PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum program magang bagi mahasiswa FKM adalah memberi bekal
pengalaman dan keterampilan kerja praktis, penyesuaian sikap di dunia kerja sebelum
mahasiswa dilepas di dunia kerja dan sebelum mahasiswa dilepas untuk bekerja sendiri.
Fakultas Kesehatan Masyarakat melaksanakan program magang karena mengharapkan
para lulusan mempunyaki kemampuan yang bersifat akademik dna profesional.
Pengertian mmagang adalah kegiatan mandiri mahasiswa yang dilaksanakan diluar
lingkungan kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang sesuai dengan
bidang peminatannya melalui metode observasi dan partisipasi. Kegiatan magang
dilaksanakan sesuai dengan formasi struktural dan fungsional pada instansitempat
magang baik pada lembagapemerintah, swadaya masyarakat (LSM) maupun perusahaan
swasta atau lembaga lain yang relevan.
B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman keterampilan, penyesuaian sikap dan
penghayatan pengetahuan di dunia kerja dalam rangka memperkaya pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat, serta melatih kemampuan
bekerja sama dengan baik sebagai satu tim, sehingga diperoleh manfaat bersama baik
bagi peserta magang maupuninstansi tempat magang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui struktur organisasi Puskesmas
b. Mengetahui dan mampu melakukan tugas dan fungsi unit pencegahan dan
pemberantasan penyakit di Puskesmas antara lain:
1) Dapat mempelajari trend penyakit di Puskesmas
2) Mampu mendeskripsikan pola penyakit atau kasus menurut orang, waktu
dan tempat
3) Mampu mengidentifikasikan tahapan PWS (pemantauan wilayah setempat)
dalam upaya preventif (pencegahan penyakit)
4) Mempelajari dan mengetahui sistem kewaspadaan dini (SKD) di tingkat
Puskesmas
5) Mempelajari dan mengetahui sistem surveilans di Puskesmas
6) Mampu melakukan penyelidikan kasus yang berpotensi kejadian luar biasa
(KLB)
C. Manfaat Magang
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pelajaran praktis serta membandingkan ilmu
yang diperoleh dari bangku perkuliahan dengan dunia kerja yang sesungguhnya.
Dengan demikian dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi dunia
kerja.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi dalam hal ini Fakultas Kesehatan Masyarakat dapat menambah
khasanah dunia kerja serta ilmu baru melalui informasi yang diperoleh dilokasi
magang, sehingga dapat menyesuaikan kompetensi perkuliahan sesuai dengan
tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya akan menghasilkan lulusan yang lebih
kompetitif.
3. Bagi Tempat Magang
Tempat magang memperoleh bantuan tenaga pegawai yang memiliki idealisme
dan penuh dengan ilmu-ilmu segar yang belum lama dipelajari dari bangku
perkuliahan.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG
A. PUSKESMAS MOYUDAN
1. Kondisi Geografi
Kecamatan Moyudan merupakan salah satu diantara 17 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Sleman, dengan batas wilayah:
Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Minggir
Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Bantul
Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Kulon Progo
Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Godean.
Keadaan tanah berjenis Grumusal yang kaya akan humus, subur dengan letak
ketinggian ± 98,00 m di atas permukaan laut. Keadaan tanah relatif datar,
kemiringan 1 – 2 ke arah selatan. Luas wilayah Kecamatan Moyudan: 2.762.000 Ha.
2. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
Petani pemilik tanah : 3.563 orang
Petani buruh : 105 orang
Pengusaha : 14 orang
Wiraswasta : 1.619 orang
Pegawai swasta : 3.595 orang
Pengangkutan : 205 orang
Pedagang : 802 orang
Pegawai Negeri Sipil, Polisi, TNI : 2.559 orang
Pensiunan PNS : 695 orang
Peternak : 4371 orang
B. PUSKESMAS MINGGIR
1. Kondisi Geografis
Kecamatan Minggir merupakan salah satu diantara 17 Kecamatan yang ada
dikabupaten Sleman, dengan batas wilayah:
Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Tempel
Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Moyudan
Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Kulon Progo
Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Seyegan, Kecamatan Godean
dan Kecamatan Moyudan
Keadaan tanah berjenis Grumusal yang kaya akan humus, subur dengan letak
ketinggian ± 165 m di atas permukaan laut. Kadaan tanah relatif datar, kemiringan 1-
2 ke arah selatan. Luas wilayah Kecamatan Minggir : 27,27 Km².
2. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
Kecamatan Minggir terdiri dari 5 Desa, 68 Dusun, 70 Posyandu dengan jumlah
penduduk sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Penduduk
LAKI- JUMLAH
NO DESA PEREMPUAN JUMLAH
LAKI KK
1 SENDANGARUM 1,986 2,031 4,017 1,467
2 SENDANGMULYO 3,693 3,620 7,313 2,658
3 SENDANGAGUNG 4,504 4,393 8,897 3,193
4 SENDANGSARI 2,529 2,412 4,941 1,811
5 SENDANGREJO 4,535 4,348 8,883 3,515
JUMLAH 17,247 16,804 34,051 12,644
*Sumber data SIAK semester I(bulan Juni) tahun 2015
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan minggir 1 : 288 Jiwa/ km dengan
penyebaran penduduk yang merata.
3. Sarana Prasarana
Jumlah sarana fisik yang ada di Puskesmas Minggir adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Sarana dan Prasarana
JUMLAH KETERANGAN
NO JENIS BANGUNAN
(BUAH)
1 Puskesmas induk dengan Rawat Inap 1
2 Puskesmas pembantu 4
3 Rumah Dinas Dokter -
4 Rumah dinas paramedis 1 di Pustu
20%
80%
b. DBD
Angka kejadian kasus DBD di wilayah puskesmas Minggir tahun 2015
sebanyak 3 kasus ( 16,6 % ) dari 18 kasus untuk wilayah Puskesmas Minggir.
45TH
33%
Berdasarkan gambar diatas, menunjukan bahwa jumlah kasus DBD
terbanyak pada kategori umur 16 tahun sebanyak 34%.
PEREMPUAN
67%
c. Leptospirosis
Kasus Leptospirosis di Wilayah Puskesmas Minggir mengalami puncak
kasus pada tahun 2011 dalam rentang waktu antara th 2010 sd th 2015. Sebanya
18 kasus adalah kasus confirm yang dilakukan oleh BTKL Banjarnegara.
Sedangkan th 2015 0 kasus. Tahu 2014 terjadi 2 kasus kematian dan tahun 2015
1 kasus kematian , namun dalam pelacakan ketiga kasus tersebut tidak
dilakukan pemeriksaan Lepto, dan satu kasus yang dilakukan audit disimpulkan
bahwa diagnosea akhir adalah Sepsis.
Satu kasus yang tampak dalam grafik, adalah kasus kematian suspec lepto
laporan dari masyarakat. Dalam hal ini pencatatan tersebut sebagai langkah
kewaspadaan terhadap penyebar luasan kasus tersebut.
d. Malaria
Wilayah kerja Puskesmas Minggir berbatasan dengan wilayah kabupaten
Kulon Progo yang merupakan daerah endemis Malaria. Namun demikian selama
kurun waktu 5 tahun, kasus Malaria dari wilayah puskesmas Minggir
(indigenius) adalah 0 kasus. 4 kasus yang terjadi pada th 2010 sampai dengan th
2013, merupakankasus import dan termasuk dalam kasus relap
e. Typhoid
Data kasus baru typhoid di Puskesmas Minggir dari th 2015mengalami
penurunan 10 kasus dibandingkan th 2014. Namundemikian penurunan tersebut
tidak signifikan dan apabila di bandingkan dengan th 20110 akan terlihat
kecenderungan naiknya kasus. Tercatat th 2010 44 kasus, th 2011 36 kasus, th
2012 64 kasus, th 2013 70 kasus, th 2014 95 kasus dan th 2015 tercatat 85 kasus.
20~44 TH
49%
f. TBC
Jumlah penemuan kasus TBC masih jauh dari target. Dengan Jumlah
peduduk 35.273 target penemuan TBC DI Puskemas Minggir sebanyak 22 kasus.
Th 2015 tercapai 40,9 % atau 9 kasus. Angka koversi sebanyak 40 %. Kegiatan
yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan angka capaian adalah dengan
penyuluhan, pemeriksaan terhadap pasien yang batuk lebih dari 2 minggu,
pemerikasaan dahat tehadap kontak penderita, Sedangkan kegiatan untuk
meningkatkan angka kesembuah dan menghindari angka DO adalah dengan
mengadakan Family ghatering penderita TB dan keluaga.
Grafik 5Kasus TBC menurut klasifikasi penderita
BTA POSITIF
82%
NEG C / R
91%
2. Data Demografi
Jumlahpenduduk di wilayahpuskesmasGodean 1 Tahuan 2015 aadalah
33.028 jiwa . Dengankomposisipendudukberdasarakanseksadalah 16.518 jiwa
51,14% laki-laki, danpeempuan 16.510 jiwa 49,99%.
Sedangkanjumlahkepalakeluarga 11.526 KK, Rata-rata jiwa per rumahTangga
2,87.
Tabel 1 Penyebaran dan kepadatan penduduk di puskesmas Godean 1
Menurut tempat tahun 2014.
LUAS KEPENDATAN RUMAH RT
DESA JUMLAH %
KM2 PENDUDUK TANGGA MISKIN
Sidoagung 8.000 24,22 3,32 2.410 2.920 602
Sidoluhur 10.783 32,65 5,19 2.078 4.028 514
Sidomulyo 6.080 18,41 2,50 2.432 1.988 598
Sidomoyo 8.165 24,72 3,02 2.704 2.590 658
Jumlah 33.028 100,00 13,19 2.504 2.590 2.372
3. Statistik 10 Besar Penyakit
Periode 1 Januari 2016-31 Desember 2016
NO. DIAGNOSA JUMLAH
1. J00 – Nasofaringitis akut (common cold) 5054
2. 110 – Hipertensi esensial (primer) 3290
3. K30 – Dispepsia 2171
4. R51 - Sakit Kepala (Pusing) 2170
5. J02 – Faringitis akut 2177
6. K04 - penyakit pada jaringan pulpa dan periapikal 2043
7. M25 - kelainan-kelainan lain pada sandi 1563
8. E11 - Diabetes mellitus tak tergantung insulin/Diabetes 1294
Melitus (NIDDM)
9. L23 - Dermattis Kontak alergi 1007
10. R50 – Deman - tanpa diketahui penyebab 925
D. PUSKESMAS GAMPING I
1. Kedaan Geografis
Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping 1 beralamat di Dusun Delingsari,Desa
Ambar Ketawang,Kecamatan Gamping,Kabupaten Sleman Yogyakarta, yang terletak
diwilayah Sleman Barat Daya dengan ketinggian 100m diatas permukaan laut. Luas
pwilayah kerja 16.140km2. Wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping 1
terdiri dari 2 desa yaitu Desa Ambar Ketawang dan desa Balai Catur,yang terdiri dari
31 dusun. Desa Ambar Ketawang terdiri dari 13 dusun dengan 110 RT dan Desa
Balai Catur terdiri dari 18 dusun denggan 127 RT
Batas-batas wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping 1 adalah sebagai
berikut :
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Dari hasil Konsolidasi dan pembersihan data oleh Kementrian Dalam Negeri
Tahun 2015 sebanyak 43.099 jiwa terdiri dari laki-laki 21.899 dan perempuan
21.210
b. Distribusi Penduduk
Struktur penduduk di wilayah PUSKESMAS Gamping 1 tahun 2015
tergolong produktif,artinya proporsi penduduk usia 15-44 tahun mempunyai
proporsi terbesar yaitu laki-laki sebanyak 11.870 jiwa (47,71%) dan perempuan
10.096 jiwa(45,96%). Ratio jumlah penduduk usia produktif (45-64 tahun) laki-
laki sebanyak 6.371 jiwa(25,60%) dan perempuan 5.167 jiwa(23,52%) dengan
jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan > 65 tahun) yaitu laki-laki
sebanyak 3.289(13,22%) dan perempuan sebaynyak 3.553 jiwa(16,17%)
3. Status Kesehatan
Keadaan Status kesehatan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut.
Pada tahun 2013 keadaan derajat kesehatan penduduk cukup baik, hal ini dilihat dari
indikator jumlah kematian bayi di Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping 1 sebanyak
8 kematian bayi, jumlah kematian ibu melahirkan di wilayah Pusat Kesehatan
Masyarakat Gamping 1 tidak ada. Dan rata usia harapan hidup penduduk Kabupaten
Sleman berdasarkan Surkesda 2003 untuk laki-laki 72,40 tahun dan perempuan
76,79 tahun. Status gizi balita menunjukan status gizi tahun 2012 baik sebesar
2.010(89,06%) , status gizi kurang 160(7,09), status gizi buruk/BGM 2(0,10%) dan
masyarakat yang bergizi lebih 112(5,45%) dan total balita sebanyak 2015.
Gambar Diagram 10 besar penyakit rawat jalan di Puskesmas Gamping 1
E. PUSKESMAS GODEAN II
1. Keadaaan Geografi dan Demografi
Tabel 2.1: Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk Menurut
Kecamatan Puskesmas Godean II Tahun 2015
LUAS JUMLAH
N JUMLAH
DESA WILAYAH PENDUKU
O RT KELUARGA PENDUDUK
(km)2 HAN
1 SIDOREJO 5440 13 57 2491 7427
2 SIDOARUM 3730 8 87 5680 17822
3 SIDOKARTO 3640 14 70 3873 11755
JUMLAH 12810 35 214 37004 37004
Sumber data: Kecamatan dan Kelurahan (Profil Puskesmas Godean II)
2. Status Kesehatan
Grafik 2.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Godean II Tahun 2015
Dispepsia 1,059
Tahun 2015, jumlah sasaran ibu hamil ada 530 jiwa, ibu bersalin 504 jiwa dan
ibu nifas 504 jiwa. Kunjungan ibu hamil untuk yang pertama kali atau yang pertama
kali atau yang disebut dengan K1 mencapai 528 jiwa (99,62%). Ini berarti bahwa
tingkat kesadaran Ibu hamil dalam memanfaaatkan pelayanan kesehatan sudah
sangat baik. Sedang untuk kunjungan K4, sesuai dengan standar yang ada sudah
mecapai 527 jiwa (99,43%). Ini berarti bahwa tingkat kesadaran ibu hamil dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan juga sudah baik melebihi target yang
diharapkan pada tahun 2015 yaitu 97%. Ini berarti bahwa ibu hamil yang ada di
Kabupaten Sleman sudah mendapatkan pelayanan ibu hamil yang sesuai dengan
standar minimal yaitu 1x pada umur kehamilan Triwulan I, 1 x pada umur
kehamilan Triwulan 2 dan 2x pada umur kehamilan Triwulan 3. Pencapaian K1 dan
K4 secara umum dapat dilihat dari grafik sebagai berikut:
b. Sarana Pendidikan
Tabel 2.7: Jumlah Sarana Pendidikan Puskesmas Godean II Tahun 2015
SARANA PENDIDIKAN JUMLAH
PAUD 14
TK 17
SD 16
SMP 2
SMA 2
PONDOK PESANTREN 2
TOTAL 53
F. PUSKESMAS MLATI II
1. Keadaan Geografi dan Demografi
Puskesmas Mlati II terletak diantara 107° 15’ 03” dan 100° 29’ 30” lintang
selatan. Wilayah Puskesmas Mlati II berketinggian antara 100-2500m dari
permukaan laut. Jarak terjauh utara-selatan ±15 km, timur-barat ±8 km.
Luas wilayah Puskesmas Mlati II seluas 1.184,4 km². dengan rincian luas
Desa Sumberadi 449,25 km², Desa Tlogoadi 136,53 km² dan Desa Tirtoadi seluas
599,02 km².
Puskesmas Mlati II terdiri dari 3 Desa, 42 Dusun, 106 RW dan 254 RT.
Jumlah Penduduk pada akhir tahun 2015 sebesar 37.562 jiwa, terdiri dari laki-laki
18.689 jiwa dan perempuan18.873 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk 32 jiwa/km²,
rasio jenis kelamin laki-laki per wanita sebesar 100.9.
Grafik 2.1
Distribusi Penduduk Menurut Desa di Puskesmas Mlati II Tahun 2015
16000
14000
12000
10000 laki-laki
8000
perempuan
6000
4000 jumlah
2000
0
Sumberadi Tirtoadi Tlogoadi
JUMLAH PENDUDUK
GOLONGAN UMUR LAKI LAKI PEREMPUAN
ABSOLUT % ABSOLUT %
0 – 4 tahun 1.059 6 953 5
5 – 14 tahun 2.784 15 2.590 14
15 – 44 tahun 8.748 46 8.467 46
45 – 64 tahun 4.604 24 4.469 24
> 65 tahun 1.706 9 1.977 11
Jumlah 18.901 100,00 18.531 100.00
Sumber: Puskesmas Mlati II Sleman, 2015
2. Status Kesehatan
Grafik 2.2
Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Mlati II Tahun 2016
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Sumber: Puskesmas Mlati II Sleman, 2016
G. PUSKESMAS DEPOK II
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Depok II beralamat di jalan Lely III Perumnas Condong Catur,
mempunyai wilayah kerja Desa Condong Catur dalam lingkup Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman. Desa Condong Catur meliputi 18 Pandukuhan dan jumlah
penduduk pada tahun 2016 sebanyak 43.123 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 12.351.
Secara geografis, letak Desa Condong Catur sangat strategis, dilalui jalan
arteri (ring road) yang sekaligus merupakan prasarana transportasi dan perhubungan
untuk mendukung peningkatan perekonomian di Desa Condong Cata pada
khususnya dan Kabupaten Sleman pada umumnya.
a. Luas dan batas wilayah
1) Luas Desa/Kelurahan : 950 Ha
2) Batas Wilayah
Sebelah Utara : Desa Minomartani (Ngaglik)
Sebelah Selatan : Desa Caturtunggal (Depok)
Sebelah Barat : Desa Sinduadi (Mlati)
Sebelah Timur : Maguwoharjo (Depok)
b. Kondisi Geografis
1) Ketinggian tanah dari permukaan laut : ± 250 m
2) Banyak curah hujan : 2500 – 3000 mm/thn
3) Tofografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : dataran rendah
2. Kondisi Sarana
Gedung Puskesmas Depok II dibangun pada tahun 1979 pertama kali
difungsikan sebagai Puskesmas Pembantu sejak tahun 1983 sampai dengan
sekarang telah berfungsi sebagi Puskesmas Depok II dan pada tahun 1986 / 1987
Puskesmas Pembantu Depok II dibangun dengan luas tanah 1,448 m2, dengan
perincian sebagai berikut :
a. Puskesmas Induk : Luas tanah 968 m2
Luas bangunan Puskesmas Induk : 697 m2
Luas bangunan rumah Dinas Paramedis : 72 m2 (1 unit)
b. Puskesmas Pembantu : Luas tanah 480 m2
Luas bangunan Puskesmas Pembantu : 129 m2
Luas bangunan rumah Dinas Paramedis : 108 m2 (2 unit)
c. Puskesmas Depok II memiliki :
1 Puskesmas Pembantu
38 Posyandu Balita
20 Posyandu Lansia
3 Posbindu
3. 10 Besar Penyakit Tahun 2016
No. Diagnosa Jumlah Kasus
1 Common Cold / Nasopharyngitis Akut 3026
2 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 2407
3 Hipertensi Primer 2329
4 Pemeriksaan Kesehatan Umum Tanpa Keluhan 1618
5 Diabetes Mellitus NIDDM 1597
6 Gangguan Lain Pada Jaringan Otot 1291
7 Dispepsia 1221
8 Demam Yang Tidak Diketahui Sebabnya 1021
9 Penyakit Jaringan Keras Gigi 600
10 Diabetes Mellitus IDDM 514
Tabel 2.2 Sepuluh Besar Penyakit Tahun 2016
H. PUSKESMAS KALASAN
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Kalasan merupakan puskesmas yang terletak di wilayah kecamatan
Kalasan Kabupaten Sleman bagian Timur.Luas wilayah Kecamatan Kalasan 35,84
km. Dibatasi oleh 4 wilayah yaitu :
Sebelah utara : Kecamatan Ngemplak
Sebelah selatan : Kecamatan Berbah, Prambanan
Sebelah barat : Kecamatan Depok
Sebelah timur : Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah
I. PUSKESMAS PRAMBANAN
1. Keadaan Geografis
2. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman pada tahun 2015
adalah 53.593 jiwa yang terdiri dari 27.709 laki-laki dan 26.514 perempuan.
JUMLAH
NO DESA LAKI-LAKI PEREMPUAN
PENDUDUK
1 SUMBERHARJO 13.766 6.631 6.715
2 WUKIRHARJO 2.761 1.297 1.311
3 GAYAMHARJO 4.724 2.407 2.439
4 SAMBIREJO 5.895 2.992 2.903
5 MADUREJO 13.609 6.396 6.471
6 BOKOHARJO 12.316 5.618 5.679
TOTAL 53.593 27.709 26.514
Tabel.1.1Dari tabel di atas, jumlah penduduk kecamatan Prambanan terbanyak
adalah penduduk Desa Sumberharjo sebanyak 13.766 jiwa, disusul Desa Madurejo
13.609 jiwa.
3. Status Kesehatan
Data 10 besar Penyakit Yang ada di Puskesmas Prambanan :
Jumlah
Penyakit
Total
terbanyak JA FE MA AP ME JU JU AG SE OK NO DE
N B R R I N L T P T V S
Hipertensi
esensial 68 91 174 175 135 142 121 122 123 130 129 139 1549
(primer)
Dispepsia 76 71 136 140 145 134 113 128 113 113 143 120 1432
Faringitis akut 0 0 123 114 131 101 78 143 100 122 113 91 1116
Diabetes
melitus non-
0 51 111 104 120 74 69 98 72 81 79 89 948
dependen
insulin
ISPA akut
multipel dan 0 0 114 95 81 80 69 120 77 124 82 76 918
YTT
Nasofaringitis
akut (common 0 0 160 91 65 107 70 72 111 87 79 70 912
cold)
Penyakit pulpa
dan jaringan 111 121 152 103 0 0 61 0 0 0 0 0 548
periapikal
J. PUSKESMAS NGEMPLAK I
1. Keadaaan Geografis
a. Letak Wilayah
Puskesmas Ngemplak I terletak di Pedukuhan Koroulon Kidul, Desa
Bimomartani Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman didirikan pada tahun
1988 dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I 17,25 km atau 2,97
% luas Kabupaten Sleman. Batas-batas wilayah kerja menurut 4 penjuru mata
angin adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kecamatan Cangkringan
2) Sebelah Selatan : Kecamatan Kalasan
3) Sebelah Barat : Desa Widodomartani, Kec. Ngemplak
4) Sebelah Timur : Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
Wilayah kerja terdiri atas 3 desa, 38 Pedukuhan yaitu:
1) Desa Bimomartani dengan 12 dusun.
2) Desa Sindumartani dengan 11 dusun.
3) Desa Umbulmartani dengan 15 dusun.
b. Kondisi Alam
Sebagian besar terdiri atas dataran, hanya sebagian kecil berupa
pegunungan. Tanahnya tergolong tanah subur yang mudah ditanami
pepohonan. Sumber air mudah didapat. Adapun perinciannya sebagai berikut:
NO JENIS TANAH BIMO SINDU UMBUL
1. Tanah sawah 414,0 221,0 445,5
2. Tanah kering 109,3 134,0 117,9
3. Pekarangan 52,0 30,0 28,5
4. Lain – lain 26,7 59,0 74,1
Jumlah 602,0 444,0 666,0
Sumber: profil Puskesmas Ngemplak I tahun 2017
2. Keadaaan Demografis
Jumlah penduduk wilayah kerja UPT Puskesmas Ngemplak I sebanyak 24.452
jiwa terdiri dari :
JUMLAH JUMLAH JIWA JUMLAH
NO DESA
KK LAKI PEREMPUAN JIWA
1 Sindumartani 2624 3.867 4.010 7.877
2 Bimomartani 2458 3.633 3.790 7.423
3 Umbulmartani 2295 4.508 4.644 9.152
JUMLAH 7377 12.008 12.444 24.452
Sumber: profil Puskesmas Ngemplak I tahun 2017
3. Status Kesehatan
a. Rawat Jalan
c. Sarana perekonomian
TEMPAT
NO BIMO SINDU UMBUL
PEREKONOMIAN
1 Pasar 2 1 1
2 TPM 23 20 21
3 TP2 3 0 0
4 Bank 1 0 1
5 Apotek 1 0 2
Sumber: profil Puskesmas Ngemplak I tahun 2017
K. PUSKESMAS NGEMPLAK II
1. Keadaaan Geografis
Di Wilayah Kecammatan Ngemplak terdiri dari 5desa, 2 desa diantaranya
termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Ngemplak 2, yaitu:
a. Desa Widodomartani, terdiri dari 19 dusun, 39 RW dan 84 RT
b. Desa Wedomartani, terdiri dari 25 dusun, 103 RW dan 138 RT
Luas wilayah kerja sebesar 3.431 Ha (51,4% dari total luas wilayah
Kecamatan).Batas-batas wilayah kerja menurut 4 penjuru mata angiin adalah sebagai
berikut:
- Batas sebelah utara : Wilayah Kecamatan Pakem dan wilayah kerja
Puskesmas Ngemplak I
- Batas sebelah timur : Wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I dan Wilayah
Kecamatan Kalasan
- Batas sebelah selatan : Wilayah Kecamatan Depok
- Batas sebelah barat : Wilayah Kecamatan Ngaglik
Lokasi kantor Puskesmas Ngemplak II terletak di Dusun jetis, Desa Widododmartani
Kecamatan Ngemplak.
2. Keadaaan Demografis
Jumlah penduduk dan jumlah KK di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak II sebgai
berikut:
3500 3041
3000
2500 1918
1703
2000 1439
1500 1013 881 808
1000 628 575 561
500
0
1734
1800
1600
1400
1200
1000
800 677
524
600 452
376 374 358 331
400
188 166
200
0
L. PUSKESMAS NGAGLIK I
1. Keadaaan Geografis dan Demografi
Puskesmas Ngaglik I terletak di Kecamatan Ngaglik I yaitu di Kelurahan
Ngaglik dengan luas wilayah Secara geografis Puskesmas Ngaglik I dibatasi yaitu:
1700 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga yang ada di wilayah Puskesmas
Ngaglik I Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
JUMLAH LUAS TK.
JUMLAH KK
NO DESA PENDUDUK WILA KEPADA
LK PR LK PR YAH TAN
1 Minomartani 4.424 4.237 3.320 788 1,53 5.661
2 Sinduharjo 4.243 3.844 4.861 1.196 6,09 1.328
3 Sardonoharjo 22.167 22.538 5.215 1.171 9,38 4.766
JUMLAH 30.834 30.619 13.396 3.155 17 11.755
Data Sekunder,2017
2. Status Kesehatan
10 Besar Penyakit terbanyak untuk semua golongan umur di Puskesmas Ngaglik I
selama tahun 2016:
KODE
NO. DIAGNOSA JUMLAH
ICD-X
1 J 00 Common Cold/Nasopharyngitis Akut 4.091
2 I 10 Hipertensi primer 3.587
3 K 04 Penyakit Pulpa dan jaringan periapikal 3.524
4 M 62 Gangguan lain pada jaringan otot 2.439
5 R 50 Demam yang tdk diketahui sebabnya 1.747
6 K 30 Dispepsia 1.230
7 E 11 Diabetes Mellitus (NIDDM) 1.072
8 K 03 Penyakit jaringan keras gigi lain 944
9 G 44 Sindroma nyeri kepala 808
10 R 05 Batuk 806
2. Keadaaan Demografis
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tempel I tahun 2015 sebesar
29.480 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki 14.755 jiwa (50,05%) dan penduduk
perempuan 14.725 jiwa (49,95%). Kepadatan penduduk wilayah kerja Puskesmas
Tempel I mencapai 1.618 jiwa/km2.
LUAS JENIS KELAMIN JUML JUML KEPA
NO. DESA KM2 LAKI- PEREMP AH AH DATA
LAKI UAN JIWA KK N/KM2
1. Mororejo 3,37 2.331 2.596 5.063 1.903 1.502
2. Margorejo 5,39 5.001 5.170 10.491 3.788 1.946
3. Lumbungrejo 3,33 3.568 3.596 7.431 2.667 2.231
4. Merdikarejo 6,13 3.087 3.091 6.495 2.443 1.059
JUMLAH 18,12 13.987 14.453 29.480 10.801 1.618
3. Status Kesehatan
Berdasarkan hasil analisi situasi maka dapat diidentifikasi permasalahan
Puskesmas Tempel I .
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga
Cakupan balita yang sudah SDIDTK 80 % target lebih dari 98 %
b. Upaya perbaikan gizi masyarakat
Cakupan bayi yang dapat air susu ibu eksklusif 6 bulan 65,86 % dari target 80 %
c. Upaya pemberantasan penyakit
1) Angka kesembuhan penderita Tuberculosis Paru (TB) Baksil Tahan
Asam(BTA) (+) 84,62 % dari target 87%
2) Angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk 42,86% dari target 50%
d. Upaya kesehatan gigi dan mulut
Cakupan penduduk mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut 7,32 %
e. Manajemen Puskesmas
1) Keterbatasan SDM diPuskesmas
2) Sistem Informasi Puskesmas belum berjalan baik
3) Persiapan status Puskesmas dari rawat jalan ke rawat inap
Oleh
0130740016
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB III
PROGRAM, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROGRAM
Program yang dilaksnakan selama kegiatan praktek belajar lapangan berlangsung
yaitu bagi peminatan epidemiologi adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari Struktur Puskesmas
2. .Mempelajari Pola penyebaran penyakit di Puskesmas
3. .Materi Sistem Kewaspadaan Dini
4. Materi dan Praktek Surveilans
5. .Materi Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
6. Materi dan Praktek Penyelidikan Epidemiologi
B. HASIL
Hasil kegiatan Peminatan Epidemiologi di Puskesmas Moyudan yang mengacu
pada Kompetensi Peminatan Epidemiologi seperti berikut :
1. Mempelajari Struktur Puskesmas
Mempelajari pola penyebaran penyakit Dalam mempelajari Struktur Puskesmas
di berikan gambar struktur puskesmas dan juga diberikan profil puskesmas.
2.
Pola penyebaran penyakit yang saya pelajari disini yaitu mendapatkan kasus DBD
(Demam Berdarah Dengue) dan melihat kasusunya menurut orang,waktu dan tempat.
3. Materi Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
Sistem kewaspadaan dini (SKD) yang dapat dipelajari yaitu memantau
perkembangan trend penyakit di puskesmas yaitu penyakit menular potensial
KLB/Wabah secara terus menerus dari waktu ke waktu.
4. Materi dan Praktek Surveilans
Surveilans yang di pelajari disini yaitu surveilans tentang penyakit HIV/AIDS, TB
dan DBD yang dmana saya diajarkan cara surveilans dari masing-masing
penanggung jawab program penyakit yang ada di puskesmas.
5. Materi Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) yang saya pelajari dan di berikan materi yaitu
PWS dari Poli KIA, Karena di Puskesmas Moyudan Ini yang sudah menjalankan
PWS hanya pada Poli KIA saja.
6. Materi dan Praktek Penyelidikan Epidemiologi
PE (Penyelidikan Epidemiologi) yaitu kami melakukan pemantuan jentik nyamuk
dan mewawancarai penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) langsung ke rumah
penderita.
C. PEMBAHASAN
Pada bagian ini saya akan menjelaskan lebih terperinci hasil kegiatan magang saya
yang berlangsung selama tanggal 07 Februari 2017 – 18 Februari 2017 di Puskesmas
Moyudan Kabupaten Sleman.
1. Mempelajari Struktur Puskesmas
Struktur Puskesmas Moyudan kabupaten Sleman Struktur nya di buat dalam Struktur
Organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat yang Di Ketuai oleh Kepala Puskesmas
dr.V.Evita Setianingrum, M.PH. dan jajaran-jajarannya.Masing-masing bagian
berikan tanggung jawab kepada coordinator-koordinator penanggug jawab.
2. Mempelajari Pola penyebaran penyakit di Puskesmas
Mempelajari Pola penyebaran penyakit yaitu bertujuan untuk mengetahui pola
penyebaran penyakit dan faktor-faktor determinan yang mempengaruhi terjadinya
penyakit sehingga dapat di ketahui cara pencegahan dan pemberantasan
penyakit.DEnan pola penyakit pada Epidemiologi yatu (Orang,Waktu dan Tempat).
3. Materi Sistem Kewaspadaan Dini
Sistem kewaspadaan dini yang dipelajari yaitu SKD/KLB yaitu system kewaspadaan
dini Kejadian Luar Biasa yaitu penyakit DBD dengan menggunakan seperti
surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB.Dengan menggunakan buku
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (Pedoman
Epidemiologi Penyakit).Karena daerah Moyudan ini termasuk daerah Endemis
penyakit DBD maka yang akan di pelajari di PWS KLB yatu penyakit DBD.SKD
KLB dilaksanakan oleh setiap unit pelayanan kesehatan dan masyarakat, baik
terhadap penderita maupun pemantauan jentik berkala.Dinas Kesehatan Provinsi dan
Departermen Kesehatan secara ketat menyelenggarakan Surveilans Sentinel DBD
Berbasis satu puskesmas dan satu rumah sakit di setiap kabupaten/Kota secara
bulanan dan apabila diperlukan dapat dilkukan secara mingguan.Kami melakukan PE
(Penyelidikan Epidemiologi) menggunakan data pasien dengan menggunakan Form
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue.
4. Materi dan Praktek Surveilans
Surveilans adalah suatu proses pengumpulan,pengolahan,analisis dan interpretasi
data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan penyebarluasan informasi kepada
pihak terkait untuk melakukan tindakan.
Maka matreri yang dapat dipelajari di Puskesmas Moyudan ini yaitu Surveilans
berdasarkan Penyakit.
a. Surveilans Penyakit HIV/AIDS
Surveilans penyakit HIV/AIDS yang sedang dilaksanakan di Puskesmas
Moyudan ini yaitu pengumpulan data Ibu hamil (Bumil) yang dimana setiap
Bumil yang memeriksakan diri di Puskesmas di wajibkan untuk memeriksa
darah lengkap untuk pengambilan sampel HIV/AIDS.
Penjaringan HIV/AIDS bagi masyarakat biasa belum dilaksanakan karena
banyak masyarakat yang malas datang untuk memeriksakan diri ke
puskesmas.Tetapi dari Dinas Kesehatan biasanya melakukan penjaringan
langsung kepada masyarakat dengan cara penjaringan di tempat-tempat umum
seperti terminal-terminal Bus,kereta dll.Untuk kesadaran diri dari masyarakat
belum ada.
b. Surveilans Penyakit TB
Surveilans penyakit TB (Tubercolosis).Surveians dalam bidang penyakit
TB ini yaitu alurnya seperti demikian jika terdapat pasien yang berobat di
puskesmas yang di diagnose mengidap penyakit TB maka pasien itu akan di
berikan pengobatan secara maksimal di Puskesmas selanjutnya petugas
kesehatan yang bertanggung jawab dalam penyakit TB ini akan melakukan
kunjungan ke rumah penderita.Dan jika di rumah penderita terdapat anggota
keluarga yang menunjukan gejala TB maka anggota keluarga tersebut akan di
periks dan diajak untuk memeriksa diri ke Pelayanan Kesehatan.
Pencapian target Kasus TB pada tahun 2016 yaitu sebanyak 24 Penderita
namun belum mencapai target tersebut karena penderita yang datang berobat dan
terjaring yaitu sebanyak 13 penderita. Yang dimana jika dimasukan dalam persen
(%) yaitu yang seharusna 80% maka yang di dapati hanya 53%.
Kendala yag di dapati yaitu kebanyakan pasien yang belum paham dengan
cara pemeriksaan dahak yang dimana seharusnya mengeluarkan dahak tetapi
yang dikeluarkan yaitu liur maka kualitas dahaknya kurang maksimal.
Dan juga saya di ikut sertakan dalam rapat evaluasi pelaksanaan program
TB Tahun 2016 dengan pertemuan TIM DOTS.Tim DOTS yaitu pertemuan
semua karyawan atau petugas kesehatan Puskesmas Moyudan untuk saling
mendukung program yang akan di laksanakan.Rapat ini yang dilaksanakan di
Aula Puskesmas Moyudan, Hari/Tanggal : Selasa,14-februari-2017.Dan pada
tanggal 16-Februari-2017 kami di ajak untuk mengikuti sosialisasi penyuluhan
Public-Privat Mix-TB Program TB di Puskesmas Moyudan
Oleh
0130740024
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB III
PROGRAM, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROGRAM
1. Penyehatan Lingkungan
- Melaksanakan kunjungan pengawasan dan pembinaan TTU, TPM, Lingkungan
Permukiman.
- Melaksanakan pemantauan terhadap sumber pencemaran.
- Melaksanakan pemantauan kualitas air
- Melaksanakan pemantauan kualitas makanan
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
- Melaksanakan konsultasi kesehatan lingkungan
- Melaksanakan penyuluhan dan bimbingan teknis kesehatan lingkungan
3. Mendokumentasikan data dan laporan SP2TP Kesehatan Lingkungan.
- Membuat dan mendokumentasikan laporan LB3
B. HASIL
Kegiatan Magang diPuskesmas Minggir, Kec. Minggir,Sleman Yogjakarta dimulai
pada hari Senin tanggal 06 Februari 2017 dan berakhir pada hari Senin 20 Februari
2017. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa/i FKM UNCEN khususnya mahasiswa
semester VIII (delapan) yang terbagi dalam kelompok kecil yaitu 4 mahasiswa reguler
dan 1 mahasiswa tugas belajar yang terdiri dari 2 mahasiswa peminatan Kesehatan
Lingkungan, 1 mahasiswa peminatan Epidemiologi, dan 2 mahasiswa peminatan
Administrasi Kebijakan Kesehatan yang menempati Puskesmas Minggir, Kabupaten
Sleman,Yogyakarta.
Setelah mengikuti acara penerimaan mahasiswa magang dan penyampaian materi di
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, kami langsung dijemput dan diantar langsung oleh
salah satu Pegawai Puskesmas Minggir menuju ke lokasi penginapan kami yang dekat
dengan lokasi Puskesmas Minggir di Kec,Minggir, Kab,Sleman. Kami memulai
kegiatan kami di Puskesmas Minggir dengan awal perkenalan bersama Ibu Kepala, para
staf dan pegawai puskesmas saat apel pagi diruang Aula puskesmas, selanjutnya kami
perkenalan disetiap ruang kerja Puskesmas Minggir.
1. Kegiatan Didalam Ruangan
Untuk kegiatan yang dikerjakan didalam ruangan yaitu
mengentry data daftar nama keluarga yang tidak memiliki jamban sehat di
wilayah kerja puskesmas minggir,
mempelajari profil puskesmas minggir, membantu dalam pembagian kartu
BPJS kepada warga,
menghitung jumlah pendataan kesehatan lingkungan secara keseluruhan,
membantu membuat surat kepada pengelolah makanan di desa sendang mulyo
terkait kegiatan sosialisasi hygiene perorangan dalam mengelolah makanan
sehat.
C. PEMBAHASAN
Karena pada puskesmas Minggir tidak terdapat bagian epidemiologi maka dari itu
kegiatan yang dilakukan selama praktek terkait program yang dikerjakan yaitu tergabung
dengan bagian kesling yaitu :
1. Program Penyehatan Lingkungan
Dimana dalam program ini kegiatan yang telah dikerjakan adalah melaksanakan
pemantauan kualitas air terkait sarana air bersih di wilayah kerja puskesmas Minggir,
juga adanya kegiatan kunjungan daan pengawasan terhadapat balita yang diduga
pasien DHF.
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Dalam program ini salah satu kegiatan yang kami lakukkan adalah
melaksanakan penyuluhan dan bimbingan teknis kesehatan lingkungan yaitu kegiatan
sosialisasi dan sharing terkait depot isi ulang yang ada di Papua kepada ibu-ibu kader
di pustu sendangrejo.
3. Mendokumentasi data dan laporan SP2TP kesehatan lingkungan
Dalam program ini kegiatan yang dikerjakan yaitu mengentry data keluarga
yang belum memiliki jamban serta menghitung total keseluruhan data kader sarana
lingkungan.
PUSKESMAS GODEAN I
Oleh
0130740038
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB III
PROGRAM, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN
Kegiatan magang di mulai pada Senin, tanggal 06 Februari 2017 dan berakhir
pada hari senin tanggal 20 Februari 2017. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa/i
FKM UNCEN khususnya mahasiswa semester VIII (delapan) reguler dan tugas belajar
yang terbagi dalam 17 kelompok yang menempati 17 Puekesmas yang tersebar di
wilayah kerja Kabupaten Sleman.
Pada tanggal 07 Februari 2017 tim langsung melapor dan berkoordinasi dengan
Bapak Kepala Puskesmas kanda perihal kegiatan magang sekaligus melakukan
orientasi ruang di hari pertama.
Sebagian besar kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan observatif dan lebih
partisipatif dan selama masa magang di berlakukan sistem rolling. Dimana semua
anggota tim mendapatkan kesempatan untuk bertugas setiap unit yang ada di
puskesmas dengan maksud untuk mengetahui bagimana menangani setiap unit: alur
pelayanan, sistem kerja sampai pada sistem pencatatan dan pelaporan.
C. PEMBAHASAN
1. Orientasi Puskesmas
Kegiatan ini dilakukan di Puskesmas pada tanggal 07 feb 2017, dengan materi
pengenalan puskesmas ssecara keseluruhan mulai dari profil puskesmas, bagian-
bagian unit puskesmas, prosedur pelayanan puskesmas, dan pembagian tugas
mahasiswa untuk setiap bagian unit puskesmas, yaitu bagian : BP Umum, BP Gigi,
KIA, KB, Imunisasi, Konsultasi Sanitasi, Konsultasi Gizi, konsultasi Psikologi,
Laboratorium, Farmasi, Pendaftaran,Kasir, Fisioterapi dan tata usaha.
2. Inspeksi Sanitasi Perumahan
Kegiatan Inspeksi sanitasi perumahan dilakukan di Desa Siduagon,Jumlah
rumah yang diperiksa sebanyak 10 dari target 50 rumah, Persentase yang didapat
yaitu 45 % tidak memenuhi syarat, dari hasil yang inspeksi yang dilakukan adapun
rumah warga yang kondisi sanitasi rumahnya tidak memenuhi syarat yaitu Ventilsi
rumah yang tidak memiliki kasa anti nyamuk dan sirkulsi udara tidak lancar, rumah
tidak memiliki lubang asap dapur, tidak memiliki langit-langit, kamar tidak
berjendela.
3. Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih ( SAB)
Kegiatan pengawasan Kualitas Air Bersih meliputi mengatur, membina dan
mengawasi pelaksanaan penggunaan air dalam rangka memelihara dan
meningkatkan derjat kesehatan masyarakat. Kegiatan inspeksi sanitasi sarana air
bersih dilakukan yaitu Perumahan, Hasil pemeriksaan yang didapat sebagian besar
tidak memenuhi syarat seperti terdapat beberapa sumber pencemar dengan sarana
air bersih, sarana air limbah rusak, ada genangan air sekita sumur, kondisi lantai
sumur dalam keadaan rusak yang dapat memungkinkan air merembes masuk
kedalam Sarana Air Bersih (sumur gali) dan dinding sumur sedalam 3 meter tidak
diplester tidak diplester dengan baik.
4. Inspeksi Sanitasi Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Sanitasi tempat pengolahan makanan adalah suatu usaha penegndalian
melalui kegiatan pengawasan dan pemerikasaan terhadap pengaruh-pengaruh yang
ditimbulkan oleh tempat pengolahan makanan (TPM) yang erat hubungannya
dengan timbuk atau menyebarnya suatu penyakit. Inspeksi Sanitasi Intitusi
5. Kegiatan Penyelidikan Epidemioligi (PE)
Kegiatan penyelidikan epidemioligi yang dilakukan yaitu Penyelidikan kasus
DBD yang terjadi Serangan, Sidoluhur Godean Sleman kasus Penyelidikan
Epidemiologi yang dilakukan dengan mengindentifikasi sebanyak 27 rumah warga
dalam radius 100 meter dari rumah penederita DBD. Dari hasil identifikasi tersebut
sebagian besar ditemukan jentik pada bak mandi, bak WC, tempayan dan barang-
barang bekas yang terdapat genangan air.Tindak Lanjut dari kegiatan PE kemudian
dilkukan pengasapan (fogging Focus).
Faktor penyebab semakin banyaknya Kasus DBD di Indonesia, anatra lain
a. Factor virolis: agen penyakit. Virus penyebab dengan mempunyai beragam
dalam jumlah dan seroting serta virulensi yang saat ini dikhawatirkan telah
terjadi mutasi genetis sehingga virulensinya meningkat
b. Factor manusia :individual dan penduduk, jumlah penduduk yang semakin
bertambah jumlah penduduk dan meningkatkan jumlah dan sarana
transportasi, perilaku dan gaya hidup yang tidak mendukung tercipatnya
lingkungan yang bersih bebas jentik dan gigitan nyamuk
c. Factor nyamuk penular : yaitu nyamuk Aedes yang mempunyai kerentanan
tinggi terhadap virus penyebab DBD (virus DEN), kemampuan
reproduktifnya yang tinggi dan masa hidupnya yang panjang
d. Faktor lingkungan :klimatologis (kelembapan udara yang optimal, curah hujan
yang meningkat dan temperature udara yang meningkat) yang mendukung
secara optimal kapasitsa vektorial Nyamuk Aedes.
6. Pemantauan jentik di pemukiman warga
Yaitu; di Desa Sidoagon, desa Sidomoyo,Dari hasil pemantauan jentik sebagian
besar perumahan warga terdapat jentik nyamuk Aedesagepty dan terdapat dua kasus
DBD, untuk itu di lakukan Fogging Foccus.
7. Pemantauan jentik
a. Pemantauan jentik di pemukiman warga
Yaitu; di Desa Sidoagon, desa ,
Dari hasil pemantauan jentik sebagian besar perumahan warga terdapat jentik
nyamuk Aedesagepty dan terdapat dua kasus DBD, untuk itu di lakukan
Fogging Foccus.
b. Fogging Foccus
Dilakukan di dua lokasi yaitu ,Serangan, Sidoluhur Godean Sleman dimulai
pukul setengah lima pagi sampai pukul tujuh pagi. Hal ini dilakukan karena
terjadi kasus DBD dengan melakukan pengasapan untuk masing-masing lokasi.
8. Pemberian Materi
Selain kegiatan praktik lapangan, dalam kegiatan praktik kerja lapangan di
Puskesmas Sleman juga mendapatkan materi pembelajaran yang dilakuka di aula
Puskesmas Sleman, adapun materi yang disampaikan yaitu :
a. Orientasi Puskesmas
Materi orientasi puskesmas disampaikan oleh ibu Dwi Mulyani, A.Md dan
Endi Nugroho dan Yusuf Nabawi. A. Md.Kes Materi orientasi Puskesmas
bertujuan untuk mengenal lingkungan Puskesmas Sleman dan pembagian tugas
pembantu di setiap unit Puskesmas.
b. Penerapan ISO 9001 dan Perencanaan Program Puskesmas
Materi ini disampaikan oleh ???. Isi materi yang disampaikan tentang
penerapan ISO 9001 : 2000 di Puskesmas Sleman, serta penyampaian program-
program yang di rencanakan oleh Puskesmas Sleman.
c. Materi manajemen Puskesmas
Materi disampaikan oleh Ibu ??, membahas mengenai peneglolaan manajemen
Puskesmas secara keseluruhan, baik mengenai sumber perdanaan puskesmas,
pengelolaan dana puskesmas dan alokasi dana untuk setiap unit-unit pskesmas
sleman.
d. Materi Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
Materi ini disampaikan oleh Bapa Yusuf Nabawi. A. Md.Kes, yang membahas
mengenai Pengendalian Penyakit Menular dan penyakit tidak menular yang
sering terjadi di wilayah kerja Puskesmas Godean satu,
Seperti Kasus DBD selama tujuh tahun terakhir terjadi secara fluktuatif. Tahun
2008 merupakan tahun dengan kasus DBD tertinggi (40 kasus) dan tahu n 2013
merupakan tahun tertinggi kedua setelah tahun 2008, yaitu terdapat 33 kasus.
Penyebaran kasus DBD pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: ssidoagung
13 kasus, sidoluhur 14 kasus, sidomulyo 5 kasus dan sidomoyo 0 kasus. Dilihat
dari penyebaranya maka 42,2 % dusun terkena DBD dan tertinggi di desa
dengan kasus terkena DBD yang sesuai dengan kriteria telah dilakukan fogging
focus. Tahun 2015 adalah 37 pasien. Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada
table berikut ini
Tabel jumlah kasus DBD Puskemas Godean 1 Tahun 2009-2015
TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
DESA
Sido agung 15 10 7 9 13 10 47
Sido Luhur 14 6 5 11 14 11 18
Sido Mulyo 7 7 7 5 5 9 12
Sido Moyo 4 0 1 1 0 7 10
JUMLAH 51 23 26 33 80 37 87
e. Penyakit TB paru
1) Cakupan penemuan penderita baru BTA + baru, masih jauh dari target, yaitu 7
orang pada tahun 2014 ini sudah lebih banyak dibandingankan
2) Angka konversi 100% sudah lebih dari target
3) Angka kesembuhan (cure rate) 100 %
4) Error rate tidak ada
f. Diare
Kasus diare pada tahun 2015 terjadi 415 kasus. Hal ini menurun dibandingkan
tahun 2014 sebanyak 572 kasus
g. Malaria
Pada tahun 2003 merupakan kasus malaria tertinggu 5 kasus dan mulai tahun
2005-2015 tidak terdapat kasus malaria
PUSKESMAS GAMPING I
Oleh
MAHLA D. A. DOGOPIA
0130740069
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB III
PROGRAM, HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Magang dimulai pada hari Senin tanggal 06 Februari 2017 dan berakhir pada
hari Jumat tanggal 20 januari 2017. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa/i FKM UNCEN
khususnya mahasiswa semester VIII (delapan) regular Berjumlah 5 orang dalam I kelompok
yang bertempat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelompok tim penulis sendiri menempati
Puskesmas Gamping I yang berada di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
Yogyakarta.
Pada tanggal 07 Februari 2017 tim langsung melapor dan berkoordinasi dengan Ibu
Kepala Puskesmas Gamping I perihal kegiatan magang sekaligus melakukan orientasi
ruangan di hari pertama.
Sebagian besar kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan observatif dan lebih
partisipatif dan selama masa magang, dimana semua anggota tim mendapatkan kesempatan
untuk bertugas di setiap unit yang ada di puskesmas. Dengan maksud untuk mengetahui
bagaimana managemen setiap unit ; alur pelayanan, sistem kerja, sampai pada sistem
pencatatan dan pelaporan.
A. PROGRAM PUSKESMAS
I. Program Pemberantasan Penyakit Menular
1. Penyelidikan Epidemiologi Kasus Diare
Adalah Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap
penyakit diare dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit diare agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan. Langkah – langkah dalam melaksanakan kegiatan Penyidikan
Epidemiologi Kasus Diare adalah :
a. Pasien diare diketahui dari laporan masyarakat dan dari buku register
BP umum.
b. Menyiapkan sarana PE, seperti formulir PE dan surat tugas.
c. Menginformasikan ke kepala dusun atau kader setempat bahwa
diwilayahnya ada penderita diare dan akan di laksanakan PE
.
2. Penyidikan Epidemiologi Kasus Leptospirosis
Adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap
penyakit Leptospirosis dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit Leptospirosis agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan. Langkah – langkah dalam
melaksanakan kegiatan Penyidikan Epidemiologi Kasus Leptospirosis
adalah
a. Pengumpulan Data
1) Laporan rutin diambil dari buku catatan harian ( register ) di buat
laporan mingguan (W2) lewat SMS gateway kemudian dilaporkan ke
tingkat kabupaten melalui laporan bulanan lewat google drive.
2) Laporan KLB / wabah dilaporkan dalam periode 24 jam (W1) dan
dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi :
Kronologi terjadinya KLB
Cara penyebaran serta faktor – faktor yang mempengaruhi
Keadaan epidemiologis penderita
Hasil penyelidikan yang telah dilakukan
Hasil penanggulangan KLB
3) Pengolahan, analisis dan interpretasi
Data – data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam
bentuk table atau grafik keudian dianalisis dan interpretasi.
4) Penyebarluasan hasil interpretasi
Hasil analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan, diumpan
balikkan kepada pihak – pihak yang berkepentingan yaitu kepada
pimpinan daerah, kecamatan, hingga dinkes untuk mendapatkan
tanggapan dan dukungan penanganannya.
7. Fogging Foccus
Adalah kegiatan pengasapan yang dilakukan di rumah penderita DBD dan
rumah – rumah di sekitar penderita dengan radius 200 m.
Langkah – langkah dalam melaksanakan kegiatan Fogging Focus adalah:
a. Petugas DBD menyampaikan surat pemberitahuan rencana
penyemprotan kepada kepala dusun untuk di sampaikan kepada
masyarakat supaya melaksanakan ketentuan yang telah disampaikan
b. Tim Fogging menyiapkan alat dan bahan fogging ( Jrigen, bensin,
solar, insektisida, torong, senter, wearpak, helm, sepatu boot, masker)
c. Petugas DBD koordinasi dengan kepala dusun /RT/RW untuk siap
mendampingi pada waktu pengasapan
d. Tim fogging tiba di lokasi paling lambat pukul 05.00 WIB
e. Masing – masing petugas memakai pakaian fogging untuk
perlindungan diri
f. Pengawas mencampur insektisida dengan solar dengan takaran yang
sesuai kemudian dimasukkan kedalam mesin
g. Pelaksana memasukkan bensin dan campurkan obat ke mesin fogging
h. Pelaksana menghidupkan mesin untuk memulai fogging selanjynya
petugas sebagai petunjuk jalan
i. Penyemprotan searah dengan arah angin pintu rumh segera dibuka
untuk memudahkan pelaksanaan, setelah itu ditutup kembali
j. Lokasi yang diasap dalam rumah dan lingkungan
k. Pengawas harus mengevaluasi setiap petugas pengasapan selama
proses berlangsung
l. Pengasapan dilakukan sampai radius 200 m dan atau dosis campuran
insektisida habis.
B. HASIL MAGANG
1. Kegiatan di dalam gedung
a. Mempelajari sistem pelaporan penyakit wabah (W1) 24 jam dan laporan
mingguan penyakit wabah (W2) selama 52 minggu
b. Kegiatan membuat laporan mingguan penyakit (W2) selama 52 minggu tahun
2016
c. Kegiatan pelayanan medis di Pustu Gamping 1, Mancasan, Ambarketawang,
Gamping
d. Kegiatan Puskesmas Keliling di Posyandu Lansia Gamping Tengah, RW 15
Ambarketawang
e. Kegiatan sosialisasi materi Akreditasi dan ISO 9001 oleh kepala Puskesmas
Gamping 1, ( drg. Ratih Susila )
f. Kegiatan mendata dan mensortir amplop BPJS memisahkan data migrasi
kartu jamkesda ke BPJS(Kis),kartu indonesia sehat untuk keluarga miskin di
Kecamatan Ambarketawang dan Balaicatur.
g. Kegiatan Sterilisasi ruangan Puskesmas Gamping 1 dengan alat TLV – 25
C. PEMBAHASAN
1. Pencatatan dan pelaporan merupakan indikator keberhasilan suatu kegiatan. tanpa
ada pencatatan dan pelaporan kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan
tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah
sebuah data dan informasi yang bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan
benar. Laporan W1, W2, untuk memenuhi kebutuhan puskesmas guna melakukan
pemantauan kejadian luar biasa belum memberikan informasi lain untuk
pertimbangan maupun pencegahan misalnya frekuensi penyakit berdasarkan
kelompok umur. Formulir W1 : dilaporkan dalam 24 jam, digunakan untuk
melaporkan kejadian luar biasa atau wabah. Laporan W1 masih memberikan
gambaran KLB / wabah secara kasar, oleh karena itu harus segera diikuti dengan ;
Laporan penyelidikan sementara ( PE )
Rencana penanggulangan
Formulir W2 : dilaporkan secara mingguan, yaitu laporan dari penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB atau wabah yang perlu dilaporkan secara rutin yaitu :
Kolera, Diare, Pes, DHF (DBD), Rabies, Difteri, Polio, Pertusis, Campak, dan
penyakit yang menjadi wabah ( Sars )
Wabah / KLB : adalah peristiwa timbulnya penyakit yang mempunyai jumlah 2 kali
lipat dari biasanya, atau penyakit yang sebelumnya tidak ada, atau yang ditetapkan
oleh pemerintah → UU Wabah
Kami mahasiswa magang di Puskesmas Gamping 1 mempelajari sistem pelaporan
W1 dan W2 dan selanjutkan kami mempraktekkan apa yang sudah kami pelajari
sebelumnya yaitu dengan membuat Laporan W2 Puskesmas Gamping 1 Tahun
2016. Manfaat dari membuat laporan W2 ini adalah untuk mengetahui penyakit –
penyakit apa saja yang berpotensi menimbulkan KLB / wabah selama 52 minggu di
daerah kerja Puskesmas Gamping 1.
Oleh
0130740048
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB III
PROGRAM, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROGRAM
Program merupakan suatu rangkaian kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu.
1. Kegiatan Epidemiologi Dalam Gedung
a. Diskusi materi mengenai program P2M (Pengendalian Penyakit Menular).
b. Diskusi materi mengenai penyakit TB.
c. Diskusi materi mengenai PTM (Penyakit Tidak Menular).
B. HASIL
1. Kegiatan Epidemiologi Dalam Gedung
a. Diskusi materi mengenai program P2M (Pengendalian Penyakit Menular).
Hari/ Tanggal : Sabtu, 11 Februari 2017
Waktu : 09.20– 10.00 WIB
Metode : Wawancara dan Diskusi
Tempat : Puskesmas Godean II
Narasumber : Alb. Setyo Nugroho, A.Md.Kep
C. PEMBAHASAN
1. Kegiatan Epidemiologi Dalam Gedung
a. Diskusi materi mengenai program P2M (Pengendalian Penyakit Menular).
Program P2M yang terdapat di Puskesmas Godean II yaitu DBD,
leptospirosis, TBC, diare dan keracunan makanan. Salah satu program P2M
adalah penyuluhan yang dilakukan dengan dua macam yaitu penyuluhan secara
langsung ke masyarakat dengan pertemuan kemudian dilakukan penyuluhan
dan penyuluhan melalui siaran radio sebanyak 2 atau 3 kali dalam 1 tahun tidak
hanya penyuluhan tentang P2M saja untuk semua penyuluhan. Tujuan utama
dari pengendalian P2M yaitu mengendalikan penyakit yang umum terjadi dan
memberikan kesadaran pada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan
dan kerjasama dengan promosi kesehatan mengenai PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat). Tugas utama P2M yaitu membentuk tim gerak cepat untuk
surveilans.
Grafik 3.1 Jumlah Kasus DBD di Puskesmas Godean II Tahun 2016
KASUS DBD
120
100
80
60
40
20
0
DF DBD DSS TOTAL
KASUS DBD 59 49 3 111
k. Penyuluhan TB.
Kegiatan penyuluhan TB dilaksanakan di Desa Sidoarum pada hari
Kamis, 16 Februari 2017 ditujukan kepada para warga sekitar dan dihadiri
oleh 28 orang. Penyuluhan TB merupakan kegiatan partisipasi mahasiswa
yang dilakukan atas permintaan petugas Puskesmas Godean II.
Penyakit TB belum banyak diketahui oleh masyarakat setempat, sehingga
para warga berantusias dalam merespon materi yang disampaikan, hal ini
dilihat dari beberapa pertanyaan yang diajukan kepada penyuluh, diantaranya:
“apakah pada umur lansia kalau batuk-batuk dan ada pembengkakan sendi itu
termasuk TB tulang?”.
PUSKESMAS MLATI II
Oleh
MILKA PATAMPANG
0130740081
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB III
PROGRAM, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROGRAM
Tabel 3.1. Kegiatan Magang di Puskesmas Mlati II
METODE
N HARI/TANG LOKASI PELAKSAN
KEGIATAN
O. GAL KEGIATAN AAN
MAGANG
1. Selasa, 07-02- a. Pengenalan dan Pembekalan Pkm Mlati II Diskusi
17 b. Inspeksi sanitasi sumur gali Pkm Mlati II Praktek
dan masjid di Puskesmas Mlati
II Pkm Mlati II Diskusi
c. Penilaian rumah sehat
(pengisian form) Pkm Mlati II Diskusi
d. Pemeriksaan sarana pelayanan
kesehatan (pengisian formulir) Pkm Mlati II Diskusi
e. Penjelasan tentang pengisian
lembar observasi PSN
2. Rabu, 08-02-17 a. Surveilans epidemiologi DBD, Pkm Mlati II Materi dan
diare, malaria, TBC Diskusi
b. Orientasi profil Puskesmas Pkm Mlati II Materi
Mlati II
c. Struktur Organisasi Puskesmas Pkm Mlati II Diskusi
Mlati II
3. Kamis, 09-02- a. Apel pagi Pkm Mlati II -
17 b. Penyelidikan epidemiologi Dusun Praktek
(praktek pemeriksaan jentik) Tirtoadi
4. Jumat, 10-02- a. Senam Pkm Mlati II -
17 b. Lanjutan surveilans Pkm Mlati II Diskusi
epidemiologi
5. Sabtu, 11-02- a. Puskesmas Keliling POS PAUD Praktek
17 Mlati
b. Sosialisasi Penyakit Menular Pkm Mlati II Materi
6. Senin, 13-02- a. Apel Pagi Pkm Mlati II -
17 b. Monitoring PSN Dusun Praktek
Tlogoadi
c. Inspeksi Sanitasi Masjid Dusun Praktek
Dlogoadi
7. Selasa, 14-02- a. Pola penyebaran penyakit Pkm Mlati II Diskusi
17 b. Trend penyakit Pkm Mlati II Diskusi
8. Kamis, 16-02- a. Penyuluhan kespro SMP Praktek
17 (pernikahan dini) Pamungkas
Sleman
b. Sterilisasi ruangan IGD Pkm Mlati II Praktek
9. Jumat, 17-02- a. Senam Pkm Mlati II -
17 b. Lanjutan trend penyakit Pkm Mlati II Diskusi
10. Sabtu, 18-02-
17
B. HASIL & PEMBAHASAN
1. Trend Penyakit
Penyakit DBD merupakan penyakit endemis di Puskesmas Mlati II dan
endemis nasional. DBD merupakan salah satu penyakit menular yang sedang trend di
masyarakat. Jumlah kasus DBD sampai dengan bulan Desember 2015 tercatat 34
kasus. Desa yang paing banyak kasus demam berdarah adalah Desa Sumberadi
dengan 15 kasus. Tahun 2016 terdapat 60 kasus DBD di Puskesmas Mlati II Sleman
dan telah dilakukan fogging sebanyak 35 kali di rumah penderita dan di sekitar
rumah penderita.
Grafik 3.2 Jumlah Kasus DBD Tahun 2015
16
14
12
10
Sumberadi
8
Tlogoadi
6 Tirtoadi
4
2
0
1 2 3
b. HIV
Terdapat 10 kasus HIV di Puskesmas Mlati II Sleman. AIDS merupakan
dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup.
AIDS disebabkan oleh infeksi HIV dan ditandai dengan berbagai gejala
klinik atau kumpulan gejala penyakit.
ODHA yaitu orang dengan HIV/AIDS sedangkan OHIDA yaitu orang yang
hidup dengan orang terinfeksi HIV. MARP adalah populasi/kelompok dengan
resiko tinggi.
c. TB
Indonesia menduduki peringkat ketiga kasus TB. Terdapat 17 pasien yang
dirawat di Puskesmas Mlati II Sleman. 14 pasien yang dirawat diantaranya 1
pasien dengan penyakit TB ekstra paru, 12 pasien dengan TB BTA positif, dan 1
pasien dengan TB BTA negatif.
Di wilayah Tirtoadi terdapat 2 pasien yang masih dalam pengobatan di
Puskesmas Mlati II dan 1 pasien yang masih dalam pengobatan di RS UGM. Di
wilayah Tlogoadi terdapat 6 pasien yang masih dalam pengobatan di Puskesmas
Mlati II termasuk 1 pasien MDR TB. Di wilayah Sumberadi terdapat 6 pasien
yang masih dalam pengobatan dan 1 pasien yang telah meninggal.
d. Gondong/Parotitis
Gondonng/parotitis merupakan infeksi kelenjar parotis atau ludah.
Penyebabnya adalah virus Mumps yang ditularkan melalui percikan ludah
penderita yang bersin atau batuk. Apabila tidak terjadi infeksi maka virus akan
hilang dengan sendirinya yaitu dengan cara banyak istirahat, perbanyak
mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat terutama mengandung vitamin
C yang tinggi. Jika terjadi infeksi maka harus diberi antibiotik.
e. Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri leptospira yang ditularkan melalui
kencing tikus. Jika terdapat luka maka bakteri akan masuk melalui pembuluh
darah.
3. Surveilans epidemiologi
Kegiatan surveilans berkaitan dengan KLB. KLB adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yg berkala secara epidemiologi pada
suatu daerah atau dalam waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat
menimbulkan terjadinya wabah. Pelaporan dan penanganan KLB diharapkan Kurang
dari 24 jam dilakukan surveilans epidemiologi.
Langkah-langkah dalam melakukan surveilans yaitu:
a. Mendiagnosis secara klinis/lab
b. Mengindentifikasi faktor resiko terjadinya sakit
c. Pencatatan hasil analisis klinis dan identifikasi kasus menurut variabel orang,
tempat dan waktu
d. Analisis identifikasi kasus
e. Penanganan kasus
f. Tindakan observasi di rumah kasus dan sekitar kasus dengan konsep wilayah
g. Analisis hasil identifikasi kasus dan hasil observasi di lapangan di wilayah
kasus.
h. Rencana tindak lanjut penanggulangan kasus penyakit
Dalam surveilans epidemiologi yang harus dilakukan adalah melihat trend
penyakit. Setelah kasus diketahui langkah selanjutnya yaitu melakukan survei ke
dusun pada rumah penderita dan di sekitar rumah penderita sebanyak 20 rumah.
Survei kasus DBD dilakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air
dan melihat apakah ada anggota keluarga yang memiliki gejala panas jika ada maka
sudah terjadi penularan. Langkah selanjutnya yaitu menghitung angka bebas jentik
(ABJ), jika ABJ<95% maka ada penyebaran sehingga untuk meningkatkan angka
bebas jentik pada wilayah tersebut dilakukan fogging fokus pada rumah penderita
(200m) ke arah barat, timur, utara dan selatan. Pemberantasan DBD dilakukan
dengan melakukan tindak lanjut fogging, penyuluhan DBD pada masyarakat, dan
melakukan pemberantasan ssarang nyamuk (PSN).
Survey kasus diare dilakukan pemeriksaan feses dan pengambilan sampel air
kemudian di kirim ke laboratorium dinas kesehatan. Penyuluhan mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu dilakukan sebagai tindak lanjut penanganan
kasus diare.
Survey kasus malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria. Survey kasus TBC
dilakukan dengan mengunjungi rumah penderita untuk pemeriksaan dahak.
Pemeriksaan dahak tidak hanya dilakukan pada penderita tetapi dilakukan pada
seluruh anggota keluarga. Penderita TBC juga biasanya dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan HIV.
Oleh
0130740083
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB III
PROGRAM, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu mata kuliah wajib yang
diperoleh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih pada semester
VIII (Delapan). Pada tahun ajaran 2016/2017 pelaksanaan kegiatan PKL dilaksanakan di Balai
Litbang P2B2 Banjarnegara, Dinas Kesehatan Kab.Sleman dan Puskesmas Depok II
Kab.Sleman Yogyakarta.
Setiap kelompok yang terbagi tujuh belas kelompok (17 Puskesmas Depok II di
Kab.Sleman) memiliki jumlah anggota kelompok kurang lebih sebanyak 4 - 5 orang mahasiswa.
Yang melaksanakan kegiatan PKL adalah mahasiswa reguler, non reguler dan tugas belajar yang
terbagi dalam setiap kelompok.
Kelompok ini di tempatkan di Puskesmas Depok II Kab.Sleman dengan Wilayah kerja meliputi
1 desa Condongcatur kecamatan depok dengan meliputi 18 Desa. Kelompok yang ditempatkan
di Puskesmas Depok II Kab.Sleman ini memiliki anggota kelompok terdiri dari mahasiswa
reguler sebanyak 3 orang dan non reguler sebanyak 2 orang yang berasal dari tiga peminatan,
yakni kesehatan lingkungan ( 2 Orang ), epideimologi ( 1 orang ) dan administrasi kebijakan
kesehatan ( 2 orang ). Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Depok II Kab.Sleman
dilaksanakan dari tanggal 06 Februari – 20 Februari 2017.
Puskesmas Depok II Kab.Sleman memiliki prinsip kerja yang selalu dilaksanakan oleh setiap
pegawai puskesmas, yaitu 5R dan 5S. 5R meliputi: Ringkas, Rapi, Rawat, Rajin, Resik.
Sedangkan 5S meliputi: Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun.
d. Sistem Surveilans
1) Pengetian
Surveilans Epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus teratur dan
terus – menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun
penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan dan
penanggulannya (Noor,1997)
2) Kegunaan Surveilans Epidemiologi
Pada awalnya surveilans epidemilogi banyak dimanfaatkan pada upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak deperlukan
pada setiap upaya penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya
untuk mengukur kinerja menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya untuk
mengukur kinerja upaya pelayanan pengobatan juga membutuhkan dukungan
surveilans epidemiologi.Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan
informasi epidemiologi yang akan dimanfaatkan dalam:
a) Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan
evaluasi program pemberantasan penyakit serta program peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberatasan penyakit menular,
penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan dan program
kesehatan lingkunan, perilaku kesehatan dan program kesehatan lainnya.
b) Melaksanakan sistem kewaspadaan dini dan kejadian luar biasa penyakit dan
keracunan serta bencana.
c) Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program
surveilans epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit.
Berikut ini adalah Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi :
- Campak
- AFP (Akut Flacid Paralisit)
- Plemunia pada balita
- Diare
5. Gambaran Klinik
1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue kedalam
kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam, sakit kepala
dan malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun
menjadi suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya demam,
gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri punggung, nyeri
tulang, dan persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.
3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit.
4. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba meskipun pada anak
kekurangan gizi, hatipun sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatoegali dan hati
teraba kenyal,harus di perhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
5. Renjatan (syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan dan jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut
dan cepat, kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun
sampai di bawah angka 80 mmHg. Manifestasi renjatan pada anak terdiri atas:
a. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan, dan hidung.
b. Kuku menjadi biru, kegagalan sirkulasi insufien yang menyebabkan peninggian
aktifitas simpatikus secara refleks.
c. Apati,sopor, dan koma akibat kegagalan sirkulasi serebral.
d. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang.
e. Tekanan sistolik pada anak turun menjadi 80 mmHg atau kurang.
f. Ologuria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri
renalis.
6. Pembesaran Hati
Hati yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan
pembesaran hati ini tidak sejajar dengan berat penyakit. Nyeri tekan sering kali di
temukan tanpa disertai ikterus.
Hati pada anak berusia 4 tahun dan atau lebih dengan gizi baik biasanya tidak
dapat diraba. Kewaspadaan perlu ditingkatkan pada anak yang hatinya semula tidak
dapat diraba pada saat masuk rumah sakit dan selama perawatan hatinya menjadi lebih
dan kenyal, karena keadaan ini menunjuk ke arah erjadinya renjatan.
2. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD
dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa
rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan
kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun
ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan
angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada
anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.
3. Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada
hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi
peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik,
maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.
4. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi
virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah
insiden kasus DBD tersebut.
5. Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan
infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari
Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil
militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalur
penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005).
b. Faktor lingkungan (environtment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut,
curah hujan, angin, kelembaban, musim).
1. Letak geografis.
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai
negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang
Utara dan 40º Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean
dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006).
Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan
oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue
menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts)
kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena
demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi
dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan
problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik
yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain
(Hadinegoro dan Satari, 2002).
2. Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim dingin. Di
Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia,
Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah
musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan
erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan
peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit, karena didukung oleh lingkungan
yang baik untuk masa inkubasi.
c. Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi
penduduk)
d. Jenis nyamuk sebagai vektor penular penyakit
e. Faktor gent yaitu sifat virus Dengue yang hingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis
serotipe yaitu Dengue 1,2,3,4.
Oleh
NATALIA HILUKA
0130740031
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB III
PROGRAM, HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Magang dimulai pada hari Senin tanggal 06 Februari 2017 dan berakhir pada
hari Jumat tanggal 20 januari 2017. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa/i FKM UNCEN
khususnya mahasiswa semester VIII (delapan) regular Berjumlah 5 orang dalam I kelompok
yang bertempat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelompok tim penulis sendiri menempati
Puskesmas Kalasan yang berada di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
Yogyakarta.
Pada tanggal 07 Februari 2017 tim langsung melapor dan berkoordinasi dengan Ibu
Kepala Puskesmas Kalasan perihal kegiatan magang sekaligus melakukan orientasi ruangan
di hari pertama.
Sebagian besar kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan observatif dan lebih
partisipatif dan selama masa magang, dimana semua anggota tim mendapatkan kesempatan
untuk bertugas di setiap unit yang ada di puskesmas. Dengan maksud untuk mengetahui
bagaimana managemen setiap unit ; alur pelayanan, sistem kerja, sampai pada sistem
pencatatan dan pelaporan.
A. PROGRAM PUSKESMAS
Program Pemberantasan Penyakit Menular
1. Penyelidikan Epidemiologi Kasus Deman Berdarah Dangue (DBD)
Adalah proses untuk melakukan penyelidikan epidemiologi dirumah penderita
kasus DBD dan rumah – rumah di sekitar penderita kasus DBD. Langkah – langkah
dalam melaksanakan kegiatan Penyidikan Epidemiologi DBD adalah :
a. Setelah menerima laporan KDRS / Surat Keterangan Diagnosis adanya
penderita DBD, petugas DBD segera mencatat dalam register DBD
b. Menyiapkan peralatan survey, seperti : senter, ATK, formulir PE dan surat
tugas
c. Memberitahukan secara lisan ke kepala Dusun setempat bahwa di wilayahnya
ada penderita DBD dan akan dilaksanakan PE
2. Pelaksanaan Penyidikan Epidemiologi
a. Tim PE memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan wawancara dengan
keluarga penderita, untuk mengetahui riwayat kejadian penyakit DBD yang
bersangkutan dan mengetahui ada tidaknya penderita kain dalam keluarga
b. Bila ditemukan penderita tanpa sebab yang jelas dan belum di periksa pada saat
itu disarankan untuk diperiksakan di Puskesmas
c. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air dan tempat lain
yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti baik didalam
maupun diluar rumah/bangunan
d. Bila ditemukan jentik segera dianjurkan untuk dilakukan pemberantasan sarang
nyamuk
e. Kegiatan ini dilakukan pasa radius 100 m dan atau lokasi minimal 20 rumah di
sekitar penderita
f. Berdasarkan Penyidikan Epidemiologi dilakukan penanganan tindak lanjut
Hasil tindak lanjut PE ditulis di register DBD dan segera dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten.
4. Fogging Foccus
Adalah kegiatan pengasapan yang dilakukan di rumah penderita DBD dan rumah –
rumah di sekitar penderita dengan radius 200 m.Langkah – langkah dalam
melaksanakan kegiatan Fogging Focus adalah:
a. Petugas DBD menyampaikan surat pemberitahuan rencana penyemprotan
kepada kepala dusun untuk di sam[aikan kepada masyarakat supaya
melaksanakan ketentuan yang telah disampaikan
b. Tim Fogging menyiapkan alat dan bahan fogging ( Jrigen, bensin, solar,
insektisida, torong, senter, wearpak, helm, sepatu boot, masker)
c. Petugas DBD koordinasi dengan kepala dusun /RT/RW untuk siap
mendampingi pada waktu pengasapan
d. Tim fogging tiba di lokasi paling lambat pukul 05.00 WIB
e. Masing – masing petugas memakai pakaian fogging untuk perlindungan diri
f. Pengawas mencampur insektisida dengan solar dengan takaran yang sesuai
kemudian dimasukkan kedalam mesin
g. Pelaksana memasukkan bensin dan campurkan obat ke mesin fogging
h. Pelaksana menghidupkan mesin untuk memulai fogging selanjynya petugas
sebagai petunjuk jalan
i. Penyemprotan searah dengan arah angin pintu rumh segera dibuka untuk
memudahkan pelaksanaan, setelah itu ditutup kembali
j. Lokasi yang diasap dalam rumah dan lingkungan
k. Pengawas harus mengevaluasi setiap petugas pengasapan selama proses
berlangsung
l. Pengasapan dilakukan sampai radius 200 m dan atau dosis campuran
insektisida habis.
7. Imunisasi
Dalam kegiatan ini di tingkat Puskesmas melaksanakan Imunisasi dan Merujuk
(KIPI) dan Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Adapun pemberian pelayanan imunisasi langsung ke sasaran bayi, ibu hamil, wanita
usia subur (calon pengantin) dan anak sekolah dilakksanakan oleh (UPK)
pemerintah maupun swasta di seluruh wilayah Puskesmas.
Adapun jenis imunisasi yang diberikan Peningkatan Kewaspadaan Dini terhadap
penyakit. Kegiatan kewaspadaan dini terhadap penyakit terutama surveilans
penyakit menular dilaksanakan dengan pelaporan Surveilans Terpadu Pusat
Kesehatan Masyarakat (STP) tiap bulan, pelaporan penyakit wabah (W1) 24 jam
dan laporan mingguan penyakit wabah (W2) selama 52 minggu.
8. Penyelidikan Epidemiologi Kasus Diare
Adalah Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit
diare dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit diare agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Langkah – langkah dalam
melaksanakan kegiatan Penyidikan Epidemiologi Kasus Diare adalah :
a. Pasien diare diketahui dari laporan masyarakat dan dari buku register BP
umum.
b. Menyiapkan sarana PE, seperti formulir PE dan surat tugas.
c. Menginformasikan ke kepala dusun atau kader setempat bahwa diwilayahnya
ada penderita diare dan akan di laksanakan PE.
B. HASIL MAGANG
a) Kegiatan di dalam gedung
a. Mengentri data dari buku (KDRS) dalam SPSS
b. Mempelajari sistem pelaporan penyakit wabah (W1) 24 jam dan laporan
mingguan penyakit wabah (W2) selama 52 minggu
c. Kegiatan membuat laporan mingguan penyakit (W2) selama 52 minggu tahun
2016
d. Kegiatan menerima materi :
Pola Penyebaran Penyakit
Sistem kewaspadaan dini
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Penyelidikan Epidemiologi (PE)
C. PEMBAHASAN
1. Pencatatan dan pelaporan
merupakan indikator keberhasilan suatu kegiatan. tanpa ada pencatatan dan
pelaporan kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat
wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan
informasi yang bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Laporan
W1, W2, untuk memenuhi kebutuhan puskesmas guna melakukan pemantauan
kejadian luar biasa belum memberikan informasi lain untuk pertimbangan
maupun pencegahan misalnya frekuensi penyakit berdasarkan kelompok umur.
Formulir W1 : dilaporkan dalam 24 jam, digunakan untuk melaporkan kejadian
luar biasa atau wabah. Laporan W1 masih memberikan gambaran KLB / wabah
secara kasar, oleh karena itu harus segera diikuti dengan ;
Laporan penyelidikan sementara ( PE )
Rencana penanggulangan
Formulir W2 : dilaporkan secara mingguan, yaitu laporan dari penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB atau wabah yang perlu dilaporkan secara rutin yaitu
: Kolera, Diare, Pes, DHF (DBD), Rabies, Difteri, Polio, Pertusis, Campak, dan
penyakit yang menjadi wabah ( Sars )
Wabah / KLB : adalah peristiwa timbulnya penyakit yang mempunyai jumlah 2
kali lipat dari biasanya, atau penyakit yang sebelumnya tidak ada, atau yang
ditetapkan oleh pemerintah → UU Wabah
Kami mahasiswa magang di Puskesmas Kalasan mempelajari sistem pelaporan
W1 dan W2 dan selanjutkan kami mempraktekkan apa yang sudah kami pelajari
sebelumnya yaitu dengan membuat Laporan W2 Puskesmas kalasan Tahun 2016.
Manfaat dari membuat laporan W2 ini adalah untuk mengetahui penyakit –
penyakit apa saja yang berpotensi menimbulkan KLB / wabah selama 52 minggu
di daerah kerja Puskesmas Kalasan.
2. Fogging
Merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD (Demam Berdarah Dengue)
yang dilaksanakan pada saat terjadi penularan DBD melalui penyemprotan
insektisida daerah sekitar kasus DBD yang bertujuan memutus rantai penularan
penyakit. Sasaran fogging adalah rumah serta bangunan dipinggir jalan yang dapat
dilalui mobil di desa endemis tinggi. Cara ini dapat dilakukan untuk membunuh
nyamuk dewasa maupun larva. Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan
menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk
Aedes aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda
yang tergantung seperti kelambu pada kain tergantung. Fogging dilaksanakan
dalam bentuk yaitu : a) Fogging Fokus Adalah pemberantasan nyamuk DBD
dengan cara pengasapan terfokus pada daerah tempat ditemukannya tersangka /
penderita DBD. b) Fogging Massal Adalah kegiatan pengasapan secara serentak
dan menyeluruh pada saat terjadi KLB DBD.
Adapun syarat-syarat untuk melakukan fogging, yaitu :
a. Adanya pasien yang meninggal disuatu daerah akibat DBD.
b. Tercatat dua orang yang positif yang terkena DBD di daerah tersebut.
c. Lebih dari tiga orang di daerah yang sama mengalami demam dan adanya
jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti. Apabila ada laporan DBD di rumah
sakit atau Puskesmas di suatu daerah, maka pihak rumah sakit harus segera
melaporkan dalam waktu 24 jam, setelah itu akan diadakan penyelidikan
epidemiologi kemudian baru fogging fokus.
Oleh
RAMALAHWATI WENDA
0130740123
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BAB III
PROGRAM, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Pengertian penyakit demam berdarah dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India,
Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga
kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam
penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit
lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi
selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita
akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Culicidae
Genus: Aedes
Upagenus: Stegomyia
Spesies: Ae. Aegypti
2. Ciri morfologi
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna
hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih
keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung
vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada
tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan
identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap
berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh
nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan
dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan
terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat
diamati dengan mata telanjang.
Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip
ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk
dewasa mempunyai ciri pada tubuhnya yang berwarna hitam mempunyai bercak-
bercak putih keperakan atau putih kekuningan, dibagian dorsal dari thorak terdapat
bercak yang khas berupa 2 garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis lengkung di
tepinya. Aedes albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva
Aedes mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki satu
pasang hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak sempurna dan posisi larva Aedes
pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan
menempel pada dinding tempat perindukannya. Telur Aedes aegypti mempunyai
dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain
kasa. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap
kali bertelur. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu
kira-kira 9 hari (Srisasi G et al., 2000).
4. Patogenitas DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue
termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4 serotipe
yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini terdapat di
Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering menimbulkan wabah,
sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah virus DEN 2
(Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya demam
secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot
(myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul dulu
pada bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-
muntah atau diare (Soewandoyo E., 1998).
Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari
pembuluh darah perifer ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat
asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya (Dengue
Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah dengan renjatan
(DSS) dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri
sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S., 2004).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang
biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue adalah APC
(Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag
jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al.,
2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir
setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan
menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen
Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-
Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper
akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah
memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis
antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi,
antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang
pada saat ini mulai diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit
infeksi virus, yaitu kerentanan yang dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah
satu teori kejadian infeksi berdasarkan adanya perbedaan kerentanan genetik (genetic
susceptibility) antar individu terhadap infeksi yang mengakibatkan perbedaan
interaksi antara faktor genetik dengan organisme penyebab serta lingkungannya
(Darwis D., 1999).
Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah
peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam
ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan
tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-
kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi serosa, efusi
pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).
Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat
menjelaskan satu atau beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan
secara utuh keseluruhan fenomena (Soetjipto et al., 2000). Beberapa teori tentang
patogenesis DBD adalah The Secondary Heterologous Infection Hypothesis,
Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena Antibodi Dependent Enhancement
(ADE), Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori Apoptosis (Soegijanto S.,
2004).
Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada
pemberantasan vektor penyakit karena vaksin yang efektif masih belum tersedia.
Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan sarang nyamuk dan pembasmian
jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat penampungan air
bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan nyamuk, diikuti
penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tempat
air bersih perlu dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan
melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran ikan pemakan jentik di
kolam-kolam (Soegijanto S., 2004).
2) Patogen
Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk.
Sebagai contoh adalah berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat
cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti Bacillus thuringiensis
subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia,
Thelohania) dan fungi (seperti Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)
3) Parasit
Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada
serangga vektor dan menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing
Nematoda seperti Steinermatidae (Neoplectana), Mermithidae
(Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat digunakan
untuk mengendalikan populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu
kesehatan lainnya. Nematoda ini memerlukan serangga sebagai inangnya,
masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan tubuh serangga
tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan contoh yang
sudah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk.
Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini
masih terbatas pada daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya
terbatas, hanya menyerang pada fase dan spesies serangga tertentu dan
memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.
.
Leptospirosis
1. Pengertian Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang manusia dan
binatang. Penyakit menular ini adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti
manusia. Termasuk penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di dunia.
Leptospirosis juga dikenal dengan na ma flood fever atau demam banjir karena
memang muncul dikarenakan banjir. Dibeberapa negara leptospirosis dikenal
dengan nama demamicterohemorrhagic, demam lumpur, penyakit swinherd,
demam rawa, penyakit weil, demam canicola (PDPERSI Jakarta, 2007).
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman leptospira
patogen (Saroso, 2003).
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dinamakan
Leptospira. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti Mudfever, Slime
fever (Shlamnfieber), Swam fever, Autumnal fever, Infectious jaundice, Field
fever, Cane cutter dan lain-lain (WHO, 2003).
Leptospirosis atau penyakit kuning adalah penyakit penting pada manusia,
tikus,anjing,babi dan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh spirochaeta leptospira
icterohaemorrhagiae yang hidup pada ginjal dan urine tikus (Swastiko, 2009).
2. Etiologi
Penyakit yang terdapat di semua negara dan terbanyak ditemukan dinegara
beriklim tropis ini, disebabkan oleh Leptospira interrogans dengan berbagai subgrup
yang masing-masing terbagi lagi atas serotipe bisa terdapat pada ginjal atau air
kemih binatang piaraan seperti anjing,lembu,babi,kerbau dan lain-lain, maupun
binatang liar seperti tikus,musang, tupai dan sebagainya. Manusia bisa terinfeksi
jika terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang luka atau erosi dengan
air, tanah,lumpur dan sebagainya yang telah terjemar oleh air kemih binatang yang
terinfeksi leptospira (Mansjoer, 2005)
Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis Genus
3. Patofisiologi
Leptospira dapat masuk melalui luka dikulit atau menembus jaringan mukosa
seperti konjungtiva, nasofaring dan vagina. Setelah menembus kulit atau mukosa,
organisme ini ikut aliran darah dan menyebar keseluruh tubuh. Leptospira juga
dapat menembus jaringan seperti serambi depan mata dan ruang subarahnoid tanpa
menimbulkan reaksi peradangan yang berarti. Faktor yang bertanggung jawab untuk
virulensi leptospira masih belum diketahui. Sebaliknya leptospira yang virulen
dapat bermutasi menjadi tidak virulen. Virulensi tampaknya berhubungan dengan
resistensi terhadap proses pemusnahan didalam serum oleh neutrofil. Antibodi yang
terjadi meningkatkan klirens leptospira dari darah melalui peningkatan opsonisasi
dan dengan demikian mengaktifkan fagositosis.
Beberapa penemuan menegaskan bahwa leptospira yang lisis dapat
mengeluarkan enzim, toksin, atau metabolit lain yang dapat menimbulkan gejala-
gejala klinis. Hemolisis pada leptospira dapat terjadi Karena hemolisin yang
tersirkulasi diserap oleh eritrosit, sehingga eritrosit tersebut lisis, walaupun didalam
darah sudah ada antibodi. Gangguan fungsi hati yang paling mencolok adalah
ikterus, gangguan factor pembekuan, albumin serum menurun, globulin serum
meningkat. Gagal ginjal merupakan penyebab kematian yang penting pada
leptospirosis. Pada kasus yang meninggal minggu pertama perjalananpenyakit,
terlihat pembengkakan atau nekrosis sel epitel tubulus ginjal. Pada kasus yang
meninggal pada minggu ke dua, terlihat banyak focusnekrosis pada epitel tubulus
ginjal. Sedangkan yang meninggal setelah hari ke dua belas ditemukan sel radang
yang menginfiltrasi seluruh ginjal (medula dan korteks). Penurunan fungsi ginjal
disebabkan oleh hipotensi,
4. Manifestasi klinik
Gambaran klinis Leptospirosis dibagi atas 3 fase yaitu : faseleptospiremia, fase
imun dan fase penyembuhan.
a. Fase Leptospiremia
Demam mendadak tinggi sampai menggigil disertai sakit kepala,nyeri otot,
hiperaestesia pada kulit, mual muntah, diare, bradikardi relatif, ikterus, injeksi
silier mata. Fase ini berlangsung 4 -9 hari dan berakhir dengan menghilangnya
gejala klinis untuk sementara.
b. Fase Imun
Dengan terbentuknya IgM dalam sirkulasi darah, sehingga gambaranklinis
bervariasi dari demam tidak terlalu tinggi, gangguan Fungsiginjal dan hati, serta
gangguan hemostatis dengan manifestasi perdarahan spontan.
c. Fase Penyembuhan
Fase ini terjadi pada minggu ke 2 - 4 dengan patogenesis yang belum jelas.
Gejala klinis pada penelitian ditemukan berupa demam dengan atau tanpa
muntah, nyeri otot, ikterik, sakit kepala, batuk,hepatomegali, perdarahan dan
menggigil serta splenomegali. Menurut berat ringannya, leptospirosis dibagi
menjadi ringan dan berat,tetapi untuk pendekatan diagnosis klinis dan
penanganannya, para ahli lebih senang membagi penyakit ini menjadi
leptospirosis anikterik (nonikterik) dan leptospirosis ikterik.
1) Leptospirosis anikterik
Onset leptospirosis ini mendadak dan ditandai dengan demam ringan atau
tinggi yang umumnya bersifat remiten, nyeri kepala dan menggigil serta
mialgia. Nyeri kepala bisa berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue,
disertai nyeri retro-orbital dan photopobia. Nyeri otot terutama di daerah
betis, punggung dan paha. Nyeri ini diduga akibat kerusakan otot sehingga
creatinin phosphokinase pada sebagian besar kasus akan meningkat, dan
pemeriksaan cretinin phosphokinase ini dapat untuk membantu diagnosis
klinis leptospirosis. Akibat nyeri betis yang menyolok ini, pasien kadang
kadang mengeluh sukar berjalan. Mual,muntah dan anoreksia dilaporkan oleh
sebagian besar pasien. Pemeriksaan fisik yang khas adalah conjunctival
suffusion dan nyeri tekan di daerah betis. Limpadenopati, splenomegali,
hepatomegali dan rash macupapular bisa ditemukan, meskipun jarang.
Kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklis dapat dijumpai pada pasien
leptospirosis anikterik maupun ikterik.
Gambaran klinik terpenting leptospirosis anikterik adalah meningitis
aseptik yang tidak spesifik sehingga sering terlewatkan diagnosisnya. Dalam
fase leptospiremia, bakteri leptospira bisa ditemukan di dalamcairan
serebrospinal,tetapi dalam minggu kedua bakteri ini menghilang setelah
munculnya antibodi ( fase imun ). Pasien dengan Leptospirosis anikterik
pada umumnya tidak berobat karena keluhannya bisa sangat ringan. Pada
sebagian pasien, penyakit ini dapat sembuh sendiri (self -limited ) dan
biasanya gejala kliniknya akan menghilang dalam waktu 2-3 minggu.
Karenagambaran kliniknya mirip penyakit-penyakit demam akut lain,
makapada setiap kasus dengan keluhan demam, leptospirosis
anikterikharus dipikirkan sebagai salah satu diagnosis bandingnya,
apalagi yang di daerah endemik. Leptospirosis anikterik merupakan
penyebab utama Fever of unknown origin di beberapa negara Asia seperti
Thailand dan Malaysia. Diagnosis banding leptospirosis anikterik harus
mencakup penyakit-penyakit infeksi virus seperti influenza,HIV
seroconversion, infeksi dengue, infeksi hanta virus, hepatitis virus, infeksi
mononukleosis dan juga infeksi bakterial atau parasitik seperti demam
tifoid, bruselosis, riketsiosis dan malaria.
2) Leptospirosis ikterik
Ikterus umumnya dianggap sebagai indikator utama leptosp irosis berat.
Gagal ginjal akut, ikterus dan manifestasi perdarahan merupakan gambaran
klinik khas penyakit Weil. Pada leptospirosisikterik, demam dapat persisten
sehingga fase imun menjadi tidak jelas atau nampak overlapping dengan fase
leptospiremia. Ada tidaknya fase imun juga dipengaruh oleh jenis serovar
dan jumlah bakteri leptospira yang menginfeksi, status imunologik dan
nutrisi penderita serta kecepatanmemperoleh terapi yang tepat. Leptospirosis
adalah penyebab tersering gagal ginjal akut.
Perbedaan gambaran klinik leptospirosis anikterik dan ikterik Sindrom,
fase Manifestasi klinik Spesimen Laboratorium Leptospirosis anikterik fase
leptospiremia (3-7 hari). Fase imun (3-30 hari). Demam tinggi, nyeri kepala,
mialgia, nyeri perut, mual, muntah,conjungtiva suffusion. Demam ringan
,nyeri kepala, muntah.Darah,LCS. Urin Leptospirosis ikterik fase
leptospiremia dan fase imun (sering menjadi satu atau overlapping) terdapat
periode asimptomatik (1-3 hari) Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia,ikterik
gagal ginjal,hipotensi, manifestasi perdarahan, pneumonitis, leukositosis.
Darah, LCS minggu pertama. Urin minggu kedua. (Poerwo, 2002)
5. Epidemiologi Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyaki infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan dan digolongkan sebagai zoonosis. Leptospirosis adalah zoonosis
bakterial berdasarkan penyebabnya, berdasarkan cara penularan. Merupakan direct
zoonosis karena tidak memerlukan vektor,dan dapat juga digolongkan sebagai
amfiksenose karena jalur penularan dapa dari hewan ke manusia dan
sebaliknya. Penularan leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang
terinfeksi kuman leptospira. Hewan pejamu kuman leptospira adalah hewan
peliharaan seperti babi, lembu, kambing,kucing,anjing sedangkan kelompok
unggas serta beberapa hewan liar seperti tikus, bajing, ular, dan lain-lain. Pejamu
resevoar utama adalah roden. Kuman leptospira hidup didalam ginjal pejamu
reservoar dandikeluarkan melalui urin saat berkemih. Manusia merupakan
hospesinsidentil seperti pada gambar berikut: Sumber :http://www.google.co.id.
Menurut Saroso (2003) penularan leptospirosis dapat secara langsung dan
tidak langsung yaitu :
a. Penularan secara langsung dapat terjadi :
1) Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandungkuman
leptospira masuk kedalam tubuh pejamu.
2) Dari hewan ke manusia merupakan peyakit akibat pekerjaan,terjadi
pada orang yang merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan
misalnya pekerja potong hewan, atau seseorang yang tertular dari
hewan peliharaan.
3) Dari manusia ke manusia meskipun jarang, dapat terjadi melalui
hubungan seksual pada masa konvalesen atau dari ibu penderita
leptospirosis ke janin melalui sawar plasenta dan air susu ibu.
c. Faktor resiko
Faktor-faktor resiko terinfeksi kuman leptospira,bila kontak langsung atau
terpajan air atau rawa yang terkontaminasi yaitu :
1) Kontak dengan air yang terkonaminasi kuman leptospira atauurin tikus
saat banjir.
2) Pekerjaan tukang perahu, rakit bambu, pemulung.
3) Mencuci atau mandi disungai atau danau.
4) Tukang kebun atau pekerjaan di perkebunan.
5) Petani tanpa alas kaki di sawah.
6) Pembersih selokan.
7) Pekerja potong hewan, ukang daging yang terpajan saat memotong hewan.
8) Peternak, pemeliharaan hewan dan dorter hewan yang terpajankarena
menangani ternak atau hewan, terutama saat memerahsusu, menyentuh
hewan mati, menolong hewan melahirkan, atau kontak dengan bahan lain
seperti plasenta, cairan amnion dan bila kontak dengan percikan infeksius
saat hewan berkemih.
9) Pekerja tambang.
10) Pemancing ikan, pekerja tambak udang atau ikan tawar.
11) Anak-anak yang bermain di taman, genangan air hujan atau kubangan.
12) Tempat rekreasi di air tawar : berenang, arum jeram dan olahraga air lain,
trilomba juang (triathlon), memasuki gua, mendaki gunung. Infeksi
leptospirosis di Indonesia umumnya dengan perantara tikus jenis Rattus
norvegicus (tikus selokan), Rattus diardii (tikus ladang), dan Rattus
exulans Suncu murinus (cecurt).
6. Pencegahan
Menurut Saroso (2003) pencegahan penularan kuman leptospirosis dapat
dilakukan melalui tiga jalur yang meliputi :
Jalur sumber infeksi
a. Melakukan tindakan isolasi atau membunuh hewan yang terinfeksi.
b. Memberikan antibiotik pada hewan yang terinfeksi, seperti
penisilin,ampisilin, atau dihydrostreptomycin, agar tidak menjadi karier
kuman leptospira. Dosis dan cara pemberian berbeda-beda,tergantung jenis
hewan yang terinfeksi.
c. Mengurangi populasi tikus dengan beberapa cara seperti penggunaan racun
tikus, pemasangan jebakan, penggunaan ondentisida dan predator ronden.
d. Meniadakan akses tikus ke lingkungan pemukiman, makanan dan air minum
dengan membangun gudang penyimpanan makanan atau hasil pertanian,
sumber penampungan air, dan perkarangan yang kedap tikus, dan dengan
membuang sisa makanan serta sampah jauh dari jangkauan tikus.
e. Mencegah tikus dan hewan liar lain tinggal di habitat manusia dengan
memelihara lingkungan bersih, membuang sampah,memangkas rumput dan
semak berlukar, menjaga sanitasi,khususnya dengan membangun sarana
pembuangan limbah dan kamar mandi yang baik, dan menyediakan air
minum yang bersih.
Melakukan vaksinasi hewan ternak dan hewan peliharaan.
Membuang kotoran hewan peliharaan. Sadakimian rupa sehinnga tidak
menimbulkan kontaminasi, misalnya dengan pemberian desinfektan.
Jalur penularan
Penularan dapat dicegah dengan :
a. Memakai pelindung kerja (sepatu, sarung tangan, pelindung mata, apron,
masker).
b. Mencuci luka dengan cairan antiseptik, dan ditutup dengan plester
kedap air.
c. Mencuci atau mandi dengan sabun antiseptik setelah terpajan percikan
urin, tanah, dan air yang terkontaminasi.
d. Menumbuhkan kesadara terhadap potensi resiko dan metodeuntuk mencegah
atau mengurangi pajanan misalnya dengan mewaspadai percikan atau
aerosol, tidak menyentuh bangkai hewan, janin, plasenta, organ (ginjal,
kandung kemih) dengan tangan telanjang, dan jangn menolong persalinan
hewan tanpa sarung tangan.
e. Mengenakan sarung tangan saat melakukan tindakan higienik saat
kontak dengan urin hewan, cuci tangan setelah selesai dan waspada
terhadap kemungkinan terinfeksi saat merawat hewan yang sakit.
f. Melakukan desinfektan daerah yang terkontaminasi, dengan membersihkan
lantai kandang, rumah potong hewan dan lainlain.
g. Melindungi sanitasi air minum penduduk dengan pengolalaan air minum
yang baik, filtrasi dan korinasi untuk mencengah infeksi kuman leptospira.
h. Menurunkan PH air sawah menjadi asam dengan pemakaian pupuk atau
bahan-bahan kimia sehingga jumlah dan virulensi kuman leptospira
berkurang.
i. Memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai air kolam, genagan air
dan sungai yang telah atau diduga terkontaminasi kuman leptospira..
j. Manajemen ternak yang baik.
Jalur pejamu manusia
a. Menumbuhkan sikap waspada
Diperlukan pendekatan penting pada masyarakat umum dan kelompok
resiko tinggi terinfeksi kuman leptospira. Masyarakat perlu mengetahui
aspek penyakit leptospira, cara-cara menghindari pajanan dan segera ke
sarana kesehatan bila di duga terinfeksi kuman leptospira.
b. Melakukan upaya edukasi
Dalam upaya promotif, untuk menghindari leptospirosisdilakukan dengan
cara-cara edukasi yang meliputi :
1) Memberikan selembaran kepada klinik kesehatan,departemen
pertanian, institusi militer, dan lain -lain. Didalamnya diuraikan
mengenai penyakit leptospirosis, kriteria menengakkan diagnosis, terapi
dan cara mencengah pajanan. Dicatumkan pula nomor televon yang dapat
dihubungi untuk informasi lebih lanjut.
2) Melakukan penyebaran informasi.
Perilaku Kesehatan
1. Pengertian Perilaku
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi, merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku kesehatan adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman,
serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Perilaku memelihara kesehatan (Health maintanance)
Perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. Misalnya
mengelolah tempat pembuangan sampah karena adanya kumpulan sampah di
sekitar rumah akan menjadi tempat yang disenangi tikus dan Keberada an
sampah terutama sampah sisa-sisa makanan yang diletakkan ditempat
sampah yang tidak tertutup akan mengundang kehadiran tikus yang dapat
menyebarkan kuman Leptospira yang berasal dari urin tikus dan
menyebabkan penyakit leptospirosis.
2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka
dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat
kesehatan yang seoptimal mungkin.
3) Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat
memelihara serta meningkatan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang, bahkan dapat mendatang penyakit. Hal ini sangat tergantung pada
perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia (Suryani,2007).
Lingkungan di sekitar manusia dapat dikategorikan menja dilingkungan fisik, biologi,
kimia, sosial budaya (Notoatmodjo, 2003). Jadi lingkungan adalah kumpulan dari
semua kondisi dari luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan dari
organisme hidup manusia. Lingkungan dan manusia harus ada keseimbangan,
apabila terjadi ketidakseimbangan lingkungan maka akan menimbulkan berbagai
macam penyakit.
Keadaan seimbang antara ketiga faktor tersebut maka akan tercipta kondisi sehat
pada seseorang atau masyarakat. Perubahan pada satu komponen akan mengubah
keseimbangan, sehingga akan mengakibatkan menaikkan atau menurunkan kejadian
penyakit.
1. Faktor Agen (Agent Factor)
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen yang
disebut Leptospira. Leptospira terdiri dari kelompok leptospira patogen yaitu L.
intterogans dan leptospira non-patogenyaitu L. Biflexa (kelompok saprofit).
2. Faktor Pejamu (Host Factor)
Dengan adanya binatang yang terinfeksi bakteri leptospira dimana-mana,
leptospirosis pada manusia dapat terjadi pada semua kelompok umur dan pada
kedua jenis kelamin (laki-laki atau perempuan).
3. Faktor Lingkungan (Environmental Factor)
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan
terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab dalam proses
terjadinya penyakit. Secara garis besarnya,maka unsur lingkungan dapat dibagi
menjadi tiga bagian utama yaitu:
a. Lingkungan fisik seperti keberadaan sungai yang membanjiri lingkungan sekitar
rumah, keberadaan parit atau selokan yang airnya tergenang, keberadaan
genangan air,jarak rumah dengan tempat pengumpulan sampah.
b. Lingkungan biologi
1) Keberadaan Tikus Ataupun Wirok Di Dalam Dan Sekitar Rumah.
Bakteri leptospira khususnya spesies L. Ichterrohaemorrhagiae banyak
menyerang tikus besar seperti tikuswirok (Rattus norvegicus dan tikus
rumah (Rattus diardii). Sedangkan L. ballum menyerang tikus kecil (mus
musculus). Melihat lima ekor tikus atau lebih di dalam rumah mempunyai
risiko 4 kali lebih tinggi terkena leptospirosis. Melihat tikus di sekitar
rumah mempunyai risiko 4 kali lebih tinggi terkena leptospirosis.
2) Keberadaan Hewan Piaraan Sebagai Hospes Perantara (Kucing, Anjing,
Kambing, Sapi, Kerbau, Babi).
c. Lingkungan sosial
1) Lama pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam penularan
penyakit khususnya leptospirosis.
Pendidikan masyarakat yang rendah akan membawa ketidaksadaran
terhadap berbagai risiko paparan penyakit yang ada di sekitarnya.
Semakin tinggi pendidikan masyarakat, akan membawa dampak yang cukup
signifikan dalam proses pemotongan jalur transmisi penyakit leptospirosis.
2) Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan merupakan faktor risiko penting dalam kejadian penyakit
leptospirosis. Jenis pekerjaan yang berisiko terjangkit leptospirosis antara
lain: petani, dokter hewan, pekerja pemotong hewan, pekerja pengontrol
tikus, tukang sampah, pekerja selokan, buruh tambang, tentara,pembersih
septic tank dan pekerjaan yang selalu kontak dengan binatang. Dari
beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa pekerjaan sangat berpengaruh
pada kejadian leptospirosis. Pekerjaan yang berhubungan dengan sampah
mempunyai risiko 2 kali lebih tinggi terkena leptospirosis, kontak dengan air
selokan mempunyai risiko 3 kali lebih tinggi terkena leptospirosis,kontak
dengan air banjir mempunyai risiko 3 kali lebih tinggi terkena
leptospirosis, kontak dengan lumpur mempunyai risiko 3 kali lebih tinggi
terkena leptospirosis.
3) Kondisi tempat bekerja
Leptospirosis dianggap sebagai penyakit yang berkaitan dengan
pekerjaan.Namun demikian, cara pengendalian tikusyang diperbaiki dan
standar kebersihan yang lebih baik akan mengurangi insidensi di antara
kelompok pekerja seperti penambang batu bara dan individu yang bekerja
di saluranpembuangan air kotor. Pola epidemiologis sudah berubah di
Amerika Serikat,Inggris, Eropa dan Israel, leptospirosis yang berhubungan
dengan ternak dan air paling umum. Kurang dari 20 persen pasien yang
mempunyai kontak langsung dengan binatang; mereka terutama petani,
penjerat binatang atau pekerja pemotongan hewan. Pada sebagian besar
pasien, pemajanan terjadi secara kebetulan, dua per tiga kasus terjadi
pada anak-anak, pelajar atau ibu rumah tangga. Kondisi tempat bekerja
yang selalu berhubungan dengan air dan tanah serta hewan dapat menjadi
salah satu faktor risiko terjadinya proses penularan penyakit leptospirosis.
Air dan tanah yang terkontaminasi urin tikus ataupun hewan lain yang
terinfeksi leptospira menjadi mata rantai penularan penyakit leptospirosis.
4) ketersediaan pelayanan untuk pengumpulan limbah padat.
5) ketersediaan sistem distribusi air bersih dengan saluran perpipaan.
6) ketersediaan sistem pembuangan air limbah dengan saluran tertutup.
3. Genangan air
Keberadaan genangan air menjadi peranan dalam penularan penyakit
leptospirosis karena dengan adanya genangan air menjadi tempat berkembang
biaknya bakteri Leptospira dari hewan baik tikus maupun hewan peliharaan
seperti kucing, anjing dan kambing yang melewatinya. Peran keberadaan
genangan air di sekitar rumah sebagai jalur penularan penyakit leptospirosis
terjadi ketika genangan air tersebut terkontaminasi oleh urin tikus atau hewan
peliharaan yang terinfeksi bakteri Leptospira. Melalui pencemaran air dan
tanah oleh urin tikus yang terdapat di genangan air akan mempermudah
masuknya bakteri Leptospira ke dalam tubuh manusia karena terjadinya kontak
langsung maupun tidak langsung dengan tikus maupun hospes perantara.
Bakteri Leptospira khususnya species L. icterrohaemorrhagiae banyak
menyerang pada tikus got (Ratus norvegicus) dan tikus rumah (Ratus diardi)
Sedangkan L. Ballummenyerang tikus kecil (Mus musculus). Biasanya yang
mudah terjangkit penyakit leptospirosis adalah usia produktif dengan
karakteristik tempat tinggal: merupakan daerah yang padat penduduknya,
banyak pejamu reservoar, lingkungan yang sering tergenang air maupun
lingkungan kumuh. Tikus biasanya kencing di genangan air. Lewat genangan
air inilah bakteri leptospira akan masuk ke tubuh manusia. Beberapa hasil
penelitian, orang yang di sekitar rumahnya terdapat genangan air mempunyai
risiko 4,1 kali terkena leptospirosis daripada orang yang di sekitar rumahnya
tidak terdapat genangan air. Sebagian besar keberadaan genangan air tersebut
berasal dari air huja n. Menurut penelitian Priyanto (2007) dan penelitian
Ningsih (2009) faktor resiko kejadian leptospirosis adalah adanya genangan air
disekitar rumah.
b. Pelaksaan Kegiatan
Pembinaan dan Penyuluhan kader dilaksanakan sekali sebulan,sedangkan
penyuluhan kepada masyarakat dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
Posyandu/pusling,atau sesuai dengan peminatan masyarakat. Jika terdapat kasus
penyakit yang berpotensi wabah, Puskesmas melakukan tindak lanjut ke
lapangan maupun penyuluhan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada unit pencegahan dan pemberantasan
penyakit adalah sebagai berikut:
1) Pemantauan angka bebas jentik (AJB)
Pemantauan angka bebas jentik (AJB) dilaksanakan di Prambanan
Hari/tanggal : Kamis, 8 februari 2017
Waktu : 09-00 sampai selesai
Tempat : Desa: Madurejo, Kec: Prambanan, Dusun: Candi ingo
5. Pelaksanaan kegiatan
a. Tujuan praktek
Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada ibu rumah tangga agar dapat
mengetahui pentingnya PHBS untuk pencegahan penyakit.
b. Kegiatan praktek
Hari/tanggal : 11 februari 2017
Waktu : 08-00 sampai selesai
Tempat : Posyandu Anyer Putih Nogosari,Madurejo Prambanan
b. Hasil kegiatan:\
Penyuluhan yang dilaksanakan di Posyandu Anyelir Putih,Madurejo diikuti oleh
33 Ibu Rumah Tangga.
Pelaksanaan kegiatan
Tujuan : Survei ke tempat kejadian dan memberikan informasi tentang apa itu
leptospirosis bagaimana penyebabnya dan penularannya.Kunjungan kasus
Leptospirosis dirumah warga dimana kasus penderita meninggal.
Kegiatan Praktek
o Hari/Tanggal : Selasa 14 februari 2017
o Waktu : 09.00-11.30
o Lokasi :
Tindak lanjud yang dibuat pihak Puskesmas yaitu Melakukan penyuluhan ke
warga masyarakat agar tidak terjadi peningkatan kasus dan kematian.
Oleh
RETZA AGRARYANI
0130740104
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
A. PROGRAM
1. Kegiatan UKP
a. Penyuluhan langsung terhadap pasien
b. Penginformasian tentang kesehatan
2. Kegiatan UKM
a. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi
b. Melakukan pemantauan epidemiologi
c. Melakukan fogging fokus
d. Penyuluhan terhadap masyarakat setempat
e. Penanggulangan TBC
Standart Prosedur Operasional yang ada pada Puskesmas Ngemplak I :
1. Alur Pengeluaran Bubuk Abate
Tujuan: Melakukan pendistribusian abate kepada wilayah yang ABJ (Angka Bebas
Jentik) <95%.
Prosedur:
a. Kader yang melakukan pemantauan jentik berkala (tiap bulan) melaporkan
kepada petugas kesling puskesmas
b. Petugas kesling puskesmas melakukan analisis pada sumber data yang di dapat
dari kader.
c. Apabila di peroleh nilai ABJ < 95% dilakukan tindak lanjut dengan pemberian
bubuk abate.
d. Dilakukan evaluasi terhadap wilayah yang diberi abate selama satu bulan.
5. Surveilans Epidemiologi
Tujuan: Untuk mendapatkan informasi sumber infeksi, kondisi lingkungan, terjadi
penularan penyakit
Prosedur:
a. Petugas melakukan konfirmasi informasi
b. Petugas melakukan informasi kasus kadang-kadang tidak lengkap bahkan
tidak jelas, untuk itu maka perlu konfirmasi tentang kejelasan informasi
c. Petugas melakukan informasi ini didapat dari masyarakat baik lisan maupun
tertulis serta dari fasilitas pelayanan kesehatan berupa
1) Petugas melakukan Laporan KLB (W1)
2) Petugas melakukan Laporan Mingguan Wabah (W2)
3) Petugas melakukan Laporan STP
4) Petugas menerima Laporan kasus DBD dengan dilampiri KDRS
5) Petugas melakukan konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium
6) Petugas selalu siap (instrumen PE).
B. HASIL
Hasil kegiatan yang kami peroleh adalah sebagai berikut :
1. Mengikuti kegiatan Puskesmas Keliling
2. Melakukan penyelidikan epidemiologi DBD dan Diare
Mempelajari cara Penyelidikan Epidemiologi. Petugas Menjelaskan tentang
penyelidikkan Epidemiologi kemudian melakukan praktek langsung dilapangan
PE TB di Dusun Kalibulus dan PE DBD di Dusun Krebet . Hasilnya mahasiswa
mengetahui dan memahami alur penyelidikan epidemiologi serta mengetahui
cara melakukan penyelidikkan epidemiologi.
3. Melakukan Pemantauan jentik berkala (PJB)
Melakukan Pemantauan Jentik Berkala. Melakukan Pemeriksaan dengan
mengunjungi rumah warga langsung dan mengecek apakah bak mandi, bak
penampungan, ember, dll terdapat jentik atau tidak. Hasilnya mahasiswa
mengerti cara melakukan Pemantauan Jentik Berkala
C. PEMBAHASAN
1. Trend Penyakit
Trend penyakit di Puskesmas Ngemplak I untuk penyakit menular yaitu DBD,
Diare dan Campak. Untuk penyakit tidak menular yaitu Diabetes melitus,
Hipertensi dan Jantung.
Khusus Penyakit DBD :
6 2013
4 2014
2015
2
2016
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4. Sistem Surveilans
a. Pengertian
Surveilans Epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus
terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya
dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan
penanggulangannya (Noor, 1997).
b. Kegunaan Surveilans Epidemiologi
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak
diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit mneular, maupun terhadap upaya kesehatan
lainnya untuk mengukur kinerja upaya pelayanan pengobatan juga
membutuhkan dukungan surveilans epidemiologi.
Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan informasi
epidemiologi yang akan dimanfaatkan dalam :
1) Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan
evaluasi program pemberantasan penyakit serta program peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberantasan penyakit
menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, perilaku
kesehatan dan program kesehatan lainnya.
2) Melaksanakan sistem kewaspadaan dini dan kejadian luar biasa
penyakit dan keracunana serta bencana.
3) Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan
program surveilans epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit.
Oleh
0130740121
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
A. PROGRAM
Tugas petugas Epidemiologi di Puskesmas Ngemplak II:
1. Mengidentifikasi kasus penyakit menular
2. Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan pengamatan
3. Menganalisis hasil
4. Menyampaikan hasil analisa kepada masyarakat, lintas program, dan lintas sektoral.
B. HASIL
1. Mempelajari Trend penyakit yang sedang tinggi di Puskesmas Ngemplak 2. Mahasiswa
mengetahui trend penyakit yang sedang menjadi masalah di Puskesmas ngemplak 2 melalui
data yang diberikan seperti profil puskesmas, grafik jumlah kasus dan laporan penyakit
tahunan.
Hasilnya mahasiswa mengetahui penyakit-penyakit yang menjadi masalah dan dihadapi
oleh petugas di puskesmas.
2. Mempelajari tata cara dan alur penyelidikan epidemiologi , sistem kewaspadaan dini , alur
pelaporan surveilans, SPO penyelidikan Epidemiologi (PE) di puskesmas kepada petugas
epidemiologi di Puskesmas Ngemplak 2. Petugas epidemiologi puskesmas meberikan
informasi tentang Penyelidikan epidemiologi, SKD, Surveilans melalui diskusi.
Hasilnya mahasiswa menjadi paham dan mengetahui tentang tugas-tugas petugas
epidemiologi di puskesmas.
3. Mempelajari cara Penyelidikan Epidemiologi. Petugas Menjelaskan tentang penyelidikkan
Epidemiologi kemudian melakukan praktek langsung dilapangan (PE DBD) saat ada kasus
di dusun Sanggrahan.
Hasilnya mahasiswa mengetahui dan memahami alur penyelidikan epidemiologi serta
mengetahui cara melakukan penyelidikkan epidemiologi. Namun pada saat melakukan
penyelidikan epidemiologi DBD, suspek atau orang yang terkena DBD tidak ditemukan.
4. Melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala dan inspeksi rumah sehat dengan petugas
kesehatan lingkungan di dusun pondok 1 dan pondok 2. Melakukan Pemeriksaan dengan
mengunjungi rumah warga langsung dan mengecek apakah bak mandi, bak penampungan,
ember, dll terdapat jentik atau tidak. Memeriksa apakah rumah memiliki sumber air,
jamban, tempat sampah dan pengolahan limbah.
Hasilnya mahasiswa mengerti cara melakukan PJB dan inspeksi rumah sehat dilapangan.
5. Mempelajari tahapan imunisasi, PWS di puskesmas pada petugas Imunisasi di Puskesmas.
Kegiatan imunisasi dilakukan setiap hari rabu. Petugas Puskesmas memberikan penjelasan
tentang aplikasi yang digunakan dipuskesmas, Tahapan PWS, Jenis Vaksin yang ada di
C. PEMBAHASAN
Trend Penyakit
Trend penyakit di puskesmas Ngemplak 2 untuk penyakit menular yaitu DBD, Diare
dan Campak. Untuk penyakit tidak menular Diabetes melitus dan Hipertensi.
Khusus Penyakit DBD :
12
10
2013
8
2014
6 2015
4 2016
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Max 3 8 1 2 3 0 0 1 1 1 1 2
Min 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
2016 3 5 3 8 9 6 5 9 7 12 4 3
Pola penyakit atau kasus DBD dilihat dari segi umur kebanyakan menyerang usia
produktif. Di tahun 2016 kasus DBD terjadi peningkatan kasus dari bulan Maret hingga
desember, kasus paling tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 12 kasus dari total 74
kasus di tahun 2016. KLB DBD sering terjadi pada saat perubahan musim dari kemarau ke
hujan atau sebaliknya.
Tren kasus baru penyakit Diare, DBD dan malaria klinis tahun
2016
200
180
160
140
Jumlah Kasus
120 Diare
100
DBD
80
60 Malaria KLinis
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Untuk kasus Diare cukup tinggi juga terutama tahun 2016 bulan agustus mencapai 190
kasus. Akan tetapi diare bukan merupakan masalah yang cukup serius dan cukup mudah dalam
2.5 Campak
2 Difter
1.5 Tetanus
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Selain masalah DBD, yang menjadi masalah lain adalah Campak. Akan tetapi sudah
ditangani dengan cukup baik di puskesmas Ngemplak 2. Pencegahan dilakukan dengan
melakukan imunisasi campak pada bayi. Untuk kasus Difteri dan tentanus selama tahun 2016
tidak terdapat kasus.
Imunisasi
Imunisasi sudah tidak dilakukan di posyandu tetapi dilakukan di Puskesmas. Pelayanan
Imunisasi dilakukan setiap hari Rabu di ruang pelayanan KIA Puskesmas Ngemplak 2.
Untuk PWS di puskesmas ngemplak 2 , menggunakan aplikasi. Didalam aplikasi sudah
tercatat nama bayi dari seluruh dusun yang ada di dua desa di wilayah kerja puskesmas
ngemplak II juga data bayi yang sudah dan belum di vaksin,. Juga tersedia data BIAS (Bulan
Imunisasi anak sekolah) untuk anak sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 3 SD. Sehingga
petugas puskesmas dapat memantau bayi dan anak sekolah yang belum mendapatkan
imunisasi dan upaya pencegahan dapat dilakukan untuk menghindari penyakit-penyakit yang
Penanggulangan KLB DBD diarahkan pada upaya mencegah kematian dan menekan
penyebaran kasus. Upaya pencegahan kematian dilaksanakan dengan penemuan dini kasus
yang diikuti dengan tatalaksana kasus yang benar, termasuk monitoring secara ketat terhadap
kemungkinan terjadinya kebocoran plasma berlebihan. Sementara upaya pencegahan
diarahkan pada upaya pemutusan mata rantai penularan manusia nyamuk dengan
pemberantasan sarang nyamuk(PSN), atau membunuh nyamuk dewasa terinfeksi.
Kegiatan Khusus.
Pemeriksaan Khusus HIV dilakukan khusus pada hari selasa.
Kegiatan Imunisasi dilakukan setiap hari Rabu.
Kegiatan Jumat bersih dilakukan setiap jumat minggu Kedua setiap bulan.
Oleh
SARTIKA RUMADAN
0130740113
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
A. PROGRAM
Dari Data-data Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit di Wilayah Kerja
Puskesmas Ngaglik 1 SPM tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) : 100.0%
2. Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) campak kelas 1 Sekolah Dasar
(SD) : 98.2%
3. Cakupan desa/kelurahan Mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dilakukan
penyelidikan < 24 jam : 100.0%
4. Cakupan penemuan dan penanganan Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per
100.000 penduduk < 15 tahun : 100.0%
5. Angka penemuan pasien baru tuberculosis (TB) Baksil Tahan Asam (BTA) (+)
(Case Detection Rate/CDR) : 51.5%
6. Angka kesembuhan (cure rate) penderita tuberculosis (TB) Paru Baksil Tahan
Asam (BTA) (+) : 33.3%
7. Cakupan diare ditemukan dan ditangani : 0.0%
8. Cakupan penderita pneumoni balita yang ditemukan dan ditangani : 100.0%
9. Cakupan penanganan kasus pneumonia pada balita : 0.0%
10. Cakupan penemuan dan penanganan penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
: 211.1%
11. Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk :
0.0%
12. Cakupan penemuan dan penanganan Kasus infeksi menular seksual (IMS) :
0.0%
13. Angka Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang ditangani : 0.0%
B. HASIL
1. Kegiatan Dalam Gedung
a. Apel Pagi
Dilaksanakan seminggu sekali, yaitu setiap hari senin pagi jam 07:30 WIB di
Aula Puskesmas Ngaglik 1.
b. Mempelajari Struktur Puskesmas
Hari/ Tanggal : 7 Februari 2017
Jam : 08:00 WIB
Tempat : Aula Puskesmas Ngaglik 1
Pembawa Materi : Amrullah Yusuf, S.KM
c. Mempelajari Materi Surveilans
Hari/ Tanggal : 15 Februari 2017
Jam : 09: 00 WIB
Tempat : Ruang UGD Puskesmas Ngaglik 1
Pembawa Materi : Siti Ruswati, Amd.Kep
d. Mempelari Materi KLB
Hari/ Tanggal : 15 Februari 2017
Jam : 09:00 WIB
Tempat : Ruang UGD Puskesmas Ngaglik 1
Pembawa Materi : Siti Ruswati , Amd.Kep
2. Dusun Nglaban
Countainer : 2 x 100% = 0.08
25
ABJ : 18 x 100% = 0.9 (90%)
20
Jadi, dari hasil ABJ di dusun Nglaban <90% tidak endemis DBD
3. Dusun Klaseman
Countainer : 19 x 100% = 0.41
46
ABJ : 14 x 100% = 0.7 (70%)
20
Jadi, dari hasil perhitungan ABJ di dusun Klaseman <70% tidak endemis
DBD
Oleh
RUTH WARWE
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Oleh
DEFRANI Y. SAROI
0130740020
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
A. PROGRAM
EPIDEMIOLOGI
Bagian Epidemiologi di Puskesmas Tempel 1 berkerja menanggulagi
penyakit-penyakit dimasyarakat , mengidentifikasi kasus di lapangan, mengumpulkan
data-data kasus diwilayah kerja Puskesmas , dan juga melakukan penyuluhan kepada
masyarakat sekitar.
B. HASIL
Visi Dan Misi Puskesmas Tempel 1 Sleman
Visi :
Menjadi Mitra Pertama dan Utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
Misi :
1. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berkualitas
2. Meningkatkan Sumbeer Daya Manusia yang professional
3. Mengelolah sarana dan prasarana yang memadai
4. Menjalin kerja sama masyarakat lintas sekitar dan pihak swasta dalam pelayanan
kesehatan.
5. Mengelolah manajemen yang efektif dan efisien.
250
200
150 L
100 P
50
0
Merdikorejo Lumbungrejo Margorejo Mororejo
Dari Grafik diatas , Disimpulkan dari Jenis Kelamin , kasus tertinggi dialami
oleh kalangan wanita. Dan kasus tertinggi di Desa Margorejo hal ini dikarenakan pola
hidup yang kurang baik.
Surveilans
Adalah kegiatan pengumpulan data dan pengolahan yang dilakukan puskesmas
secara berkesinambungan untuk mengetahui status kesehatan atau penyakit yang ada di
masyarakat. Dan juga dapat dupayakan untuk menekan peningkatan penularan penyakit
di wilayah setempat.
GRAFIK DBD PUSKESMAS TEMPEL I TAHUN
2016
8
6
JUMLAH
4
2
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Penyelidikan Penyakit
kegiatan ini dilakukan untuk mencegah penularan dan penyebaran DBD.
Kegiatan yang dilakukan yaitu penyelidikan jentik nyamuk , dengan cara menemui
penderita , mewawancarai lalu mengecek bak mandi di rumah penderita selain itu
petugas memeriksa bak mandi dan tempat penampung air lainnya di wilayah tempat
kasus DBD. Setelah itu hasil penyelidikan di data dan di laporkan.
Dari 20 rumah di Desa Lumbungrejo, Dusun Lodoyong RT 01/RW 08 , terdapat
3 rumah yang positif jentik DBD , standart ABJ yaitu 95 % , namun dari hari
C. PEMBAHASAN
DIARE
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dalam masyarakat
Indonesia. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun
2007, diare menduduki peringkat ketigabelas sebagai penyebab kematian semua umur
dengan proporsi sebesar 3,5 persen. Sedangkan berdasarkan kategori penyakit menular,
diare menduduki urutan ketiga penyebab kematian setelah Pneumonia dan TBC. Dari
data tersebut, golongan usia yang paling banyak mengalami diare adalah balita dengan
prevalensi sebesar 16,7 persen.
Diare bisa berdampak fatal apabila penderita mengalami dehidrasi akibat
kehilangan banyak cairan dari tubuh. Oleh sebab itu diare tidak boleh dianggap enteng
walaupun kondisi ini umum terjadi. Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan
encernya tinja yang dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih
sering dibandingkan dengan biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Biasanya diare
hanya berlangsung beberapa hari, namun pada sebagian kasus memanjang hingga
berminggu-minggu
Gejala diare
Gejala diare bermacam-macam, dimulai dari yang hanya merasakan sakit perut
singkat dengan tinja yang tidak terlalu encer hingga ada yang mengalami kram perut
dengan tinja yang sangat encer. Pada kasus diare parah, kemungkinan penderitanya juga
akan mengalami demam dan kram perut hebat.
Diare juga bisa timbul akibat faktor-faktor berikut ini:
Efek samping obat-obatan tertentu,
Faktor psikologi, misalnya gelisah,
Konsumsi minuman beralkohol dan kopi yang berlebihan.
Berikut adalah langkah-langkah pencegahan terkena diare akibat kontaminasi:
Mencuci tangan sebelum makan.
Menjauhi makanan yang kebersihannya diragukan dan tidak minum air keran.
Langkah-langkah seperti berikut ini untuk mencegah diare menyebar kepada orang-
orang di sekitar Anda.
Jika tinggal satu rumah, pastikan penderita menghindari penggunaan handuk atau
peralatan makan yang sama dengan anggota keluarga lainnya.
Membersihkan toilet dengan disinfektan tiap setelah buang air besar.
Tetap berada di rumah setidaknya 48 jam setelah periode diare yang terakhir.
Mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau sebelum makan dan sebelum
menyiapkan makanan.
DBD
Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam yang berlangsung akut
menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak berusia dibawah 15 tahun, disertai
dengan pendarahan dan dapat menimbulkan syok yang dapat menyebabkan kematian
penderita.
Demam Dengue (DD) atau Dengue Fever (DF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegepty, sedangkan Demam
Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhaege Fever (DHF) juga penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang disertai
manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan shock dan kematian.
Menurut Webmaster, penyakit demam berdarah adalah infeksi yang disebabkan
oleh virus. Di Indonesia hanya terdapat 2 jenis virus penyebab demam berdarah yaitu
virus dengue dan virus chikungunnya.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yang disebabkan oleh virus dengue,
yang dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan
darah sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan yang dapat menimbulkan
kematian.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk tersebut. Penyakit
ini dapat menyerang semua orang dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-
anak serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.
Gejala umum Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi sebagai berikut:
a. Demam Tinggi
b. Fenomena pendarahan Hepatomegali
c. Sering disertai kegagalan sirkulasi atau trombositopenia ringan atau sedang yang
disertai hemokonsentrasi.
DBD biasanya diawali dengan meningkatnya suhu tubuh secara mendadak disertai
dengan memerahnya kulit muka dan gejala klinik tidakkhas lainnya seperti:
a. Tidak nafsu makan
b. Muntah
c. Nyeri kepala
d. Nyeri otot dan persendian
e. Nyeri tenggorok dan pada pemeriksaan faring
f. Rasa tidak enak di daerah epigastrum
g. Nyeri tekan pada lengkung iga kanan
h. Rasa nyeri perut yang menyeluruh
i. Suhu badan tinggi mencapai 40º Celsius berlangsung selama 2-7 hari, dan
kemudian menjadi normal atau subnormal dan dapat disertai kejang demam.
Gambaran Klinik
a. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue
kedalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam,
sakit kepala dan malaise.
b. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian
turun menjadi suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya
demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri
punggung, nyeri tulang, dan persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya.
c. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit.
Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu
penyakit dengan cara memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah
dilemahkan (vaksin) kedalam tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh
terhadap jenis antigen itu dimasa yang akan datang.
Imunisasi bisa saja diberikan pada semua umur. hanya saja beberapa imunisasi
efektif diberikan pada usia tertentu. ada yang pada bayi, anak-anak, remaja bahkan
Manula. tergantung jenis imunisasi yang diinginkan. Bahkan sekarang ini sedang populer
nya Vaksin HPV untuk mencegah kanker servik yang diberikan pada wanita umur 11-26
tahun.
Tetapi pada artikel ini kita hanya lebih fokus membahas tentang imunisasi dasar
pada bayi dan balita saja. Imunisasi dasar pada bayi yaitu upaya pencegahan penyakit
dengan cara pemberian beberapa vaksin imunisasi dasar yang harus diberikan pada
bayi melalui oral maupun dengan cara penyuntikan.
Cara kerja vaksin imunisasi yaitu dengan menipu tubuh untuk merangsang sistem
pertahanan tubuh.
Pada saat vaksinasi dilakukan setelah kuman-kuman tersebut ada didalam tubuh maka
sistem pertahan tubuh akan melakukan perlawanan terhadap ''invasi' antigen ini sehingga
sistem pertahanan tubuh bisa mengidentifikasi antigen tersebut dan mempunyai
kemampuan melawan dimasa yang akan datang (Imunitas)
Program Imunisasi indonesia mengacu pada dua jadwal. tabel Yang pertama jadwal yang
di terbitkan oleh kementrian kesehatan indonesia, kemudian satu lagi rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Pada dasarnya kedua jadwal ini sama , namun pada jadwal Imunisasi
rekomendasiIDAI tercantum beberapa vaksin Tambahan selain dari 5 Jenis Vaksin
Dasar Pokok seperti yang di wajibkan oleh Kemenkes RI.
Program imunisasi dasar di indonesia saat ini bisa di dapatkan secara gratis dan seluruh
biaya ditanggung melalui anggaran dan kebijakan pemerintah. imunisasi bisa di lakukan
melalui Rumah sakit, puskesmas dan posyandu. Selain itu imunisasi juga bisa dilakukan
di klinik-klinik kesehatan lain.
1 SLEMAN .
3
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dari beberapa kegiatan
yang dilakukan di Puskesmas telah berlangsung dengan baik, karena mahasiswa-
mahasiswi peserta magang telah melakukan praktek berupa pemaparan materi,
melakukan survei di lapangan, dan pemberian bimbingan oleh petugas Puskesmas yang
memudahkan peserta magang memahami rangkaian kegiatan tersebut.
B. Saran
Pelayanan di Puskesmas Godean II harus terus ditingkatkan, agar terciptanya
masyarakat yang sejahtera di lingkungan wilayah kerja Puskesmas dan perlunya
penambahan waktu praktek kerja lapangan agar semua kegiatan Epidemiologi dapat
tercapai sepenuhnya.