Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR SISTEM KESMAS

“MAKALAH KEPEMIMPINAN KEPALA BIDANG PROGRAM YANKES


DI DINAS KESEHATAN PROVINSI PAPUA BARAT”

DI SUSUN OLEH :

(KELOMPOK 5)

KELAS: D

Devi Adventiawati Palela (20170711014198)

Elton W. Wakanno (20170711014178)

Jayanti Sibarani (20170711014187)

Meskita Menufandu (20170711014195)

Natan Kobogau (20170711014162)

Sindhi Ayu Patinggi (20170711014165)

Yonatan D. Panjaitan (20170711014171)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Tugas Mata Kuliah “Kepemimpinan dan Berpikir Sistem Kesmas”
mengenai “Kepemimpinan Kepala Bidang di Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Barat” tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang Definisi
Kepemimpinan, Prinsip Kepemimpinan, Misi dan Visi, Struktur Organisasi,
Sasaran dan Tujuan, Perencanaan Program, Rencana Tindakan, Implementasi,
Evaluasi. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal hingga akhir.

Jayapura, 11 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halama
n

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 4
A. Definisi Kepemimpinan............................................................................... 4
B. Prinsip Kepemimpinan................................................................................. 6
C. Visi dan Misi Kepala Bidang Program Yankes........................................... 9
D. Struktur Organisasi Kepala Bidang Program Yankes.................................. 10
E. Sasaran dan Tujuan Kepala Bidang Program Yankes................................. 11
F. Perencanaan Program Kepala Bidang Program Yankes.............................. 11
G. Rencana Tindakan Kepala Bidang Program Yankes................................... 17
H. Implementasi Kepala Bidang Program Yankes........................................... 18
I. Evaluasi Kepala Bidang Program Yankes................................................... 19
BAB III PENUTUP........................................................................................... 21
A. KESIMPULAN............................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan suatu proses mengarahkan dan memengaruhi

aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota

kelompok atau karyawan. Kepemimpinan secara luas meliputi proses

memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut

untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan

budayanya. Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang

lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar mencapai suatu tujuan

umum. Kemampuan memimpin diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-hari.

Dalam memimpin suatu organisasi pemimpin menggunakan gaya

kepemimpinan. Gaya kepemimpinan adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil

kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang

pemimpin ketika mencoba mempengaruhi kinerja karyawannya. Gaya

kepemimpinan merupakan pola tingkah laku yang dirancang untuk

mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai suatu

tujuan. Dasar yang sering digunakan untuk mengelompokkan gaya kepemimpinan

adalah tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin, kewajiban pemimpin dan

falsafah yang dianut oleh pemimpin.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan melaksanakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanan kesehatan primer dan

pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya, serta pelayanan

kesehatan tradisional. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi:


1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang pelayanan

kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan

mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanan

kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan

mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional

3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan kesehatan

primer dan pelayanan kesehatan rujukan  termasuk peningkatan mutunya,

serta pelayanan kesehatan tradisional

4. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan

primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya,

serta pelayanan kesehatan tradisional; dan

5. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kepemimpinan?

2. Apa prinsip kepemimpinan kepala bidang program yankes di dinkes provinsi

papua barat?

3. Apa visi dan misi kepala bidang program yankes di dinkes provinsi papua

barat?

4. Bagaimana struktur organisasi kepala bidang program yankes di dinkes

provinsi papua barat?

5. Bagaimana sasaran dan tujuan kepala bidang program yankes di dinkes

provinsi papua barat?

6. Bagaimana perencanaan program kepala bidang program yankes di dinkes

provinsi papua barat?


7. Apa rencana tindakan kepala bidang program yankes di dinkes provinsi papua

barat?

8. Bagaimana implementasi kepala bidang program yankes di dinkes provinsi

papua barat?

9. Bagaimana evaluasi kepala bidang program yankes di dinkes provinsi papua

barat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kepemimpinan kepala bidang program yankes di


dinkes provinsi papua barat.
2. Untuk mengetahui prinsip kepemimpinan kepala bidang program yankes di
dinkes provinsi papua barat.
3. Untuk mengetahui visi dan misi kepala bidang program yankes di dinkes
provinsi papua barat.
4. Untuk mengetahui struktur organisasi kepala bidang program yankes di
dinkes provinsi papua barat.
5. Untuk mengetahui sasaran dan tujuan kepala bidang program yankes di
dinkes provinsi papua barat.
6. Untuk mengetahui perencanaan program kepala bidang program yankes di
dinkes provinsi papua barat.
7. Untuk mengetahui rencana tindakan kepala bidang program yankes di dinkes
provinsi papua barat.
8. Untuk mengetahui implementasi kepala bidang program yankes di dinkes
provinsi papua barat.
9. Untuk mengetahui Evaluasi kepala bidang program yankes di dinkes provinsi
papua barat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan

Pemimpin adalah mereka yang hanya dapat mengerjakan apa yang harus

mereka kerjakan dengan dukungan kelompoknya, yang harus tergerak atau

dibujuk untuk mengikuti mereka. Karena itu, kepemimpinan adalah sesuatu

mengenai mendorong dan membangkitkan individu dan kelompok untuk berusaha

sebaik-baiknya demi mencapai hasil yang diinginkan. Peran kepemimpinan sangat

strategis dan penting dalam sebuah organisasi.

Menurut Armstrong (2013), kepemimpinan adalah mengerjakan segala

sesuatu melalui orang lain jika ada sasaran untuk dicapai, jika suatu tugas harus

dilaksanakan dan jika lebih dari satu orang diperlukan untuk melakukannya.3

Maxwell (1995) menyimpulkan bahwa setiap orang masing-masing

mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain. Itu berarti bahwa semua orang

memimpin dalam beberapa bidang, sementara dalam bidang lain seseorang

dipimpin. Kepemimpinan yang sesungguhnya lebih dari hanya memiliki

wewenang tetapi menjadi orang yang diikuti orang lain dengan senang hati dan

penuh keyakinan. Menurut Kadarusman (2012) kepemimpinan (Leadership)

dibagi tiga, yaitu: (1) Self Leadership; (2) Team Leadership; dan (3)

Organizational Leadership. Self Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri

sendiri agar jangan sampai gagal menjalani hidup. Team Leadership diartikan

sebagai memimpin orang lain.

Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader (pemimpin kelompok) yang

memahami apa yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami


kondisi bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan

konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen

untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga

menghasilkan prestasi tertinggi. Sedangkan organizational leadership dilihat

dalam konteks suatu organisasi yang dipimpin oleh organizational leader

(pemimpin organisasi) yang mampu memahami nafas bisnis perusahaan yang

dipimpinnya, membangun visi dan misi pengembangan bisnisnya, kesediaan

untuk melebur dengan tuntutan dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta

komitmen yang tinggi untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai

pembawa berkah bagi komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun

internasional.

Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu

perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut

kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk

suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini

sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Newstrom (1995) yang

menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang

dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya kepemimpinan mewakili filsafat

ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola

tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan

tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu.

Wirawan (2009) berpandangan bahwa karakteristik hubungan tugas bahwa

pemimpin memiliki ciri-ciri kebutuhan akan berprestasi yang tinggi, orientasi dan

uraian tugas yang tinggi akan mempengaruhi persepsi kepemimpinan dengan

kinerja, sekaligus juga akan berpengaruh terhadap tingkat disiplin pegawai.


Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan

atas berhasil tidaknya suatu organisasi atau usaha. Kepemimpinan yang sukses

menunjukkan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil dilaksanakan dengan

sukses pula. Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang tidak

melaksanakan sendiri tindakan yang bersifat operasional, tetapi mengambil

keputusan, menentukan kebijaksanaan dan mengarahkan orang lain untuk

melaksanakan keputusan yang diambil sesuai dengan kebijaksanaan yang telah

digariskan.

B. Prinsip Kepemimpinan

Prinsip sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan

motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk

membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip

adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip

menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang

tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem

pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan,

bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin

didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Covey) sebagai berikut:

1. Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.

Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar.

Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin

dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi

pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3. Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang

positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang

lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.

Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama

dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat

menunjukkan energi yang positif, seperti :

a. Percaya pada orang lain

Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya,

sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik.

Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

b. Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi

kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga,

istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan

dunia dan akhirat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan

berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab

kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang
datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan,

kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

d. Sinergi

Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis

perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi

adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The

New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja

kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara

perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang

atasan, staf, teman sekerja.

e. Latihan mengembangkan diri sendiri

Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai

keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses

daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan

dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan

pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-

prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7)

menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru;

dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa

kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan

sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi

hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan

dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat

digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.


1. Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi.

Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding

perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai

keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali

dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar

mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan

memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih

pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan,

mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang

memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.

2. Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada

bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan

untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan

ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat

dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena

seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi

juga cerdas emosional dan spiritual (IQ, EQ dan SQ).

C. Visi dan Misi

1. Visi

Menjadi Institusi Terdepan Dalam “Mewujudkan Papua Barat Yang Sehat,

Berkualitas, Mandiri dan Berkeadlian”

2. Misi

a. Menyediakan Dukungan Kebijakan dan Tata Kelola Administrasi Yang

Prima, Serta Memaksimalkan Dukungan-dukungan Kebijakan Sistem

Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya.


b. Menjamin Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan Yang

Berkualitas, Merata dan Terjangkau.

c. Menjamin Ketersediaan, Mutu dan Pemerataan Sumber Daya Kesehatan.

d. Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Yang Memenuhi Standar dan

Terjangkau.

e. Melindungi Masyarakat dari Penyakit dan Mengurangi Resiko

Terjadinya Penyakit, Kecelakaan dan Dampak Bencana.

f. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Melalui Promosi

Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Termasuk Swasta dan Dunia

Usaha.

D. Struktur Organisasi
E. Sasaran dan Tujuan

1. Sasaran

a. Meningkatkan Aksebilitas Kinerja dan Profesionalisme Pelayanan OPD

Bidang Kesehatan.

b. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan Meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan

yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.

2. Tujuan

a. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas pengelolaan APBD

b. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana

c. Meningkatnya disiplin dan kapasitas sumberdaya aparatur

d. Meningkatnya kualitas system pelaporan capaian kinerja dan keuangan.

e. Presentase ketersediaan obat dan vaksin, Presentase kabupaten/kota

yang minimal 25% fasilitas kesehatan dasarnya dapat memberikan

pelayanan kesehatan dasar berkualitas, Cakupan balita gizi buruk

(OAP) dapat asupan makanan tambahan, Menurunkan angka kematian

ibu (OAP) menjadi 23 kelahiran hidup, Menurunkan angka kematian

bayi (OAP) menjadi 16 per kelahiran hidup , Ibu hamil (OAP) dapat

asupan makanan tambahan

f. Meningkatkan akses dan ketersediaan sarana dan prasaran kesehatan

yang berkualitas

F. Perencanaan Program

1. Program Yankestrad

Program pelayanan kesehatan tradisional sering dipandang sebelah mata di

antara sekumpulan program kesehatan lainnya. Program yang dianggap boleh ada,
boleh tidak ada. Program yang tidak akan mempengaruhi banyak terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Pandangan itu bisa menjadi benar, jika para

pengelola program pelayanan kesehatan tradisional sendiri, entah itu di Dinas

Kesehatan ataupun di Puskesmas, juga memiliki pandangan yang sedemikian.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menyelenggarakan

Pertemuan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Tradisional di Hotel Billy Jaya

Manokwari pada tanggal 13-14 Maret 2019. Pertemuan yang mengundang ketiga

belas Kepala Seksi atau pengelola program yang bertanggung jawab atas

pelayanan kesehatan tradisional di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, juga

mengundang dari unsur Tim Penggerak PKK dan Sentra Pengembangan dan

Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) Provinsi Papua Barat dan beberapa

pengelola program pelayanan kesehatan tradisional Puskesmas di Kabupaten

Manokwari. Salah satu tujuan pertemuan ini adalah mengubah mindset peserta

agar dapat mengarusutamakan program pelayanan kesehatan tradisional.

Dalam paparannya, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan pada Dinas

Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Victor Eka Nugrahaputra, M.Kes.,

menegaskan, “Sesungguhnya pelayanan kesehatan tradisional adalah salah satu

bagian dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan di Puskesmas

sesuai Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014. Dan program

pelayanan kesehatan tradisional juga dapat menggunakan dana Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK) untuk mendukung implementasinya di Puskesmas.

Pada Dinas Kesehatan, khususnya yang kelas A, bahkan untuk program ini ada

Seksinya tersendiri. Seharusnya program pelayanan kesehatan tradisional ke

depan dapat berkembang lebih baik.”Pertemuan ini juga menghadirkan Direktur

Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementerian Kesehatan, Dr. dr. Ina Rosalina,


Sp.A(K), M.Kes., MH.Kes. selaku narasumber. Menurut data Kementerian

Kesehatan baru 34 Puskesmas di Provinsi Papua Barat yang tenaganya pernah

dilatih pelayanan kesehatan tradisional. Dan baru 17 Puskesmas yang telah

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap para penyehat tradisional di

wilayah kerjanya. Narasumber tidak hanya menyampaikan paparan, tetapi juga

mengajarkan teknik akupresur kepada para peserta. Beberapa teknik yang

diajarkan di antaranya adalah teknik untuk menghilangkan sakit kepala dan anti

ageing. Para peserta yang beruntung dapat merasakan pijatan akupresur Direktur

Pelayanan Kesehatan Tradisional.

Selanjutnya Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer

Berkelompok Kementerian Kesehatan, Ratri, SKM, MSi. menyampaikan

sosialisasi tentang Griya Sehat. Menanggapi pertanyaan peserta dari perwakilan

Tim Penggerak PKK Provinsi Papua Barat, Ratri mengatakan, “Tim Penggerak

PKK dapat berperan memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam hal

pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Selain itu, para kader PKK dapat

membantu menyampaikan kepada Puskesmas atau Dinas Kesehatan apabila

menjumpai penyehat tradisional yang memberikan pelayanan tidak sesuai

regulasi.”

Dalam pertemuan ini juga disampaikan materi tentang Tumbuhan Berpotensi

sebagai Obat di Papua oleh Ketua Bidang Pengkajian/Penelitian/Pengujian SP3T

Provinsi Papua Barat, Ir. Maria Justina Sadsoeitoeboen, M.Si. Dari narasumber

yang akrab dipanggil Bu Rita ini didapati bahwa sesungguhnya Tanah Papua

sangat kaya dengan tumbuhan berpotensi sebagai obat yang telah dimanfaatkan

oleh berbagai etnis sejak ratusan tahun yang lalu. SP3T sudah mengajukan
proposal penelitian kepada Kementerian Kesehatan untuk mendapat dukungan

pendanaan pada tahun 2020. 

Dari paparan Pengelola Program Pelayanan Kesehatan Tradisional Dinas

Kesehatan Provinsi Papua Barat, Winarti, AMK tentang Pencatatan dan Pelaporan

didapati bahwa ada sekitar empat Kabupaten yang belum pernah menyampaikan

Laporan Pelayanan Kesehatan Tradisional kepada Dinas Kesehatan Provinsi.

Melalui Pertemuan Koordinasi Pelayanan Kesehatan Tradisional ini diharapkan

program ini tidak lagi dipandang sebelah mata, khususnya di Papua Barat.

2. Program Aspak

Aspak atau Aplikasi Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan adalah sebuah

aplikasi berbasis web yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan yang

menghimpun data dan menyajikan informasi mengenai sarana, prasarana dan

peralatan kesehatan (SPA) pada fasilitas pelayanan kesehatan. Dikembangkannya

ASPAK ini bertujuan untuk (1) membantu inventarisasi SPA pada fasilitas

pelayanan kesehatan, (2) memberikan panduan dalam pembinaan dan pengawasan

terhadap pemenuhan SPA, dan (3) mendukung akreditasi fasilitas pelayanan

kesehatan.

Untuk memberikan penyegaran kepada para pengelola ASPAK yang lama

dan pembekalan kepada para pengelola ASPAK yang baru, baik di Dinas

Kesehatan maupun Rumah Sakit Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi

Papua Barat menyelenggarakan Pertemuan Validasi Data ASPAK Tingkat

Provinsi Papua Barat. Pertemuan ini diselenggarakan di Swiss-belHotel

Manokwari mulai tanggal 4 sampai dengan 6 Oktober 2018 dan dibuka oleh

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Otto Parorrongan, SKM, M.MKes.

Dalam materi awalnya, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan


Provinsi Papua Barat, menekankan pentingnya bahwa ASPAK jangan dilihat

sebagai beban, tetapi sebagai kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan

ASPAK, standarisasi, pengelolaan, pemeliharaan, pembinaan dan pengawasan

terhadap SPA di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dijalankan dengan lebih baik.

Itu semua untuk memenuhi salah satu variabel peningkatan mutu fasilitas

pelayanan kesehatan, yaitu SPA yang aman dan laik pakai. Pada sesi tersebut,

Kepala Puskesmas Remu, satu-satunya Puskesmas di Provinsi Papua Barat yang

sudah terakreditasi Utama, men-sharing-kan implementasi ASPAK di

Puskesmasnya dan manfaat yang diperolehnya sebagai seorang top manager di

Puskesmas dalam mengelola sumber daya SPA yang dimiliki Puskesmasnya.

Agar ASPAK dapat memberikan manfaat yang maksimal, dua hal yang harus

dilakukan adalah mengupayakan (1) akuntabilitas, dan (2) kontinyuitas.

Akuntabilitas dapat diwujudkan bila pada satu pihak fasilitas pelayanan kesehatan

menginput data SPA secara faktual, akurat dan lengkap, serta pada pihak lainnya

Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota memvalidasi data-data yang diinput

oleh fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Sedangkan kontinyuitas dapat

diwujudkan bila fasilitas pelayanan kesehatan rajin melakukan updating setiap

kali ada pergerakan SPA, baik itu penambahan, kerusakan, kehilangan maupun

sudah habis umur teknis peralatan kesehatan tersebut.

Saat ini, updating perlu menjadi concern setiap Rumah Sakit. Sesuai Surat

Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan nomor HK.02.02/V/4413/2018

tanggal 12 September 2018 tentang Pengisian ASPAK, seluruh Rumah Sakit di

Indonesia diharapkan segera melakukan updating SPA-nya melalui ASPAK

sebelum dilakukannya review atau penetapan ulang kelas Rumah Sakit di seluruh

Indonesia. Hal ini sehubungan ada pihak yang menengarai bahwa sebagian
Rumah Sakit di Indonesia sesungguhnya lebih rendah kelasnya dibandingkan

pada saat diterbitkannya ijin operasional Rumah Sakit tersebut. Saat ini, Dinas

Kesehatan Provinsi Papua Barat dan PERSI Provinsi Papua Barat sedang

menyiapkan tim untuk melakukan review kelas Rumah Sakit di wilayah Provinsi

Papua Barat.

ASPAK tidak hanya wajib dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan

milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI/POLRI dan BUMN, tetapi wajib

dilaksanakan juga oleh fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta. Untuk itu,

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus melibatkan pula fasilitas pelayanan

kesehatan milik swasta dalam berbagai kegiatan terkait ASPAK, baik sosialisasi,

peningkatan kapasitas tenaga pengelola ASPAK serta pembinaan dan

pengawasannya. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan

Kesehatan nomor HK.02.02/V/1243/2018 tanggal 5 Maret 2018 tentang Pengisian

ASPAK bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Swasta.

Saat ini, pelaksanaan ASPAK sudah lebih kuat landasannya, karena sudah

terbit Peraturan Menteri Kesehatan nomor 31 tahun 2018 tentang ASPAK pada

tanggal 18 Juli 2018. ASPAK tidak hanya menjadi tanggung jawab Bidang

Pelayanan Kesehatan, tetapi hendaknya juga Sub Bagian Program, Informasi dan

Humas serta Seksi Peralatan Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

pada Dinas Kesehatan. Kolaborasi diperlukan untuk  memastikan fungsi

pembinaan dan pengawasan terhadap implementasi ASPAK dapat berjalan

dengan lebih baik.

Pertemuan ini juga menghadirkan dua narasumber dari Direktorat Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, yaitu Asmaranto Prajoko dan dr.

Ferdinandus F. Kandouw. Pada bagian akhir Pertemuan, Penanggung Jawab


ASPAK Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Adhe Ismawan,

menyampaikan Evaluasi Pelaksanaan ASPAK di masing-masing Kabupaten/Kota

di Provinsi Papua Barat. Semoga ke depannya pelaksanaan ASPAK di Provinsi

Papua Barat sudah by default, tidak perlu dipaksa-paksa lagi.

G. Rencana Tindakan

Rencana tindakan kepala bidang program yankes dinkes papua barat yaitu

mereka akan menyelenggarakan program papua barat sehat yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar terutama di puskesmas terpencil

atau sangat terpencil, khususnya di kabupaten pegunungan Arfak, kabupaten

Manokwari Selatan, Kabupaten Kaimana dan Kabupaten Tammbrauw untuk itu,

dibutuhkan sejumlah tenaga kesehatan dari jenis profesi tertentu, yaitu:

1. Dokter Umum

2. Perawat

3. Bidan

4. Tenaga kesehatan lingkungan

5. Ahli teknologi laboratorium medik

6. Tenaga gizi

Mereka telah merekrut sebanyak 56 orang dari tenaga-tenaga kesehatan yang

berada di papua barat. Mereka terdiri dari tenaga kesehatan masyarakat, perawat,

bidan, analis kesehatan dan spesifikasi lainnya. Mereka akan ditempatkan di

puskesmas Testega, Didohu, Catubow dan Membey. Di Tambrauw mereka akan

ditempatkan di puskesmas Amberbaken dan Nimbul.

Untuk manokwari selatan tim akan ditempatkan di Neney, Distrik pedalaman

yang berbatasan dengan teluk bintuni. Sementara di kaimana mereka akan di

tempatkan di distrik Yamor yang berbatasan dengan kabupaten Nabire, papua


serta satu distrik yang juga cukup jauh di Kaimana yakni Kiruru. Program ini

dilaksanakan melalui anggaran daerah untuk mendukung program nusantara sehat

yang dilaksanakan kementerian kesehatan melalui dana APBN. Tim yang direkrut

pada program ini akan bekerja sesuai kontrak. Untuk kontrak awal di alokasikan

waktu selama enam bulan.

H. Implementasi

Implementasinya yaitu Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga (PIS PK) adalah adanya integrasi inter program, baik di Puskesmas

maupun di Dinas Kesehatan. Inter program yang dimaksud adalah bukan hanya

antara program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM), tetapi juga antar program UKM sendiri. Kita menghadapi

tantangan permasalahan kesehatan yang semakin besar dan sumber daya yang kita

miliki sekarang tidak tak terbatas. Oleh karena itu, kita perlu mendayagunakan

setiap sumber daya yang kita miliki untuk dapat mengatasi setiap tantangan

permasalahan kesehatan yang sedang dan akan kita hadapi. Kita harus dapat

mengelola sumber daya tersebut secara efektif dan efisien. Fakta di lapangan saat

ini justru ego programlah yang terjadi di banyak tempat. Padahal, tujuan

programnya sama, sasaran programnya sama. Beberapa program memiliki sumber

daya lebih besar daripada program lainnya, sehingga seringkali program yang

“miskin” sumber daya harus berjalan tertatih-tatih.

Kesadaran akan perlunya integrasi inter program, akhir-akhir ini sudah

semakin meningkat. Namun, kelanjutan dari kesadaran itu bermacam-macam

tingkatannya. Ada yang hanya berhenti sampai pada wacana integrasi, ada yang

hanya menggunakan label integrasi, ada yang sudah memiliki konsep integrasi,

ada yang sudah memulai dengan langkah koordinasi dan kolaborasi, dan ada
sedikit yang sudah sampai pada aksi integrasi sistematik. PIS PK memiliki tujuan

untuk terwujudnya integrasi inter program sampai kepada aksi integrasi yang

sistematik.

Di tingkat Puskesmas, integrasi inter program tercermin dari keterlibatan

semua tenaga kesehatan Puskesmas dari berbagai profesi dalam setiap tahapan

pelaksanaan PIS PK. Kita mengenal istilah ban putih dan ban hitam. Integrasi juga

terwujud dalam integrasi penggunaan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) dan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk mendukung

implementasi PIS PK di Puskesmas.

I. Evaluasi

Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga (PIS PK), Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Papua

Barat menyelenggarakan Pertemuan Monitoring dan Evaluasi PIS PK. Pertemuan

dilaksanakan di Swiss-belHotel Manokwari pada tanggal 13-15 Desember 2018.

Dalam pertemuan ini diundang para koordinator PIS PK dari 13 Kabupaten/Kota

di Provinsi Papua Barat dan para Kepala atau Koordinator PIS PK Puskesmas

terpilih. Sebagian Puskesmas adalah Puskesmas yang akan dijadikan Puskesmas

model oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Pertemuan ini juga dihadiri oleh para koordinator

pembina wilayah di Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Dalam pertemuan ini, baik Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat maupun

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan hasil monitoring pelaksanaan

PIS PK sesuai kesepakatan sebelumnya pada Workshop Penguatan Integrasi PIS

PK sebulan yang lalu. Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menyampaikan

tindak lanjut dari kesepakatan yang sudah dilakukan dalam sebulan terakhir.Selain
pelatihan, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat juga telah melaksanakan

pendampingan pelaksanaan PIS PK ke Kabupaten Manokwari serta monitoring

pelaksanaan PIS PK ke Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Maybrat dan

Kabupaten Tambrauw.

Hasil monitoring pelaksanaan PIS PK di Provinsi Papua Barat telah

didapatkan, baik melalui kunjungan langsung ke beberapa Dinas Kesehatan

Kabupaten, Puskesmas, keluarga maupun melalui Pertemuan Monitoring dan

Evaluasi PIS PK. Tentunya hasil monitoring yang menghasilkan rekomendasi

harus ditindaklanjuti. Pelaksanaan yang belum sesuai rencana dan pedoman harus

diperbaiki, pelaksanaan yang sudah sesuai rencana dan pedoman perlu dilanjutkan

dan dibakukan sebagai acuan pelaksanaan selanjutnya. Inilah yang disebut Act

dalam siklus PDC/SA Deming.

Jadi, seharusnya pelaksanaan monitoring di penghujung tahun sekalipun tidak

perlu diperdebatkan, asal pelaksanaan monitoring tersebut tidak dilandaskan

kepada semangat untuk menghabiskan anggaran. Pelaksanaan monitoring harus

dilaksanakan secara efektif dan berkualitas. Dan hasil monitoring haruslah

ditindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kepemimpinan adalah mengerjakan segala sesuatu melalui orang lain jika ada

sasaran untuk dicapai, jika suatu tugas harus dilaksanakan dan jika lebih dari satu

orang diperlukan untuk melakukannya. Kepemimpinan dalam suatu organisasi

merupakan suatu faktor yang menentukan atas berhasil tidaknya suatu organisasi

atau usaha.

2. Prinsip Kepemimpinan yaitu: Seorang yang belajar seumur hidup, Berorientasi

pada pelayanan, dan Membawa energi yang positif.

3. Visi dan Misi kepala bidang program yankes dinkes papua barat:

Visi : Menjadi Institusi Terdepan Dalam “Mewujudkan Papua Barat Yang

Sehat, Berkualitas, Mandiri dan Berkeadlian”

Misi

a. Menyediakan Dukungan Kebijakan dan Tata Kelola Administrasi,

Memaksimalkan Dukungan-dukungan Kebijakan Sistem Manajemen dan

Tugas Teknis Lainnya.

b. Menjamin Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan Yang Berkualitas,

Merata dan Terjangkau.

c. Menjamin Ketersediaan, Mutu dan Pemerataan Sumber Daya Kesehatan.

d. Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Yang Memenuhi Standar dan Terjangkau.

e. Melindungi Masyarakat dari Penyakit dan Mengurangi Resiko Terjadinya

Penyakit, Kecelakaan dan Dampak Bencana.


f. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Melalui Promosi Kesehatan

dan Pemberdayaan Masyarakat Termasuk Swasta dan Dunia Usaha.

4. Struktur organisasi terdiri atas :

a. Kepala Dinas

b. Sekretaris

c. Sub Bagian :

i. Program Informasi dan Humas

ii. Keuangan dan Pengelolaan aset

iii. Hukum, Kepegawaian dan umum

d. Bidang :

i. Kesehatan Masyarakat

ii. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)

iii. Sumber Daya Kesehatan 

e. Kelompok Jabatan Fungsional

f. UPT Dinas                          

5. Sasaran dan Tujuan

1) Sasaran

a) Meningkatkan Aksebilitas Kinerja dan Profesionalisme Pelayanan OPD

Bidang Kesehatan.

b) Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan Meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan

yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.

2) Tujuan

a) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas pengelolaan APBD

b) Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana


c) Meningkatnya disiplin dan kapasitas sumberdaya aparatur

d) Meningkatnya kualitas system pelaporan capaian kinerja dan keuangan

e) Meningkatkan akses dan ketersediaan sarana dan prasaran kesehatan

yang berkualitas.

6. Perencanaan Program

1) Program Yankestrad

2) Program Aspak

7. Rencana Tindakan

Rencana tindakan kepala bidan program layanan dinas kesehatan provinsi

Papua Barat yaitu mereka akan menyelenggarakan program papua barat sehat

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar terutama

di puskesmas terpencil atau sangat terpencil, khususnya di Kabupaten

Pegunungan Arfak, Kabupaten Manokwari Selatan, Kabupaten Kaimana dan

Kabupaten Tambrauw.

8. Implementasi

Implementasi yaitu Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

adalah adanya integrasi inter program, baik di Puskesmas maupun di Dinas

Kesehatan.

9. Evaluasi

Hasil monitoring pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan


Keluarga di Provinsi Papua Barat juga telah melaksanakan pendampingan ke
Kabupaten Wanokwari serta monitoring ke Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten
Maybrat dan Kabupaten Tambrauw. Jadi seharusnya pelaksanaan monitoring di
penghujung tahun sekalipun tidak perlu diperdebatkan, asal pelaksanaan
monitoring tersebut tidak dilandaskan kepada semangat untuk menghabiskan
anggaran. Dan hasil monitoring ditindaklanjuti dengan perbaikan yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai