Anda di halaman 1dari 92

BIOAKUSTIK

BUNYI :
 GELOMBANG BUNYI DAN KECEPATAN
 SUMBER BUNYI
 MENDETEKSI BUNYI
 PEMBAGIAN FREKUENSI BUNYI
 INTENSITAS BUNYI
 SKALA DESIBEL
 KEKERASAN BUNYI/NYARING BUNYI
 SIFAT GELOMBANG BUNYI
 AZAS DOPPLER
 SUARA :
 MEKANISME PEMBENTUKAN SUARA

 ALAT PENDENGARAN :
 FISIOLOGI ALAT PENDENGARAN
 TEST PENDENGARAN DAN HILANG
PENDENGARAN
 BISING :
 PEMBAGIAN BISING
 PENGARUH BISING TERHADAP KESEHATAN
 PENCEGAHAN KETULIAN DARI PROSES
BISING
 PARAMETER KEBISINGAN
 TAKARAN BISING
 PERALATAN DAN METODE PENDETEKSI
BISING
Bioakustik

Akustika  ilmu yang mempelajari hal-hal yang


berkaitan dengan bunyi, berkenaan dengan
indera pendengaran serta ruangan yang
mempengaruhi bunyi.

Bioakustik  bunyi yang berhubungan dengan makhluk


hidup, terutama manusia.
Bunyi
 Merupakan gelombang longitudinal (gelombang yang partikelnya
bergerak sejajar dengan arah rambatannya) yang terjadi karena
perapatan dan peregangan dalam medium gas, cair atau padat.
 medium perambatan bunyi: gas, cairan, zat padat.
medium terpenting: udara.

 Gelombang bunyi tak dapat merambat dalam ruang hampa

 Dihasilkan dari getaran partikel-partikel benda yang saling beradu


satu sama lain sehingga menghasilkan energi.

 Energi dipindahkan dari sumber dalam bentuk gelombang


longitudinal, untuk selanjutnya dapat dideteksi oleh telinga atau
benda lain.
Sumber bunyi bergetar dan menimbulkan suara yang
kemudian didengar oleh pendengar.
Sumber bunyi menghasilkan gelombang yang berbentuk
seperti lingkaran
Gelombang Bunyi
 Rangsang untuk alat pendengaran adalah gelombang
bunyi longitudinal yang berasal dari sumber bunyi
dan dirambatkan melalui medium perambatan.

 Sumber bunyi: benda yang bergetar

 Resonansi: peristiwa ikut bergetarnya suatu benda,


karena ada benda lain yang bergetar, yang
mempunyai frekuensi sama atau yang satu kelipatan
yang lain.
Gelombang bunyi adalah daerah perapatan dan
peregangan molekul udara yang berselang seling
Garpu tala yang bergetar → memicu gelombang bunyi sewaktu
molekul-molekul udara di depan bilah garpu yang sedang
bergerak maju mengalami pemadatan sementara molekul-
molekul di belakangnya mengalami penjarangan/peregangan
Molekul-molekul udara yang terganggu  menumbuk molekul-
molekul di depannya  membentuk daerah-daerah baru
pemadatan dan peregangan yang lebih jauh dari tempat asal
bunyi  gelombang bunyi bergerak progresif semakin jauh dari
sumber (meskipun masing-masing molekul udara hanya
berpindah dalam jarak dekat ketika terganggu).
Gelombang bunyi akhirnya lenyap ketika daerah terakhir yang
mengalami gangguan terlalu lemah untuk ‘mengganggu’
daerah di depannya
Syarat terjadinya bunyi
 Ada sumber bunyi yang bergetar
 Bunyi dapat berasal dari alam atau dari
perbuatan manusia
 Ada zat perantara (medium) yang
merambatkan gelombang bunyi dari sumber ke
telinga
 Gelombang bunyi tak dapat merambat dalam
ruang hampa
 Getaran mempunyai frekuensi tertentu
 Indra pendengar dalam keadaan baik
Kegunaan bunyi

 Memperoleh informasi
 Mendeteksi lokasi dari suatu objek
 Mengukur kedalaman laut (menggunakan
gema)
 Diagnosis dan pengobatan (ultrasonik)
 Penelitian geofisik (infrasonik)
SIFAT GELOMBANG BUNYI
 Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul,
diteruskan dan diserap oleh benda.
 Gelombang bunyi yang masuk tubuh
menyebabkan efek friksi (pergesekan).
 Penyerapan energi bunyi akan mengakibatkan
berkurangnya amplitudo gelombang bunyi.
Sifat intrinsik bunyi
 Merupakan gelombang harmonik
 Mempunyai frekuensi
 Mempunyai kecepatan
 Mempunyai tekanan
 Kemampuan transmisi
 Mempunyai intensitas
 Mempunyai amplitudo
Sifat ekstrinsik
 Dipengaruhi oleh medium
 Mengalami refleksi dan refraksi
 Mengalami attenuasi (penurunan intensitas)
 Diabsorbsi oleh medium
 Mengalami difraksi/sketer (hamburan bunyi)
 Echo/gema
 Fluktuasi tekanan udara yang
berasal dari sumber bunyi
menyebar dengan kecepatan
suara (v) membentuk suatu seri
gelombang.
 Jarak antara 2 titik identik
gelombang suara yang sesuai =
panjang gelombang (λ)
 Deviasi maksimal dari tekanan
istirahat = amplitudo (α)
 Bila λ meningkat nada
terdengar lebih rendah. Bila α
meningkat, nada terdengar
lebih keras.
 Pola titi nada ditentukan oleh
frekuensinya (f), yaitu jumlah
siklus per detik.
 Hubungan v, λ, dan f: v = f.λ
Kecepatan rambat bunyi

V = .f

V = kecepatan perambatan bunyi dalam meter per sekon


(m/s)
 = panjang gelombang dalam meter (m)
f = frekuensi dalam Hertz (Hz)
Jika suara di udara memiliki kecepatan perambatan 340 m/s, dan
frekuensinya 20 Hz, berapakah panjang gelombang bunyi
tersebut?
Kecepatan bunyi di udara adalah 340 m/s.

Jika sesuatu memiliki kecepatan melampaui kecepatan suara di


udara  supersonik

contoh : pesawat supersonik dengan kecepatan 2000 km/jam


Nada, intensitas dan warna bunyi
 Nada bunyi (suara) : (nada C atau G), ditentukan
oleh frekuensi getaran.
Semakin besar frekuensi getaran, semakin
tinggi nada.
 Intensitas (kekuatan) : bergantung pada
amplitudo gelombang suara, atau perbedaan
antara daerah pemadatan bertekanan tinggi
dengan daerah peregangan bertekanan rendah.
Semakin besar amplitudo, semakin keras
suara
Nada, intensitas dan warna bunyi…
 Warna bunyi/suara (kualitas) : bergantung
pada overtone, frekuensi tambahan yang
mengenai nada dasar
Contoh : campuran kompleks nada tambahan
menimbulkan bunyi berbeda pada berbagai
alat musik yang memainkan nada yang sama
(nada C pada terompet berbeda dari nada C
pada piano)
Laju gelombang bunyi
Laju gelombang bunyi pada suatu medium bergantung
dari sifat medium tersebut.
Laju gelombang bunyi dalam fluida dirumuskan
sebagai berikut:

V : laju gelombang bunyi (m/s)


B : modulus Bulk (Pa)
ρ : massa jenis fluida (kg/m3)
Laju gelombang bunyi
Gelombang bunyi juga dapat merambat melalui zat
padat.
Pada medium zat padat, misalnya besi, laju bunyi
dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:
V : laju gelombang bunyi (m/s)
Y : modulus Young (N/m2)
ρ : massa jenis zat padat (kg/m3)
Laju gelombang bunyi
Pada medium gas misalnya udara, laju bunyi dirumuskan:

Keterangan:
v : laju gelombang bunyi (m/s)
γ : konstanta Laplace
R : tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K)
T : suhu mutlak gas (K)
M : massa molar gas (untuk udara: 29.10-3 kg/mol)
Intensitas bunyi
 Intensitas bunyi : besar
energi bunyi tiap satuan
waktu tiap satuan luas
yang datang tegak lurus.

I = Intensitas bunyi dalam watt/m2


atau watt/cm2
A = Luas bidang bola dalam m2
atau cm2
P = Daya bunyi dalam J/det atau
watt.
Intensitas bunyi
Intensitasbunyi terkecil yang masih
merangsang pendengaran disebut harga ambang
pendengaran (10-12 watt/m2).

Intensitas bunyi terbesar yang masih dapat


didengar tanpa menimbulkan rasa sakit pada
telinga  1 watt/m2.
Intensitas Bunyi

 Batas pendengaran:
 I0= 10-16 W/cm2 ; 10-12 W/m2 (intensitas ambang)
 Imax = 10-4 W/cm2 ; 100 W/m2
Taraf Intensitas bunyi

• Karena selang I0 dan Imax besar,


maka dipakai skala logaritma,
yaitu logaritma perbandingan
antara intensitas bunyi (I)
dengan harga ambang
intensitas bunyi (I0)  taraf
intensitas (TI).
TI (dB) = 10 log I/I0
1 bel (B) = 10 decibel (dB)
TARAF INTENSITAS BUNYI ( TI )
 Taraf Intensitas bunyi merupakan logaritma perbandingan intensitas bunyi
dengan harga ambang pendengaran.

 TI bunyi dalam : Bel.

I : intensitas bunyi.
Io : harga ambang pendengaran.

1 Bel = 10 dB
PEMBAGIAN FREKUENSI BUNYI :
A. 0 – 20 Hz (infrasonik)
 contoh : getaran tanah, gempa bumi.
 Frekuensi kurang dari 16 Hz akan mengakibatkan
perasaan yang kurang nyaman (discomfort), kelesuan
(fatigue), dan kadang-kadang menimbulkan perubahan
pada penglihatan.
 Apabila vibrasi bunyi dengan frekuensi infra mengenai
tubuh akan menyebabkan resonansi dan akan terasa sakit
pada beberapa bagian tubuh.
– 20.000 Hz (audio frekuensi)
B. 20

 daerah dengan frekuensi yang dapat didengar


contoh : suara pembicaraan, suara lonceng
 kepekaan telinga terhadap frekuensi bunyi : 16–4.000 Hz (zona
terdengar dan aman)
 nilai ambang rata-rata secara internasional terletak di daerah
1.000 Hz (dB=0).
 pada usia lanjut misalnya 60 tahun, nilai ambang pendengaran
untuk 4.000 Hz terletak ± 40 dB lebih tinggi dari pada usia muda
(20 tahun).
Gejala naiknya nilai ambang karena usia  presbikusis (kurang
pendengaran karena pertambahan usia/tua ).
C. >20.000 Hz (ultrasonik)
 Tak tertangkap oleh indera pendengar manusia

Contoh : getaran yang dihasilkan oleh magnet listrik,


getaran kristal piezo elektrik yang
digunakan beberapa instrumen kedokteran
(USG, diatermi dll).
Digunakan untuk:
 pengobatan
 penghancuran (destruktif)
 diagnosis
SUARA
 Istilah suara dipakai untuk bunyi yang
dihasilkan oleh makhluk hidup.
 Pada manusia, suara yang dikeluarkan bukan
sekedar untuk menghasilkan bunyi tetapi
untuk melakukan komunikasi (berbicara).
 Berbicara diatur oleh dua fungsi mekanis:
 fonasi, dilakukan oleh laring
 artikulasi, dilakukan oleh struktur pada
mulut.
Fonasi

 Suara manusia merupakan alat musik tiup (buluh).


 Udara dari ruangan yang berangin (paru-paru,
bronkus, trakea).
 Laring khususnya berperan sebagai penggetar
(vibrator).
 Elemen yang bergetar adalah pita suara.
Fonasi
 Selama fonasi, pita menutup bersama-sama sehingga
aliran udara di antara mereka akan menghasilkan
getaran (vibrasi). Kuatnya getaran ditentukan oleh:
 derajat peregangan pita
 kerapatan pita satu sama lain
 massa pada tepi pita.
 Frekuensi dasar hasil vibrasi tergantung dari massa
& tegangan pita suara.
 Frekuensi suara laki-laki 125 Hz & wanita 150 Hz.
Anatomi laring
Artikulasi dan Resonansi
 Tiga organ artikulasi yang utama yaitu bibir,
lidah dan palatum molle.
 Yang termasuk resonator adalah mulut,
hidung, dan sinus nasal yang berhubungan,
faring, dan rongga dada.
Pendengaran
 Pendengaran adalah tanggapan terhadap
rangsangan vibrasi mekanik.
 Tidak semua rangsangan menghasilkan perasaan
pendengaran.

Agar dapat didengar :


 bunyi harus cukup keras dan cukup tinggi sesuai
dengan daerah pendengaran
 getaran bunyi itu harus berada di dalam
daerah frekuensi yang dapat didengar
TELINGA
 alat penerima gelombang udara
 merupakan detektor bunyi yang sangat sensitif, lebih
sensitif dari detektor bunyi mekanis (mikrofon).
 fungsi telinga: mengubah energi getaran dari
gelombang bunyi menjadi sinyal listrik yang dibawa
ke otak melalui saraf pendengaran
 mikrofon: merubah getaran gelombang bunyi yang
mengenai diafragma menjadi sinyal listrik dengan
frekuensi yang sama, kemudian dikuatkan dan
dikirim ke pengeras suara.
Anatomi telinga
Telinga

 telinga luar
 telinga tengah atau cavum tympani
 telinga dalam atau labyrinthus mengandung
2 sistem sensorik :
a. Koklea : mengandung reseptor yang
mengubah impuls gelombang suara
menjadi impuls saraf
b. Aparatus vestibularis : keseimbangan
Telinga luar
Auricula
 berfungsi mengumpulkan getaran udara, menangkap 6-8 dB.

Meatus acusticus externus


 :p = 2,5 – 3 cm berfungsi meneruskan gelombang bunyi dari auricula ke
membrana timpani
 Pada meatus acusticus externus terdapat malam (wax), untuk meningkatkan
kepekaan terhadap frekuensi bunyi (3.000 – 4.000 Hz).
Manusia dapat menangkap bunyi dengan intensitas 6-8 dB

Membran timpani
 tebalnya 0,1 mm, luas 65 mm2 , suara yang masuk 99,9% mengalami refleksi
sedang 0,1% ditransmisi / diteruskan.
 Pada 160 dB membran timpani akan ruptur / pecah.
Telinga tengah (cavum tympani)

Tulang-tulang pendengaran
berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari gendang
telinga menuju rongga telinga dalam.

Tuba eustachius
Celah tuba eustachius akan tertutup jika dalam keadaan
biasa, dan akan terbuka setiap kali menelan tekanan
udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang
dengan tekanan udara dalam atmosfer, sehingga cedera
atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara,
dapat dihindarkan.
Telinga dalam (labyrinthus)

Labyrinthus osseus
vestibulum
canalis semisirkularis
cochlea

Labyrinthus membranaceus
Terdapat didalam labyrinthus osseus.
Berisi endolimf dan dikelilingi perilimf.
Telinga Bagian Dalam
 Koklea: saluran melingkar dengan panjang 35 mm
dan membentuk 23/4  putaran.
 Koklea pada irisan melintang terdiri dari skala
vestibuli, skala timpani dan skala media. Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe,
sedangkan skala media berisi endolimfe.
 Ion dan garam pada perilimfe dan endolimfe
berbeda, hal ini penting untuk pendengaran.
Fisiologi pendengaran
 Diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
 Getaran tersebut menggetarkan membran
timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan
luas membran timpani dan tingkap lonjong.
Fisiologi pendengaran (cont...)
 Energi getar yang telah diamplifikasi ini, akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada
skala vestibuli bergerak.
 Getaran diteruskan melalui membran Reissner
yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran
basalis dan membran tektoria.
Fisiologi pendengaran (cont...)
 Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel.
 Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis
Kepekaan Pendengaran
Melibatkan:
 Sistem mekanis yang mengumpulkan dan
mengirimkan informasi bunyi,
 Sensor yang memproduksi potensial kegiatan
saraf pendengaran,
 Pusat pendengaran, bagian otak yang
menandai dan menerjemahkan sinyal dari
saraf pendengaran.
Kepekaan Pendengaran
 Tingkat kepekaan suara tidak sama untuk semua
frekuensi
 Untuk mendengar kenyaringan yang sama dari bunyi
dengan frekuensi yang berbeda, dibutuhkan
intensitas yang berbeda.
 Bunyi 1000 Hz terdengar pada tingkat 0 dB, bunyi
100 Hz paling tidak harus 40 dB agar terdengar.
 Telinga paling sensitif terhadap bunyi dengan
frekuensi antara 200 – 4000 Hz
 “Ambang rasa sakit” berada pada tingkat intensitas
120 dB
AUDIOLOGI

 Adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi


pendengaran yang berhubungan dengan habilitasi
(usaha untuk memberikan fungsi yang seharusnya
dimiliki) dan rehabilitasi (usaha untuk
mengembalikan fungsi yang pernah dimiliki)

 Pemeriksaan pendengaran dilakukan dengan :


 Test penala
 Test berbisik
 Audiometri nada murni
AUDIOMETRI NADA MURNI

Alat : audiometer
Cara pemeriksaan pendengaran

 Untuk memeriksa pendengaran diperlukan


pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui
tulang dengan memakai garputala atau audiometer
nada murni.
 Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan
tuli konduksi, berarti ada kelainan ditelinga luar atau
tengah, seperti atresia liang telinga, eksostosis liang
telinga, serumen, sumbatan tuba Eustachius serta
radang telinga tengah.
 Kelainan di telinga dalam menyebabkan tuli saraf
koklea atau retrokoklea.
TES PENALA

 Merupakan test kualitatif.


 Tes penala berupa : tes Rinne, tes Weber, tes
Schwabach, test Bing dan tes Stenger.
 Penala terdiri dari 1 set (5 buah) : frekuensi
128 , 256, 512, 1024, 2048 Hz
Tes Penala
 Untuk pendengaran sehari-hari nada yang paling efektif antara
500 – 2000 Hz.  garpu tala 512, 1024, dan 2048 Hz.
 Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan
hantaran melalui udara (AC) dan melalui tulang (BC).
 Pada telinga yang normal frek. 512 Hz dapat didengar melalui
tulang selama  70 detik.
 Penderita dengan tuli konduksi akan mendengar lebih lama
dari 70”.
 Penderita tuli persepsi akan mendengar lebih pendek, makin
berat makin pendek waktu tersebut.
Tes Rinne
 Untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa.
 Cara : penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus
mastoideus, setelah tidak terdengar penala dipegang di
depan telinga kira-kira 2,5 cm.
 Bila masih terdengar disebut Rinne positif, bila tidak
terdengar Rinne negatif
Normal : konduksi melalui udara 85-90 detik, konduksi
tulang 45 detik
 Rinne (+) : normal atau tuli persepsi
 Rinne (-) : tuli konduksi
Tes Weber
 Untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan.
 Cara : Penala digetarkan dan tangkai penala diletakan di
garis tengah kepala (di verteks, dahi, pangkal hidung, di
tengah-tengah gigi seri atau di dagu).
 Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu
telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila
tidak dapat dibedakan ke arah mana bunyi terdengar lebih
keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.
 Tuli konduksi : terdengar jelas pada telinga yang sakit
 Tuli saraf : terdengar jelas pada telinga yang sehat
Tes Schwabach
 Membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.
 Cara : penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus
mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala
segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal.
 Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek,
bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa
lebih dahulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut
Schwabach memanjang, dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-
sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa.
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach diagnosis

Positif Tidak ada Sama dengan Normal


lateralisasi pemeriksa

Negatif Lateralisasi ke Memanjang Tuli konduktif


telinga yang sakit

Lateralisasi ke Memendek Tuli saraf


Positif telinga yang sehat
HILANG PENDENGARAN

A. Hilang pendengaran karena konduksi (tuli konduksi)


 Vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagian tengah
 Dapat bersifat sementara karena adanya serumen atau
cairan di dalam telinga bagian tengah,jika tidak pulih
dapat menggunakan hearing aid (alat bantu dengar)

B. Hilang pendengaran karena saraf ( tuli saraf / persepsi )


 Bisa terjadi karena sebagian atau seluruh frekuensi tidak
dapat didengar
Alat bantu dengar
 Adalah alat yang menyesuaikan suara-suara yang
masuk.
 Terdiri dari:
 mikrofon yang mendeteksi suara, penyesuai untuk
meningkatkan energi alat tersebut
 pengeras suara untuk mengantar energi yang telah
dinaikkan menuju telinga.
 Membantu untuk kehilangan pendengaran 40 –
85 dB; tidak dapat mengembalikan pendengaran
hingga normal.
BISING

 Bising didefinisikan sebagai bunyi yang dihasilkan oleh


gelombang akustik dengan intensitas dan frekuensi yang
acak.

 Dapat berupa aktivitas alam (bicara, pidato) maupun


buatan (bunyi mesin)

 Dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat


menimbulkan ketulian yang bersifat relatif.

 Dalam industri, bising adalah suara yang tidak diinginkan


dan merupakan energi yang terbuang.
Pembagian Kebisingan

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan, tingkat bunyi dan tenaga


bunyi, maka bising dibagi dalam 3 kategori :

 Audible noise (bising pendengaran)


disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz

 Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan)


 disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin
ketik

 Impuls noise (impact noise = bising impulsif)


 terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan
palu, ledakan meriam, tembakan dan lain – lain
Skala intensitas kebisingan
Tingkat kebisingan Intensitas (dB) Batas dengar tertinggi

Menulikan 100-120 Halilintar


Meriam
Mesin uap
Sangat hiruk pikuk 80-90 Jalan hiruk pikuk
Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
Kuat 60-70 Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan
Sedang 40-50 Rumah gaduh
Kantor umunya
Percakapan kuat
Radio perlahan
Tenang 20-30 Rumah tenang
Kantor perorangan
Auditorium
Percakapan
Sangat tenang 0-10 Bunyi daun
Berbisik
Batas dengar terendah
Pembagian level kebisingan di berbagai jenis industri
(dalam desibel)

o Industri tekstil 102 – 114


o Industri kimia 93 – 103
o Mesin pertanian 90 – 102
o Tambang minyak 90 – 119
o Lalu lintas padat 60 – 102
o Stasiun kereta api 90 – 102
Kelainan akibat bising
Terdapat 2 jenis kelainan yang berhubungan dengan pemaparan
bising :
A. Trauma akustik
B. Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced
hearingloss/NIHL).

 Keduanya mengakibatkan kerusakan pendengaran dengan menyebabkan


beberapa kerusakan pada telinga, terutama telinga dalam.
 Kerusakan telinga dalam sangat bervariasi dari kerusakan ringan pada sel
rambut sampai kerusakan total organ korti.
 Segera setelah terjadi pemaparan bising yang mendadak dan merusak, sel-
sel dan jaringan telinga dalam mengalami trauma, degenerasi atau
perbaikan.
 Paparan bising pada fase akut dengan intensitas paparan 140 dB atau lebih,
menyebabkan trauma akustik segera dan seketika terjadi kurang
pendengaran.
Perlindungan pekerja terhadap bising
Bagi pekerja baik yang belum atau sudah terpajan bising diberikan
perlindungan menurut tata cara medis berupa pengendalian bising (control of
noise exposure):
a. Program analisis bising/noise analysis
- Mengukur intensitas bising dan frekuensinya.
Tujuannya untuk mendapat catatan tentang keadaan maksimum, rata-
rata, minimum, fluktuasi jenis intermitensi dan ketetapan (steadiness)
bising.
Untuk pengukuran bising dipakai alat Sound Level Meter (SLM). Ada
yang dilengkapi dengan Octave Band Analyser/OBA.
- Mencatat jangka waktu terkena bising (noise exposure time).
Makin tinggi intensitas bising, jangka waktu terkena yang diizinkan
menjadi semakin pendek. Seperti untuk sound level 115 dB, waktu
terkena yang diizinkan hanya15 menit sehari. Bahkan untuk sound
level 140 dB, tidak boleh terpajan walaupun sesaat.
Perlindungan pekerja terhadap bising (cont...)
b. Pengurangan jumlah bising di sumber bising.
Termasuk pengurangan bising di tahap perencanaan mesin dan bangunan, di mana
mesin di tempatkan (engineering control program).
c. Pengurangan jumlah bising yang dirambatkan melalui udara. Pemasangan
peredam, penyekat mesin dan bahan-bahan penyerap suara.
d. Alat-alat pelindung telinga (ear protector) untuk para karyawan:
- Yang paling sederhana adalah dengan menggunakan kapas. Kapas ini dapat
mengurangi 10-15 dB pada frekuensi 1.000-1.800 Hz.
- Ear plug/mold. Suatu alat yang dimasukkan ke dalam telinga, dapat dibuat dari
karet. Mold dapat mengurangi sebesar 30-40 dB, dicetak sesuai kontur telinga.
- Ear muff/valve, dapat menutup sendiri bila ada suara yang keras, dan membuka
sendiri bila suara kurang kerasnya.
- Helmet, suatu penutup kepala yang melindungi kepala sekaligus sebagai pelindung
telinga.
e. Edukasi tentang bahaya bising.
Efek Doppler
 Apabila sumber bunyi bergerak mendekati
pengamat/pendengar, ketinggian nada lebih
tinggi daripada ketika sumber tersebut dalam
keadaan diam; dan ketika sumber bunyi
menjauh dari pengamat, ketinggian nada lebih
rendah.
Efek Doppler
 Perubahan frekuensi bunyi yang dirasakan oleh pengamat manakala ia
bergerak relatif terhadap sumber bunyi dirumuskan sebagai berikut :

v : kecepatan bunyi.
vs : kecepatan sumber bunyi.
vp : kecepatan pengamat.
fs : frekuensi sumber bunyi.
fp : frekuensi yang dialami oleh pengamat.

 Arah acuan adalah arah di mana sumber bunyi mendekati pengamat.


 Vs dan vp bernilai positif bila searah dengan arah acuan, dan bernilai negatif
bila berlawanan dengan arah acuan.
 Bila sumber dalam keadaan diam maka vs=0, demikian pula bila pengamat
dalam keadaan diam maka vp=0
Bunyi dalam diagnosis
 Stetoskop
Merupakan ‘alat bantu pendengaran’ sederhana untuk
mendengar suara-suara yang berasal dari dalam tubuh,
terutama jantung dan paru serta persendian dan arteri
yang tersumbat secara parsial.
Bagian stetoskop :
- Sungkup :
 terbuka atau tertutup membran
 menghimpun suara dari daerah yang berkontak
- Ear piece
Ultrasonik
Ultrasonik dihasilkan oleh :
 magnet listrik :
a. batang ferromagnet (Fe2O3) diletakkan pada medan
magnet listrik gelombang ultrasonik
b. batang ferromagnet (Fe2O3) dilingkari kawat, dialiri
arus listrik listrik gelombang ultrasonik
 ‘kristal piezo elektrik’ , dialiri listrik, lempengan
kristal mengalami vibrasi  gelombang ultrasonik dan
arus listrik
 sebagai transducer pada USG
Ultrasonik
Prinsip ultrasonik : efek Doppler yaitu perubahan frekuensi
akibat adanya pergerakan pendengar atau sebaliknya; dan
getaran bunyi yang dikirim ke tempat tertentu (ke objek)
akan direfleksikan oleh objek itu sendiri.

Frekuensi dan daya ultrasonik :


a. Untuk diagnostik :
Frekuensi 1-5Mhz, daya 0,01 W/cm2
Pemeriksaan USG menggunakan frekuensi 1- 10 MHz
b. Untuk terapi : daya hingga 1 W/cm2
Untuk terapi kanker : daya 103 W/cm2
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai