Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN BENCANA DASAR

“Kebijakan terkait Manajemen Bencana”

Dosen Pembimbing :

Ns.Tuti anggriani utama S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

1.Dwi Murti Warantika P05120221068


2.Dhea Fitaloka P05120221066

Tingkat 2B

D3 Keperawatan

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan. Karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah kita diberikan nikmat kesehatan hingga sampai sekarang ini. Dan tak
lupa pula shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW. Serta para sahabat-sahabat-Nya, pengikut-pegikutnya hingga akhir zaman. Di mana
yang telah mengajarkan iman dan islam kepada kita, sehingga kita dapat menikmati indahnya
keimanan dan Islam.

Dengan penuh rasa syukur kami ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas tentang
“KEBIJAKAN TERKAIT MANAJEMEN BENCANA” yang diberikan kepada kami sebagai
tugas dalam pembelajaran mata kuliah Manajemen Bencana Dasar. Dalam penulisan dan
penyusuan kata-kata pada tugas ini masih banyak kesalahan penulisan, untuk itu kami selaku
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pambaca demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bengkulu, 15 september 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………….1

Daftar Isi......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..3

1.2 Rumusan………………………………………………………………………...3

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………...3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1.Kebijakan Pemerintah Indonesia Berkaitan dengan Penanggulangan


Bencana..............................................................................................4

2.2. Pola Pembentukan Sistem Penanggulangan Bencana Tingkat Pusat dan


Daerah................................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………….....10

3.2. Saran ...................................................................................................................10

REFERENSI ..............................................................................................................12
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis dan di luar
kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.
Penanggulangan bencana tidak hanya bersifat reaktif: baru melakukan setelah terjadi
bencana. Tetapi penanggulangan bencana juga bisa bersifat antisipatif, melakukan
pengkajian dan tindakan pencegahan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya
bencana. Bencana menimbulkan berbagai kerusakan dan kehilangan. Hal ini akan
menyebabkan angka kemiskinan di suatu wilayah yang terkena bencana akan meningkat.
Hal inilah yang coba diantisipasi. Di dalam makalah ini penulis akan membahas
bagaimana pemerintah Indonesia membuat kebijakan terkait penanggulangan bencana.
Apakah sesuai dengan penanggulangan bencana yang seharusnya atau tidak.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini ada 2 hal yang akan dibahas,antara lain :


1. Bagaimana kebijakan pemerintah Indonesia terkait dengan penanggulangan benca.
2. Pola pembentukan sistem penanggulangan bencana tingkat pusat dan daerah.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
“MANAJEMEN BENCANA DASAR” mengenai penaggulangan bencana secara umum
dan bagaimana kebijakan pemerintah Indonesia terkait dengan penanggulangan benca
serta Pola pembentukan sistem penanggulangan bencana tingkat pusat dan daerah secara
khususnya.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1.Kebijakan Pemerintah Indonesia Berkaitan dengan Penanggulangan Bencana

Apa itu Bencana, menurut UU No.24/2007 tentang Penanggulangan Bencana,


bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Pengertian bencana menurut International Strategy for Disaster Reduction (ISDR) :
Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan
kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi , ekonomi atau lingkungan
dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumber daya mereka sendiri.
Sistem nasional penanggulangan di Indonesia dibuat menuju upaya penanggulangan
bencana secara tepat. Pada tahun 2008, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN BENCANA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dipandang perlu
menetapkan Peraturan Presiden tentang Badan Nasional. Penanggulangan Bencana BNPB
mempunyai tugas :
a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang
mencakup pencegahan bencana,m penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi
secara adil dan setara;
b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana
berdasarkan peraturan perundangundangan;
c. menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat;
d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan
sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
e. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan
internasional;
f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara;
g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan;dan
h. menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Secara umum, DASAR HUKUM penanggulangan bencana di Indonesia (Yultekni,2012),


yaitu:
1. UUD 1945 RI, Pasal 4, Ayat 1

2. UU No.24 Th. 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

3. PP No. 38 Th. 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

4. PP No. 21 Th. 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

5. PP No. 32 Th. 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana.


6. Pepres No. 8 Th. 2008 Tentang BNPB

Karena kebijakan terbaru yang dibuat oleh pemerintah adalah perundangan tahun 2008, maka
kami akan membahas tentang kebijakan perundangan penanggulangan bencana tahun
2008.Kami menyajikan dalam 4 kategori :

a. Pada tahap kesiapan


Paragraf 4, Pepres No. 8 Th. 2008 Tentang BNPB,Deputi Bidang Pencegahan dan
Kesiapsiagaan
Pasal 19 berisi :
(1) Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala BNPB.
(2) Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dipimpin oleh Deputi.
Pasal 20
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta
pemberdayaan masyarakat.
Pasal 21
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Deputi Bidang
Pencegahan dan Kesiapsiagaan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta
pemberdayaan masyarakat;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana
pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;
c. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta
pemberdayaan masyarakat;
d. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan umum di
bidang penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat.

b. Pada saat tanggap darurat bencana


Terdapat pada Pasal 23
Deputi Bidang Penanganan Darurat mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan
kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat.
Pasal 24
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Deputi Bidang
Penanganan Darurat menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
dan penanganan pengungsi;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana
pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi;
c. komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat;
d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
dan penanganan pengungsi;
e. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan umum di
bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi.

c. Rehabilitasi dan Rekonstruksi


Pasal 25
(1) Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala BNPB.
(2) Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dipimpin oleh Deputi.
Pasal 26
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai tugas mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana.

Pasal 27
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Deputi Bidang
Rehabilitasi dan Rekonstruksi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana
pada pascabencana;
c. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada pascabencana;
d. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan umum di
bidang penanggulangan bencana pada pascabencana.

d. Deputi Bidang Logistik dan Peralatan


Pasal 28
(1) Deputi Bidang Logistik dan Peralatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala BNPB.
(2) Deputi Bidang Logistik dan Peralatan dipimpin oleh Deputi.
Pasal 29
Deputi Bidang Logistik dan Peralatan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
dukungan logistik dan peralatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pasal 30
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Deputi Bidang Logistik
dan Peralatan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang logistik dan peralatan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana;
b. pelaksanaan penyusunan perencanaan di bidang logistik dan peralatan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana;
c. pemantauan, evaluasi, analisis, pelaporan pelaksanaan kebijakan dibidang logistik dan
peralatan dalam penyelenggaraan.
2.2. Pola Pembentukan Sistem Penanggulangan Bencana Tingkat Pusat dan Daerah.

Mengenai sistem penanggulangan bencana tingkat Pusat, terdapat pada


Pasal 34
(1) Di lingkungan Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana dapat dibentuk 2 (dua) Pusat
sebagai unsur penunjang tugas dan fungsi Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana.
(2) Pusat dipimpin oleh Kepala Pusat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala BNPB.
Pasal 35
Pembentukan Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ditetapkan oleh Kepala BNPB
setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendayagunaan aparatur negara.

Mengenai sistem penanggulangan bencana tingkat daerah juga ditetapkan di dalam Pepres
No. 8 Th. 2008 Tentang BNPB yang terdapat pada KETENTUAN LAIN-LAIN :

Pasal 63

(1) Untuk melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerahbaik Provinsi maupun


Kabupaten/ Kota dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut
BPBD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Pembentukan BPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
koordinasi dengan BNPB.
(3) BNPB mengadakan rapat koordinasi dengan BPBD, sekurangkurangnya 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 64
Rincian lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja BNPB
ditetapkan oleh Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang
bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

Tanggungjawab Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Bencana


 Pemerintah Daerah bertanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana di wilayahnya. Saat terjadi bencana ;
 Bupati/Walikota sebagai penanggungjawab utama
 Gubernur memberikan dukungan perkuatan
 Tanggungjawab Pemerintah Daerah :
 Mengalokasikan dana penanggulangan bencana
 Memadukan penanggulangan bencana dalam pembangunan daerah
 Melindungi masyarakat dari ancaman bencana
 Melaksanakan upaya pengurangan resiko bencana
 Melaksanakan tanggap darurat
 Melakukan rehabilitasi-rekonstruksi pasca bencana
 Wewenang Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Bencana
 Merumuskan kebijakan penanggulangan bencana di wilayahnya
 Menentukan status dan tingkat keadaan darurat
 Mengerahkan potensi sumberdaya di wilayahnya
 Menjalin kerjasama dengan daerah lain
 Mengatur dan mengawasi penggunaan teknologi yang berpotensi menimbulkan
bencana
 Mencegah dan mengendalikan penggunaan sumberdaya alam yang berlebihan
 Menunjuk komandan penanganan darurat bencana
 Melakukan pengendalian bantuan bencana
 Menyusun perencanaan, pedoman dan prosedur penyelenggaraan penanggulangan
bencana
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Di tingkat Pusat terdapat Badan Koordinasi Nasional (BAKORNAS) Penanggulangan


Bencana dan Pengungsi dengan Ketua Pelaksana Harian (Kalakhar) Wakil Presiden. Di
tingkat Provinsi terdapat Satuan Koordinasi Pelaksana (SATKORLAK) Penanggulangan
Bencana dan Pengungsi. Di tingkat Kabupaten/Kota terdapat Satuan Pelaksana (SATLAK)
Penanggulangan Bencana dan Pengungsi yang dibentuk berdasarkan Perpres No.85/2005.

Dalam UU No.24/2007 tentang penanggulangan bencana diamanatkan tentang pembentukan


Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan
sampai sekarang Peraturan Pemerintah yang mengaturnya belum terbit.
Dalam kerja penanggulangan bencana di tingkat daerah, biasa dilakukan:
1. Kantor/Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) yang juga
mengorganisir Search and Rescue (SAR). Bertugas meningkatkan kesiapsiagaan dan tanggap
darurat bencana.
2. Dinas lainnya seperti Pertambangan dan Energi yang berfungsi sebagai pengawas tata
kelola pertambangan dan energi, mempunyai peta-peta rawan bencana yang biasanya terkait
dengan pertambangan (longsor, bencana lingkungan). Kemudian Dinas Sosial, Bagian Kesra,
DPU dsb
3. Palang Merah Indonesia di daerah masing-masing
4. Pusat Studi Bencana di Universitas terdekat yang dapat memberikan peta ancaman,
mikrozonasi, dan penelitian tentang kebencanaan yang lain
5. Badan Meteorologi dan Geofisika untuk mengetahui tentang cuaca, iklim dikaitkan dengan
bencana, termasuk peringatan dini yang ada untuk berbagai jenis bencana.Selain itu terdapat
organisasi masyarakat dan LSM baik nasional, lokal maupun internasional
yang concern terhadap isu-isu penanggulangan bencana.

3.2. Saran

Kata kunci penanggulangan bencana: Serangkaian upaya komprehensif dalam pra-


bencana, saat bencana dan pasca bencana. Pemerintah tidak boleh melupakan 3 unsur penting
ini dalam penanggulangan bencana. Indonesia secara peraturan dan kebijakan sudah
membuat 3 unsur penting tersebut, namun dalam pelaksanaan ini belum terealisasi dengan
sempurna. Dalam hal ini Pemerintah perlu mangadakan promosi dan pelatihan – pelatihan
bagi kader- kader dan tim medis untuk dapat terlibat dalam sehingga pelaksanaannya
sempurna.
Apalagi saat ini, Indonesia sedang gempar- gemparnya tertimpa bencana alam.
Masyarakat pasti berharap besar terhadap pemerintah. Tetapi masyarakat juga tidak boleh
sepenuhnya berharap dan menampung tangan100% dari pemerintah. Mereka juga harus tahu
hal dasar dalam penanggulangan bencana dan mempunyai trik-trik tersendiri dalam
menanggulangi masalah bencana. Jadi, menurut penulis program penanggulangan bencana ini
harus memberikan program persiapan kompetensi bagi masyarakat untuk menanggulangi
bencana di dalam skala individu dan kjeluarga. Perlu program danpelatihan serta promosi
dari pemerintah untuk merealisasikan program tersebut jika pemerintah benrencana untuk
mengadakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dhani Armanto, et.al, Mengelola Bencana, Buku Bantu Pendidikan Pengelolaan Bencana
untuk Anak Usia Sekolah Dasar, WALHI, 2006.

Salinan Peraturan Presiden ( mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Ditetapkan di : Jakarta


Pada tanggal : 26 Januari 2008.PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttd DR.H. SUSILO
BAMBANG YUDHOYONO).

Sriutomo@bakornaspb.go.id.

Anda mungkin juga menyukai