DASAR EPIDEMIOLOGI
“EPIDEMIOLOGI ANALITIK”
OLEH:
J1A120031
KELAS A
KENDARI
2021
A. Pengertian Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan (Lapau, 2009). Epidemiologi analitik di samping meliputi pemahaman terhadap dasar-
dasar epidemiologi deskriptif juga mempunyai pembidangan yang lebih khusus. Kekhususannya
tersebut menekankan pada aspek analisis yaitu mengkhususkan diri pada analisis hubungan antara
fenomena kesehatan dengan berbagai variabel lain (Riyadi dan Wijayanti, 2011).
Epidemiologi analitik dilakukan untuk mengidentifikasi dan menguji hipotesa tentang
hubungan antara faktor penyebab yang diduga dan hasil (penyakit) tertentu yang muncul. Dalam
pembuatan hipotesa umumnya diarahkan pada apakah suatu faktor pemaparan tertentu dapat
menyebabkan suatu keadaan (penyakit) tententu. Yang termasuk dalam faktor pemaparan seperti
sifat, perilaku, faktor lingkungan atau karakteristik lain yang mungkin menjadi penyebab penyakit.
Epidemiologi analitik ini ditujukan untuk menentukan kekuatan, kepentingan dan makna statistik
dari hubungan epidemiologi antara pemapar dan akibat yang ditimbulkan (Ferasyi, 2008). Jadi,
secara umum epidemiologi analitik adalah penelitian epidemiologi yang bertujuan untuk
memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit serta membandingkan
risiko terkena penyakit antara kelompok terpapar dan tak terpapar.
1. Studi Observasional
a. Studi Potong Lintang (cross sectional)
Menurut Nugrahaeni (2011), Studi potong lintang (cross sectional) untuk penelitian
analitik adalah studi yang mempelajari hubungan faktor risiko (paparan) dan efek
(penyakit/masalah kesehatan) dengan cara mengamati faktor risiko dan efek secara
serentak pada banyak individu dari suatu populasi pada satu saat. Misalnya, penelitian
mengenai perbedaan pemberian ASI Eksklusif pada berbagai tingkat pendidikan ibu,
penelitian mengenai beda proporsi hiperlipidemia pada pria dan wanita, dan penelitian
mengenai hubungan berbagai faktor risiko dalam menyebabkan terjadinya penyakit
tertentu.
Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian tranversal, dan sering
digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Dibandingkan dengan penelitian-
penelitian yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling lemah karena penelitian
ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhana (Notoadmodjo, 2005). Penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional dapat dilakukan di rumah sakit atau dilapangan.
Penelitian klinis yang dilakukan di rumah sakit banyak menggunakan pendekatan cross
sectional dengan tujuan untuk mencari adanya hubungan antara pajanan terhadap faktor
risiko dan timbulnya penyakit sebagai akibat pajanan tersebut. Hal ini dilakukan karena
penelitian dengan pendekatan cross sectional untuk tujuan analitis akan lebih cepat, lebih
praktis dan efesien serta data yang telah ada dapat dimanfaatkan walaupun terdapat
beberapa kelemahan karena pengamatan sebab dan akibat dilakukan pada saat yang
bersamaan, tanpa urutan waktu yang lazim, yaitu sebab mendahului akibat, yang
merupakan salah satu syarat penting dalam menentukan hubungan sebab akibat (Hasmi,
2012).
Menurut Budiarto dan Anggraeni (2002), penelitian cross sectional memiliki ciri-
ciri dan langkah-langkah dalam melakukan penelitiannya. Ciri-ciri dari penelitian cross
sectional tersebut sebagai berikut:
1) Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu.
2) Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding.
3) Hubungan sebab-akibat hanya merupakan perkiraan saja.
4) Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis.
5) Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis.
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian cross sectional sebagai
berikut :
1) Identifikasi dan perumusan masalah.
2) Menentukan tujuan penelitian.
3) Menentukan lokasi dan populasi studi.
4) Menentukan cara dan besar sampel.
5) Memberikan definisi operasional.
6) Menentukan variabel yang akan diukur.
7) Menyusun instrumen pengumpulan data.
8) Rencana analisis.
2. Studi Eksperimental
Studi eksperimental merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika
kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan
terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di
kontrol secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan
hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat
dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011).
Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek dari suatu
intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.Desain ini merupakan metode
utama untuk menginvestigasi terapi baru.Misal, efek dari obat X dan obat Y terhadap
kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program kesehatan terhadap peningkatan
kesehatan masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan desain eksperimental, seperti
mengukur efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita dengan gejala
infeksi saluran urin dengan hasil tes urin negatif / negative urine dipstict testing dan
efektivitas program MEND (Mind, Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada
anak (Bonita, 2006).
Menurut Sugiyono (2011) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitupre-
experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design.
1. Pre-experimental design
Desain ini dikatakan sebagai Pre-experimental design karena belum merupakan
eksperimen sungguh-sungguh.Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Bentuk Pre-experimental design dibagi beberapa macam
antara lain:
X O
Perlakuan terhadap variabel Pengamatan atau
independen (Treatment of pengukuran terhadap
independent variable) variabel dependen
(Observation or
measurement of dependent
variable)
Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O:
kejadian pengukuran atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca sebagai
berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya
diobservasi hasilnya. Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X)
terhadap hasil belajar siswa (O).
2) The one group pretest-posttest design
Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-
posttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat
diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum
diberi perlakuan. Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut.
O1 X O2