Anda di halaman 1dari 23

EPIDEMIOLOGI

ANALITIK
Presented by Kelompok 4
Our Team
• Findri Findriyanti (J1A121024)
• Nadila Silvia (J1A121046)
• Nur Haliza Safitri (J1A121056)
• Sitti Fatimah Milu (J1A121076)
• Michael Yonas (J1A121284)
• Heriyantho Arya Lakaden (J1A121028)
Topic
Topic 1: Ruang lingkup metode pendekatan
epidemiologi analitik

Topic 2 : Menjelaskan desain studi Kohor


(Cohort)

Topic 3 : Menjelaskan desain studi kasus


kontrol (Case Control)

Topic 4 : Menjelaskan desain studi potong


lintang (Cross Sectional)

Topic 5 : Pengganggu dalam penelitian


A. Ruang Lingkup metode pendekatan epidemiologi analitik

1. Definisi Penelitian Epidemiologi Analitik


Epidemiologi analitik adalah studi yang dipergunakan untuk menguji data dan informasi yang diperoleh dari studi
epidemiologi deskriptif. Epidemiologi analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis faktor
penyebab (determinan) masalah kesehatan.

Epidemiologi analitik dilakukan untuk mengidentifikasi dan menguji hipotesa tentang hubungan antara faktor
penyebab yang diduga dan hasil (penyakit) tertentu yang muncul. Dalam pembuatan hipotesa umumnya diarahkan
pada apakah suatu faktor pemaparan tertentu dapat menyebabkan suatu keadaan (penyakit) tententu. Yang termasuk
dalam faktor pemaparan seperti sifat, perilaku, faktor lingkungan atau karakteristik lain yang mungkin menjadi
penyebab penyakit (Putri, 2019).
2. Jenis Desain Epidemiologi Analitik
A). Penelitian Epidemiologi Observasional
Pada penelitian observasional ini peneliti mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya untuk menjelaskan kejadian
suatu penyakit. Penelitian Epidemiologi Observasional, yang terbagi atas :

a. Cross Sectional
Adalah studi yang mempelajari hubungan faktor risiko (paparan) dan efek (penyakit/masalah kesehatan) dengan
cara mengamati faktor risiko dan efek secara serentak pada banyak individu dari suatu populasi pada satu saat.

b. Studi Kasus Kontrol (Case Control)


Merupakan studi penelitian yang dimana peneliti akan melakukan observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas
dan tergantung tidak dalam satu waktu.
b. Studi Kohor (Cohort)
Adalah rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara pajanan dan penyakit dengan cara
membandingkan kelompok terpajan dan kelompok tak terpajan berdasarkan status penyakit..
B). Penelitian Epidemiologi Eksperimental
Pada penelitian eksperimental ini peneliti mempelajari pengaruh manipulasi dari intervensi suatu faktor risiko terhadap timbulnya
penyakit.
a. Eksperimen Murni
Adalah suati bentuk rancangan yang memperlakukan dan memanipulasi subjek penelitian dengan kontrol secara ketat. Ciri-ciri eksperimen murni
yaitu :
• Ada perlakuan yaitu memperlakukan variabel yang ditelitinya
• Ada randominasi yaitu penunjukan subjek penelitian secara untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian
• Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang
diteliti

b. Quasi Eksperimen
Adalah eksperimen yang dalan mengontrol situasi oenelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu atau menunjuk subjek
penelitian dengan tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Ciri:
• Tidak ada randominasi yaitu penunjukan subjek oenelitiab secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor
penelitian.
• Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian faktor penelitian kepada subjek oenelitian tidak mungkin, tidak etis, atau
tidak praktis menggunakan randominasi sehingga sulit mengontrol vatiabel secara ketat.
B. Desain Studi Kohor (Cohort)

1. Definisi
Studi kohort sering disebut dengan penelitian follow up atau penelitian insidensi dan penelitian longitudinal. Studi
kohort merupakan rancangan studi epidemiologi observasional (hanya mengamati) dan bersifat analitik yaitu untuk
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit. Studi kohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan
antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok yang terpapar (faktor penelitian) dan kelompok
tidak terpapar lalu mengikuti selama waktu tertentu untuk melihat status penyakit.
2. Ciri - Ciri Studi Cohort

Pemilihan subyek berdasarkan status paparannya, dan kemudian dilakukan

1.
pengamatan dan pencatatan apakah subyek dalam perkembangannya
mengalami penyakit yang diteliti atau tidak.

Dimungkinkan penghitungan incidence rate atau insiden kumulatif. Pada

2. saat mengidentifikasi status paparan, semua subyek harus bebas dari


penyakit yang diteliti (free disease).

Dalam studi kohort peneliti mengamati status pajanan secara alami


(observasional). Ciri-ciri ini membedakan dengan studi eksperimental yaitu

3. peneliti hanya mengamati dan mecatat paparan dan penyakit dan tidak dengan
sengaja memberikan paparan/ pajanan.
3. Jenis Populasi Studi Cohort

a. Open or dynamic population


Individu dalam open or dynamic population dapat masuk
atau keluar kapanpun dalam rentang waktu penelitian
dikarenakan karakteristiknya berubah-ubah. Contohnya : b. Fixed population
merokok, minum alkohol memiliki pekerjaan tertentu, Suatu fixed cohort didefenisikan sebagai suatu
atau tinggal di daerah tertentu. peristiwa yang tidak dapat dibatalkan, contohnya
mengalami suatu prosedur medis, data kohort ibu,
wajib militer, makan makanan yang terkontaminasi
c. Closed population ketika piknik atau hadir pada saat bencana alam atau
Close population sama seperti fixed cohort, yaitu bencana yang disebabkan ulah manusia.
didefenisikan sebagai suatu peristiwa yang tidak dapat
dibatalkan dan telah ditentukan titik awal dan akhir dari
waktu follow up. Perbedaan diantara keduanya yaitu
pada closed cohort tidak diperbolehkan ada yang hilang
(loss to follow up).
4. Waktu Studi Cohort
• Studi Kohort Prospektif
Dalam studi prospektif, partisipan dikelompokkan menjadi pajanan yang telah
terjadi sebelumnya atau pajanan terbaru dan diikuti beberapa waktu kedepan untuk
mengamati outcome/ efek yang diamati. Dalam studi kohort prospektif outcome/
efek/ akibat belum terjadi.
• Studi Kohort Retrospektif
Dalam studi kohort retrospektif baik pajanan mupun outcome/ efek sudah terjadi
ketika penelitian dimulai.

5. Langkah - Langkah Dasar Dalam Studi Cohort


• Mengidentifikasi individu yang terpajan dan tidak terpajan.
• Mengamati (mengobservasi) dari waktu ke waktu terjadinya outcome↔follow
up.
• Menghitung incidence penyakit.
• Membandingkan incidence penyakit pada kelompok terpajan dan tidak terpajan.
6. Pemilihan Populasi
a. Terpajan
Dalam studi kohort pemilihan kelompok terpajan bergantung pada hipotesis penelitian, frekuensi pajanan, dan
pertimbangan kemungkinan untuk dikerjakan seperti ketersediaan catatan dan kemudahan dalam foloow up.
Berdasarkan frekuensi pajanan kelompok terpapar dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :
• populasi umum
• populasi khusus.

b. Tidak Terpajan (Kelompok Pembanding)


Dalam studi kohort populasi tidak terpajan/ kelompok pembanding yaitu individu yang berasal dari populasi yang
sama dengan kelompok terpajan tetapi tidak terpajan.
Tidak terpajan dapat berarti :
• Benar-benar tidak terpajan faktor risiko tertentu.
• Tidak terpajan salah satu faktor risiko (study of multiple risk factor)
• Pajanan tingkat rendah.
Sumber kelompok pembanding dalam studi kohort yaitu :
• Pembanding Internal
• Populasi Umum
• Pembanding Kohort/populasi eksternal
7. Kekuatan Dan Kelemahan Studi Kohort

a. Kekuatan
• Temporalitas jelas karena penelitian dimulai dengan menentukan pajanan terlebih dahulu (sebab) lalu mengikuti dalam
waktu tertentu untuk mengamati outcome/efek/ akibatnya.
• Dapat menghitung laju insidensi
• Cocok untuk meneliti paparan/ pajanan yang langka (misalnya faktor lingkungan
• Kemungkinan terjadi bias dalam menseleksi subyek dan menentukan status paparan adalah kecil, sebab penyakit yang
diteliti belum terjadi sebaliknya pada studi kohort retrospektif, ada kemungkinan bias yang menyerupai studi kasus
kontrol, sebab pajanan dan efek terjadi saat penelitian memulai penelitiannya.
• Karena bersifat observasionalàtidak ada subyek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapatkan terapi yang
bermanfaat atau mendapat paparan faktor yang merugikan kesehatan.
b. Kelemahan
• Lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama karena harus mengikuti selama periode waktu tertentu.
• Membutuhkan ketersediaan data sekunder yang lengkap dan andal (studi kohort retrospektif).
• Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran sampel sangat
besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi..
C. Desain Studi Kasus Kontrol (Case Control)

1. Konsep Desain Penelitian

Jenis Penelitian kasus kontrol bersifat retrospektif karena dimulai dengan menentukan penyakit (populasi
yang menderita sakit atau kasus), kemudian subjek diobservasi apakah terpapar faktor etiologi, dan dibandingkan
dengan populasi yang tidak menderita sakit (kontrol). Jenis penelitian ini mempelajari paparan secara ke belakang
dan digunakan pada penelitian yang mencari seberapa besar hubungan paparan mempengaruhi terjadinya penyakit.
Dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kontrol yaitu pertama, pemilihan kontrol harus berasal
dari populasi yang sama dengan kasus; kedua, kontrol harus memiliki karakteristik serupa dengan kasus tetapi
tanpa penyakit, ketika kasus dan kontrol telah ditentukan, maka selanjutnya keberadaan riwayat paparan.
2. Odds Ratio

Penelitian kasus kontrol menggunakan nilai Odds ratio (OR) dalam menentukan kekuatan hubungan antara
variabel. Beberapa faktor dapat digunakan untuk meningkatkan nilai OR. Jika efek (penyakit) yang diteliti jarang
dan baik kasus dan kontrol berada pada risiko yang rendah untuk memiliki efek (penyakit) yaitu kurang dari 10%,
maka OR dapat mendekati RR, yang memberikan nilai hubungan lebih kuat dan kesimpulan penyebab. Konsep nilai
ini dapat diilustrasikan pada tabel 2 x 2. Pada desain kohort, insiden dan RR dapat dikalkulasikan masing-masing
a/(a+b), [a/(a + b)]/[c/(c + d)] (Prasasty & Legiran, 2023).
3. Pertimbangan Pemilihan Kasus
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan efek (penyakit). Terdapat dua jenis penyakit
dalam epidemiologi yaitu penyakit prevalen dan insiden. Penyakit prevalen menunjukkan tingginya risiko bias (Bias
Neyman).
Penyakit prevalen menunjukkan tingginya risiko bias (Bias Neyman). Penyakit-penyakit berisiko rendah mungkin
dipulangkan lebih awal, sedangkan penyakit yang lebih serius dapat meninggal atau tidak terevaluasi, maka pasien yang
meninggal tidak terwakili dalam populasi. Sehingga lebih baik dipilih penyakit insiden dalam desain kasus control
(Prasasty & Legiran, 2023).

4. Pemilihan control
Penting memilih kelompok kontrol yang berasal dari populasi yang sama dan memiliki kriteria yang sama
dengan kasus tapi tanpa penyakit. Pemilihan kelompok kontrol yang tidak benar merupakan salah satu penyebab
utama kesalahan sistematik pada desain ini. Untuk meningkatkan validitas statistik, jumlah kontrol sebaiknya tidak
kurang dari empat (Prasasty & Legiran, 2023).

Pada banyak penelitian, kasus adalah pasien yang masuk rumah sakit dengan kondisi klinis tertentu, dan kontrol
adalah orang-orang di sekitarnya yang tidak memiliki penyakit. Bila seperti ini, maka kontrol berasal dari populasi
yang belum tentu mirip dari kasus berasal.
5. Kontrol berpasangan dan tidak berpasangan
Salah satu cara untuk membuat kasus dan kontrol sehomogen mungkin adalah memasangkan kelompok
tersebut dengan karakteristik yang spesifik. Matching akan lebih efektif bila variabel-variabel dihubungkan dengan
hasil yang diinginkan.

Terdapat beberapa faktor yang tidak menguntungkan dari berpasangan. Pada penelitian yang mampu laksana, data
yang berpasangan lebih memakan waktu dan tenaga. Pada sisi lain, variabel yang digunakan untuk menyesuaikan
kasus dan kontrol tidak dapat dianalisis lebih jauh seperti halnya prediktor atau kovariat (Prasasty & Legiran, 2023).

6. Analisis Statistic Penelitian


Penelitian kasus kontrol dapat memiliki bias contohnya bias antara paparan dan efek (penyakit) karena adanya
variabel perancu. Aspek penting dalam analisis peneitian kasus kontrol yaitu menyesuaikan OR terhadap variabel
perancu. Hal ini biasanya dilakukan menggunakan analisis regresi logistik multiple biner.
7. Keuntungan dan Kerugian Kasus Kontrol

A. Keuntungan
Keuntungan kasus control adalah biaya yang lebih rendah dan durasi penelitian yang lebih singkat, membuat desain
ini menarik dan efektif bagi berbagai hipotesis kedokteran. Besar sampel yang lebih sedikit juga sangat bermanfaat untuk
penelitian dengan penyakit (efek) yang jarang dibanding RCT atau kohort.

B. Kerugian
Kerugian kasus kontrol adalah bias seleksi. Kasus kontrol yang bersifat retrospektif membatasi peneliti untuk
memilih kasus. Keterbatasan kasus kontrol lainnya adalah tidak bisa mengestimasi prevalensi, karena proporsi orang-orang
kasus dan kontrol adalah sama, yang ditentukan oleh peneliti dalam menghitung besar sampel dan ketika memasukkan rasio
antara kasus dan kontrol. Prevalensi lebih sesuai pada desain potong lintang. Keterbatasan lain yaitu kurang sesuai pada
penelitian dengan paparan jarang.
D. Studi Potong Lintang (Cross Sectional)

1. Definisi Studi Potong Lintang


Desain studi potong lintang adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan pada individu-individu dari
populasi tunggal pada satu periode. Desain cross-sectional merupakan desain yang dapat digunakan untuk penelitian deskriptif, namun juga dapat
untuk penelitian analitik sehingga sering digunakan untuk studi klinis maupun lapangan. Dalam pengukuran cross-sectional peneliti melakukan
observasi atau pengukuran variabel pada saat tertentu. Tujuannya memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinanya pada
populasi sasaran dan memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit dengan perubahan yang jelas.
Karakter dari Cross-Sectional Study yaitu status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama. Survey cross sectional ialah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
2. Jenis – Jenis Studi Potong Lintang
Studi Cross Sectional digunakan untuk membandingkan dua atau lebih kelompok pendidikan dalam istilah dari
sikap, keyakinan, pendapat, atau praktik, mengevaluasi program, seperti survei yang menyediakan informasi yang
berguna bagi pengambil keputusan, penilaian siswa atau guru dalam skala besar, seperti studi di seluruh negara bagian
atau survei nasional yang melibatkan ribuan peserta. Cross-Sectional Study atau juga disebut Studi Potong Lintang
mempunyai 2 jenis studi, yaitu (Morthon, Hebel and Robert, 2019) :

1. Studi potong lintang Deskriptif : meneliti prevalensi penyakit , paparan atau keduanya, pada suatu populasi tertentu.

2. Studi potong lintang analitik : mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit untuk tujuan perbandingan
perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan
antara paparan dan penyakit.
E. Pengganggu Dalam Penelitian
Variabel pengganggu adalah variable – variable yang mempengaruhi hubungan antara variable independent dengan variable dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung. Variable pengganggu bersifat hipotetikal artinya secara kongkrit pengaruhnya tidak kelihatan, namun secara teoritis dapat
mempengaruhi hubungan antara variable bebas dan tergantung yang sedang diteliti.
1. Kasus insidensi (baru) atau kasus prevalens (baru+lama)
Dalam pemilihan,kasus sebagiknya kita memilih kasus insidens (kasus baru).
2. Tempat pengumpulan kasus
Bila di suatu daerah terdapat registry kesehatan masyarakat yang baik dan lengkap, maka pengambilan kasus sebaiknya dari sumber di masyarakat
(population based), karena kasus yang ingin diteliti tercatat dengan baik.

3. Saat Diagnosis
Untuk penyakit yang perlu pertolongan segera (misalnya patah tulang) maka saat ditegakkannya diagnosis boleh diakatakan sama dengan mula
timbulnya penyakit (onser). Tetapi banyak penyakit yang mula timbulnya perlahan dan sulit dipastikan denga tepat (contohnya keganasan ataupelbagai jenis
penyakit kronik). Dalam keadaan ini maka pada saat mengidentifikasikan faktor resiko perlu diyakinkan bahwa pajanan faktor yang diteliti terjadi sebelum
terjadinya efek, dan bukan terjadi setelah timbulnya efek atau penyakit yang dipelajari.

4. Kontrol
Pemilihan control member masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, oleh karena control semata mata ditentukan oleh peneliti, sehingga
sangat terancam bias. Ada bebrapa cara untuk memilih control yang baik:
a) Memilih kasus dan control dari populasi yang sama
b) Matching
c) Memilih lebih dari satu kelompok control
Question
Time

Anda mungkin juga menyukai