Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan pada beberapa

tahun terakhir ini terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi pada bidang

kesehatan.

Pengetahuan tentang metodologi penelitian sangat penting karena masih terdapat

beberapa kelemahan dan kekurangan dari hasil peneltian yang dipublikasikan terutama

dalam hal metodologi penelitian dan biostatistika sangat diperlukan baginklinisi dan

pengelola layanan kesehatan agar dapat melakukan penelitian atau menelaah hasil

penelitian yang telah dipublikasikan.

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada

populasi. Studi penelitian epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori, yakni

epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Epidemiologi analitik terdiri dari

penelitian eksperimental dan penelitian observasional.

Studi eksperimental meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai

level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek dari berbagai level

intervensi itu. Studi observasional peneliti tidak sengaja memberikan intervensi,

melainkan hanya mengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan

menganalisis (membandingkan) perubahan pada variabel-variabel pada kondisi yang

alami. Studi observasional mencakup studi kohort, studi kasus kontrol, dan studi potong-

lintang.

Penelitian kohort merupakan salah satu penelitian observasional yang mengikuti

proses perjalanan penyakit ke arah depan berdasarkan urutan waktu. Penelitian kohort

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 1
juga merupakan penelitian intervensional, namun dalam hal ini intervensi tidak

dilakukan oleh peneliti, tetapi dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort

2. Mengetahui manfaat dan cirri-ciri penelitian kohort

3. Mengetahui macam-macam penelitian kohort

4. Mengetahui karakteristik studi kohort

5. Mengetahui langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort

6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan studi peneltian kohort

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort

Studi penelitian kohort adalah rancangan epidemiologi analitik secara prospektif

dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya hubungan sebab akibat dengan

membandingkan insidens penyakit pada kelompok studi yang terpajan oleh faktor resiko

dengan insidens penyakit pada kelompok yang tidak terpajan oleh faktor resiko sebagai

kontrol. Namun, dalam hal tertentu dapat bersifat deskriptif, misalnya mencari insidens

penyakit tertentu di suatu daerah (Budiarto,2003).

Penelitian dengan rancangan kohort, merupakan penelitian dimana peneliti

mengelompokan atau mengklasifikasikan kelompok terpapar dengan dengan tidak

terpapar, untuk kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidaknya

fenomena (Hikmawati, 2011)

Konsep dasar penelitian kohort, terdapat dua kelompok kohort, yaitu kelompok

yang terpajan oleh faktor risiko dan kelompok yang tidak terpajan oleh faktor risiko

sebagai kontrol. Alokasi kedua kelompok tidak dilakukan secara acak, tetapi ditentukan

berdasarkan kriteria subjek studi. Selanjutnya kedua kelompok tersebut diikuti secara

bersamaan dalam suatu periode waktu tertentu dan efek (insidens) pada kedua kelompok

di catat kemudian dibandingkan. Secara skematis struktur rancangan penelitian

prospektif dapat digambarkan sebagai berikut:

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 3
Keadaan awal Pengamatan Efek

Kelompok Studi/Terpapar (E) sakit (D)

tidak sakit (D)

Kelompok Kontrol/Tidak terpapar (E) sakit (D)

tidak sakit (D)

Dari skema di atas dapat diketahui bahwa pada penelitian kohort terdapat tiga

faktor yang disebut sebagai struktur anatomi penelitian kohort, yaitu:

1. Keadaan awal

2. Intervensi (pajanan oleh faktor resiko)

3. Pengamatan dan pencatatan insidens (Budiarto,2003).

2.2 Manfaat Penelitian Kohort

Manfaat penelitian prospektif (kohort) antara lain:

1. Mengetahui pertumbuhan normal yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu atau

yang disebut ontogenetik dan dalam hal ini yang bertindak sebagai intervensi

adalah waktu. Misalnya, mempelajari tumbuh kembang anak selama 5 tahun sejak

dilahirkan.

2. Penelitian kohort bermanfaat untuk mengetahui perjalanan penyakit alamiah

(patogenetik) dimana intervensi dilakukan oleh orang bersangkutan secara sengaja

(perokok, peminum alkohol) atau tidak disengaja, misalnya termakan atau

terminumnya makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri patogen. Misalnya,

mempelajari timbulnya (insidens) penyakit jantung koroner pada perokok. Dalam hal

ini penelitian kohort dimaksudkan utuk mengetahui hubungan antara faktor risiko

dengan penyakit yang ditiimbulkan.

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 4
3. Mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit (patogresif) yaitu sembuh, menjadi

semakin parah atau meninggal, misalnya:

a. Mempelajari perkembangna penyakit karsinoma payudara dari sejak terdiagnosa

sampai meninggal,

b. Penyakit varicella sejak timbul gejala sampai sembuh,

c. Penyakit bronkitis akut, yang menjadi semakin berat.

4. Manfaat lain penelitian kohort adalah untuk menentukan ada atau tidak adanya

hubungan sebab akibat antara terpajan oleh faktor risiko dengan insiden penyakit

yang ditimbulkan (Budiarto, 2003).

Ciri-ciri Penelitian Kohort :

Merupakan penelitian prospektif

Bersifat Observasional

Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat

Disebut juga studi insidens, karena memungkinkan penghitungan laju insidensi

dari masing-masing kelompok studi.

Terdapat kelompok control

Terdapat hipotesis spesifik

2.3 Macam-Macam Penelitian Kohort

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, penelitiaan kohor dibagi menjadi dua, yaitu

penelitian dengan satu kohor dan penelitian dengan dua kohor. Sedangkan ditinjau dari

waktu pengumpulan subjek studi penelitian kohort dibagi menjadi current cohort dan

hystorical cohort.

1. Penelitian dengan satu kohort

Penelitian dengan satu kohort merupakan penelitian prospektif yang bertujuan

untuk mencari insidens suatu penyakit di masyarakat sebagai bahan pertimbangan

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 5
dalam penyusunan rencana program pelayanan kesehatan atau untuk memberikan

informasi kepada masyarakat atau mengadakan evaluasi penggunaan obat baru.

Penelitian ini hanya menggunakan satu kohort dan bersifat deskriptif.

Misalnya, penelitian untuk menentukan efektivitas obat baru setelah dilakukan

uji klinis dengan hasil yang memuaskan kemudian obat tersebut dipasarkan secara

luas. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadpa hasil pengobatan dengan mengikuti

penderita yang telah mendapatkan pengobatan tersebut untuk mengetahui hasilnya.

Penelitian ini, walaupun intervensi dilakukan oleh peneliti, akan tetapi tidak

dimasukkan ke dalam eksperimen karena tidak menggunakan kelompok kontrol dan

intervensi. Penelitian ini dinamakan posttherapeutic survey atau pengalaman klinis

dalam pengobatan suatu penyakit dengan menggunakan obat baru.

2. Penelitian dengan dua kohort

Penelitian dengan dua kohort merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mencari hubungan sebab akibat, dibutuhkan dua kohort dimana satu kelompok

sebagai kelompok terpajan dan satu kelompok sebagai kelompok lagi yang tidak

terpajan.

Misalnya, hubungan antara perbedaan gaya hidup dengan timbunya berbagai

karsinoma. Penelitian ini dilakukan di Jepang dengan mengadakan pengamatan

selama 16 tahun terhadap kelompok penduduk dengan kebiasaan makan sehari-hari

terdiri dari sayur, tidak makan daging sapi setiap hari, tidak merokok, dan tiak minum

alkohol dibandngkan dengan kelompok penduduk yang kabiasaan amakan sehari-

harinya terdiri dari daging, tidak makan sayur, merokok, dan minum alkohol. Hasil

penelitian menunjukan bahwa orang-orang dengan pola hidup seperti kelompok kedua

mempunyai resiko lebih besar timbulnya karsinoma mulut, faring, esofagus, lambung,

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 6
hati, dan paru-paru dibandingkan dengan gaya hidup sepert kelompok satu (Hirayama,

1985).

3. Current cohort

Penelitian kohort pada umumnya berupa current cohort yang berarti kelompok

kohor yang akan diamati dikumpulkan pada saat akan dilakukan penelitian dan diikuti

perkembangannya. Ini berarti bahwa akibat intervensi belum terjadi, misalnya

hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi IUD dengan kehamilan di luar rahim.

Subjek studi dan kelompok pasangan usia subur pemakai IUD sebagai

kelompok studi dan kelompok pasangan usia subur yang tidak menggunakan IUD,

tetapi mempunyai potensi untuk menggunakan IUD sebagai kelompok kontrol.

Selanjutnya, kedua kelompok tersebut diikuti untuk menemukan insidens kehamilan

di luar rahim dan insidens pada kedua kelompok tersebut dibandingkan untuk

mengetahui apakah terdapat hubbungan antara pemakaian IUD dengan kehamilan di

luar rahim.

4. Hystorical cohort

Penelitian kohor juga dapat dilakukan terhadap kelompok kohor yang akibat

pajanannya telah terjadi sebelum penelitian dilakukan. Ini berarti pada keadaan awal,

intervensi serta akibatnya telah terjadi, namun prosesnya diikuti ke depan (prospektif)

yaitu dari sebab ke akibat. Penelitian kohort yang demikian disebut kohor historis

atau kohor retrospektif. Secara teoritis, hasil penelitian dengan hystorical cohort akan

sama dengan current cohort, tetapi dalam kenyataanya tidak demikian karena pada

umumnya data yang diperoleh rekam medis tidak lengkap dan variabilitas pemeriksa

tidak diketahui.

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 7
2.4 Karakteristik Studi Penelitian Kohort

1. Bersifat observasional

2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat

3. Disebut sebagai studi insidens

4. Terdapat kelompok kontrol

5. Terdapat hipotesis spesifik

6. Merupakan penelitian prospektif

7. Intervensi dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan

Tabel 1. Perbandingan tiga desain studi observasional (Murti, 2011).

Kriteria Studi potong- Studi kasus- Studi kohor

lintang kontrol

Desain pemilihan Sampel random, Sampel terpisah Sampel terpisah

sampel (sampling bisa juga sampel untuk kasus dan untuk terpapar dan

design) terpisah, yaitu kontrol (fixed- tak terpapar

fixed disease disease sampling) (fixed-exposure

sampling, atau sampling)

fixed exposure

sampling

Arah pengusutan Non-directional, Retrospektif Prospektif /

satu titik waktu follow-up selama

periode waktu

tertentu

Kronologi Data historis Data historis Data historis mau-

pengumpulan data maupun data maupun data pun data sewaktu

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 8
sewaktu sewaktu

Kualitas bukti Hanya hubungan Kausalitas awal Kausalitas dengan

kausasi antara penyakit bukti sekuensi

dan faktor risiko temporal

Ukuran risiko Prevalensi (P) Odds sebagai Insidensi (R,

sebagai pengganti pengganti risiko Risiko), Incidence

risiko Rate (IR)

Perbandingan Prevalence Ratio Odds Ratio (OR) Rasio Risiko (RR),

risiko (PR), Prevalence sebagai pengganti Icidence Rate

Odds Ratio (POR) Rasio Risiko Ratio (IRR), Odds

sebagai pengganti Ratio (OR)

Rasio Risiko

2.5 Langkah-langkah Kegiatan pada Penelitian Kohort

Tujuan dari studi kohort adalah untuk membuktikan apakah faktor tertentu adalah

penyebab dari masalah atau penyakit. Dalam penelitian kohort seorang peneliti harus

melakukan persiapan disertai dengan tahapan-tahapan kegiatan yang sistematis untuk

memudahkan pelaksanaan penelitian sehingga tujuan dari penelitiannya tercapai.

Langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort adalah sebagai berikut dalam

Iswandi (2009) adalah:

1. Merumuskan pertanyaan penelitian

Langkah awal dari suatu studi kohor adalah merumuskan masalah atau

pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti merumuskan hipotesis

penelitian yang lebih tepat/sesuai. Dari formulasi hipotesis tersebut, akan tercermin

berbagai variabel yang menjadi variabel penelitian, baik yang bersifat variabel

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 9
bebas, variabel terikat (dependent) maupun variabel-variabel lainnya yang harus

menjadi perhatian peneliti, antara lain variabel kendali (kontrol), variabel

pengganggu serta variabel lainnya yang harus dipertimbangkan.

2. Penetapan populasi kohort

Dalam memilih populasi kohor harus diperhatikan beberapa hal tertentu

seperti berikut:

a. Populasi kohor sedapat mungkin agak stabil

b. Populasi kohor dapat bekerja sama selama penelitian

c. Populasi kohor mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up selama

penelitian;

d. Populasi kohor memiliki derajat keterpaparan yang cukup

e. Anggota kohor tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.

Dalam penelitian kohort peneliti harus yakin bahwa kelompok kohort dan

kelompok kontrol betul-betul tidak sedang menderita atau dicurigai sedang

menderita (suspect case) efek yang akan diteliti. Subjek yang terpilih dari populasi

harus memenuhi kriteria pemilihan meliputi kriteria inklusif dan eksklusif. Kriteria

inklusif adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan

populasi kontrol. Sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai

dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut

dapat dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini

harus dijelaskan dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut yang

merupakan jarak antaraidealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi.

Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang

telah memenuhi kriteria inklusif, namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena

beberapa hal antara lain:

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 10
a. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu

pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian, umpamanya bila terdapat

predisposisi atau faktor genetis yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.

b. Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi, umpamanya

mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.

c. Adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat

untuk dapat berpartisipasi.

d. Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi.

3. Besarnya sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian kohort dimulai dengan melihat

adanya pajanan atau tidak dan memperoleh sampel subyek terpajan perlu

memeriksa sampel subyek, yang banyaknya tergantung proporsi pajanan di

populasi.

4. Sumber keterangan keterpaparan

Sumber keterangan tentang adanya dan besarnya derajat keterpaparan dapat

diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya kebenarannya antara lain

sebagai berikut:

a. Status/kartu pemeriksaan kesehatan berkala dengan berbagai sifat

tertentuseperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain lain.

b. Kartu pelayanan kesehatan khusus seperti kartu KB, kartu pengobatan

radiologis dan lain lain.

c. Wawancara langsung dengan anggota kohor, terutama tentang kebiasaan sehari

hari seperti merokok, pola makanan, kebiasaan olah raga dan lain lain.

d. Keterangan hasil pemeriksaan Lingkungan (fisik, biologis dan sosial) termasuk

lingkungan kerja, tempat tinggal, dan lain lain.

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 11
5. Identifikasi Subjek

Subjek pada pengamatan kohor dapat dengan efek negatif maupun dengan

efek positif. Pada studi kohor prospektif umpamanya, kedua kondisi ini dapat terjadi

pada akhir pengamatan di mana efek positif dan negatif dapat dijumpai baik pada

kelompok terpapar (kelompok target) maupun pada kelompok yang tidak terpapar

(kelompok kontrol). Pada pengamatan kohor prospektif dengan kontrol internal,

kelompok kontrol terbentuk secara alamiah, artinya diambil dari populasi kohor

yang tidak terpapar dengan faktor resiko yang diamati.

Pada bentuk kohor dengan pembanding internal seperti ini, mempunyai

keuntungan tersendiri karena: pertama, kedua kelompok (target dan kontrol) berasal

dari populasi yang sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok tersebut dapat

dilakukan follow-up dengan tata cara dan waktu yang sama.

Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko pada kelompok target

dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa taktor risiko internal (seperti

rentannya kelompok target terhadap gangguan kesehatan atau penyakit tertentu),

dapat pula sebagai faktor risiko eksternal (umpamanva adanya faktor lingkungan

atau perilaku maupun kepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah

seseorang terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). Di samping itu, pada

kelompok kontrol internal. Perbedaan faktor risiko antara dua kelompok yang

diamati dapat pula hanya berbeda pada intensitas, kualitas, dan waktu keterpaparan,

umpamanva perokok aktif dan mereka yang berada di sekitar perokok aktif tersebut.

Pada penelitian kohor, pemilihan anggota kelompok kontrol biasanya tidak

diperlukan teknik matching (penyesuaian) dengan anggota kelompok target,

terutama bila subjek yang diteliti jumlahnya cukup besar, atau bila proporsi subjek

dengan faktor risiko (kelompok target) jauh lebih besar bila dibanding dengan

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 12
kelompok kontrol. Namun dalam beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu

dipertimbangkan, misalnya apabila peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh

pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel terbatas,

atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil bila disbanding

dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila variabel luar cukup banyak

ragamnya, teknik matching akan sulit dilakukan, dan apabila tetap dipaksakan, akan

mengakibatkan jumlah subjek akan lebih kecil sehingga sulit mengambil kesimpulan

yang definitif.

Untuk penelitan kohor, perlu mendapatkan perhatian utama dalam

menentukan hasil luaran secara standar, apa positif atau negatif (menderita atau tidak

menderita penyakit yang diteliti). Pada penelitian ini kemungkinan timbulnya negatif

palsu cukup besar bila tidak dilakukan standar penentuan diagnosis.

6. Memilih kelompok kontrol (pembanding)

Kelompok kontrol dalam penelitian kohor adalah kumpulan subjek yang tidak

mengalami pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan kelompok target.

Perbedaan antara kelompok target dengan kelompok kontrol dapat dalam beberapa

bentuk yaitu:

a. Pada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target dengan variabel

taktor risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol tanpa variabel tersebut pada

populasi vang sama.

b. Subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya berupa variabel

lingkungan, di mana kelompok target berada/hidup pada lingkungan tersebut

sedangkan kelompok kontrol bebas dari pengaruh lingkungan bersangkutan.

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 13
c. Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol dipilih dari

mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit (intensitas, kualitas,

kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih rendah) dibanding kelompok target.

Pemilihan kelompok kontrol pada rancangan kohor biasanya tidak disertai

dengan teknik matching. Keadaan tanpa teknik matching biasanya dilakukan pada

pemilihan kelompok kontrol seperti berikut:

a. Penelitian yang melibatkan subjek yang besar.

b. Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok yang

terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan kelompok tanpa

risiko (kontrol).

Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada pemilihan

kelompok kontrol adalah pada kondisi berikut:

a. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko secara teliti

dan mendalam.

b. Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.

c. Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.

7. Pengamatan hasil luaran (timbulnya kejadian)

Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan secara

bersamaan selama jangka waktu tertentu. Lamanya waktu pengamatan prospektif

kohor tergantung pada karakteristik penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul,

dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan

penyakit/masalah kesehatan yang diteliti. Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya

timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya HBs-Ag

positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat sampai puluhan

tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok pasif (asap rokok sebagai

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 14
faktor risiko) dengan keadaan kelahiran bayi (BBLR) dari satu proses kehamilan

dibutuhkan masa pengamatan hanya 9 bulan untuk setiap subjek.

Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan hanya

pengamatan tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir,

tetapi dapat pula dengan pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati secara

periodik menurut interval waktu tertentu, termasuk pengamatan pada akhir

penelitian. Di samping itu, dapat pula dilakukan analisis perbandingan antara

kelompok target dan kelompok kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu

sebagai unit analisis sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan

skala rasio.

Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat harus

dilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk

mengurangi bias, sebaiknya penilaian dilakukan dengan sistem "blind" di mana

penilai tidak mengetahui apakah yang dinilainya adalah kelompok target atau

kelompok kontrol, walaupun hal demikian agak sulit diterapkan.

Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohor adalah

hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada pengamatan

yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu bila sejak awal

diketahui bahwa ada subjek yang akan berpindah tempat, sebaiknya tidak

diikutsertakan pada penelitian. Bila subjek dipilih dengan teknik matching, maka

setiap subjek yang hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari

pengamatan. Apabila jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar

pengamatan harus dihentikan. Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang dari

pengamatan, dapat dilakukan perhitungan person years pada akhir pengamatan.

8. Perhitungan hasil penelitian (insinden dan risiko)

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 15
Hasil penelitian kohor biasanya dianalisis berdasarkan besarnya insiden

kejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Dalam analisis demikian ini, selain mereka yang tidak

terpapar sebagai kelompok kontrol, juga dimungkinkan membandingkan tingkat

keterpaparan yang berbeda antarakelompok target dengan kelompok kontrol. Hasil

perhitungan adalah dengan menentukan besarnya pengaruh keterpaparan atau

hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil luaran (efek).

Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor keterpaparan

terhadap kejadian adalah tingkat risiko relatif(RR).

Tabel 2. Analisis Tingkat Resiko

Menderita Tidak Jumlah

Menderita

Terpapar a B a+b

Tidak c D c+d

terpapar

jumlah a+c b+d N= a + b +c

+d

Keterangan:

a = jumlah yang terpapar dan menderita

b = jumlah yang terpapar dan tidak menderita

c = jumlah yang tidak terpapar dan menderita

d = jumlah yang tidak terpapar dan tidak menderita

a + c = jumlah seluruhnya yang menderita pada akhir pengamatan

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 16
b + d = juinlahmerekayangtidakmenderitapadaakhirpengamatan

a + b = jumlah mereka yang terpapar pada awal pengamatan

c + d = jumlah mereka yang tidak terpapar pada awal pengamatan yang diamati

N = jumlah populasi

Risiko relatif (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif (Cumulatif Incidence

Ratio) adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (lebih besar atau lebih kecil)

risiko secara relatif untuk mengalami kejadian (penyakit atau kematian) pada

populasi terpapar bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar.

Rate insiden (IR) umum adalah Jumlah penderita/jumlah yang diamati

IR = a + b

Rate insiden kelompok terpapar (IRT): Jumlah penderita dari kelompok

terpapar/ jumlah semua anggota kohor yang terpapar



IRT = +

Rate insiden yang tidak terpapar (IR ) : Jumlah pen-derita dari kelompok yang

tidak terpapar/jumlah anggota kohor yang tidak terpapar



IRtt = +

Besarnya risiko relatif (RR) : rate insiden yang terpapar/rate insiden yang

tidak terpapar.

+
RR =
+

Nilai RR menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk menderita bagi

mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang tidak terpapar atau

memperlihatkan besarnya pengaruh keterpaparan terhadap timbulnya penyakit.

Risiko relatif merupakan nilai perbandingan (rasio) antara rate insiden kelompok

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 17
terpapar dengan rate insiden kelompok yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan.

Bila nilai RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan dengan kejadian

penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positil di mana faktor keterpaparan

mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati. Makin besar nilai RR,

makin besar pula nilai kelipatan pengaruh tersebut. Sedangkan bila nilai RR < 1,

artinya keterpaparan bukan merupakan risiko kejadian penyakit, tetapi mempunyai

efek pencegahan terjadinya penyakit.

Selain nilai risiko relatit tersebut di atas, dikenal pula nilai perbedaan rate

insiden dari kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini disebut risiko atribut

(Attributable Risk). Besarnya risiko atribut (RA) adalah selisih antara rate insiden

kelompok terpapar dengan rate insiden kelompok yang tidak terpapar.



Resiko Artrtibut = + - + atau RA = IR t IR tt

Nilai RA ini menunjukkan besarnya pengaruh bila faktor keterpaparan

dihilangkan atau untuk melihat besarnya kemungkinan dalam usaha pencegahan

penyakit. Kedua nilai tersebut di atas mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif

menunjukkan berapa besarnya pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian

penyakit maupun kematian, sedangkan risiko atribut mempunyai kepentingan dalam

kesehatan masyarakat di mana frekuensi kejadian dapat diperki-rakan pada suatu

populasi tertentu.

Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohor, harus dianalisis

apakah setiap nilai yang diperoleh pada pengamatan, memenuhi syarat serta betul-

betul sesuai dengan ketentuan penelitian. Di samping itu, nilai yang dicapai harus

memberikan gambaran hubungan penyebab (causality associated) dengan

memperhatikan syarat-syarat yang telah dikemukakan terdahulu.

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 18
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Studi Penelitian Kohort

Penelitian kohort dengan rancangan prospektif mempunyai beberapa kelebihan

dan kelemahan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan

penelitian.

1. Kelebihan

a. Penelitian prospektif dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan

faktor risiko yang diperkirakan sebagai penyebab timbulnya suatu penyakit.

b. Dapat digunakan untuk menghitung insiden rate secara langsung.

c. Dapat digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dengan

perjalannya waktu atau perjalanan penyakit alamiah.

d. Dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko kelompok terpajan dan

kelompok tidak terpajan hingga dapat dihitung risiko atribut dan risiko relatif

atau population atributablerisk (PAR) secara langsung.

e. Dapat bersifat deskriptif, misalnya pengalaman pengobatan dengan obat baru

yang dicatat kemudian dianalisis.

f. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari berbagai efek terhadap

suatu pajanan hingga dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam.

2. Kelemahan

Disamping beberapa keuntungan yang ada, penelitian kohort juga mempunyai

kelemahan sebagai berikut:

a. Pada umumnya, penelitian prospektif membutuhkan waktu yang sangat lama,

misalnya penelitian tentang hubungan antara gaya hidup dengan timbulnya

berbagai macam karsinoma di Jepang membutuhkan waktu 16 tahun atau

penelitian tetang hubungan antara alkohol dengan hemorage stroke yang

membutuhkan waktu 12 tahun.

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 19
b. Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar. Sebagai akibat dari besarnya sampel

yang dibutuhkan dan lamanya penelitian, dibutuhkan biaya yang besar dan untuk

mengadakna pengamatan dibutuhkan lebih banyak tenaga.

c. Tidak efisien untuk penyakit yang jarang terjadi atau penyakit dengan fase laten

yang panjang.

d. Sering kali sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap dalam penelitian,

terutama bila pengamatan dilakukan berulang-ulang dan mebutuhkan waktu

yang lama karena penderita menjadi bosan (Budiarto, 2003).

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Studi penelitian kohortadalah rancangan epidemiologi analitik secara prospektif

dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya hubungan sebab

akibat dengan membandingkan insidens penyakit pada kelompok studi yang

terpajan oleh faktor resiko dengan insidens penyakit pada kelompok yang tidak

terpajan oleh faktor resiko sebagai kontrol.

2) Karakteristik Studi Penelitian Kohort yaitu bersifat observasional, pengamatan

dilakukan dari sebab ke akibat, studi insidens, terdapat kelompok kontrol,

terdapat hipotesis spesifik, merupakan penelitian prospektif dan intervensi

dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan

3) Jenis-jenis penelitian studi kohort yaitu penelitian dengan satu kohort,

penelitian dengan dua kohort, current kohort, dan hystorical kohort.

4) Langkah-langkah kegiatan pada penelitian kohort yaitu merumuskan

pertanyaan penelitian, penetapan populasi kohort, menentukan besarnya

sampel. Sumber keterangan keterpaparan, identifikasi subjek, memilih

kelompok pembanding, pengamatan hasil luaran, dan perhitungan hasil

penelitian

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 21
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta.

Hikmawati, Isna.2011. Buku Ajar Epidemiologi.Nuha Medika: Yogyakarta

Iswandi.2009. Penelitian Kohort. Program Pasca Sarjana Departemen Biostatistik dan

Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Murti,Bhisma. 2011. Desain Studi. Institute of Health Economic and Policy Studies (IHEPS),

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret:

Surakarta.

Takeshi, Hirayama. 1985. Life Style Carrying Highest and Lowest Cancer Risk. National

cancer Research center Institute of Tokyo, japan, JAMA SEA Ed. Vol.1. No.1, p14.

FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 22
FARMAKOEPIDEMIOLOGI Page 23

Anda mungkin juga menyukai