Kelompok 3
Kelas 4D
Tim penyusun
i
DAFTAR ISI
D. Manfaat .......................................................................................................... 2
A. Simpulan ...................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................ 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam adalah fenomena alam yang menimbulkan kerusakan, kerugian,
penderitaan, bahkan kematian bagi manusia dan lingkungannya, yang disebabkan
oleh aktivitas alam itu sendiri maupun terjadi akibat gangguan pada alam yang
dilakukan oleh manusia. Pada banyak kejadian, bencana alam sangat sulit untuk
diprediksi terutama waktu kejadiannya. Dampak dari bencana alam sangat
bergantung pada fenomena alam yang menyebabkan bencana, kekuatan atau
besaran fenomena alam penyebab bencana serta ketahanan elemen yang terkena
bencana.
Fenomena alam yang telah menyebabkan bencana selama ini antara lain
banjir, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus dan tsunami. Daya rusak yang
ditimbulkan oleh fenomena alam tersebut bahkan bisa menghancurkan sebagian
peradaban manusia. Untuk itu penanggulangannya dalam rangka mencegah dan
mengurangi dampak bencana alam haruslah meliputi deteksi dini fenomena alam
penyebab bencana sampai dengan management saat bencana melanda. Setiap
bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat kelalaian manusia telah
meninggalkan duka, trauma, kesan, dan sejarah, baik terhadap korban maupun
pihak lain yang menyaksikan atau mengetahui kejadian bencana tersebut. Catatan
sejarah bencana diperlukan sebagai pengingat, pelajaran sekaligus peringatan bagi
umat manusia.
Belajar dari pengalaman tersebut di atas serta merujuk kepada pendapat para
ahli, maka diperlukan adanya upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dan
daerah dalam menghadapi kemungkinan terjadinya ancaman bencana. Salah
1
satunya adalah melalui penyusunan rencana kontinjensi (Contingency Planning)
di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota yang rawan bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari BNPB?
2. Apa saja aktivitas yang dilakukan selama kegiatan kunjungan ke BNPB?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep umum dari BNPB dan kegiatan beserta manfaat dari
kunjungan ke BNPB.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami konsep BNPB.
b. Mahasiswa dapat mengatahui materi umum bencana dari narasumber.
c. Mahasiswa dapat mengetahui komponen dan ruangan di gedung
BNPB.
D. Manfaat
Sebagai penambah wawasan BNPB khususnya dalam penanganan dan
penanggulan bencana. Selain itu juga menambah pengalaman dan wawasan
mengenai tempat, komponen, ruangan, dan kegiatan yang dilakukan dii BNPB.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep BNPB
1. Pengertian BNPB
3
melaksanakan pengoordinasian penyusunan peraturan perundang-
undangan dan telaahan hukum, kerjasama dalam negeri dan kerjasama
luar negeri. Biro Hukum dan Kerjasama menjadi “pintu gerbang” bagi
BNPB melakukan kerjasama antar lembaga. Usulan, penyusunan,
telaahan, hingga persetujuan surat perjanjian menjadi bagian dari tugas.
4
Kementerian/lembaga nasional, lembaga usaha dan lembaga masyarakat
diharapkan berperan aktif sesuai dengan kapasitas dan kemampuan
masing-masing.
Biro Hukum dan Kerjasama BNPB sesuai tugas pokok dan fungsinya
merupakan gerbang untuk terjalinnya kerjasama dengan pihak-pihak luar
baik dengan Kementerian/Lembaga Nasional, Institusi Pendidikan,
Lembaga Masyarakat maupun Dunia Usaha.
5
Indonesia untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan bangsa
dalam menghadapi bencana.
6
4) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap
saat dalam kondisi darurat bencana;
5) Menggunakan dan mempertanggungjawabkan
sumbangan/bantuan nasional dan internasional;
6) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang
diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
8) Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah.
b. Fungsi
1) Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana
dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat
serta efektif dan efisien; dan
2) Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
1) Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana
(jika mungkin dengan meniadakan bahaya).
7
Misalnya : Melarang pembakaran hutan dalam perladangan,
Melarang penambangan batu di daerah yang curam, dan
Melarang membuang sampah sembarangan.
2) Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui
a) pelaksanaan penataan ruang;
b) pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata
bangunan; dan
c) penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan
baik secara konvensional maupun modern (UU Nomor 24
Tahun 2007 Pasal 47 ayat 2 tentang Penanggulangan
Bencana).
3) Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Beberapa bentuk aktivitas
kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain:
a) penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan
kedaruratan bencana;
b) pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem
peringatan dini;
c) penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar;
d) pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang
mekanisme tanggap darurat;
e) penyiapan lokasi evakuasi;
8
f) penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran
prosedur tentang tanggap darurat bencana; dan
g) penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan
untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
4) Peringatan Dini (Early Warning)
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana
pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU
24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan
bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian
peringatan dini harus : Menjangkau masyarakat (accesible),
Segera (immediate), Tegas tidak membingungkan (coherent),
Bersifat resmi (official).
b. Tanggap Darurat
9
b) Sanitasi dan Higiene : Penyediaan sarana, dekontaminasi,
penyuluhan
c) Pangan : Distribusi bahan makanan, penyelenggaraan
dumlap, pengawasan kualitas makanan,surveilans gizi
d) Sandang : Distribusi bahan, perlenggkapan (kit set)
e) Pelayanan kesehatan/termasuk psikososial
f) Hunian : Penyediaan shelter
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan;
a) Penyelamatan dan evakuasi
b) Pelayanan kesehatan
c) Psikososial/kesehatan jiwa
d) Pengamanan
e) Memberikan jaminan perlindungan dari : Tindak kekerasan
(fisik, seksual), Eksploitasi, Penelantaran, Diskriminasi,
Perlakuan salah dll
f) Upaya yang dilakukan : Pengawasan, Penindakan pelaku,
Penyediaan tempat khusus ( ruang menyusui, tempat
bermain anak, dll), Pendampingan (anak yang terpisah dari
keluarga, lanjut usia, Kelompok berkebutuhan khusus)
6) Pemulihan dengan segera prasaran dan sarana vital ( UU
Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 48 tentang Penaanggulangan
Bencana).
c. Pasca Bencana
1) Pemulihan segera fungsi sarana dan prasarana vital
a) Pembersihan (Puing-Puing, Sampah, bahan berbahaya, dan
beracun,dll)
b) Perbaikan darurat prasarana umum (jalan, jembatan,
bandara, dll)
10
c) Perbaikan darurat sarana pendukung/utilitas (Jaringan
komunikasi, listri, air bersih, bahan bakar)
2) Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana
Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana adalah satu
kesatuan upaya terstruktur dalam satu komando yang digunakan
untuk mengintegrasikan kegiatan penanganan darurat secara
efektif dan efisien dalam mengendalikan ancaman/penyebab
bencana dan menanggulangi dampak pada saat keadaan darurat
bencana
11
a) Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana
dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana,
dan sarana dengan melakukan upara rehabilitas
(UU.no.24/2007)
b) Pemulihan meliputi pemulihan fisik dan non fisik
4) Rehabilitas (rehabilitation)
Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat (UU.no.24/2007)
5) Rekontruksi (recontruction)
Pembangunan kembali sarana dan prasarana, kelembagaan
pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan ekonomi, sosial dan budaya.
Tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat
12
d. Peran Penting Perawat saat Bencana
1) Peran dalam pencegahan primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa
pra bencana persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat ini, antara lain:
a) Mengenali instruksi ancaman
b) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase
emergency (makanan air obat-obatan pakaian dan selimut
serta tenda)
c) Melatih penanganan pertama korban bencana
d) Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-
lembaga masyarakat dalam memberi penyuluhan dan
simulasi
e) Latihan pertolongan pertama menolong anggota keluarga
dengan pencuriga fraktur tulang pendarahan dan
pertolongan pertama luka bakar
2) Peran perawat pada fase pra bencana
a) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk
setiap aslinya
b) Perawat ikut terlibat dalam berbagai jenis pemerintah
organisasi dan lingkungan palangg merah nasional,
maupun lembaga kemasyarakatan dalam penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat
c) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi
bencana
13
3) Peran perawat dalam keadaan darurat dalam (impact phase)
Hanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan
tepat setelah keadaan stabil setelah bencana dimulai stabil,
masing-masing bidang tim survei mulai melakukan pengkajian
cepat terhadap kerusakan kerusakan, begitu juga perawat
sebagai bagian dari tim kesehatan.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat di mana
seleksi pasien untuk penanganan emergency akan lebih efektif
(triase)
4) Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
a) Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek
kesehatan sehari-hari
b) Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
harian
c) Merencanakan dan memfasilitasi transpor pasien yang
memerlukan penanganan kesehatan di RS
d) Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
e) Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan,
makanan khusus bayi peralatan kesehatan
f) Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan
penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga
membahayakan diri dan lingkungannya koordinasi dengan
perawat jiwa
g) Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada
korban (anxietas depresi yang ditunjukkan dengan
seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan insomnia, hati gue, mual
muntah dan kelemahan otot)
14
h) Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak,
dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal
dengan terapi bermain
i) Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai
pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang
tidak mengungsi
5) Peran perawat pada fase intra/saat bencana
a) Bertindak cepat
b) Download promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan
apapun dengan pasti kepada korban yang selamat
c) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e) Untul jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait
dapat mendiskusikan dan merancang master plan of
revitalizing biasanya untuk jangka waktu 3 bulan pertama.
6) Peran perawat dalam fase page/pasca bencana
a) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan
fisik sosial, dan psikologis korban.
b) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lainnya
yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor
menangani masalah kesehatan masyarakat pasca gawat
darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan
sehat dan aman
e. Kolaborasi Kesiapsiagaan Bencana
15
berbagai kejadian bencana, dukungan dari unsur ini sangat nyata dan
membantu, khususnya dalam penanganan darurat.
Saat ini BNPB memiliki Kajian Risiko Bencana (KRB) yang dapat
diakses dengan mudah melalui InaRISK versi website maupun
InaRISK Personal dalam bentuk aplikasi telepon pintar. KRB ini dapat
16
digunakan sebagai dasar perencanaan kegiatan oleh lembaga usaha
dalam pengembangan usahanya dengan mengidentifikasi potensi
risiko di wilayah.
17
Serta banyak ruangan yang digunakan untuk pembelajaran dan
praktik dalam pertolongan bencana beserta kasus dan simulasinya.
Setiap peralatan yang dibutuhkan disimpan rapi dalam lemari dan
tertata sesuai ruangan yang berkaitan. Di gedung pelatihan juga
terdapat beberapa ruang kelas yang digunakan untuk pembelajaran
mengenai pertolongan bencana.
18
b. Gedung Logistik
19
sembako (sembilan bahan pokok), obat-obatan, pakaian dan
kelengkapannya, air, jas tidur dan sebagainya.
20
4. Penutupan
21
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
Pemerintah dan pemerintah daerah. Berdasarkan amanah Peraturan Presiden
nomor 8 tahun 2008 tentang BNPB yang merupakan lembaga non kementerian
setingkat menteri yang mempunyai fungsi meliputi perumusan penetapan dan
pengoordinasian pelaksanaaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana terpadu dan menyeluruh.
B. Saran
1. Saran untuk pembaca
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
24
25
26