NIM : 1910912220014
ANGKATAN : 2019
D. Epidemiologi Analitik
Studi analitik menjawab pertanyaan why (mengapa). Studi analitik merupakan
studi lanjutan dari studi deskriptif. Studi analitik dilakukan untuk membuktikan
sebuah hipotesa. Studi analitik merupakan bentuk desain dari studi deskriptif lengkap,
karena mempelajari dua kelompok atau lebih (ada kelompok pembanding).
1. Observational
Peneliti mengamati pemaparan yang terjadi secara secara alamiah (peneliti
tidak memanipulasi pemaparan).
1) Studi Cohort
Sekelompok orang yang mempunyai atau mengalami pengalaman yang sama.
Pajanan terjadi secara alamiah (karena pilihan subyek atau karena kebetulan misal
adanya kebocoran radiasi), bukan diberikan oleh peneliti. Pengelompokan subyek
bukan oleh peneliti. Kebaikan kohort menurut geografis atau pada suatu tempat kerja
adalah karakteristik pajanan lebih konsisten dan tidak bervariasi. Kelebihan kohort
yang berasal dari tempat yang berbeda adalah meningkatnya jumlah studi populasi.
2) Studi Kasus-Kontrol
Penelitian kasus-kontrol adalah penelitian observasional yang
membandingkan kelompok kasus (mengalami kondisi yang ingin diteliti) dengan
kelompok kontrol (tak mengalami kondisi yang ingin diteliti). Sifat penelitian kasus-
kontrol termasuk yaitu:
Penelitian observasional.
Penelitian longitudinal.
Penelitian analitik.
Penelitian yang arah penelusurannya ke belakang.
Populasi yang sesuai dengan penelitian ini yaitu kasus, non-kasus, yang
terpapar, yang tak terpapar.
3) Studi Cross Sectional
Studi yang meneliti sekaligus suatu faktor pajanan (exposure) dan sebuah
penyakit atau masalah kesehatan tanpa arah dimensi penyelidikan tertentu (non-
directional dimention). Disertai sampling probabilistik untuk menjamin keterwakilan
(representativeness) karakterstik populasiyang diteliti. Bisa memiliki 2 tingkat
kedalaman analisa yaitu bisa masuk lingkup deskriptif untuk menggambarkan
masalah (orang-tempat-waktu) dan bisa pula lingkup analitik (formulasi dan
pengujian hipotesis).
2. Experimental
Peniliti mempunyai kontrol terhadap pemaparan (treatment). Sekelompok
orang yang mempunyai atau mengalami pengalaman yang sama.
1. Desain studi eksperimen
Berdasarkan proses pengalokasian eksposure kepada subjek penelitian, maka
studi eksperimen dibagi menjadi dua yaitu:
1) True experiment study yaitu bila ada proses randomisasi.
2) Quasi experiment study yaitu tanpa ada proses randomisasi.
Berdasarkan kelompok pembanding
1) Within group design yaitu pre test dan post test design, seluruh individu
mendapat eksposure yang sama , kemudian di folow up, bandingkan outcome
pada saat pre test dan post test.
2) Between group design yaitu peneliti membandingkan outcome dari dua atau lebih
kelompok yang mendapat intervensi berbeda.
Random sampling (random selection)
peneliti menyeleksi subjek-subjek yang akan diteliti sedemikian rupa sehingga
setiap subjek di populasi studi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih
menjadi anggota sampel. Memilih secara random anggota populasi untuk menjadi
sampel.
Randomisasi (random allocation)
Proses yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek yang diteliti sedemikian
rupa sehingga setiap subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan
“eksposure” atau tidak mendapat “eksposure”. Memilih secara random anggota
sampel untuk mendapat eksposure.
Untuk mengaplikasikan eksposure (randomisasi) pada subjek penelitian
biasanya dilakukan “blinding” :
1) Single blind yaitu hanya subjek yg tidak mengetahui
2) Double blind yaitu jika subjek dan peneliti tidak mengetahui
3) Triple blind yaitu jika subjek, peneliti dan penganalisis tidak mengetahui
Tujuan blinding yaitu:
1) Dapat mengeliminasi confounder.
2) Menghindari bias yang berasal dari subjek, peneliti ataupun penganalisis.
Kelebihan studi eksperimen:
1) Dapat memberikan bukti kuat adanya hubungan sebab akibat.
2) Merupakan satu-satuya disain yang sesuai dipakai untuk meneliti oba-obatan
baru.
3) Dapat menghasilkan penelitian yang murah dan cepat dibandingkan penelitian
observasional.
Kelemahan studi eksperimen:
1) Mahal dan memakan waktu.
2) Tidak semua pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan desain eksperimen :
ada masalah etika, frekuensi outcome jarang.
3) Cenderung membatasi skope penelitian.
4) Standar intervensi eksposure mungkin berbeda dengan kondisi yang
sesungguhnya di populasi.