PENDAHULUAN
tahun terakhir ini terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi pada bidang
kesehatan.
beberapa kelemahan dan kekurangan dari hasil peneltian yang dipublikasikan terutama
dalam hal metodologi penelitian dan biostatistika sangat diperlukan baginklinisi dan
pengelola layanan kesehatan agar dapat melakukan penelitian atau menelaah hasil
level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek dari berbagai level
alami. Studi observasional mencakup studi kohort, studi kasus kontrol, dan studi potong-
lintang.
proses perjalanan penyakit ke arah depan berdasarkan urutan waktu. Penelitian kohort
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 1
juga merupakan penelitian intervensional, namun dalam hal ini intervensi tidak
dilakukan oleh peneliti, tetapi dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan.
1.2 Tujuan
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya hubungan sebab akibat dengan
membandingkan insidens penyakit pada kelompok studi yang terpajan oleh faktor resiko
dengan insidens penyakit pada kelompok yang tidak terpajan oleh faktor resiko sebagai
kontrol. Namun, dalam hal tertentu dapat bersifat deskriptif, misalnya mencari insidens
terpapar, untuk kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidaknya
Konsep dasar penelitian kohort, terdapat dua kelompok kohort, yaitu kelompok
yang terpajan oleh faktor risiko dan kelompok yang tidak terpajan oleh faktor risiko
sebagai kontrol. Alokasi kedua kelompok tidak dilakukan secara acak, tetapi ditentukan
berdasarkan kriteria subjek studi. Selanjutnya kedua kelompok tersebut diikuti secara
bersamaan dalam suatu periode waktu tertentu dan efek (insidens) pada kedua kelompok
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 3
Keadaan awal Pengamatan Efek
Dari skema di atas dapat diketahui bahwa pada penelitian kohort terdapat tiga
1. Keadaan awal
1. Mengetahui pertumbuhan normal yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu atau
yang disebut ontogenetik dan dalam hal ini yang bertindak sebagai intervensi
adalah waktu. Misalnya, mempelajari tumbuh kembang anak selama 5 tahun sejak
dilahirkan.
terminumnya makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri patogen. Misalnya,
mempelajari timbulnya (insidens) penyakit jantung koroner pada perokok. Dalam hal
ini penelitian kohort dimaksudkan utuk mengetahui hubungan antara faktor risiko
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 4
3. Mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit (patogresif) yaitu sembuh, menjadi
sampai meninggal,
4. Manfaat lain penelitian kohort adalah untuk menentukan ada atau tidak adanya
hubungan sebab akibat antara terpajan oleh faktor risiko dengan insiden penyakit
Bersifat Observasional
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, penelitiaan kohor dibagi menjadi dua, yaitu
penelitian dengan satu kohor dan penelitian dengan dua kohor. Sedangkan ditinjau dari
waktu pengumpulan subjek studi penelitian kohort dibagi menjadi current cohort dan
hystorical cohort.
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 5
dalam penyusunan rencana program pelayanan kesehatan atau untuk memberikan
uji klinis dengan hasil yang memuaskan kemudian obat tersebut dipasarkan secara
Penelitian ini, walaupun intervensi dilakukan oleh peneliti, akan tetapi tidak
mencari hubungan sebab akibat, dibutuhkan dua kohort dimana satu kelompok
sebagai kelompok terpajan dan satu kelompok sebagai kelompok lagi yang tidak
terpajan.
terdiri dari sayur, tidak makan daging sapi setiap hari, tidak merokok, dan tiak minum
harinya terdiri dari daging, tidak makan sayur, merokok, dan minum alkohol. Hasil
penelitian menunjukan bahwa orang-orang dengan pola hidup seperti kelompok kedua
mempunyai resiko lebih besar timbulnya karsinoma mulut, faring, esofagus, lambung,
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 6
hati, dan paru-paru dibandingkan dengan gaya hidup sepert kelompok satu (Hirayama,
1985).
3. Current cohort
Penelitian kohort pada umumnya berupa current cohort yang berarti kelompok
kohor yang akan diamati dikumpulkan pada saat akan dilakukan penelitian dan diikuti
hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi IUD dengan kehamilan di luar rahim.
Subjek studi dan kelompok pasangan usia subur pemakai IUD sebagai
kelompok studi dan kelompok pasangan usia subur yang tidak menggunakan IUD,
di luar rahim dan insidens pada kedua kelompok tersebut dibandingkan untuk
luar rahim.
4. Hystorical cohort
Penelitian kohor juga dapat dilakukan terhadap kelompok kohor yang akibat
pajanannya telah terjadi sebelum penelitian dilakukan. Ini berarti pada keadaan awal,
intervensi serta akibatnya telah terjadi, namun prosesnya diikuti ke depan (prospektif)
yaitu dari sebab ke akibat. Penelitian kohort yang demikian disebut kohor historis
atau kohor retrospektif. Secara teoritis, hasil penelitian dengan hystorical cohort akan
sama dengan current cohort, tetapi dalam kenyataanya tidak demikian karena pada
umumnya data yang diperoleh rekam medis tidak lengkap dan variabilitas pemeriksa
tidak diketahui.
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 7
2.4 Karakteristik Studi Penelitian Kohort
1. Bersifat observasional
lintang kontrol
sampel (sampling bisa juga sampel untuk kasus dan untuk terpapar dan
fixed exposure
sampling
periode waktu
tertentu
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 8
sewaktu sewaktu
Rasio Risiko
Tujuan dari studi kohort adalah untuk membuktikan apakah faktor tertentu adalah
penyebab dari masalah atau penyakit. Dalam penelitian kohort seorang peneliti harus
Langkah awal dari suatu studi kohor adalah merumuskan masalah atau
penelitian yang lebih tepat/sesuai. Dari formulasi hipotesis tersebut, akan tercermin
berbagai variabel yang menjadi variabel penelitian, baik yang bersifat variabel
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 9
bebas, variabel terikat (dependent) maupun variabel-variabel lainnya yang harus
seperti berikut:
c. Populasi kohor mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up selama
penelitian;
Dalam penelitian kohort peneliti harus yakin bahwa kelompok kohort dan
menderita (suspect case) efek yang akan diteliti. Subjek yang terpilih dari populasi
harus memenuhi kriteria pemilihan meliputi kriteria inklusif dan eksklusif. Kriteria
inklusif adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan
populasi kontrol. Sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai
dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut
dapat dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini
Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang
telah memenuhi kriteria inklusif, namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 10
a. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu
mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.
3. Besarnya sampel
adanya pajanan atau tidak dan memperoleh sampel subyek terpajan perlu
populasi.
diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya kebenarannya antara lain
sebagai berikut:
hari seperti merokok, pola makanan, kebiasaan olah raga dan lain lain.
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 11
5. Identifikasi Subjek
Subjek pada pengamatan kohor dapat dengan efek negatif maupun dengan
efek positif. Pada studi kohor prospektif umpamanya, kedua kondisi ini dapat terjadi
pada akhir pengamatan di mana efek positif dan negatif dapat dijumpai baik pada
kelompok terpapar (kelompok target) maupun pada kelompok yang tidak terpapar
kelompok kontrol terbentuk secara alamiah, artinya diambil dari populasi kohor
keuntungan tersendiri karena: pertama, kedua kelompok (target dan kontrol) berasal
dari populasi yang sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok tersebut dapat
dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa taktor risiko internal (seperti
dapat pula sebagai faktor risiko eksternal (umpamanva adanya faktor lingkungan
seseorang terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). Di samping itu, pada
kelompok kontrol internal. Perbedaan faktor risiko antara dua kelompok yang
diamati dapat pula hanya berbeda pada intensitas, kualitas, dan waktu keterpaparan,
umpamanva perokok aktif dan mereka yang berada di sekitar perokok aktif tersebut.
terutama bila subjek yang diteliti jumlahnya cukup besar, atau bila proporsi subjek
dengan faktor risiko (kelompok target) jauh lebih besar bila dibanding dengan
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 12
kelompok kontrol. Namun dalam beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu
pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel terbatas,
atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil bila disbanding
dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila variabel luar cukup banyak
ragamnya, teknik matching akan sulit dilakukan, dan apabila tetap dipaksakan, akan
mengakibatkan jumlah subjek akan lebih kecil sehingga sulit mengambil kesimpulan
yang definitif.
menentukan hasil luaran secara standar, apa positif atau negatif (menderita atau tidak
menderita penyakit yang diteliti). Pada penelitian ini kemungkinan timbulnya negatif
Kelompok kontrol dalam penelitian kohor adalah kumpulan subjek yang tidak
Perbedaan antara kelompok target dengan kelompok kontrol dapat dalam beberapa
bentuk yaitu:
a. Pada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target dengan variabel
taktor risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol tanpa variabel tersebut pada
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 13
c. Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol dipilih dari
mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit (intensitas, kualitas,
kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih rendah) dibanding kelompok target.
dengan teknik matching. Keadaan tanpa teknik matching biasanya dilakukan pada
b. Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok yang
terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan kelompok tanpa
risiko (kontrol).
a. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko secara teliti
dan mendalam.
kohor tergantung pada karakteristik penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul,
dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan
timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya HBs-Ag
positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat sampai puluhan
tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok pasif (asap rokok sebagai
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 14
faktor risiko) dengan keadaan kelahiran bayi (BBLR) dari satu proses kehamilan
pengamatan tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir,
tetapi dapat pula dengan pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati secara
skala rasio.
dilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk
penilai tidak mengetahui apakah yang dinilainya adalah kelompok target atau
Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohor adalah
hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada pengamatan
yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu bila sejak awal
diketahui bahwa ada subjek yang akan berpindah tempat, sebaiknya tidak
diikutsertakan pada penelitian. Bila subjek dipilih dengan teknik matching, maka
setiap subjek yang hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari
pengamatan. Apabila jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar
pengamatan harus dihentikan. Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang dari
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 15
Hasil penelitian kohor biasanya dianalisis berdasarkan besarnya insiden
dengan kelompok kontrol. Dalam analisis demikian ini, selain mereka yang tidak
Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor keterpaparan
Menderita
Terpapar a B a+b
Tidak c D c+d
terpapar
+d
Keterangan:
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 16
b + d = juinlahmerekayangtidakmenderitapadaakhirpengamatan
c + d = jumlah mereka yang tidak terpapar pada awal pengamatan yang diamati
N = jumlah populasi
Risiko relatif (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif (Cumulatif Incidence
Ratio) adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (lebih besar atau lebih kecil)
risiko secara relatif untuk mengalami kejadian (penyakit atau kematian) pada
IR = a + b
Rate insiden yang tidak terpapar (IR ) : Jumlah pen-derita dari kelompok yang
Besarnya risiko relatif (RR) : rate insiden yang terpapar/rate insiden yang
tidak terpapar.
+
RR =
+
mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang tidak terpapar atau
Risiko relatif merupakan nilai perbandingan (rasio) antara rate insiden kelompok
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 17
terpapar dengan rate insiden kelompok yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan.
Bila nilai RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan dengan kejadian
penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positil di mana faktor keterpaparan
mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati. Makin besar nilai RR,
makin besar pula nilai kelipatan pengaruh tersebut. Sedangkan bila nilai RR < 1,
Selain nilai risiko relatit tersebut di atas, dikenal pula nilai perbedaan rate
insiden dari kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini disebut risiko atribut
(Attributable Risk). Besarnya risiko atribut (RA) adalah selisih antara rate insiden
penyakit. Kedua nilai tersebut di atas mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif
populasi tertentu.
apakah setiap nilai yang diperoleh pada pengamatan, memenuhi syarat serta betul-
betul sesuai dengan ketentuan penelitian. Di samping itu, nilai yang dicapai harus
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 18
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Studi Penelitian Kohort
dan kelemahan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan
penelitian.
1. Kelebihan
kelompok tidak terpajan hingga dapat dihitung risiko atribut dan risiko relatif
2. Kelemahan
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 19
b. Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar. Sebagai akibat dari besarnya sampel
yang dibutuhkan dan lamanya penelitian, dibutuhkan biaya yang besar dan untuk
c. Tidak efisien untuk penyakit yang jarang terjadi atau penyakit dengan fase laten
yang panjang.
d. Sering kali sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap dalam penelitian,
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
terpajan oleh faktor resiko dengan insidens penyakit pada kelompok yang tidak
penelitian
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Murti,Bhisma. 2011. Desain Studi. Institute of Health Economic and Policy Studies (IHEPS),
Surakarta.
Takeshi, Hirayama. 1985. Life Style Carrying Highest and Lowest Cancer Risk. National
cancer Research center Institute of Tokyo, japan, JAMA SEA Ed. Vol.1. No.1, p14.
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 22
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 23