Anda di halaman 1dari 19

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

STUDI EPIDEMOLOGI ANALITIK


OBSERVASIONAL

Dosen Mata Kuliah : Reza


Wahyudi, S.T.,M.T

Disusun Oleh :
Noor Wahidah (T0218002)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN BARAT
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas karunia, hidayah dan nikmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Penyedian Air Minum ini. Penulisan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah , Bapak Reza Wahyudi, S.T.,M.T Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran
saya yang bersumber dari internet dan jurnal sebagai referensi, tak lupa penyusun ucapkan
terima kasih kepada pengajar mata kuliah Epidemologi Lingkungan atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Saya berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “Studi Epidemologi Analitik
Observasional ”.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat
bagi saya dan yang membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan
tentang bab ini.

Pontianak, 30 November 2020

(Noor Wahidah)
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Epidemiologi sebagai salah satu disiplin ilmu kesehatan yang relatif masih baru bila
dibandingkan dengan beberapa disiplin ilmu lain, pada saat ini telah mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Epidemiologi terbagi atas dua kelompok yaitu, kelompok epidemiologi
deskriptif dan epidemiologi analitik, dalam makalah ini akan dibahas tentang epidemiologi
analitik. Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan
dengan kesehatan (Lapau, 2009). Epidemiologi analitik merupakan fase kedua dari fase
pendekatan epidemiologi karena pada fase ini dicoba untuk menganalisis penyebab penyakit
dengan cara menguji hipotesis untuk menjawab pertanyaan seperti bagaimana timbulnya dan
berlanjutnya penyakit.
Unit analisis dari studi epidemiologi adalah sekelompok masyarakat yang bertempat
tinggal sama di suatu daerah batas negara, propinsi, kabupaten, kotamadya, kecamatan, desa,
serta tempat lainnya dan merupakan ilmu yang mempelajari h-ubungan antara masalah-
masalah kesehatan dengan distribusi dan frekuensi penyakit yang menimpa masyarakat yang
disebut sebagai epidemiologi analitik.Epidemiologi analitik sering digunakan atau dipakai
pada penelitian kesehatan untuk mengetahui dan mempelajari hubungan antara faktor risiko
dan masalah-masalah kesehatan yang terjadi di dalam masyarakat(Chandra, 2009).

B. Tujuan
1. Menjelaskan definisi epidemiologi analitik.
2. Menjelaskan jenis disain dan studi epidemiologi analitik.
3. Menguraikan Implementasi Studi Analitik Observasional yang Dilakukan Masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Epidemiologi Analitik


Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan (Lapau, 2009). Epidemiologi analitik di samping meliputi pemahaman terhadap
dasar-dasar epidemiologi deskriptif juga mempunyai pembidangan yang lebih khusus.
Kekhususannya tersebut menekankan pada aspek analisis yaitu mengkhususkan diri pada
analisis hubungan antara fenomena kesehatan dengan berbagai variabel lain (Riyadi dan
Wijayanti, 2011).
Epidemiologi analitik dilakukan untuk mengidentifikasi dan menguji hipotesa tentang
hubungan antara faktor penyebab yang diduga dan hasil (penyakit) tertentu yang muncul.
Dalam pembuatan hipotesa umumnya diarahkan pada apakah suatu faktor pemaparan tertentu
dapat menyebabkan suatu keadaan (penyakit) tententu. Yang termasuk dalam faktor
pemaparan seperti sifat, perilaku, faktor lingkungan atau karakteristik lain yang mungkin
menjadi penyebab penyakit. Epidemiologi analitik ini ditujukan untuk menentukan kekuatan,
kepentingan dan makna statistik dari hubungan epidemiologi antara pemapar dan akibat yang
ditimbulkan (Ferasyi, 2008). Jadi, secara umum epidemiologi analitik adalah penelitian
epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan
penyebab penyakit serta membandingkan risiko terkena penyakit antara kelompok terpapar
dan tak terpapar.
B. Jenis Disain Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik terdiri dari: (1) Studi observasi (case control, cohort, cross sectional),
(2) Eksperimen/intervensi (eksperimen kuasi, eksperimen murni) (Rajab, 2009).
Sedangkan menurut Lapau (2009) dan Bustan (2006), kelompok jenis disain epidemiologi
analitik dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yaitu:
1. Studi Observasional, yang terbagi atas :
a. Studi Potong Lintang ( cross sectional )
b. Studi Kasus Kontrol (Case- control )
c. Studi Kohort ( Follow-up )
2. Studi Eksperimental, yang terbagi atas :
a. Studi sebelum dan sesudah eksperimen dengan control
b. Trial klinik yang dirandomisasi
c. Trial komunitas yang dirandomisasi
Menurut Sugiyono ( 2011 ) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitupre-
experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design.
Studi Observasional
a. Studi Potong Lintang ( cross sectional )
Menurut Nugrahaeni (2011), Studi potong lintang (cross sectional)
untuk penelitian analitik adalah studi yang mempelajari hubungan faktor risiko
(paparan) dan efek (penyakit/masalah kesehatan) dengan cara mengamati faktor
risiko dan efek secara serentak pada banyak individu dari suatu populasi pada
satu saat. Misalnya, penelitian mengenai perbedaan pemberian ASI Eksklusif
pada berbagai tingkat pendidikan ibu, penelitian mengenai beda proporsi
hiperlipidemia pada pria dan wanita, dan penelitian mengenai hubungan
berbagai faktor risiko dalam menyebabkan terjadinya penyakit tertentu. Adapun
skema studi potong lintang adalah sebagai berikut.
Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian tranversal,
dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Dibandingkan
dengan penelitian-penelitian yang lain, metode penelitian ini merupakan yang
paling lemah karena penelitian ini paling mudah dilakukan dan sangat
sederhana (Notoadmodjo, 2005). Penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional dapat dilakukan di rumah sakit atau dilapangan. Penelitian klinis yang
dilakukan di rumah sakit banyak menggunakan pendekatan cross sectional
dengan tujuan untuk mencari adanya hubungan antara pajanan terhadap faktor
risiko dan timbulnya penyakit sebagai akibat pajanan tersebut. Hal ini dilakukan
karena penelitian dengan pendekatan cross sectional untuk tujuan analitis akan
lebih cepat, lebih praktis dan efesien serta data yang telah ada dapat
dimanfaatkan walaupun terdapat beberapa kelemahan karena pengamatan sebab
dan akibat dilakukan pada saat yang bersamaan, tanpa urutan waktu yang lazim,
yaitu sebab mendahului akibat, yang merupakan salah satu syarat penting dalam
menentukan hubungan sebab akibat (Hasmi, 2012).
Menurut Budiarto dan Anggraeni (2002), penelitiancross sectional
memiliki ciri-ciri dan langkah-langkah dalam melakukan penelitiannya. Ciri-
ciri dari penelitian cross sectional tersebut sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu.
2. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding.
3. Hubungan sebab – akibat hanya merupakan perkiraan saja.
4. Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis.
5. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis.
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian cross
sectional sebagai berikut :
1. Identidikasi dan perumusan masalah.
2. Menentukan tujuan penelitian
3. Menentukan lokasi dan populasi studi
4. Menentukan cara dan besar sampel
5. Memberikan definisi operasional
6. Menentukan variable yang akan diukur
7. Mentusun instrument penfumpulan data
8. Rencana analisis
Bustan ( 2006 ) menjelaskan kelebihan dan kekurangan pada studi potong
lintang ( cross sectional ), yaitu :
1. Kelebihan studi potong lintang :
a. Cepat, dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan atau interview
b. Murah, bahkan dapat termurah dibandingkan dengan penelitian lainnya.
c. Berguna untuk informasi bagi perencanaan misalnya untuk menentukan
lokasi rumah sakit, penganggaran obat, dan peralatan medis, dan jenis-
jenis pelayanan yang diperlukan.
2. Kelemahan studi potong lintang :
a. Umumnya hanya menemukan kasus yang selamat. Tidak dapat
menemukan mereka yang mati karna penyakit yang diteliti.
b. Sulit dilakukan terhadap penyakit atau masalah yang jarang dalam
masyarakat.
c. Sulit dipakai untuk penyakit yang akut, pendek masa inkubasi dan masa
akhirnya.

b. Srudi Kasus Kontrol (Case- control)


1. Pengertian Kasus Kontrol
Studi kasus kontrol merupakan studi penelitian yang dimana peneliti
akan melakukan observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas dan
tergantung tidak dalam satu waktu. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional karena peneliti tidak memberi perlakuan kepada subjek
penelitian (Ningtyas,2015).
Kasus kontrol dapat digunakan untuk mempelajari penyakit yang jarang
karena kasus-kasus dikumpulkan secara retrospektif dari data suatu
kelompok pada rumah sakit yang besar dan dibandingkan dengan kontrol
yang bebas penyakit (Richard, dkk, 2008). Tujuan studi kasus kontrol yaitu
untuk mengembangkan hipotesis atau membuktikan hipotesis secara
terbatas tentang hubungan variabel dependen dan variabel independen serta
menyelidiki faktor-faktor yang mungkin menghasilkan informasi dalam
rangka mencegah atau mengobati penyakit atau masalah tertentu. Dalam
studi kasus kontrol, kelompok yang dipilih adalah Kelompok Kasus dan
Kelompok Kontrol (Lapau, 2009). Yang dimaksud dengan kelompok kasus
adalah subjek yang didiagnosis menderita penyakit. Kelompok kontrol
adalah subjek yang tidak menderita suatu penyakit yang diambil secara acak
dari populasi yang sama dengan populasi asal kasus (Tamza, 2013).
Sedangkan menurut Budiarto dan Anggraeni (2002), kelompok kasus
atau kelompok penderita ialah kelompok individu yang menderita penyakit
yang akan diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subjek studi. Hal
ini penting dijelaskan karena tidak semua orang yang memenuhi kriteria
penyakit yang akan diteliti bersedia mengikuti penelitian dan tidak semua
penderita memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kelompok kontrol ialah
kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan
diteliti, tetapi mempunyai peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk
terpajan oleh faktor risiko yang diduga sebagai penyebab timbulnya
penyakit dan bersedia menjadi subjek studi.

2. Ciri – ciri Kasus Kontrol


Ciri- ciri case control adalah bersifat observasional, diawali dengan
kelompok penderita dan bukan penderita, terdapat kelompok kontrol,
kelompok kontrol harus memiliki risiko terpajan oleh faktor risiko yang sama
dengan kelompok kasus, membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh
faktor antara kelompok kasus dan kelompok kontrol, tidak mengukur
insidensi (Budiarto dan Anggraeni, 2002).
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian dengan menggunakan
case control adalah:
1. Identifikasi variable-variabel penelitian ( faktor risiko atau efek ).
2. Menetapkan objek penelitian ( populasi dan sampel).
3. Identifikasi kasus.
4. Pemilihan subjek sebagai control.
5. Melakukan pengukuran “retrospektif” (melihat ke belakang) untuk
melihat faktor risiko.
6. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variable-
variabel objek penelitian dengan variable-variabel objek control
(Abidin 2012).
Contoh kasus yaitu pada penelitian kasus kontrol Avian Influenza pada
unggas di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,
kajian kasus-kontrol dilakukan pada dusun sebagai unit kajian.Sebagai kasus
adalah dusun yang pernah dilaporkan atau sedang mengalami kasus AI, dan
kontrol merupakan dusun yang dilaporkan belum pernah mengalami, tetapi
dekat dengan dusun kasus.Besarnya sampel kajian kasus kontrol dihitung
menggunakan rumus menyidik penyebab penyakit maka didapat masing-
masing 109 dusun kasus dan 109 dusun kontrol. Untuk komparabilitas kedua
kelompok dilakukan berdasarkan faktor resiko penyebab AI yang diteliti
meliputi tanggal pengambilan sampel, kabupaten, kecamatan, tipe
pertenakan, asal DOC, status vaksinasi (pernah atau belum, jenis atau produk
vaksin, jumlah vaksinasi), identifikasi atau tindakan pasca vaksinasi, sumber
pakan, manajemen umum seperti lokasi kandang, sistem pemeliharaan, masa
istirahat kandang, cara pencucian kandang, sumber air, biosekuriti seperti
sanitasi personal, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan. Data dianalisis
dengan Chi Square (x2) dan Odds Ratio(OR)(Widiasih, 2006).
Metode penelitian kasus-kontrol sangat sesuai untuk penelitian
penyakit yang sangat jarang terjadi atau penyakit dengan fase laten yang
panjang, misalnya hubungan antara rokok dan karsinoma paru-paru atau
hubungan kontrasepsi oral dan karsinoma payudara, pelaksanaan penelitian
kasus-kontrol relatif lebih cepat dibandingkan dengan penelitian kohort
karena penelitian diawali dengan kelompok penderita tanpa harus menunggu
insidensi seperti pada penelitian kohort, biaya yang dibutuhkan untuk
mengadakan penelitian kasus-kontrol relatif lebih kecil dibandingkan dengan
penelitian kohort, metode penelitian kasus-kontrol tidak dipengaruhi faktor
etis seperti pada penelitian eksperimen karena pada penelitian kasus-kontrol,
intervensi tidak dilakukan oleh peneliti, data yang ada dapat dimanfaatkan
terutama bila penelitian dilakukan dengan berbasis rumah sakit, dan dapat
digunakan sebagai penelitian pendahuluan terhadap penyakit yang belum
diketahui penyebabnya (Budiarto, 2004).
3. Kekurangan dan Kelebihan Kasus Kontrol
a. Kekurangan :
− Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu kondisi
kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu kondisi kesehatan dan
kita kilas balik ke belakang banyak paparan yang mungkin telah
terjadi.
− Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran asosiasi absolut
lainnya. Kasus dipilih dari populasi sumber yang memiliki outcome,
sedangkan kelompok kontrol merupakan estimasi distribusi faktor
paparan dari populasi sumber, sehingga hasil perhitungan yang kita
dapatkan adalah Odds Rasio (OR). Walaupun asosiasi bisa ditegakkan
dengan perhitungan Odds rasio, tetapi tidak bisa menghitung resiko
absolut (abosulute risk) karena angka insiden tidak diketahui.
− Bias seleksi. Tidak mudah untuk memilih responden pada kelompok
kontrol, karena responden sebisa mungkin tidak terpapar dari faktor
risiko yang merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok kasus,
karena kemungkinan kelompok kontrol bisa menderita sakit yang
sama seperti kelompok kasus, tetapi masih tahap tanpa gejala
(asymptomatic group) dengan faktor risiko tersebut. Sehingga
kemungkinan terjadinya bias seleksi sangat besar. Misal, untuk
mengetahui hubungan antara kasus kanker paru-paru dan merokok.
Untuk pemilihan kasus kontrol, peneliti harus semaksimal mungkin
untuk memilih kelompok ini pada pasien penyakit selain kasus
kanker, yang tidak terpapar dengan rokok, misal penyakit mag, pasien
katarak yang bukan perokok dan sebagainya.
− Bias informasi. Seperti kita pahami, bahwa informasi yang kita akan
dapatkan tergantung daya ingat responden. Rekam medis dapat
meminimalisir bias informasi, tetapi tidak semua faktor risiko/paparan
terdokumentasi pada rekam medis. Oleh karena itu, kemungkinan bias
pada informasi tinggi, terutama untuk kelompok kontrol. Kelompok
kasus akan cenderung lebih mengingat faktor risiko yang dia alami
daripada kelompok kontrol. Seperti contoh diatas, ibu dengan anak
BBLR, umumnya daya ingat akan faktor paparan yang dia alami,
memorinya akan lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan bayi
normal, misalnya status merokok, status gizi, periksa kehamilan dan
sebagainya(Rothman, 2002).
b. Studi Kohort (Follow-up)
1. Pengertian Kohort
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada
suatu penyebab penyakit (agent). Kemudian, diambil sekelompok
orang lain yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok
pertama, tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab
penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol.Setelah
beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut
dibandingkan, dicari perbedaannya antara kedua kelompok tersebut
bermakna atau tidak (Notoadmodjo, 2005).
Contoh kasus studi kohort adalah pada penelitian Misti (2012)
tentang Resiko Kebiasaan Minum Kopi pada Kasus Toleransi
Glukosa Terganggu terhadap Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga faktor risiko
tersebut berhubungan dengan kejadian penyakit DBD di wilayah
kecamatan Sawahan kota Surabaya. Penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional, rancangan kohort, sampel 1.092 rumah dan
4.549 orang responden dari tiga kelurahan di kecamatan Sawahan.
Responden dilakukan wawancara dan pemeriksaan langsung lalu
diikuti selama tiga bulan ke depan (Maret-Juni 2010) untuk
mengetahui apakah ada kejadian penyakit DBD dari paparan yang
ada. Analisis secara deskriptif dilakukan untuk mengetahui distribusi
responden dan kejadian penyakit DBD dilakukan, uji chi-square
digunakan untuk mengetahui hubungan antara paparan dan kejadian
penyakit DBD dan untuk mengetahui derajat hubungannya digunakan
ukuran Resiko Relative (RR) (Misti, 2012).
2. Kelebihan dan Kekurangan Studi Kohort
Menurut Srikanth dan Doddamani (2013), Studi Kohort memiliki
kelebihan dan kekurangan yaitu :
a. Kelebihan
- Dapat menjadi penilaian terbaik dari studi paparan penyakit
langka atau baru.
- Salah satu desain terbaik jika paparan perlu diukur secara
langsung.
- Hanya cara untuk mendapatkan informasi calon untuk
penyakit fatal.
- Menjelaskan riwayat alami penyakit.
- Dapat memeriksa beberapa hasil terkait dengan paparan.
- Dapat memperkirakan kedua tingkat penyakit keseluruhan
dan spesifik.
- Tidak ada recall dan bias seleksi, hasil yang lebih konklusif
dari studi kasus-kontrol.

b. Kekurangan
- Tidak praktis untuk penyakit langka atau baru.
- Tidak signifikan secara statistik.
- Sarana dan biaya biasanya mahal.
- Memerlukan waktu yang lama

Studi Eksperimental
1. Pengertian Studi Eksperimental
Eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab
pertanyaan “jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol
secara ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui
apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di kontrol
secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada
kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian
eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
(Sugiyono, 2011).
Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek
dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi
sebelumnya.Desain ini merupakan metode utama untuk
menginvestigasi terapi baru.Misal, efek dari obat X dan obat Y
terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program
kesehatan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa
contoh penelitian dengan desain eksperimental, seperti mengukur
efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita dengan
gejala infeksi saluran urin dengan hasil tes urin negatif / negative
urine dipstict testing dan efektivitas program MEND (Mind, Exercise,
Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada anak (Bonita, 2006).
Menurut Sugiyono (2011) terdapat beberapa bentuk desain
eksperimen, yaitupre-experimental design, true experimental design,
dan quasy experimental design.
1. Pre-experimental design
Desain ini dikatakan sebagai Pre-experimental design
karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh.Masih
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Bentuk Pre-experimental design
dibagi beberapa macam antara lain:
1. One-Shoot Case Study
Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan
kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian.
2. The One Group Pretest-posttest design
Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group
pretest-posttest design, terdapat pretest sebelum diberi
perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat,
karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan.
3. The static-group comparison
Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi
menjadi dua, yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang
diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan stimulus
apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam
desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap
subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus
dipilih secara acak.
4. True experimental design
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal
(kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi.
Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments
menurut Suryabrata (2011) adalah untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara
mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan
grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experiments ini
mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalamtrue
experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan
sampel secara random. Design ini terbagi atas:
1. Pretest-posttes control group design
Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara
random kemudian diberi pretest untuk mengetahui
perbedaan keadaan awal antara group eksperimen dan group
kontrol.Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group
eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
2. Posttest-only control froup design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-
masing dipilih secara random (R). Grup pertama diberi
perlakuan (X) dan grup yang lain tidak. Kelompok yang
diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan
kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok
kontrol.
5. Quasi experimental design
Quasi experiments disebut juga dengan eksperimen pura-
pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true
experimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini
mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya
untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.Desain digunakan jika peneliti dapat
melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh,
tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang
sesungguhnya.Dalam eksperimen ini, jika menggunakan
random tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup
kontrol (Fatoni, 2013).
Tujuan penelitian experiment semu adalah untuk
menjelaskan hubungan-hubungan, megklarifikasi penyebab
terjadinya suatu peristiwa, atau keduanya.Desain penelitian
quasi eksperimen sering digunakan pada penelitian lapangan
(Riyanto, 2011).
C. Implementasi Studi Analitik Observasional Yang Dilakukan Masyarakat.
Studi deskriptif merupakan langkah awal dalam melakukan investigasi epidemiologi.
Studi ini menjawab pertanyaan berkaitan dengan aspek epidemiologi yang meliputi ‘orang,
tempat dan waktu ’ dan aspek ini dipergunakan untuk menjawab pertanyaan ‘ siapa?, apa?,
dimana? dan ketika?’. Termasuk sebagai studi deskriptif adalah survey prevalensi, studi
migrant dan seri penyakit (case series) [1, 2]. Survey prevalensi dilakukan untuk
menggambarkan kondisi kesehatan suatu populasi atau faktor resiko kesehatan, misalnya
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia, dilakukan secara rutin setiap dua-tiga tahun
sekali, untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia dan berguna untuk
melakukan perencanaan kesehatan.
Studi migrant dilakukan jika kita ingin melihat perbedaan kondisi kesehatan atau
penyakit pada masyarakat berbeda etnik, suku dan negara. Studi ini juga melihat perubahan
pola penyakit pada etnik yang berbeda jika mereka bermigrasi ke negara lainnya. Misal, etnik
Jawa yang tinggal di Indonesia akan memiliki pola penyakit berbeda dengan etnik Jawa yang
telah lama tinggal di Australia. Ataupun perbedaan pola penyakit etnik Jepang yang tinggal
di Jepang dan etnik Jepang yang telah lama bermigrasi ke Amerika. Sedangkan, case series
(studi kasus berturut-turut) dilakukan jika kita ingin melihat karakteristik suatu penyakit yang
terjadi di suatu populasi. Misal, kejadian Flu Burung pada manusia di Indonesia. Kita bisa
mempelajari karakteristik pasien Flu Burung di Rumah Sakit X di Indonesia dengan
memperhatikan perbedaan karakteristik pasien, gejala umum dan spesifik Flu Burung pada
beberapa pasien yang positif ataupun terduga (suspect) menderita Flu Burung.
Ketika kita akan menggali pertanyaan ‘kenapa’, kita perlu melakukan studi analitik
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Studi Analitik merupakan studi yang menganalisa
hubungan antara status kesehatan dan variabel lainnya[1, 2]. Sebagai contoh, penelitian
Najmah dkk [3], melakukan investigasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
penggunaan alat dan jarum suntik tidak steril pada pengguna napza suntik. Selain melakukan
studi deskriptif sebagai langkah Epidemiologi awal, peneliti menggambarkan karakterikstik
penasun di Kota Palembang, peneliti melakukan studi analitik juga untuk mengetahui,
hubungan antara faktor karakteristik penasun dan variabel lainnya (lama menggunakan napza
suntik, pengetahuan tentang har m reduction dan HIV, sikap terhadap harm reduction dsb)
terhadap perilaku penggunaan jarum dan alat suntik steril. Peneliti melakukan studi analitik
dengan menganalisa hubungan antara karakteristik penasun, dan variabel lainnya terhadap
perilaku penasun tersebut.
Studi lainnya, misalnya kejadian patah tulang pinggul pada wanita lansia di
Indonesia, ketika kita melakukan studi deskriptif apa yang bisa kita investigasi? Kita bisa
investigasi beberapa pertanyaan seperti:
1. Gambaran dimensi-dimensi tulang pinggul lansia berdasarkan hasil X-Ray, seperti
kepadatan tulang, diameter endokortikal, lebar leher femur, dan dimensi lainnya
2. Prevalensi patah tulang pinggul pada wanita lansia pada desa dan kota di 10 Provinsi
terbesar di Indonesia
3. Trend kejadian patah tulang pinggul pada wanita lansia dari tahun 2005-2014 di
Indonesia
4. Proporsi konsumsi vitamin D, kalsium dan penggunaan hormon steroid pada wanita
lansia
5. Gambaran kebiasaan aktifitas fisik wanita lansia di Indonesia
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan. Epidemiologi analitik di samping meliputi pemahaman terhadap dasar-dasar
epidemiologi deskriptif juga mempunyai pembidangan yang lebih khusus. Kekhususannya
tersebut menekankan pada aspek analisis yaitu mengkhususkan diri pada analisis hubungan
antara fenomena kesehatan dengan berbagai variabel lain. Epidemiologi analitik ini ditujukan
untuk menentukan kekuatan, kepentingan dan makna statistik dari hubungan epidemiologi
antara pemapar dan akibat yang ditimbulkan.
Epidemiologi analitik terdiri dari: (1) Studi observasi (case control, cohort, cross
sectional), (2) Eksperimen/intervensi (eksperimen kuasi, eksperimen murni). Studi potong
lintang (cross sectional) untuk penelitian analitik adalah studi yang mempelajari hubungan
faktor risiko (paparan) dan efek (penyakit/masalah kesehatan) dengan cara mengamati faktor
risiko dan efek secara serentak pada banyak individu dari suatu populasi pada satu saat. Studi
kasus kontrol merupakan studi penelitian yang dimana peneliti akan melakukan observasi atau
pengukuran terhadap variabel bebas dan tergantung tidak dalam satu waktu. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional karena peneliti tidak memberi perlakuan kepada subjek
penelitian. Dalam studi kohort sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab
penyakit (agent). Kemudian, diambil sekelompok orang lain yang mempunyai ciri-ciri yang
sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab
penyakit.
Penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek dari suatu intervensi terhadap
hasil tertentu yangdiprediksi sebelumnya.Desain ini merupakan metode utama untuk
menginvestigasi terapi baru.
DAFTAR PUSTAKA

➢ http://mairinaylstn96.blogspot.com/2016/12/pengantar-epidemiologi-
analitik.html?m=1
➢ http://metopidfkmunsri.blogspot.com/2014/10/studi-desain-
observasional.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai