Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan pada
beberapa tahun terakhir ini terus meningkat seiring dengan kemajuan
teknologi pada bidang kesehatan.
Pengetahuan tentang metodologi penelitian sangat penting karena
masih terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dari hasil peneltian yang
dipublikasikan terutama dalam hal metodologi penelitian dan biostatistika
sangat diperlukan baginklinisi dan pengelola layanan kesehatan agar dapat
melakukan penelitian atau menelaah hasil penelitian yang telah
dipublikasikan.
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit
pada populasi. Studi penelitian epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori,
yakni epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Epidemiologi
analitik terdiri dari penelitian eksperimental dan penelitian observasional.
Studi eksperimental meneliti efek intervensi dengan cara memberikan
berbagai level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek
dari berbagai level intervensi itu. Studi observasional peneliti tidak sengaja
memberikan intervensi, melainkan hanya mengamati (mengukur), mencatat,
mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis (membandingkan) perubahan
pada variabel-variabel pada kondisi yang alami. Studi observasional
mencakup studi kohort, studi kasus kontrol, dan studi potong-lintang.
Penelitian kohort merupakan salah satu penelitian observasional yang
mengikuti proses perjalanan penyakit ke arah depan berdasarkan urutan
waktu. Penelitian kohort juga merupakan penelitian intervensional, namun
dalam hal ini intervensi tidak dilakukan oleh peneliti, tetapi dilakukan oleh
alam atau orang yang bersangkutan.

1
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort
2. Mengetahui manfaat penelitian kohort
3. Mengetahui macam-macam penelitian kohort
4. Mengetahui karakteristik studi kohort
5. Mengetahui langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort
6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan studi peneltian kohort

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Konsep Studi Penelitian Kohort


Studi penelitian kohort adalah rancangan epidemiologi analitik secara
prospektif dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya
hubungan sebab akibat dengan membandingkan insidens penyakit pada
kelompok studi yang terpajan oleh faktor resiko dengan insidens penyakit
pada kelompok yang tidak terpajan oleh faktor resiko sebagai kontrol.
Namun, dalam hal tertentu dapat bersifat deskriptif, misalnya mencari
insidens penyakit tertentu di suatu daerah (Budiarto,2003).
Konsep dasar penelitian kohort, terdapat dua kelompok kohort, yaitu
kelompok yang terpajan oleh faktor risiko dan kelompok yang tidak terpajan
oleh faktor risiko sebagai kontrol. Alokasi kedua kelompok tidak dilakukan
secara acak, tetapi ditentukan berdasarkan kriteria subjek studi. Selanjutnya
kedua kelompok tersebut diikuti secara bersamaan dalam suatu periode waktu
tertentu dan efek (insidens) pada kedua kelompok di catat kemudian
dibandingkan. Secara skematis struktur rancangan penelitian prospektif dapat
digambarkan sebagai berikut:

Keadaan awal Pengamatan Efek

Kelompok Studi/Terpapar (E) sakit (D)

tidak sakit (D)

Kelompok Kontrol/Tidak terpapar (E) sakit (D)


tidak sakit (D)

3
Dari skema di atas dapat diketahui bahwa pada penelitian kohort
terdapat tiga faktor yang disebut sebagai struktur anatomi penelitian kohort,
yaitu:
1. Keadaan awal
2. Intervensi (pajanan oleh faktor resiko)
3. Pengamatan dan pencatatan insidens (Budiarto,2003).

B. Manfaat Penelitian Kohort


Manfaat penelitian prospektif (kohort) antara lain:
1. Mengetahui pertumbuhan normal yang terjadi seiring dengan berjalannya
waktu atau yang disebut ontogenetik dan dalam hal ini yang bertindak
sebagai “intervensi” adalah “waktu”. Misalnya, mempelajari tumbuh
kembang anak selama 5 tahun sejak dilahirkan.
2. Penelitian kohort bermanfaat untuk mengetahui perjalanan penyakit
alamiah (patogenetik) dimana “intervensi” dilakukan oleh orang
bersangkutan secara sengaja (perokok, peminum alkohol) atau tidak
disengaja, misalnya termakan atau terminumnya makanan atau minuman
yang tercemar oleh bakteri patogen. Misalnya, mempelajari timbulnya
(insidens) penyakit jantung koroner pada perokok. Dalam hal ini
penelitian kohort dimaksudkan utuk mengetahui hubungan antara faktor
risiko dengan penyakit yang ditiimbulkan.
3. Mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit (patogresif) yaitu sembuh,
menjadi semakin parah atau meninggal, misalnya:
a. Mempelajari perkembangna penyakit karsinoma payudara dari sejak
terdiagnosa sampai meninggal,
b. Penyakit varicella sejak timbul gejala sampai sembuh,
c. Penyakit bronkitis akut, yang menjadi semakin berat.
4. Manfaat lain penelitian kohort adalah untuk menentukan ada atau tidak
adanya hubungan sebab akibat antara terpajan oleh faktor risiko dengan
insiden penyakit yang ditimbulkan (Budiarto, 2003).

4
C. Macam-Macam Penelitian Kohort
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, penelitiaan kohor dibagi
menjadi dua, yaitu penelitian dengan satu kohor dan penelitian dengan dua
kohor. Sedangkan ditinjau dari waktu pengumpulan subjek studi penelitian
kohort dibagi menjadi current cohort dan hystorical cohort.
1. Penelitian dengan satu kohort
Penelitian dengan satu kohort merupakan penelitian prospektif
yang bertujuan untuk mencari insidens suatu penyakit di masyarakat
sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana program
pelayanan kesehatan atau untuk memberikan informasi kepada masyarakat
atau mengadakan evaluasi penggunaan obat baru. Penelitian ini hanya
menggunakan satu kohort dan bersifat deskriptif.
Misalnya, penelitian untuk menentukan efektivitas obat baru
setelah dilakukan uji klinis dengan hasil yang memuaskan kemudian obat
tersebut dipasarkan secara luas. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadpa
hasil pengobatan dengan mengikuti penderita yang telah mendapatkan
pengobatan tersebut untuk mengetahui hasilnya.
Penelitian ini, walaupun intervensi dilakukan oleh peneliti, akan
tetapi tidak dimasukkan ke dalam eksperimen karena tidak menggunakan
kelompok kontrol dan intervensi. Penelitian ini dinamakan posttherapeutic
survey atau pengalaman klinis dalam pengobatan suatu penyakit dengan
menggunakan obat baru.
2. Penelitian dengan dua kohort
Penelitian dengan dua kohort merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mencari hubungan sebab akibat, dibutuhkan dua kohort dimana satu
kelompok sebagai kelompok terpajan dan satu kelompok sebagai
kelompok lagi yang tidak terpajan.
Misalnya, hubungan antara perbedaan gaya hidup dengan timbunya
berbagai karsinoma. Penelitian ini dilakukan di Jepang dengan
mengadakan pengamatan selama 16 tahun terhadap kelompok penduduk
dengan kebiasaan makan sehari-hari terdiri dari sayur, tidak makan daging

5
sapi setiap hari, tidak merokok, dan tiak minum alkohol dibandngkan
dengan kelompok penduduk yang kabiasaan amakan sehari-harinya terdiri
dari daging, tidak makan sayur, merokok, dan minum alkohol. Hasil
penelitian menunjukan bahwa orang-orang dengan pola hidup seperti
kelompok kedua mempunyai resiko lebih besar timbulnya karsinoma
mulut, faring, esofagus, lambung, hati, dan paru-paru dibandingkan
dengan gaya hidup sepert kelompok satu (Hirayama, 1985).
3. Current cohort
Penelitian kohort pada umumnya berupa current cohort yang
berarti kelompok kohor yang akan diamati dikumpulkan pada saat akan
dilakukan penelitian dan diikuti perkembangannya. Ini berarti bahwa
akibat intervensi belum terjadi, misalnya hubungan antara pemakaian alat
kontrasepsi IUD dengan kehamilan di luar rahim.
Subjek studi dan kelompok pasangan usia subur pemakai IUD
sebagai kelompok studi dan kelompok pasangan usia subur yang tidak
menggunakan IUD, tetapi mempunyai potensi untuk menggunakan IUD
sebagai kelompok kontrol. Selanjutnya, kedua kelompok tersebut diikuti
untuk menemukan insidens kehamilan di luar rahim dan insidens pada
kedua kelompok tersebut dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat
hubbungan antara pemakaian IUD dengan kehamilan di luar rahim.
4. Hystorical cohort
Penelitian kohor juga dapat dilakukan terhadap kelompok kohor
yang akibat pajanannya telah terjadi sebelum penelitian dilakukan. Ini
berarti pada keadaan awal, intervensi serta akibatnya telah terjadi, namun
prosesnya diikuti ke depan (prospektif) yaitu dari sebab ke akibat.
Penelitian kohort yang demikian disebut kohor historis atau kohor
retrospektif. Secara teoritis, hasil penelitian dengan hystorical cohort akan
sama dengan current cohort, tetapi dalam kenyataanya tidak demikian
karena pada umumnya data yang diperoleh rekam medis tidak lengkap dan
variabilitas pemeriksa tidak diketahui.

6
D. Karakteristik Studi Penelitian Kohort
1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Merupakan penelitian prospektif
7. Intervensi dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan

Tabel 1. Perbandingan tiga desain studi observasional


Kriteria Studi potong- Studi kasus- Studi kohor
lintang kontrol
Desain pemilihan Sampel random, Sampel terpisah Sampel terpisah
sampel (sampling bisa juga sampel untuk kasus dan untuk terpapar dan
design) terpisah, yaitu kontrol (fixed- tak terpapar
fixed disease disease sampling) (fixed-exposure
sampling, atau sampling)
fixed exposure
sampling
Arah pengusutan Non-directional, Retrospektif Prospektif /
satu titik waktu follow-up selama
periode waktu
tertentu
Kronologi Data historis Data historis Data historis mau-
pengumpulan data maupun data maupun data pun data sewaktu
sewaktu sewaktu
Kualitas bukti Hanya hubungan Kausalitas awal Kausalitas dengan
kausasi antara penyakit bukti sekuensi
dan faktor risiko temporal
Ukuran risiko Prevalensi (P) Odds sebagai Insidensi (R,
sebagai pengganti pengganti risiko Risiko), Incidence
risiko Rate (IR)
Perbandingan Prevalence Ratio Odds Ratio (OR) Rasio Risiko (RR),

7
risiko (PR), Prevalence sebagai pengganti Icidence Rate
Odds Ratio (POR) Rasio Risiko Ratio (IRR), Odds
sebagai pengganti Ratio (OR)
Rasio Risiko
(Murti, 2011).

E. Langkah-langkah Kegiatan pada Penelitian Kohort


Tujuan dari studi kohort adalah untuk membuktikan apakah faktor
tertentu adalah penyebab dari masalah atau penyakit. Dalam penelitian kohort
seorang peneliti harus melakukan persiapan disertai dengan tahapan-tahapan
kegiatan yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan penelitian
sehingga tujuan dari penelitiannya tercapai.
Langkah-langkah kegiatan dalam penelitian kohort adalah sebagai
berikut dalam Iswandi (2009) adalah:
1. Merumuskan pertanyaan penelitian
Langkah awal dari suatu studi kohor adalah merumuskan masalah
atau pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti
merumuskan hipotesis penelitian yang lebih tepat/sesuai. Dari formulasi
hipotesis tersebut, akan tercermin berbagai variabel yang menjadi
variabel penelitian, baik yang bersifat variabel bebas, variabel terikat
(dependent) maupun variabel-variabel lainnya yang harus menjadi
perhatian peneliti, antara lain variabel kendali (kontrol), variabel
pengganggu serta variabel lainnya yang harus dipertimbangkan.
2. Penetapan populasi kohort
Dalam memilih populasi kohor harus diperhatikan beberapa hal
tertentu seperti berikut:
a. Populasi kohor sedapat mungkin agak stabil
b. Populasi kohor dapat bekerja sama selama penelitian
c. Populasi kohor mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up
selama penelitian;
d. Populasi kohor memiliki derajat keterpaparan yang cukup

8
e. Anggota kohor tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.
Dalam penelitian kohort peneliti harus yakin bahwa kelompok
kohort dan kelompok kontrol betul-betul tidak sedang menderita atau
dicurigai sedang menderita (suspect case) efek yang akan diteliti. Subjek
yang terpilih dari populasi harus memenuhi kriteria pemilihan meliputi
kriteria inklusif dan eksklusif. Kriteria inklusif adalah karakteristik
umum subjek penelitian pada populasi target dan populasi kontrol. Sering
terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai dengan masalah
penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut dapat
dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini
harus dijelaskan dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut
yang merupakan jarak antara idealis ilmiah dengan kondisi yang
dihadapi.
Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek penelitian, sebagian
subjek yang telah memenuhi kriteria inklusif, namun harus dikeluarkan
dari pengamatan karena beberapa hal antara lain:
a. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat
mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian,
umpamanya bila terdapat predisposisi atau faktor genetis yang dapat
mempengaruhi hasil pengamatan.
b. Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi,
umpamanya mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap
sehingga sulit diamati.
c. Adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun
masyarakat untuk dapat berpartisipasi.
d. Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi.
3. Besarnya sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian kohort  dimulai  dengan 
melihat adanya pajanan atau tidak dan memperoleh sampel subyek
terpajan perlu memeriksa sampel subyek, yang banyaknya tergantung
proporsi pajanan di populasi.

9
4. Sumber keterangan keterpaparan
Sumber keterangan tentang adanya dan besarnya derajat
keterpaparan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya
kebenarannya antara lain sebagai berikut:
a. Status/kartu pemeriksaan kesehatan berkala dengan berbagai sifat
tertentu seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain lain.
b. Kartu pelayanan kesehatan khusus seperti kartu KB, kartu
pengobatan radiologis dan lain lain.
c. Wawancara langsung dengan anggota kohor, terutama tentang
kebiasaan sehari hari seperti merokok, pola makanan, kebiasaan olah
raga dan lain lain.
d. Keterangan hasil pemeriksaan Lingkungan (fisik, biologis dan
sosial) termasuk lingkungan kerja, tempat tinggal, dan lain lain.
5. Identifikasi Subjek
Subjek pada pengamatan kohor dapat dengan efek negatif maupun
dengan efek positif. Pada studi kohor prospektif umpamanya, kedua
kondisi ini dapat terjadi pada akhir pengamatan di mana efek positif dan
negatif dapat dijumpai baik pada kelompok terpapar (kelompok target)
maupun pada kelompok yang tidak terpapar (kelompok kontrol). Pada
pengamatan kohor prospektif dengan kontrol internal, kelompok kontrol
terbentuk secara alamiah, artinya diambil dari populasi kohor yang tidak
terpapar dengan faktor resiko yang diamati.
Pada bentuk kohor dengan pembanding internal seperti ini,
mempunyai keuntungan tersendiri karena: pertama, kedua kelompok
(target dan kontrol) berasal dari populasi yang sama, dan kedua, terhadap
kedua kelompok tersebut dapat dilakukan follow-up dengan tata cara dan
waktu yang sama.
Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko pada
kelompok target dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa
taktor risiko internal (seperti rentannya kelompok target terhadap
gangguan kesehatan atau penyakit tertentu), dapat pula sebagai faktor

10
risiko eksternal (umpamanva adanya faktor lingkungan atau perilaku
maupun kepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah
seseorang terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). Di
samping itu, pada kelompok kontrol internal. Perbedaan faktor risiko
antara dua kelompok yang diamati dapat pula hanya berbeda pada
intensitas, kualitas, dan waktu keterpaparan, umpamanva perokok aktif
dan mereka yang berada di sekitar perokok aktif tersebut.
Pada penelitian kohor, pemilihan anggota kelompok kontrol
biasanya tidak diperlukan teknik matching (penyesuaian) dengan anggota
kelompok target, terutama bila subjek yang diteliti jumlahnya cukup
besar, atau bila proporsi subjek dengan faktor risiko (kelompok target)
jauh lebih besar bila dibanding dengan kelompok kontrol. Namun dalam
beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu dipertimbangkan,
misalnya apabila peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh
pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel
terbatas, atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil
bila disbanding dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila
variabel luar cukup banyak ragamnya, teknik matching akan sulit
dilakukan, dan apabila tetap dipaksakan, akan mengakibatkan jumlah
subjek akan lebih kecil sehingga sulit mengambil kesimpulan yang
definitif.
Untuk penelitan kohor, perlu mendapatkan perhatian utama dalam
menentukan hasil luaran secara standar, apa positif atau negatif
(menderita atau tidak menderita penyakit yang diteliti). Pada penelitian
ini kemungkinan timbulnya negatif palsu cukup besar bila tidak
dilakukan standar penentuan diagnosis.
6. Memilih kelompok kontrol (pembanding)
Kelompok kontrol dalam penelitian kohor adalah kumpulan subjek
yang tidak mengalami pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan
kelompok target. Perbedaan antara kelompok target dengan kelompok
kontrol dapat dalam beberapa bentuk yaitu:

11
a. Pada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target
dengan variabel taktor risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol
tanpa variabel tersebut pada populasi vang sama.
b. Subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya berupa variabel
lingkungan, di mana kelompok target berada/hidup pada lingkungan
tersebut sedangkan kelompok kontrol bebas dari pengaruh
lingkungan bersangkutan.
c. Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol
dipilih dari mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit
(intensitas, kualitas, kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih
rendah) dibanding kelompok target.
Pemilihan kelompok kontrol pada rancangan kohor biasanya tidak
disertai dengan teknik matching. Keadaan tanpa teknik matching
biasanya dilakukan pada pemilihan kelompok kontrol seperti berikut:
a. Penelitian yang melibatkan subjek yang besar.
b. Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok
yang terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan
kelompok tanpa risiko (kontrol).
Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada
pemilihan kelompok kontrol adalah pada kondisi berikut:
a. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko
secara teliti dan mendalam.
b. Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.
c. Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.
7. Pengamatan hasil luaran (timbulnya kejadian)
Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol)
dilakukan secara bersamaan selama jangka waktu tertentu. Lamanya
waktu pengamatan prospektif kohor tergantung pada karakteristik
penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul, dan hal ini sangat
dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan penyakit/masalah
kesehatan yang diteliti. Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya

12
timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya
HBs-Ag positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat
sampai puluhan tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok
pasif (asap rokok sebagai faktor risiko) dengan keadaan kelahiran bayi
(BBLR) dari satu proses kehamilan dibutuhkan masa pengamatan hanya
9 bulan untuk setiap subjek.
Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan
hanya pengamatan tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek
sebagai hasil akhir, tetapi dapat pula dengan pengamatan berkala,
caranya setiap subjek diamati secara periodik menurut interval waktu
tertentu, termasuk pengamatan pada akhir penelitian. Di samping itu,
dapat pula dilakukan analisis perbandingan antara kelompok target dan
kelompok kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu sebagai unit
analisis sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan skala
rasio.
Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat
harus dilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal
penelitian. Untuk mengurangi bias, sebaiknya penilaian dilakukan
dengan sistem "blind" di mana penilai tidak mengetahui apakah yang
dinilainya adalah kelompok target atau kelompok kontrol, walaupun hal
demikian agak sulit diterapkan.
Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk
kohor adalah hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up),
terutama pada pengamatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama.
Oleh sebab itu bila sejak awal diketahui bahwa ada subjek yang akan
berpindah tempat, sebaiknya tidak diikutsertakan pada penelitian. Bila
subjek dipilih dengan teknik matching, maka setiap subjek yang hilang
dari pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari pengamatan.
Apabila jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar
pengamatan harus dihentikan. Untuk mengantisipasi adanya mereka yang

13
hilang dari pengamatan, dapat dilakukan perhitungan person years pada
akhir pengamatan.
8. Perhitungan hasil penelitian (insinden dan risiko)
Hasil penelitian kohor biasanya dianalisis berdasarkan besarnya
insiden kejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang
terpapar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam analisis
demikian ini, selain mereka yang tidak terpapar sebagai kelompok
kontrol, juga dimungkinkan membandingkan tingkat keterpaparan yang
berbeda antara kelompok target dengan kelompok kontrol. Hasil
perhitungan adalah dengan menentukan besarnya pengaruh keterpaparan
atau hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil luaran (efek).
Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor
keterpaparan terhadap kejadian adalah tingkat risiko relatif(RR).

Tabel 2. Analisis Tingkat Resiko


Menderita Tidak Menderita Jumlah
Terpapar a B a+b
Tidak c D c+d
terpapar
jumlah a+c b+d N= a + b +c +d

Keterangan:
a = jumlah yang terpapar dan menderita
b = jumlah yang terpapar dan tidak menderita
c = jumlah yang tidak terpapar dan menderita
d = jumlah yang tidak terpapar dan tidak menderita
a + c = jumlah seluruhnya yang menderita pada akhir pengamatan
b + d = juinlah mereka yang tidak menderita pada akhir pengamatan
a + b = jumlah mereka yang terpapar pada awal pengamatan
c + d = jumlah mereka yang tidak terpapar pada awal pengamatan yang
diamati
N = jumlah populasi

14
Risiko relatif (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif
(Cumulatif Incidence Ratio) adalah ukuran yang menunjukkan berapa
kali (lebih besar atau lebih kecil) risiko secara relatif untuk mengalami
kejadian (penyakit atau kematian) pada populasi terpapar bila
dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar.
Rate insiden (IR) umum adalah Jumlah penderita/jumlah yang
diamati
a+b
IR =
N
Rate insiden kelompok terpapar (IRT): Jumlah penderita dari
kelompok terpapar/ jumlah semua anggota kohor yang terpapar
a
IRT =
a+b

Rate insiden yang tidak terpapar (IR ) : Jumlah pen-derita dari


kelompok yang tidak terpapar/jumlah anggota kohor yang tidak terpapar
c
IRtt =
c+ d

Besarnya risiko relatif (RR) : rate insiden yang terpapar/rate


insiden yang tidak terpapar.
a
a+b
RR =
c
c +d
Nilai RR menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk
menderita bagi mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang
tidak terpapar atau memperlihatkan besarnya pengaruh keterpaparan
terhadap timbulnya penyakit. Risiko relatif merupakan nilai
perbandingan (rasio) antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate
insiden kelompok yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan. Bila nilai
RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan dengan kejadian
penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positil di mana faktor

15
keterpaparan mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang
diamati. Makin besar nilai RR, makin besar pula nilai kelipatan pengaruh
tersebut. Sedangkan bila nilai RR < 1, artinya keterpaparan bukan
merupakan risiko kejadian penyakit, tetapi mempunyai efek pencegahan
terjadinya penyakit.
Selain nilai risiko relatit tersebut di atas, dikenal pula nilai
perbedaan rate insiden dari kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini
disebut risiko atribut (Attributable Risk). Besarnya risiko atribut (RA)
adalah selisih antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden
kelompok yang tidak terpapar.
a c
Resiko Artrtibut = - atau RA = IR t – IR tt
a+b c+ d
Nilai RA ini menunjukkan besarnya pengaruh bila faktor
keterpaparan dihilangkan atau untuk melihat besarnya kemungkinan
dalam usaha pencegahan penyakit. Kedua nilai tersebut di atas
mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif menunjukkan berapa
besarnya pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian penyakit
maupun kematian, sedangkan risiko atribut mempunyai kepentingan
dalam kesehatan masyarakat di mana frekuensi kejadian dapat diperki-
rakan pada suatu populasi tertentu.
Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohor, harus
dianalisis apakah setiap nilai yang diperoleh pada pengamatan,
memenuhi syarat serta betul-betul sesuai dengan ketentuan penelitian. Di
samping itu, nilai yang dicapai harus memberikan gambaran hubungan
penyebab (causality associated) dengan memperhatikan syarat-syarat
yang telah dikemukakan terdahulu.

16
F. Kelebihan dan Kelemahan Studi Penelitian Kohort
Penelitian kohort dengan rancangan prospektif mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
sebelum melakukan penelitian.
1. Kelebihan
a. Penelitian prospektif dapat digunakan untuk menguji hipotesis
tentang hubungan faktor risiko yang diperkirakan sebagai penyebab
timbulnya suatu penyakit.
b. Dapat digunakan untuk menghitung insiden rate secara langsung.
c. Dapat digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang
terjadi dengan perjalannya waktu atau perjalanan penyakit alamiah.
d. Dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko kelompok
terpajan dan kelompok tidak terpajan hingga dapat dihitung risiko
atribut dan risiko relatif atau population atributable risk (PAR) secara
langsung.
e. Dapat bersifat deskriptif, misalnya pengalaman pengobatan dengan
obat baru yang dicatat kemudian dianalisis.
f. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari berbagai efek
terhadap suatu pajanan hingga dapat diperoleh informasi yang lebih
mendalam.
2. Kelemahan
Disamping beberapa keuntungan yang ada, penelitian kohort juga
mempunyai kelemahan sebagai berikut:
a. Pada umumnya, penelitian prospektif membutuhkan waktu yang
sangat lama, misalnya penelitian tentang hubungan antara gaya hidup
dengan timbulnya berbagai macam karsinoma di Jepang
membutuhkan waktu 16 tahun atau penelitian tetang hubungan antara
alkohol dengan hemorage stroke yang membutuhkan waktu 12 tahun.
b. Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar. Sebagai akibat dari
besarnya sampel yang dibutuhkan dan lamanya penelitian,

17
dibutuhkan biaya yang besar dan untuk mengadakna pengamatan
dibutuhkan lebih banyak tenaga.
c. Tidak efisien untuk penyakit yang jarang terjadi atau penyakit dengan
fase laten yang panjang.
d. Sering kali sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap dalam
penelitian, terutama bila pengamatan dilakukan berulang-ulang dan
mebutuhkan waktu yang lama karena penderita menjadi bosan
(Budiarto, 2003).

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Studi penelitian kohort adalah rancangan epidemiologi analitik secara
prospektif dan bersifat observasional yang bertujuan mencari adanya
hubungan sebab akibat dengan membandingkan insidens penyakit pada
kelompok studi yang terpajan oleh faktor resiko dengan insidens penyakit
pada kelompok yang tidak terpajan oleh faktor resiko sebagai kontrol.
2. Karakteristik Studi Penelitian Kohort yaitu bersifat observasional,
pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat, studi insidens, terdapat
kelompok kontrol, terdapat hipotesis spesifik, merupakan penelitian
prospektif dan intervensi dilakukan oleh alam atau orang yang
bersangkutan
3. Jenis-jenis penelitian studi kohort yaitu penelitian dengan satu kohort,
penelitian dengan dua kohort, current kohort, dan hystorical kohort.
4. Langkah-langkah kegiatan pada penelitian kohort yaitu merumuskan
pertanyaan penelitian, penetapan populasi kohort, menentukan besarnya
sampel. Sumber keterangan keterpaparan, identifikasi subjek, memilih
kelompok pembanding, pengamatan hasil luaran, dan perhitungan hasil
penelitian

19
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Iswandi.2009. Penelitian Kohort. Program Pasca Sarjana Departemen Biostatistik


dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.

Murti,Bhisma. 2011. Desain Studi. Institute of Health Economic and Policy


Studies (IHEPS), Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Takeshi, Hirayama. 1985. Life Style Carrying Highest and Lowest Cancer Risk.
National cancer Research center Institute of Tokyo, japan, JAMA SEA Ed.
Vol.1. No.1, p14.

20

Anda mungkin juga menyukai