelaporan
berdasarkan kejadian, tracking, prediksi, identifikasi,
dan sebagainya. Suatu aplikasi WSN akan mendefinisikan fungsionalitas, kebutuhan, serta target lingkungannya untuk desain WSN yang akan dirancang (Blagojevic et al 2009).
Langendoen (2008) menyatakan bahwa pada umumnya WSN diharapkan untuk dapat beroperasi selama
beberapa tahun serta berfungsi secara otonom tanpa
banyak kontrol dari lingkungan luarnya. Di samping
itu, WSN juga diharapkan untuk robust atau tidak rentan
akan kesalahan-kesalahan seperti node failures, interferensi, dan sensor errors. Di satu sisi lain, WSN dibatasi oleh ukuran memori dan kemampuan pemrosesan
yang terbatas, sumber daya komunikasi yang tidak dapat
di-andalkan, dan yang teramat penting adalah sumber
energi yang terbatas (Chen dan Yang 2006).
Dengan demikian, tujuan utama dari banyak arsitektur WSN adalah untuk memaksimalkan waktu hidup
jaringan dengan melakukan pertukaran terhadap beberapa kinerja sistem yang potensial seperti throughput, latency, dan reliability untuk mengurangi konsumsi energi.
Pertukaran antara waktu hidup yang lebih lama dengan kriteria kinerja yang diinginkan harus disesuaikan
dengan tujuan jaringan sensor tersebut beserta kebutuhan
pengaplikasiannya. Untuk memenuhi kepentingan dalam
memperpanjang masa hidup jaringan, kebanyakan WSN
akan meminimalkan komunikasi radio, mengingat komunikasi radio menghabiskan daya yang paling besar

Analisis Kinerja dan Konsumsi Daya Protokol Routing LEACH pada Topologi Berbasis Klaster Jaringan
Sensor Nirkabel 4/9

dibandingkan dengan komponen yang lain.


Topologi jaringan merupakan pola penempatan nodenode pada suatu jaringan sehingga node-node tersebut
saling terhubung. Posisi node pada WSN dapat mempengaruhi network lifetime secara signifikan. Terdapat
beberapa macam topologi pada jaringan WSN yang diantaranya adalah:
Single hop star topology: Topologi star single
hop adalah topologi WSN yang paling sederhana.
Dalam topologi ini, setiap node berkomunikasi
langsung dengan gateway atau node kolektor data.
Keterbatasan terbesar pada topologi ini adalah
masalah skalabilitas. Node yang berada di jarak
terjauh dengan gateway akan mengalami penurunan kualitas interkoneksi. Bagaimanapun juga,
topologi ini baik digunakan apabila jumlah node
yang terhubung dalam jaringan sangat sedikit dan
jaraknya berdekatan (Faludi 2011). Topologi star
single hop dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 3. Multi hop mesh topology (Faludi 2011)

data ke base station. Untuk setiap klaster yang


terbentuk, terdapat node yang berperan sebagai
cluster head. Node cluster head mengumpulkan
data dan mengirimkan paket yang merefleksikan
data yang diinderakan oleh node-node pada suatu klaster tertentu ke base station (Cobo 2007).
Gambar 4 memperlihatkan topologi jaringan cluster based sensor network. Node end devices yang
terhubung pada cluster head (CH) sehingga membentuk sub jaringan, saling berkomunikasi menggunakan single-hop routing. Sementara cluster
head yang terpisah atau cluster head yang berada
di dalam cluster head satu level di atasnya berkomunikasi dengan base station menggunakan multihop routing.

Gambar 2. Single hop star topology (Faludi 2011)

Multi hop mesh topology: Untuk mencakupi area


yang luas, jaringan multi hop diperlukan. Pada
topologi ini, sinyal masuk dari satu sensor ke sensor yang lain sampai mencapai suatu gateway.
Disini, rute sinyal ditentukan oleh protokol routing tertentu. Sifat-sifat seperti self-configuration,
self-healing, dan scaling memberikan fleksibilitas
pada jaringan yang memanfaatkan topologi mesh
(Faludi 2011). Topologi mesh multi hop dapat
dilihat pada Gambar 3.
Cluster Based Sensor Network Topology: Salah
satu tujuan dari berbagai strategi routing adalah
untuk membuat jaringan yang se-efisien mungkin
dan bermanfaat. Pada topologi cluster based sensor network, node-node yang berlainan membentuk kelompok untuk mengefisienkan pengiriman

Gambar 4. Cluster based hierarchical sensor network topology


(Salazar 2010)

Selain dapat membentuk klaster dari node-node normal, suatu cluster head juga dapat dikelompokkan untuk
membuat klaster baru yaitu klaster yang terdiri dari beberapa cluster head. Sebagai hasilnya, susunan node-node
seperti ini akan membentuk suatu hierarki. Karena data
dapat berpindah dari klaster yang rendah ke klaster yang
lebih tinggi, maka pertukaran data dimungkinkan untuk

Analisis Kinerja dan Konsumsi Daya Protokol Routing LEACH pada Topologi Berbasis Klaster Jaringan
Sensor Nirkabel 5/9

berpindah lebih cepat di dalam jaringan. Routing berbasis klaster mengimplementasikan baik one hop routing
maupun multi hop routing (Cobo 2007).
Protokol Routing LEACH

LEACH (Low-Energy Adaptive Clustering Hierarchy)


adalah protokol berbasis clustering yang memanfaatkan
pergiliran acak dari suatu cluster head lokal dalam mendistribusikan muatan energi secara merata di antara sensorsensor pada suatu jaringan. Karena hal tersebut, dapat
dimungkinkan sebuah jaringan sensor berkomunikasi
dengan penggunaan daya yang lebih hemat. LEACH
memanfaatkan koordinator lokal yang disebut cluster
head untuk memungkinkan skalabilitas dan ketahanan
pada jaringan yang dinamis.
Mekanisme kerja protokol LEACH terbagi menjadi
dua fase. Yang pertama adalah fase cluster set-up yaitu
fase pembentukan klaster dan yang kedua adalah fase
steady-state yaitu fase ketika sensor-sensor mengambil
data dari lingkungan dan mengirimkannya ke cluster
head, kemudian ke base station (Tian dan Georganas
2002).
Quality of Service0 (QoS)

QoS merupakan sekumpulan parameter yang menunjukkan kualitas layanan suatu jaringan dan kemampuan
jaringan tersebut dalam menjalankan aplikasi-aplikasi
dengan kinerja sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan
mengukur QoS dapat diketahui kondisi suatu jaringan
dan dapat dilakukan penyesuaian pada jaringan tersebut terhadap aplikasi yang akan digunakan. Beberapa
parameter QoS yang diukur pada penelitian ini antara
lain:
Throughput: Pada penelitian ini throughput merujuk pada besar total semua paket yang diterima
(Total Received Bits) oleh seluruh node tujuan setiap detiknya yang dituliskan dalam satuan Mbps
(Oh et al 2008). Perumusan throughput dapat dilihat pada persamaan 1.
T hroughput =

TotalReceivedBits
(1)
EndTime StartTime

Delay: Selang waktu antara mulai dikirimkannya paket sampai paket diterima di node tujuan
(Szigeti dan Hattingh 2004). Pada penelitian ini
delay yang dihitung adalah rata-rata delay dari
seluruh paket yang berhasil dikirimkan. Perumusan delay dapat dapat dilihat pada persamaan 2.

Delay =

(ReceivedTime SentTime)
(2)
ReceivedPackets

Packet Delivery Ratio (PDR): Menurut Kim et


al (2006), PDR adalah perbandingan antara jumlah paket yang berhasil sampai ke node tujuan
(Received Packets) dengan jumlah paket yang dikirimkan (Sent Packets). Perumusan packet delivery ratio dapat dilihat pada persamaan 3.
PDR =

ReceivedPackets
SentPackets

(3)

Power Consumption/Energy Cost

Konsumsi daya pada WSN memiliki dampak langsung


terhadap network lifetime. Teknik pengelolaan daya
yang kurang baik akan menyebabkan jaringan tersebut lebih cepat kehabisan daya. Sementara jaringan
dengan pengelolaan daya yang berlebih dapat menyebabkan kinerja jaringan tersebut menjadi buruk dikarenakan banyaknya node yang oversleeping. Mengirim
dan menerima pesan (paket data) adalah penyebab utama
dari habisnya daya yang dimiliki oleh suatu node (Salazar
2010).
LEACH adalah protokol komunikasi berbasis clustering yang diusulkan oleh proyek MIT LEACH. Pada
LEACH, node-node diorganisasikan ke dalam bentuk
klaster lokal dengan salah satu node berfungsi sebagai base station lokal atau kepala klaster (cluster head).
Semua node yang lain harus mengirimkan datanya ke
cluster head sementara cluster head itu sendiri harus
me-nerima data dari semua anggota klasternya dan menjalankan fungsi pemrosesan sinyal pada data-data tersebut (Tian dan Georganas 2002).
Menurut Cobo (2007), tidak seperti model routing
multi hop yang tradisional, multi hop berbasis klaster
dapat melintasi jaringan dengan lebih cepat sekaligus
mengurangi delay dan lama waktu pada saat mengumpulkan data walaupun jarak tempuhnya lebih luas. Dan
karena protokol komunikasi LEACH bekerja menggunakan topologi cluster based sensor network, maka pada
penelitian ini penghitungan daya yang dikonsumsi oleh
jaringan WSN untuk berkomunikasi, melakukan komputasi, dan penginderaan (sensing) dapat menggunakan
rumus-rumus di bawah ini seperti yang telah dijelaskan
pada penelitian milik Kaur dan Garg (2012).
Jaringan sensor berbasis klaster terdiri dari dua tipe
sensor. Seperti yang ditampilkan pada Gambar 5, sensor

Analisis Kinerja dan Konsumsi Daya Protokol Routing LEACH pada Topologi Berbasis Klaster Jaringan
Sensor Nirkabel 6/9

bertindak sebagai cluster head sedangkan sensor yang


lainnya bertindak sebagai anggota klaster. Data yang
akan dikirim dari anggota klaster ini dibatasi sebanyak
M bit. Setiap anggota klaster yang ada akan mengkuantisasi data yang diamati ke dalam M bit dan mengirimkan data yang telah dikuantisasi tersebut ke cluster head. Cluster head akan menerima data yang telah
dikuantisasi dari sensor lain tersebut dan melakukan
ekstraksi sumber berdasarkan pengamatannya dan dari
data-data yang diterima.

Total Energy Consumed for Sensing (Esen ): Total daya yang diperlukan untuk melaku-kan sensing pada cluster based sensor network dapat dihitung menggunakan persamaan 6. Es adalah satuan
energi untuk penginderaan satu titik sampel. Penggunaan daya bagian ini sama untuk semua jaringan
sensor.
Esen = NLEs

(6)

Total Energy Consumption (E (1)total): Keseluruhan total daya yang diperlukan untuk berkomunikasi, melakukan komputasi, dan sensing pada
cluster based sensor network dapat dihitung menggunakan persamaan 7.
E (1)total = E (1) comm + E (1) comp + Esen (7)
Loss of Energy per Message Being Sent: Menurut Salazar (2010), penggunaan daya karena jumlah pesan yang dikirim dapat disimulasikan dengan menggunakan rumus persamaan 8.
Gambar 5. Cluster based sensor network (Kaur dan Garg 2012)

Energy = Energy
Total Energy Consumed for Communication
(E (1) comm): Pada cluster based sensor network,
total daya yang diperlukan untuk berkomunikasi
dapat dihitung menggunakan persamaan 4. M
adalah jumlah bit kuantisasi, L adalah panjang
frame sinyal, Eelec adalah energi yang dikonsumsi
untuk menjalankan sirkuit elektronik, dan f s
adalah suatu amplifier untuk energy factor.
E (1) comm = 2(N 1)MLEelec +ML f s = 0 2 i, , i 6=
(4)
Total Energy Consumed for Computation
(E (1) comp): Total daya yang diperlukan untuk
melakukan komputasi pada cluster based sensor
network dapat dihitung menggunakan persamaaan
5. Ec adalah satuan energi untuk komputasi. Komputasi yang dimaksud secara umum terdiri dari
tiga bagian, yaitu kuantisasi, prewhitening, dan
iterasi dari algoritme fast fixed-point yang masingmasing diaproksimasikan sebagai LEc , N 2 LEc dan
L2 EC .
E

(1)

comp = [(N 1)L + N L + L )]Ec (5)

BroadcastingRange EnergyPerMessage
100
(8)

Loss of Energy Due to a Message Being Received: Suatu daya digunakan tidak hanya saat
me-ngirimkan pesan, akan tetapi saat menerima
pesan juga. Persamaan 9 menunjukkan rumus
yang digunakan untuk menghitung daya yang dipakai ketika menerima sebuah pesan.
Energy = Energy

EnergyPerMessage
(9)
100

Loss of Energy Due to Overhead per Time Frame:


Bentuk pemakaian daya lainnya berasal dari komputasi dan aktivitas tambahan pada node (overhead). Persamaan 10 di bawah ini menghitung
jumlah daya yang dikonsumsi karena overhead
per frame waktu.
Energy = Energy EnergyPerStep

(10)

Network Simulator ns-3

Ns-3 adalah discrete-event network simulator berbasis


open source yang ditujukan untuk kepentingan penelitian

Analisis Kinerja dan Konsumsi Daya Protokol Routing LEACH pada Topologi Berbasis Klaster Jaringan
Sensor Nirkabel 7/9

dan pendidikan. Sejak dirilis pada tahun 2009, ns-3 didesain, diurus, dan dikembangkan di tengah-tengah komunitas penelitian. Simulator jaringan ns-3 mendukung protokol TCP, protokol-protokol routing, dan protokol multicast dari jaringan yang berbasis kabel maupun nirkabel
dalam lingkungan yang dikendalikan dan berskalabilitas. Simulator jaringan ns-3 tidak backwards-compatible
dengan pendahulunya yaitu ns-2. Perbedaan antara ns2 dengan ns-3 adalah pada ns-3 simulasi dan model
jaringan ditulis langsung menggunakan bahasa tingkat
tinggi yaitu C++ dan Python yang menggantikan bahasa
OTcl pada ns-2. Di samping itu, pada ns-3 juga terdapat
user interface dan animator simulasi yang baru seperti
NetAnim serta tools konfigurasi yang masih dalam pengembangan. Sampai tahun 2014, kurang lebih terdapat
750 publikasi di bidang jaringan komputer yang diterbitkan oleh jurnal besar seperti IEEE dan ACM Digital
Libraries menggunakan simulator jaringan ns-3 (nsnam
2015).
Analisis Permasalahan
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hal-hal yang
berkaitan secara langsung terhadap jaringan sensor nirkabel dan parameter-parameter yang akan digunakan untuk menentukan sebuah jaringan sensor nirkabel yang
efisien dari sisi penggunaan daya terutama pada topologi
jaringan sensor nirkabel yang berbasis klaster.
Di sejumlah publikasi yang membahas protokol komunikasi untuk WSN, network lifetime sering disebutkan
sebagai sasaran optimasi jaringan yang penting. Hal ini
berkaitan secara langsung dengan penggunaan daya oleh
node sensor yang menggunakan sumber daya terbatas
seperti baterai untuk bekerja mengirim dan menerima
paket data.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah rancangan jaringan WSN yang memperhatikan sisi green ICT (Information and Communication Technology) khususnya pada
efisiensi penggunaan daya sehingga dapat membentuk
suatu jaringan sensor nirkabel yang memiliki network
lifetime yang lebih lama.
Penyusunan Skenario Simulasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merancang jaringan beserta skenario simulasinya. Simulasi dilakukan untuk jaringan sensor nirkabel dengan topologi
star, mesh, dan cluster based sensor network. Akan
tetapi, fokus pembahasan utama pada analisis konsumsi
daya akan lebih dalam untuk topologi cluster based sensor network.

Pada simulasi yang akan dikerjakan, protokol routing WSN yang digunakan adalah LEACH. Protokol routing LEACH dipilih karena algoritme clustering seperti
LEACH dan variasinya memiliki cara kerja yang dapat
mengoptimalkan waktu hidup baterai pada jaringan sensor. Di samping itu, protokol routing LEACH adalah protokol yang terkemuka dalam bidang riset WSN khususnya untuk efisiensi pemakaian daya listrik. Ditambah
lagi, protokol LEACH bekerja pada topologi WSN yang
berbasis klaster.
Pertimbangan dalam memilih simulator jaringan ns3 pada penelitian ini dikarenakan simulasi dan pemodelan jaringan di dalam ns-3 dapat ditulis secara langsung dengan bahasa tingkat tinggi yaitu C++ dan Python
sehingga library-library pada bahasa tersebut yang bersangkutan dengan penelitian seperti energy-module.h
dapat dimanfaatkan. Ditambah lagi, penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kodali dan Aravapalli (2014)
berhasil mengimplementasikan protokol routing LEACH
pada simulator ns-3.
Beberapa aplikasi atau environment yang perlu disiapkan di dalam sistem operasi untuk meng-install simulator ns-3 adalah IDE (Integrated Development Environment) QtCreator, gcc compiler untuk C++, g++ untuk
Python, mercurial, bazaar, valgrind debugger, GNU Scientific Library (GSL), Network Simulation Cradle (nsc),
tcpdump, DBMS SQLite, dan Sphinx (nsnam 2015).
Simulasi dilakukan menggunakan komputer dengan
spesifikasi berikut ini:
1.
2.
3.
4.

Prosesor: Intel Core 2 Duo 3.00 GHz


Memori: 3 GB
Harddisk: 80 GB
Sistem Operasi: Linux Ubuntu 14.04 LTS

Agar dapat menyimulasikan waktu hidup jaringan


dengan baik, pengguna harus memiliki kontrol di dalam
simulasi untuk dapat mengubah-ubah baik presentase
daya yang digunakan pada setiap frame waktu, pesan
yang dikirim, maupun presentase daya yang dipulihkan
pada setiap frame waktu.
Teknik clustering telah digunakan di dalam WSN
terutama untuk meminimalisir penggunaan daya. Pada
penelitian ini akan diterapkan algoritme K-means di
dalam simulator ns-3 untuk mengimplementasikan teknik
clustering pada paket-paket yang dikirim dari node ke
cluster head dan dari cluster head ke base station dengan
membatasi ukuran paket pada suatu nilai tertentu. Paket
data yang dikirimkan dari node ke cluster head adalah
paket yang berukuran kecil, sementara paket data yang

Analisis Kinerja dan Konsumsi Daya Protokol Routing LEACH pada Topologi Berbasis Klaster Jaringan
Sensor Nirkabel 8/9

dikirm dari cluster head ke base station adalah paket


yang berukuran medium karena merupakan sekumpulan data dari semua node yang ada pada klaster tersebut
(Kulkarni dan Pallavi 2015). Tabel 1 di bawah ini menunjukkan 3 topologi yang berbeda beserta variasi parameter
jaringan tertentu sebagai skenario penelitian.
Tabel 1. Variasi parameter jaringan

Topologi

Network Diameter

Network Size

Star

Mesh

2(r-1)

N nodes
r*r mesh
where r= N

Cluster Based
Sensor Network

2(h-1)

h=ceil(log2N)

Analisis Hasil
Analisis dilakukan pada data hasil simulasi yang telah
dikerjakan. Percobaan dalam bentuk mengklasterkan
paket data yang dikirim pada jaringan sensor nirkabel
terutama pada topologi cluster based sensor network
yang telah di-setup, akan dilihat pengaruhnya terhadap
besaran bandwidth yang digunakan serta total daya yang
diperlukan. Parameter-parameter yang digunakan dalam
analisis antara lain:
1.
2.
3.
4.

New York (US): ACM. hlm 41-48; [diunduh 2015


Maret 12].
[3]

Chen S, Yang N. 2006. Congestion Avoidance


Based on Lightweight Buffer Management in Sensor Networks. IEEE Transaction on Parallel and
Distributed Systems. 17(9):934-946.

[4]

Cobo LMA. 2007. Cluster-Based Routing Protocol


for Mobile Sensor Networks [tesis]. Guelph (CA):
University of Guelph.

[5]

Faludi R. 2011. Building Wireless Sensor Network.


Jepson B, editor. Sebastopol (US): OReilly Media.

[6]

Jeong J, Sharafkandi S, Du DHC. 2006. EnergyAware Scheduling with Quality of Surveillance


Guarantee in Wireless Sensor Networks. Di dalam:
DIWANS 06 [Internet]. 2006 September 25; Los
Angeles, Amerika Serikat. New York (US): ACM.
hlm 55-64; [diunduh 2015 Mei 28].

[7]

Kaur G, Garg RM. 2012. Energy Efficient Topologies for Wireless Sensor Networks. International Journal of Distributed
and Parallel Systems (IJDPS). 3(5):179192.doi:10.5121/ijdps.2012.3516.

[8]

Kim HJ, Han SeungJae, Song J. 2006. Maximum


Lifetime Paths for The High Packet Delivery Ratio
Using Fast Recovery in a Mobile Ad Hoc Network.
Di dalam: Computational Science - ICCS 6th International Conference [Internet]. 2006 Mei 28-31;
Reading, Inggris. Berlin (DE): Springer. hlm 11011104; [diunduh 2015 Juni 14].

[9]

Kochhal M, Schwiebert L, Gupta Sandeep. 2003.


Role-Based Hierarchical Self Organization for
Wireless Ad Hoc Sensor Networks. Di dalam: Proceedings of The 2nd ACM International Conference on Wireless Sensor Networks and Applications
(WSNA 03) [Internet]. 2003 September 19; San
Diego, Amerika Serikat. New York (US): ACM.
hlm 98-107; [diunduh 2015 Mei 28].

[10]

Kodali RK, Aravapalli NK. 2014. Multi-Level


LEACH Protocol Model Using NS-3. Di dalam:
Advance Computing Conference (IACC) [Internet].
2014 Februari 21-22; Gurgaon, India. IEEE International. hlm 375-380; [diunduh 2015 Juni 18].

[11]

Kulkarni AR, Pallavi A. 2015. Adaptable Packet


Length for Power Hungry WSN. International
Journal of Engineering Research and General Science (IJERGS). 3(2):242-248.

Throughput
Delay paket rata-rata
Packet Delivery Ratio
Total Energy Consumption/Loss of Energy

Jadwal Kegiatan
Penelitian ini akan dilakukan mengikuti rincian kegiatan
seperti tercantum pada Tabel 2.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

[2]

Antoniou P, Pitsillides A. 2007. Wireless Sensor


Networks Control: Drawing Inspiration from Complex Systems. Di dalam: Med-Hoc-Net [Internet].
2007 Juni 12-15; Corfu, Yunani. Ionian Academy.
[diunduh 2015 Juni 14].
Blagojevic M, Nabi M, Hendriks T, Basten T,
Geilen M. 2009. Fast Simulation Methods to Predict Wireless Sensor Network Performance. Di
dalam: Proceedings of The 6th ACM Symposium on
Performance Evaluation of Wireless Ad Hoc, Sensor, and Ubiquitous Networks (P6-WASUN 09)
[Internet]. 2009 Oktober 26-30; Tenerife, Spanyol.

Analisis Kinerja dan Konsumsi Daya Protokol Routing LEACH pada Topologi Berbasis Klaster Jaringan
Sensor Nirkabel 9/9

Nama
Kegiatan

Tabel 2. Rencana jadwal penelitian


Tahun 2015
Juni Juli Agu Sept Okt

Nov

Des

Kolokium
Implementasi Penelitian
Analisis Hasil
Penyusunan Makalah Seminar dan Skripsi
Seminar Tugas Akhir
Sidang Tugas Akhir
Revisi Skripsi dan Penyelesaian SKL

[12]

Langendoen K. 2008. Medium Access Control in


Wireless Sensor Networks. Di dalam: Wu H, Pan
Y, editor. Medium Access Control in Wireless Networks. Nova Science Publishers. hlm 535-560.

[13]

[nsnam]. 2015. Detailed Installation Guide for ns-3


[Internet]. [diakses 2015 Juni 14]. Tersedia pada:
https://www.nsnam.org/wiki/Installation.

[14]

Oh CM, Kim HJ, Lee GY, Jeong CK. 2008. A Study


on The Optimal Number of Interfaces in Wireless
Mesh Network. International Journal of Future
Generation Communication and Networking [Internet]. [diunduh 2015 Juni 14]; 59-66.

[15]

Salazar A. 2010. Wireless Sensor Network Simulator [tesis]. Texas (US): A&M University.

[16]

Szigeti T, Hattingh C. 2004. End-to-End QoS Network Design: Quality of Service in LANs, WANs,
and VPNs. Indianapolis (US): Cisco Press.

[17]

Tian D, Georganas ND. 2002. A CoveragePreserving Node Scheduling Scheme for Large
Wireless Sensor Networks. Di dalam: Proceedings
of The 1st ACM International Workshop on Wireless Sensor Networks and Applications (WSNA
02) [Internet]. 2002 September 28; Atlanta, Georgia. New York (US): ACM. hlm 32-41; [diunduh
2015 Mei 28].

[18]

Trathnigg T, Jurgen M, Weiss R. 2008. A LowCost Energy Measurement Setup and Improving
the Accuracy of Energy Simulators for Wireless
Sensor Networks. Di dalam: Proceedings of The
Workshop on Real-World Wireless Sensor Networks
(REALWSN 08) [Internet]. 2008 April 2-4; Glasgow, Scotland. New York (US): ACM. hlm 31-35;
[diunduh 2015 Mei 28].

[19]

Wang P, Dai R, Akyildiz IF. 2010. Collaborative


Data Compression Using Clustered Source Coding for Wireless Multimedia Sensor Networks. Di

dalam: International Conference on Computer


Communications (INFOCOM); 2010 Maret 1519; San Diego, Amerika Serikat. San Diego (US):
IEEE. hlm 2106-2114.
[20]

Zheng J, Lee MJ. 2006. A Comprehensive Performance Study of IEEE 802.15.4. Di dalam: Phoha
S, La Porta TF, Griffin C, editor. Sensor Network
Operations. Wiley-IEEE Press. hlm 218-237.

Anda mungkin juga menyukai