Anda di halaman 1dari 20

BAB 9

PAKET SWITCHING
Setelah menyelesaikan unit ini diharapkan mahasiswa :
1. Dapat memahami Prinsip-prinsip paket Switching
2. Dapat memahami Routing
3. Dapat memahami Konsep x25
POIN PENTING

Packet Switching dirancang sedemikian rupa untuk


menyediakan fasilitas yang lebih efisien dibanding
circuit switching untuk lalu lintas data yang sangat
banyak. Dengan packet switching, station mentrans-
misikan data dalam bentuk block-block kecil yang
disebut packet. Masing-masing packet berisikan
sebagian data pemakai plus informasi kontrol yang
diperlukan untuk memfungsikan jaringan dengan tepat.
Elemen dasar yang paling membedakan jaringan ini dengan
switching adalah operasi internalnya berupa datagram atau
sirkuit virtual. Dengan sirkuit virtual internal sebuah rute
ditentukan oleh dua ujung dan semua packet-packet di mana
sirkuit virtual mengikuti rute yang sama. Sedangkan dengan
datagram internal, setiap packet diberlakukan secara terpisah, dan
packet-packet tersebut dimaksudkan untuk tujuan yang sama
yang mengikuti rute-rute yang berbeda.

Fungsi routing dari jaringan packet switching berupaya untuk


menekan rute yang paling sedikit memakan biaya sepanjang
jaringan, dengan perhitungan biaya yang didasarkan atas jumlah
lompatan, penundaan yang diharapkan atau hal-hal lainnya.
Biasanya algoritma routing yang dapat berganti-ganti tergantung
pada perubahan informasi mengenai kondisi lalu lintas di antara
simpul.
X.25 adalah protocol standar untuk interface di antara suatu
ujung dengan jaringan z switching.

Jaringan packet switching merupakan sekumpulan simpul-simpul


packet switching yang tersebar. Idealnya, semua simpul packet
switching harus selalu mengetahui kondisi jaringan secara
keseluruhan. Namun karena simpul-simpul ini tersebar jadi
waktunya menjadi lambat di antara perubahan status sebagian
jaringan. Selanjutnya, muncul overhead saat mengkomunikasikan
informasi status. Akibatnya jaringan packet switching tidak mampu
menampilkan kinerja yang sempurna, dan mengelaborasikan
algoritma-algoritma yang dipergunakan untuk mengatasi
penundaan waktu dan overhead dalam operasi jaringan.
9.1 PRINSIP-PRINSIP PACKET SWITCHING
Jaringan telekomunikasi circuit-switching long-haul awalnya
dirancang untuk mengendalikan lalu lintas suara, dan
mayoritas lalu lintas pada jaringan-jaringan ini untuk
diteruskan menjadi suara. Karakteristik dasar dari jaringan
circuit switching adalah sumber daya yang berada di dalam
jaringan yang dimaksudkan untuk panggilan tertentu. Untuk
koneksi suara circuit yang dihasilkan sangat besar
manfaatnya karena hampir di sebagian waktu hanya salah
satu pihak yang berbicara. Meskipun begitu, saat jaringan
circuit switching mulai semakin sering digunakan untuk
koneksi data ada dua hal yang semakin jelas yakni:
Untuk beberapa koneksi data pemakai/host (misalnya,
komputer pribadi pemakai yang dihubungkan ke server
database) sebagian besar waktunya berada pada saluran di
dalam status idle. Sehingga, dengan koneksi data,
pendekatan circuit switching menjadi tidak efisien.

Dalam jaringan circuit switching koneksi yang terjadi


memungkinkan dilakukannya transmisi pada rate data yang
konstan. Jadi, masing-masing dari dua perangkat yang
dihubungkan harus saling mentransmisikan dan menerima
pada rate data yang sama. Hal ini membatasi kegunaan
jaringan dalam interkoneksi berbagai jenis komputer host
dan workstation.
Untuk memahami bagaimana packet switching mengarahkan
masalah ini kita lihat secara singkat gambaran operasi packet
switching. Data ditransmisikan dalam bentuk packet pendek.
Batas pada packet panjangnya 1000 octet (byte). Bila sumber
memiliki pesan yang lebih panjang untuk dikirim, pesan-pesan
tersebut terpecah menjadi deretan packet (Gambar 9.1). Masing-
masing packet berisikan sebagian (atau semua untuk sebuah
pesan pendek) data pemakai plus beberapa informasi kontrol.
Informasi kontrol, pada jumlah minimum, mencakup informasi
yang diperlukan jaringan agar mampu mengarahkan packet di
sepanjang jaringan dan mengirimkannya ke tujuan yang
dimaksud. Pada masing-masing simpul dalam rute packet
diterima, disimpan sementara, dan diarahkan menuju simpul
berikutnya.
Gambar 9.1 Penggunaan Packet
Gambar 9.2 Penggunaan Paket
Berdasarkan gambar 9.2, sekarang diasumsikan gambar
tersebut merupakan sebuah jaringan packet-switching
sederhana. Amati packet yang dikirim dari station A ke
station E. Packet tersebut terdiri dari informasi kontrol yang
menunjukkan bahwa tujuan yang dimaksud adalah E.
Packet dikirim dari station A ke simpul 4. Simpul 4
menyimpan packet dan, menentukan rute berikutnya
(katakanlah 5), serta mengantrikan packet keluar pada jalur
tersebut (jalur 4-5). Bila jalurnya sudah tersedia, packet
ditransmisikan ke simpul 5, yang mentransmisikan packet
ke simpul 6, akhirnya sampai ke station E. Pendekatan ini
memiliki beberapa kelebihan dibanding circuit-switching,
yakni:
Jalur efisiensi yang lebih besar, karena jalur simpul-ke-simpul
tunggal dapat dibagi secara dinamik oleh packet sebanyak-
banyaknya sepanjang waktu. Packet diantrikan dan ditransmisikan
secepat mungkin sepanjang jaringan. Sebaliknya, dengan circuit
switching, waktu pada jalur simpul-ke-simpul dialokasikan
menggunakan Time-Division Multiplexing synchronous. Hampir di
sebagian besar waktunya, jalur seperti itu berada dalam kondisi
idle karena sebagian waktunya dihabiskan untuk koneksi yang
statusnya juga idle.

Jaringan packet-switching mampu menampilkan konversi rate


data. Dua station pada rate data yang berbeda mampu mengubah
packetnya karena masing-masing dikoneksikan ke simpulnya pada
rate data yang sesuai.
9.2 ROUTING
Salah satu aspek yang paling rumit dan sulit dari rancangan jaringan
packet-switching adalah routing.

9.2.1 Karakteristik
Fungsi utama jaringan packet-switching adalah menerima packet-
packet dari station sumber dan mengirimkannya ke station tujuan.
Untuk mencapai hal ini, jalur atau rute sepanjang jaringan harus
ditentukan terlebih dahulu; umumnya, lebih dari satu rute. Jadi, fungsi
routing memang harus diperhatikankan. Persyaratan untuk fungsi ini
adalah sebagai berikut:
Pembetulan Kejelasan
Kesederhanaan Optimal
Kekokohan Efisiensi
Stabilitas
9.3 X.25
Salah satu standar protocol yang paling banyak dipergunakan
adalah X.25, yang baru disetujui pada tahun 1976 dan sejak saat
itu telah mengalami beberapa kali revisi. Standar tersebut
menentukan interface di antara sistem host dan jaringan packet-
switching. Standar ini juga mulai dipergunakan secara universal
untuk menginterfacekan jaringan packet-switching serta
diterapkannya untuk packet-switching dalam ISDN. Standar ini
memiliki tiga level protocol, yakni:
Level fisik
Level jalur
Level packet
Ketiga level tersebut berkaitan dengan tiga lapisan
terendah model OSI (lihat gambar 9.3).
Level fisik menyangkut interface di antara suatu station
(komputer, terminal) dan jalur yang terhubung ke station
tersebut dengan simpul packet-switching. Standar
menyatakan mesin-mesin pemakai sebagai Data Terminal
Equipment (DTE) dan simpul packet-switching di mana
DTE terhubung ke sana sebagai Data Circuit-terminating
Equipment (DCE)
Gambar 9.3 Model OSI
Level jalur dimaksudkan agar transfer data yang melintasi jalur fisik
cukup andal, dengan cara mentransmisikan data sebagai rantaian
frame. Standar level jalur disebut sebagai LAPB (Link Acess Protocol
Balanced). LAPB merupakan subbagian dari HDLC.
Level packet menyediakan layanan sirkuit virtual eksternal.
Layanan ini memungkinkan pesawat ujung untuk jaringan mampu
menyusun logika koneksi, yang disebut sirkuit virtual, menuju
pesawat ujung lainnya. Satu contoh digambarkan pada gambar 9.4
(bandingkan dengan gambar 9.1). Pada contoh ini, station A
memiliki koneksi sirkuit virtual ke station C; station B yang memiliki
dua sirkuit virtual ditetapkan, satu menuju C dan satunya lagi
menuju D; sedangkan station E dan F masing-masing memiliki
sebuah koneksi sirkuit virtual menuju D.
dua sirkuit
virtual

Gambar 9.4 Penggunaan Sirkuit Virtual


Gambar 9.5 mengilustrasikan keterkaitan diantara level-level X.25.
Data pemakai yang dilintaskan menuju level 3 X.25, yang
melampirkan kontrol infomasi sebagai header, menciptakan suatu
packet. Kemungkinan lain, data pemakai bisa disegmentasikan
menjadi packet-packet ganda. Informasi kontrol packet
dimaksudkan untuk beberapa hal sebagai berikut:
Mengidentifikasi melalui nomor sirkuit virtual tertentu dimana
dengan nomor-nomor ini data-data diasosiasikan.
Menyediakan nomor urut yang dapat dipergunakan untuk
kontrol aliran dan kontrol kesalahan pada basis sirkuit virtual.
Seluruh packet X.25 dilintaskan menuju entitas LAPB, yang
melampirkan informasi kontrol pada bagian depan dan belakang
packet, membentuk suatu frame LAPB. Lagi-lagi, informasi kontrol
pada frame diperlukan untuk operasi protocol LAPB.
Gambar 9.5 Ilustrasikan keterkaitan diantara level-level X.25
TUGAS - 10

1.Jelaskan prinsip-prinsip Paket Switching


2.Jelaskan mengenai Routing
3.Jelaskan Konsep x.25

Anda mungkin juga menyukai