PAKET SWITCHING
Setelah menyelesaikan unit ini diharapkan mahasiswa :
1. Dapat memahami Prinsip-prinsip paket Switching
2. Dapat memahami Routing
3. Dapat memahami Konsep x25
POIN PENTING
9.2.1 Karakteristik
Fungsi utama jaringan packet-switching adalah menerima packet-
packet dari station sumber dan mengirimkannya ke station tujuan.
Untuk mencapai hal ini, jalur atau rute sepanjang jaringan harus
ditentukan terlebih dahulu; umumnya, lebih dari satu rute. Jadi, fungsi
routing memang harus diperhatikankan. Persyaratan untuk fungsi ini
adalah sebagai berikut:
Pembetulan Kejelasan
Kesederhanaan Optimal
Kekokohan Efisiensi
Stabilitas
9.3 X.25
Salah satu standar protocol yang paling banyak dipergunakan
adalah X.25, yang baru disetujui pada tahun 1976 dan sejak saat
itu telah mengalami beberapa kali revisi. Standar tersebut
menentukan interface di antara sistem host dan jaringan packet-
switching. Standar ini juga mulai dipergunakan secara universal
untuk menginterfacekan jaringan packet-switching serta
diterapkannya untuk packet-switching dalam ISDN. Standar ini
memiliki tiga level protocol, yakni:
Level fisik
Level jalur
Level packet
Ketiga level tersebut berkaitan dengan tiga lapisan
terendah model OSI (lihat gambar 9.3).
Level fisik menyangkut interface di antara suatu station
(komputer, terminal) dan jalur yang terhubung ke station
tersebut dengan simpul packet-switching. Standar
menyatakan mesin-mesin pemakai sebagai Data Terminal
Equipment (DTE) dan simpul packet-switching di mana
DTE terhubung ke sana sebagai Data Circuit-terminating
Equipment (DCE)
Gambar 9.3 Model OSI
Level jalur dimaksudkan agar transfer data yang melintasi jalur fisik
cukup andal, dengan cara mentransmisikan data sebagai rantaian
frame. Standar level jalur disebut sebagai LAPB (Link Acess Protocol
Balanced). LAPB merupakan subbagian dari HDLC.
Level packet menyediakan layanan sirkuit virtual eksternal.
Layanan ini memungkinkan pesawat ujung untuk jaringan mampu
menyusun logika koneksi, yang disebut sirkuit virtual, menuju
pesawat ujung lainnya. Satu contoh digambarkan pada gambar 9.4
(bandingkan dengan gambar 9.1). Pada contoh ini, station A
memiliki koneksi sirkuit virtual ke station C; station B yang memiliki
dua sirkuit virtual ditetapkan, satu menuju C dan satunya lagi
menuju D; sedangkan station E dan F masing-masing memiliki
sebuah koneksi sirkuit virtual menuju D.
dua sirkuit
virtual