Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KUNJUNGAN

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Koordinator : Musri, S.Kp., MN

Kelompok 3

Kelas 4D

1. Risya Novita Santiani (213119130)


2. Widia Rahma Safitri (213119137)
3. Sahrul Nurdiansyah (213119145)
4. Fauziah Novianti (213119153)
5. N. Wafiq Bagis (213119161)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN


PRODI ILMU KEPERAWATAN S1
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Illahi Rabi yang telah mengizinkan
dan memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Laporan Kunjungan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana”. Shalawat dan salam kami curahkan kepada junjungan
besar Nabi Muhammad SAW. Makalah ini dapat dijadikan bentuk acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga Makalah ini
dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komplementer Herbal.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang


kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dimasa depan. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun wawasan sangat kami
harapkan.

Cimahi, 1 Januari 2023

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

D. Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Konsep BNPB ................................................................................................ 3

B. Aktivitas Kunjungan Pusdiklat BNPB ............................................................ 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 22

A. Simpulan ...................................................................................................... 22

B. Saran ............................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam adalah fenomena alam yang menimbulkan kerusakan, kerugian,
penderitaan, bahkan kematian bagi manusia dan lingkungannya, yang disebabkan
oleh aktivitas alam itu sendiri maupun terjadi akibat gangguan pada alam yang
dilakukan oleh manusia. Pada banyak kejadian, bencana alam sangat sulit untuk
diprediksi terutama waktu kejadiannya. Dampak dari bencana alam sangat
bergantung pada fenomena alam yang menyebabkan bencana, kekuatan atau
besaran fenomena alam penyebab bencana serta ketahanan elemen yang terkena
bencana.

Fenomena alam yang telah menyebabkan bencana selama ini antara lain
banjir, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus dan tsunami. Daya rusak yang
ditimbulkan oleh fenomena alam tersebut bahkan bisa menghancurkan sebagian
peradaban manusia. Untuk itu penanggulangannya dalam rangka mencegah dan
mengurangi dampak bencana alam haruslah meliputi deteksi dini fenomena alam
penyebab bencana sampai dengan management saat bencana melanda. Setiap
bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat kelalaian manusia telah
meninggalkan duka, trauma, kesan, dan sejarah, baik terhadap korban maupun
pihak lain yang menyaksikan atau mengetahui kejadian bencana tersebut. Catatan
sejarah bencana diperlukan sebagai pengingat, pelajaran sekaligus peringatan bagi
umat manusia.

Belajar dari pengalaman tersebut di atas serta merujuk kepada pendapat para
ahli, maka diperlukan adanya upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dan
daerah dalam menghadapi kemungkinan terjadinya ancaman bencana. Salah

1
satunya adalah melalui penyusunan rencana kontinjensi (Contingency Planning)
di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota yang rawan bencana.

Penyusunan rencana kontinjensi merupakan salah satu upaya penanganan


bencana yang dibuat pada tahapan pra-bencana dan dilakukan pada waktu
munculnya tanda-tanda (early warning) atau potensi terjadinya suatu bencana.
Rencana kontinjensi dibuat untuk memastikan apakah pemerintah daerah maupun
masyarakat siap dalam menghadapi potensi terjadinya suatu kondisi darurat
(bencana). Apabila bencana terjadi, maka rencana kontinjensi dapat dijadikan
Rencana Operasi Tanggap Darurat (Emergency Operation Plan) setelah terlebih
dahulu melalui kaji cepat (rapid assessment).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari BNPB?
2. Apa saja aktivitas yang dilakukan selama kegiatan kunjungan ke BNPB?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep umum dari BNPB dan kegiatan beserta manfaat dari
kunjungan ke BNPB.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami konsep BNPB.
b. Mahasiswa dapat mengatahui materi umum bencana dari narasumber.
c. Mahasiswa dapat mengetahui komponen dan ruangan di gedung
BNPB.

D. Manfaat
Sebagai penambah wawasan BNPB khususnya dalam penanganan dan
penanggulan bencana. Selain itu juga menambah pengalaman dan wawasan
mengenai tempat, komponen, ruangan, dan kegiatan yang dilakukan dii BNPB.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep BNPB
1. Pengertian BNPB

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana (UU No. 24/2007) merupakan upaya dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana (PB). Selanjutnya, penyelenggaraan PB
merupakan serangkaian upaya penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana melalui tiga fase, pencegahan bencana,
tanggap darurat dan rehabilitasi rekonstruksi.

Penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana


adalah Pemerintah dan pemerintah daerah. Berdasarkan amanah Peraturan
Presiden nomor 8 tahun 2008 tentang BNPB yang merupakan lembaga
non kementerian setingkat menteri yang mempunyai fungsi meliputi
perumusan penetapan dan pengoordinasian pelaksanaaan kegiatan
penanggulangan bencana secara terencana terpadu dan menyeluruh.

Sekretariat Utama merupakan salah satu struktur organisasi dalam


BNPB. Sekretaris Utama mempunyai tugas mengoordinasikan,
perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi
dan sumber daya serta kerjasama. Sekretaris Utama menyelenggarakan
fungsi dalam pengoordinasian, perencanaan, sinkronisasi dan integrasi
perumusan kebijakan teknis BNPB.

Dalam peraturan Kepala nomor 1 tahun 2010 tentang Struktur


Organisasi dan Tata Laksana Sekretaris Utama dibantu oleh beberapa biro,
salah satunya adalah Biro Hukum dan Kerjasama, sebagai unit kerja di
bawah Sekretariat Utama, memiliki tugas pokok dan fungsi untuk

3
melaksanakan pengoordinasian penyusunan peraturan perundang-
undangan dan telaahan hukum, kerjasama dalam negeri dan kerjasama
luar negeri. Biro Hukum dan Kerjasama menjadi “pintu gerbang” bagi
BNPB melakukan kerjasama antar lembaga. Usulan, penyusunan,
telaahan, hingga persetujuan surat perjanjian menjadi bagian dari tugas.

Bagian Kerjasama Antar Lembaga dibawah Biro Hukum dan


Kerjasama memiliki tugas fungsi untuk melaksanakan penyiapan bahan
koordinasi, pemantauan, analisis evaluasi penyusunan laporan
pelaksanaan kerjasama dengan lembaga usaha dan lembaga nasional
bidang penanggulangan bencana.

Upaya penanggulangan bencana merupakan bentuk tanggung jawab


kepada negara dalam melindungi bangsa indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 2017
diterangkan bahwa tanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan
bencana bukan hanya peran BNPB namun juga diperlukan keterlibatan
peran dari Kementerian/lembaga nasional lainnya, lembaga usaha dan
masyarakat.

Peran serta Kementerian/lembaga nasional, lembaga usaha dan


masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan
untuk mendukung upaya yang terintegral dalam pengurangan risiko
bencana, pencegahan bencana, tanggap darurat serta rehabilitasi dan
rekonstruksi secara berdaya guna dan dapat dipertanggungjawabkan
sebagaimana diterangkan dalam Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2014
tentang peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana dan Perka BNPB Nomor 12 Tahun 2014 tentang peran seta
lembaga usaha dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Peran

4
Kementerian/lembaga nasional, lembaga usaha dan lembaga masyarakat
diharapkan berperan aktif sesuai dengan kapasitas dan kemampuan
masing-masing.

Biro Hukum dan Kerjasama BNPB sesuai tugas pokok dan fungsinya
merupakan gerbang untuk terjalinnya kerjasama dengan pihak-pihak luar
baik dengan Kementerian/Lembaga Nasional, Institusi Pendidikan,
Lembaga Masyarakat maupun Dunia Usaha.

Penyusunan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja sama merupakan


dasar payung hukum untuk melibatkan pihak luar dalam penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Dalam pembentukan draft Nota Kesepahaman
dan Perjanjian Kerjasama dasar hukum yang dipakai kementerian/lembaga
nasional adalah Peraturan MENPAN RB nomor 80 tahun 2012 tentang
Pedoman tata naskah dinas instansi Pemerintah. Dan di lingkungan BNPB
pedoman awal pembentukan draf Nota Kesepahaman dan Perjanjian
Kerjasama adalah Perka BNPB nomor 7 tahun 2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.

2. Sejarah Berdirinya BNPB

Sejarah Lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)


terbentuk tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan bencana pada
masa kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di
Samudera Hindia pada abad 20. Sementara itu, perkembangan tersebut
sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan dan paradigma
penanggulangan bencana.

Melihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi


kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis mendorong

5
Indonesia untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan bangsa
dalam menghadapi bencana.

3. Visi dan Misi


a. Visi :Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana
b. Misi : Melindungi bangsa dari ancaman bencana dengan
membangun budaya pengurangan risiko bencana dan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menjadi bagian yang
terintegrasi dalam pembangunan nasional;
c. Membangun sistem penanganan darurat bencana secara cepat,
efektif dan efisien;
d. Menyelenggarakan pemulihan wilayah dan masyarakat
pascabencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik
yang terkoordinasi dan berdimensi pengurangan risiko bencana;
e. Menyelenggarakan dukungan dan tata kelola logistik dan peralatan
penanggulangan bencana;
f. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara transparan
dengan prinsip good governance.
4. Tugas dan Fungsi
a. Tugas :
1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan keadaan darurat bencana, rehabilitasi, dan
rekonstruksi secara adil dan setara;
2) Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-
undangan;
3) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana
kepada masyarakat;

6
4) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap
saat dalam kondisi darurat bencana;
5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan
sumbangan/bantuan nasional dan internasional;
6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang
diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
8) Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah.
b. Fungsi
1) Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana
dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat
serta efektif dan efisien; dan
2) Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

B. Aktivitas Kunjungan Pusdiklat BNPB


1. Pembukaan Acara Field Visit BNPB
2. Pemberian Materi Terkait Penanggulangan Bencara oleh dr.
Bagus Cahyono
a. Pra Bencana

Tahap Pra Bencana (mencangkup Kegiatan pencegahan, mitigasi,


kesiapsiagaan, dan peringatan dini).

1) Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana
(jika mungkin dengan meniadakan bahaya).

7
Misalnya : Melarang pembakaran hutan dalam perladangan,
Melarang penambangan batu di daerah yang curam, dan
Melarang membuang sampah sembarangan.
2) Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui
a) pelaksanaan penataan ruang;
b) pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata
bangunan; dan
c) penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan
baik secara konvensional maupun modern (UU Nomor 24
Tahun 2007 Pasal 47 ayat 2 tentang Penanggulangan
Bencana).
3) Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Beberapa bentuk aktivitas
kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain:
a) penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan
kedaruratan bencana;
b) pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem
peringatan dini;
c) penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar;
d) pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang
mekanisme tanggap darurat;
e) penyiapan lokasi evakuasi;

8
f) penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran
prosedur tentang tanggap darurat bencana; dan
g) penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan
untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
4) Peringatan Dini (Early Warning)
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana
pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU
24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan
bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian
peringatan dini harus : Menjangkau masyarakat (accesible),
Segera (immediate), Tegas tidak membingungkan (coherent),
Bersifat resmi (official).
b. Tanggap Darurat

Tanggap Darurat (response) Tanggap darurat adalah serangkaian


kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,
serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa aktivitas yang
dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain:

1) Pengkajianyang dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan


sumberdaya;
2) Penentuan status keadaan darurat bencana;
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4) Pemenuhan kebutuhan dasar;
a) Air bersih : Distribusi air bersih, perbaikan kualitas sumber
air bersih dan pengawasan kualitas air bersih

9
b) Sanitasi dan Higiene : Penyediaan sarana, dekontaminasi,
penyuluhan
c) Pangan : Distribusi bahan makanan, penyelenggaraan
dumlap, pengawasan kualitas makanan,surveilans gizi
d) Sandang : Distribusi bahan, perlenggkapan (kit set)
e) Pelayanan kesehatan/termasuk psikososial
f) Hunian : Penyediaan shelter
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan;
a) Penyelamatan dan evakuasi
b) Pelayanan kesehatan
c) Psikososial/kesehatan jiwa
d) Pengamanan
e) Memberikan jaminan perlindungan dari : Tindak kekerasan
(fisik, seksual), Eksploitasi, Penelantaran, Diskriminasi,
Perlakuan salah dll
f) Upaya yang dilakukan : Pengawasan, Penindakan pelaku,
Penyediaan tempat khusus ( ruang menyusui, tempat
bermain anak, dll), Pendampingan (anak yang terpisah dari
keluarga, lanjut usia, Kelompok berkebutuhan khusus)
6) Pemulihan dengan segera prasaran dan sarana vital ( UU
Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 48 tentang Penaanggulangan
Bencana).
c. Pasca Bencana
1) Pemulihan segera fungsi sarana dan prasarana vital
a) Pembersihan (Puing-Puing, Sampah, bahan berbahaya, dan
beracun,dll)
b) Perbaikan darurat prasarana umum (jalan, jembatan,
bandara, dll)

10
c) Perbaikan darurat sarana pendukung/utilitas (Jaringan
komunikasi, listri, air bersih, bahan bakar)
2) Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana
Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana adalah satu
kesatuan upaya terstruktur dalam satu komando yang digunakan
untuk mengintegrasikan kegiatan penanganan darurat secara
efektif dan efisien dalam mengendalikan ancaman/penyebab
bencana dan menanggulangi dampak pada saat keadaan darurat
bencana

3) Klaster Penanggulangan Bencana

11
a) Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana
dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana,
dan sarana dengan melakukan upara rehabilitas
(UU.no.24/2007)
b) Pemulihan meliputi pemulihan fisik dan non fisik
4) Rehabilitas (rehabilitation)
Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat (UU.no.24/2007)
5) Rekontruksi (recontruction)
Pembangunan kembali sarana dan prasarana, kelembagaan
pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan ekonomi, sosial dan budaya.
Tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat

12
d. Peran Penting Perawat saat Bencana
1) Peran dalam pencegahan primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa
pra bencana persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat ini, antara lain:
a) Mengenali instruksi ancaman
b) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase
emergency (makanan air obat-obatan pakaian dan selimut
serta tenda)
c) Melatih penanganan pertama korban bencana
d) Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-
lembaga masyarakat dalam memberi penyuluhan dan
simulasi
e) Latihan pertolongan pertama menolong anggota keluarga
dengan pencuriga fraktur tulang pendarahan dan
pertolongan pertama luka bakar
2) Peran perawat pada fase pra bencana
a) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk
setiap aslinya
b) Perawat ikut terlibat dalam berbagai jenis pemerintah
organisasi dan lingkungan palangg merah nasional,
maupun lembaga kemasyarakatan dalam penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat
c) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi
bencana

13
3) Peran perawat dalam keadaan darurat dalam (impact phase)
Hanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan
tepat setelah keadaan stabil setelah bencana dimulai stabil,
masing-masing bidang tim survei mulai melakukan pengkajian
cepat terhadap kerusakan kerusakan, begitu juga perawat
sebagai bagian dari tim kesehatan.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat di mana
seleksi pasien untuk penanganan emergency akan lebih efektif
(triase)
4) Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
a) Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek
kesehatan sehari-hari
b) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
harian
c) Merencanakan dan memfasilitasi transpor pasien yang
memerlukan penanganan kesehatan di RS
d) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
e) Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan,
makanan khusus bayi peralatan kesehatan
f) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan
penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga
membahayakan diri dan lingkungannya koordinasi dengan
perawat jiwa
g) Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada
korban (anxietas depresi yang ditunjukkan dengan
seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan insomnia, hati gue, mual
muntah dan kelemahan otot)

14
h) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak,
dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal
dengan terapi bermain
i) Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai
pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang
tidak mengungsi
5) Peran perawat pada fase intra/saat bencana
a) Bertindak cepat
b) Download promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan
apapun dengan pasti kepada korban yang selamat
c) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e) Untul jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait
dapat mendiskusikan dan merancang master plan of
revitalizing biasanya untuk jangka waktu 3 bulan pertama.
6) Peran perawat dalam fase page/pasca bencana
a) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan
fisik sosial, dan psikologis korban.
b) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lainnya
yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor
menangani masalah kesehatan masyarakat pasca gawat
darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan
sehat dan aman
e. Kolaborasi Kesiapsiagaan Bencana

Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah dalam


mendukung penanggulangan bencana. Sumber daya tersebut berasal
dari unsur dalam pentaheliks, di antaranya lembaga usaha. Dalam

15
berbagai kejadian bencana, dukungan dari unsur ini sangat nyata dan
membantu, khususnya dalam penanganan darurat.

Pada konteks ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana


(BNPB) bersama dengan lembaga usaha memberikan dukungan
penguatan Satuan Tugas (Satgas) Bencana Nasional Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dalam penanggulangan bencana. Satgas ini
dibentuk oleh Menteri BUMN Erick Thohir ini bertujuan agar
perusahaan pelat merah dapat lebih tanggap dalam memberikan
bantuan di saat krisis atau pun bencana.

Satgas Nasional BUMN ini diharapkan menjadi mitra BNPB di


level pusat dan BPBD di daerah, baik dalam tahap pra, saat dan
pascabencana. Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi
mengatakan bahwa satgas juga diharapkan dapat membantu pada masa
rehabilitasi dan rekonstruksi.

Prasinta menyampaikan bahwa lembaga usaha memiliki peran


sebagai salah satu pilar dalam penanggulangan bencana di Indonesia.
Keterlibatan lembaga usaha diatur dalam Peraturan Kepala BNPB
Nomor 12 Tahun 2014 tentang Peran Serta Lembaga Usaha dalam
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Lembaga usaha dapat memainkan peran penting untuk mendukung


pemberdayaan masyarakat di wilayah rawan bencana melalui kegiatan
pengurangan risiko bencana pada masa prabencana dan memobilisasi
sumber yang bisa digunakan dalam situasi tanggap darurat bencana
dan pascabencana.

Saat ini BNPB memiliki Kajian Risiko Bencana (KRB) yang dapat
diakses dengan mudah melalui InaRISK versi website maupun
InaRISK Personal dalam bentuk aplikasi telepon pintar. KRB ini dapat

16
digunakan sebagai dasar perencanaan kegiatan oleh lembaga usaha
dalam pengembangan usahanya dengan mengidentifikasi potensi
risiko di wilayah.

Sementara itu, Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo


mengapresiasi lembaga usaha di lingkungan BUMN yang selalu siap
membantu dalam kegiatan kebencanaan dengan semangat
kerelawanan. Ia menyampaikan, dalam pasal 28, Undang Nomor 24
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, dituliskan bahwa
lembaga usaha mendapatkan kesempatan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, baik secara tersendiri maupun secara
bersama dengan pihak lain.

Lembaga usaha merupakan salah satu unsur dalam pentaheliks,


mempunyai peran penting dalam penanggulangan bencana salah
satunya dengan terus mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki,”
jelasnya dalam sesi penyampai materi tentang kerelawanan pada rapat
koordinasi yang dihadiri anggota satgas di tingkat provinsi, kabupaten
dan kota.

Kementerian BUMN membentuk Satgas Bencana Nasional


BUMN di 34 provinsi untuk mendukung penanggulangan bencana di
Tanah Air.

3. Field Visit BNPB


a. Gedung Pelatihan

Di dalam gedung pelatihan, terdapat alat dan peralatan yang dapat


dipergunakan untuk membantu pencarian, penyelamatan dan evakuasi
masyarakat terkena bencana, membantu pemenuhan kebutuhan dasar
dan untuk pemulihan segera prasarana dan sarana vital.

17
Serta banyak ruangan yang digunakan untuk pembelajaran dan
praktik dalam pertolongan bencana beserta kasus dan simulasinya.
Setiap peralatan yang dibutuhkan disimpan rapi dalam lemari dan
tertata sesuai ruangan yang berkaitan. Di gedung pelatihan juga
terdapat beberapa ruang kelas yang digunakan untuk pembelajaran
mengenai pertolongan bencana.

Pusdiklat Penanggulangan Bencana (PUSDIKLAT PB) merupakan


salah satu unit eselon II di lingkungan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana di
Indonesia. Sebagai sebuah institusi pelaksana pendidikan dan
pelatihan, PUSDIKLAT PB memiliki visi dan misi untuk menjadi
pusat keunggulan pelaksanaan Diklat PB atau lebih dikenal dengan
“center of excellent” penanggulangan bencana di Indonesia.

18
b. Gedung Logistik

Pergudangan adalah segala upaya pengelolaan gudang yang


meliputi penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian,
pengendalian dan pemusnahan serta pelaporan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana agar kualitas dan kuantitas tetap terjamin.

Logistik adalah segala sesuatu yang berujud yang dapat digunakan


untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia yang terdiri atas
sandang, pangan dan papan atau turunannya. Termasuk dalam kategori
logistik adalah barang yang habis pakai atau dikonsumsi, misalnya

19
sembako (sembilan bahan pokok), obat-obatan, pakaian dan
kelengkapannya, air, jas tidur dan sebagainya.

Selain kebutuhan sehari-hari, di gedung logistic juga ada ruangan


simulasi gempa bumi lengkap beserta peralatan umum dan getarannya
bisa diatur. Ada juga banyak kendaraan yang digunakan untuk
memberikan pertolongan selama masa tanggap darurat, seperti bis
dengan ruangan operasi di dalamnya, mobil rescue disesuaikan dengan
kasusnya, jika bencana terjadi di tengah laut maka menggunakan
mobil rescue dengan speed boat, jika ada bencana banjir atau
tenggelam di danau maka menggunakan mobil rescue dengan boat
karet diatasnya. Ada juga mobil untuk berlatih rescue bila korban ada
di dalam tempat tertutup dan tertumpuk benda berat.

20
4. Penutupan

21
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
Pemerintah dan pemerintah daerah. Berdasarkan amanah Peraturan Presiden
nomor 8 tahun 2008 tentang BNPB yang merupakan lembaga non kementerian
setingkat menteri yang mempunyai fungsi meliputi perumusan penetapan dan
pengoordinasian pelaksanaaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana terpadu dan menyeluruh.

Peran serta Kementerian/lembaga nasional, lembaga usaha dan masyarakat


dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk mendukung
upaya yang terintegral dalam pengurangan risiko bencana, pencegahan bencana,
tanggap darurat serta rehabilitasi dan rekonstruksi secara berdaya guna dan dapat
dipertanggungjawabkan

B. Saran
1. Saran untuk pembaca

Bagi pembaca pada umumnya, hendaknya penulisan makalah mengenai


Laporan Kunjungan BNPB ini dapat menjadi inspirasi dalam membuat
tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan. Hendaknya pembaca dapat memahami pembahasan ini
dengan lebih baik, dan jangan berhenti untuk terus mencari informasi.

2. Saran untuk peneliti selanjutnya

Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut terkait penanggulangan


bencana dan kegawatdaruratan.

22
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2012). Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Kesehatan


Masyarakat, 22, 256–265. http://dx.doi.org/10.1016/j.tsc.2016.10.002

The National Agency for Disaster Countermeasure. (2016). Disasters Risk of


Indonesia. International Journal of Disaster Risk Science, 22.
https://doi.org/10.1007/s13753-018-0186-5

23
LAMPIRAN

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai