DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kebijakan Publik Mengenai Manajemen Bencana” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah “Manajemen Bencana”. Selain itu, makalah ini pula bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Indah Ade Prianti, S.KM., M.PH.
selaku dosen yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Untuk mengetahui perundang-undangan tentang penanggulangan bencana.
3. Untuk mengetahui perencanaan dalam penanggulangan bencana.
4. Untuk mengetahui rencana pelaksanaan penanggulangan bencana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana merupakan salah satu aturan yang penting dalam
pengaturan penanggulangan bencana di Indonesia. Peraturan ini
memberikan kerangka kerja yang jelas dan sistematis dalam menghadapi
situasi darurat akibat bencana dan memastikan bahwa respons
penanggulangan bencana dilakukan secara terkoordinasi dan efektif.
Beberapa poin penting dari Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana:
- Definisi bencana : Peraturan ini menyebutkan bahwa bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam, manusia, maupun faktor buatan.
- Koordinasi : Peraturan ini menetapkan bahwa penyelenggaraan
penanggulangan bencana harus dilakukan secara terkoordinasi antara
pusat dan daerah, serta melibatkan partisipasi masyarakat dan sektor
swasta.
- Pemberdayaan masyarakat : Peraturan ini menekankan pentingnya
pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan bencana dengan
melibatkan mereka dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program penanggulangan bencana.
- Posko penanggulangan bencana : Peraturan ini mengatur tentang
pembentukan dan fungsi posko penanggulangan bencana, termasuk
penempatan personel dan perlengkapan yang diperlukan.
- Penanganan darurat : Peraturan ini menetapkan bahwa penanganan
darurat harus dilakukan secepat mungkin dan dengan mengutamakan
keselamatan jiwa dan harta benda.
- Evaluasi dan monitoring : Peraturan ini menekankan pentingnya
evaluasi dan monitoring dalam penanggulangan bencana, termasuk
4
melalui pembentukan sistem informasi dan pelaporan yang akurat dan
terkini.
- Evaluasi dan pengendalian : Peraturan ini menekankan pentingnya
evaluasi dan pengendalian dalam pelaksanaan rencana penanggulangan
bencana, termasuk melalui pembentukan sistem informasi dan
pelaporan yang akurat dan terkini.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 1 Tahun 2019
tentang Pedoman Umum Penanggulangan Bencana adalah peraturan yang
mengatur pedoman umum dalam pelaksanaan penanggulangan bencana di
Indonesia. Peraturan ini ditetapkan untuk meningkatkan koordinasi dan
efektivitas penanggulangan bencana, serta melindungi masyarakat dari
dampak bencana yang mungkin terjadi.
Beberapa hal yang diatur dalam Permendagri Nomor 1 Tahun 2019 antara
lain:
- Definisi bencana Peraturan ini memberikan definisi bencana yang
mencakup bencana alam, bencana teknologi, bencana sosial, dan
bencana kesehatan.
- Kewajiban daerah Permendagri menegaskan kewajiban pemerintah
daerah dalam penanggulangan bencana, termasuk dalam hal
pengendalian risiko bencana, persiapan penanggulangan bencana, dan
pelaksanaan tanggap darurat.
- Penanganan tanggap darurat Peraturan ini memberikan panduan dalam
penanganan tanggap darurat bencana, mulai dari pengumpulan
informasi, penilaian situasi, hingga tindakan yang harus dilakukan
dalam tahap penanganan darurat.
- Pembentukan posko Permendagri memberikan panduan dalam
pembentukan posko penanggulangan bencana, termasuk tugas dan
fungsi posko, serta prosedur pelaporan.
5
- Penanganan pasca-bencana Peraturan ini juga memberikan panduan
dalam penanganan pasca-bencana, termasuk pemulihan sosial dan
ekonomi masyarakat yang terkena dampak bencana.
- Keterlibatan masyarakat Peraturan ini menekankan pentingnya
keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana, dan
memberikan panduan dalam hal pelibatan masyarakat, seperti
penyusunan rencana kontijensi bencana dan pembentukan relawan
bencana.
6
1. Pra bencana adalah periode sebelum terjadinya bencana yang digunakan untuk
melakukan persiapan dan mengurangi risiko terjadinya bencana. Pra bencana
meliputi :
Situasi tidak terjadi bencana
Situasi tidak terjadi bencana adalah kondisi dimana tidak ada ancaman
atau kejadian bencana yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Situasi ini terjadi ketika kondisi lingkungan dan kehidupan masyarakat
stabil dan aman dari berbagai jenis bencana seperti gempa bumi,
banjir, longsor, kebakaran hutan dan lain sebagainya.
Situasi terdapat potensi bencana
Situasi terdapat potensi bencana ini terjadi ketika ada ancaman atau
kejadian yang dapat berpotensi menimbulkan bencana dalam jangka
waktu tertentu.
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana.
Saat terjadi bencana, upaya tanggap darurat dilakukan untuk memberikan
pertolongan dan mengurangi dampak buruk yang mungkin terjadi. Upaya
yang dapat dilakukan dalam situasi tanggap darurat pada saat terjadi bencana
antara lain :
Evakuasi, mengevakuasi masyarakat berada dalam daerah terdampk
bencana ke tempat yang lebih aman.
Pelayanan kesehatan, memberikan pertolongan kesehatan seperti
pemberian obat-obatan, perawatan luka, dan penanganan medis
darurat.
Pelayanan kebutuhan dasar, memberikan bantuan kebutuhan dasar
seperti pangan, air bersih, dan tempat tinggal sementara.
Sistem peringatan dini, memberikan informasi dan peringatan dini
kepada masyarakat terkait kemungkinan adanya bencana.
7
Pemulihan, melakukan upaya pemulihan dan rekonstruksi setelah
terjadinya bencana untuk memperbaiki kerusakan dan membantu
masyarakat kembali beradaptasi.
3. Pascabencana yang dilakukan saat setelah terjadi bencana
Kegiatan ini bertujuan untuk memulihka keadaan pasca bencana dan
membantu masyarakat kembali bangkit dari keterpurukan akibat bencana
yang terjadi.
8
Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, agar setiap kegiatan dalam
setiap tahapan dapat berjalan dengan terarah, maka disusun suatu rencana yang
spesifik pada setiap tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
9
4. Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery
Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada
pasca bencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk
mengantisipasi kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan
petunjuk /pedoman mekanisme penanggulangan pasca bencana
C. Perencanaan Penanggulangan Bencana
Perencanaan penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil
analisis risiko bencana dan upaya penanggulangannya yang dijabarkan dalam
program kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya.
Perencanaan penanggulangan bencana merupakan bagian dari
perencanaan pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam
perencanaan ini merupakan program/kegiatan yang terkait dengan
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM) maupun
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan.
Rencana penanggulangan bencanaditetapkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun.
Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh:
1. BNPB untuk tingkat nasional;
2. BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota.
10
Bersifat pra-kiraan umum
Cakupan kegiatan luas/umum meliputi semua tahapan/bidang
kerja penanggulangan bencana.
Dipergunakan untuk seluruh jenis ancaman bencana (multi-
hazard) pada tahapan pra, saat tanggap darurat, dan pasca-
bencana.
Pelaku yang terlibat adalah semua pihak yang terkait.
Waktu yang tersedia cukup panjang
Sumberdaya yang diperlukan mash berada pada tahap
"inventarisasi".
2. Rencana Kontinjensi
Disusun sebelum kedaruratan/kejadian bencana
Sifat rencana terukur
Cakupan kegiatan spesifik, dititik-beratkan pada kegiatan
untuk menghadapi keadaan darurat
Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis ancaman (single hazard)
Pelaku yang terlibat hanya terbatas sesuai dengan jenis
ancaman bencananya
Untuk keperluan jangka/kurun waktu tertentu
Sumberdaya yang dibutuhkan pada tahapan ini bersifat
"penyiapan"
3. Rencana Operasi
Merupakan tindak lanjut atau penjelmaan dari rencana
kontinjensi, setelah melalui kaji cepat.
Sifat rencana sangat spesifik.
Cakupan kegiatan sangat spesifik, dititikberatkan pada
kegiatan tanggap darurat.
11
Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis bencana yang benar-benar
telah terjadi
Pelaku yang terlibat hanya pihak-pihak yang benar-benar
menangani kedaruratan.
Untuk keperluan selama darurat (sejak kejadian bencana
sampai dengan pemulihan darurat).
Sumberdaya yang diperlukan ada pada tahap
"pengerahan/mobilisasi".
4. Rencana Pemulihan
Disusun pada tahapan pasca-bencana.
Sifat rencana spesifik sesuai karakteristik kerusakan.
Cakupan kegiatan adalah pemulihan awal (early recovery),
rehabilitasi dan rekonstruksi.
Fokus kegiatan bisa lebih beragam (fisik, sosial, ekonomi, dil).
Pelaku hanya pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pemulihan awal, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Untuk keperluan jangka menengah/panjang, tergantung dari
besar dan luasnya dampak bencana.
Sumberdaya yang diperlukan ada pada tahapan
aplikasi/pelaksanaan kegiatan pembangunan jangka
menengah/Panjang
12
Di samping itu kekuatan hukum yang diberikan kepada RPB akan
mempermudah institusi nonpemerintah untuk merencanakan dan menetapkan
kontribusi mereka dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah.
13
c. Mitigasi Bencana
14
Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital adalah upaya
untuk memperbaiki infrastruktur dan sumber daya penting yang
terkena dampak bencana, sehingga masyarakat dapat kembali
melakukan aktifitas normal dan pemulihan ekonomi dapat terjadi
secepat mungkin.
C. Pasca Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana
meliputi:
1. Rehabilitasi
Rehabilitasi pada pasca bencana merupakan upaya untuk memulihkan
kehidupan masyarakat dan lingkungan pasca bencana agar dapat
berfungsi kembali secara normal. Rehabilitasi dapat mencakup
perbaikan infrastruktur, pemulihan lingkungan, dan pemulihan
psikologis masyarakat yang terdampak bencana.
2. Rekonstruksi.
Rekonstruksi pada pasca bencana merupakan proses pembangunan
kembali infrastruktur dan lingkungan yang rusak akibat bencana.
Rekonstruksi ini dapat mencakup perbaikan atau pembangunan
kembali gedung, jalan, jembatan, saluran air, dan saluran listrik yang
rusak atau hancur. Tujuan dari rekonstruksi ini adalah untuk
membangun kembali kehidupan masyarakat yang terdampak bencana
dan membantu mereka kembali ke kondisi sebelum bencana terjadi.
D. Mekanisme Penanggulangan Bencana
Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini
adalah mengacu pada UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana dan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Dari peraturan perundang-undangan tersebut di atas, dinyatakan bahwa
mekanisme tersebut dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu :
15
1. Pada pra bencana maka fungsi BPBD bersifat koordinasi dan
pelaksana,
2. Pada saat Darurat bersifat koordinasi, komando dan pelaksana
3. Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan publik mengenai manajemen bencana adalah serangkaian
tindakan dan keputusan pemerintah dalam menghadapi ancaman bencana dan
mengurangi dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan. Kebijakan
publik ini meliputi upaya penanggulangan bencana, kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana, kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, penanganan
darurat saat bencana terjadi, serta pemulihan pasca bencana.
Perundang-undangan tentang penanggulangan bencana merupakan dasar
hukum yang mengatur tentang bagaimana negara menghadapi, menangani,
dan merespon bencana alam. Di Indonesia, perundang-undangan tentang
penanggulangan bencana terdiri dari beberapa undang-undang dan peraturan
pemerintah, di antaranya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan
bencana, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 1 Tahun
2019 Tentang Pedoman Umum Penanggulangan Bencana.
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) merupakan salah satu rencana
pembangunan untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu
daerah. RPB disusun berdasarkan hasil pengkajian risiko bencana daerah.
Selain itu, penyusunan RPB perlu mempertimbangkan perencanaan
pembangunan dari tingkat daerah hingga tingkat pusat untuk menjamin
keselarasan arah pembangunan.
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi pada pra bencana, saat tanggap darurat, dan
pasca bencana.
3.2 Saran
Kebijakan publik harus memastikan partisipasi aktif masyarakat dalam
manajemen bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran
17
masyarakat akan risiko bencana, memberikan edukasi tentang cara
menghadapi bencana, dan melipatkan masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan program manajemen bencana.
18
DAFTAR PUSTAKA
19