NIM : PA.14.1.0257
SEMESTER : II (Dua)
UNIVERSITAS PANDANARAN
2
BAB 1
1.1. Pendahuluan.
Bunyi dihubungkan dengan indera pendengaran manusia, dan berarti juga
dengan fisiologi telinga dan fisiologi otak yang menerjemahkan sensasi yang
mencapai telinga. Istilah bunyi juga berhubungan dengan sensasi fisik yang
merangsang telinga manusia, yaitu : Gelombang Longitudinal.
Manusia dapat membedakan tiga aspek bunyi.
a. Ada sumber bunyi; dan seperti halnya dengan semua gelombang, sumber
gelombang bunyi merupakan benda yang bergetar.
b. Energi yang dipindahkan dari sumber dalam bentuk gelombang bunyi
longitudinal.
c. Bunyi dideteksi oleh telinga atau sebuah alat.
Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran manusia
mendengar. Aspek ini adalah Kenyaringan dan Ketinggian, dan masing-
masing menyatakan sensasi subyektif. Kenyaringan berhubungan dengan energi
pada gelombang bunyi. Dan Ketinggian bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut
tinggi, seperti bunyi suling atau biola, atau rendah, seperti bunyi bass drum atau
senar bass. Atau dengan kata lain Ketinggian merupakan Intensitas Gelombang.
Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dibawa sebuah gelombang per satuan
waktu melalui satuan luas dan sebanding dengan kuadrat amplitudo gelombang.
Karena energi per satuan waktu adalah daya, intensitas memiliki satuan daya per
satuan luas atau watt/meter2 (W/m2).
s
V = t
dengan:
Cepat rambat bunyi dalam beberapa medium atau zat perantara dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 1.1. Cepat Rambat Bunyi Dalam Beberapa Medium
4
c. Bunyi untrasonik, ialah bunyi yang frekuensinya lebih dari 20.000 Hz, dapat
didengar oleh kelelawar serta lumba-lumba.
e. Gaung atau kerdam, ialah bunyi pantul yang sebagian datang bersamaan
dengan bunyi asli, sehingga dapat menggangu bunyi asli.
f. Gema ialah , bunyi pantul yang datang setelah bunyi asli, sehingga dapat
memperkuat bunyi asli.
Gema terjadi jika bunyi dipantulkan oleh suatu oleh permukaan, seperti tebing
pegunungan, dan getaran kembali pada telinga kita segera setelah bunyi asli kita
dengar. Kejernihan ucapan dan musik dalam ruangan atau gedung konser
tergantung pada cara bunyi bergaung di dalamnya. Suara gema merupakan efek
suara pantulan yang mengalami penundaan waktu (delay line) dari pantulan
suara setelah suara asli kita dengar.
Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal
yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat
cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air,
batu bara, atau udara jadi, gema adalah gelombang pantul yang mengalami
penundaan waktu reaksi dari gelombang yang dipancarkan bunyi.
g. Resonansi
Jika bandul diayunkan, bandul akan bergetar dengan frekuensi alamiahnya.
Bandul yang panjang talinya sama akan bergetar dengan frekuensi alamiah
yang sama. Itulah sebabnya, ketika bandul A digetarkan, bandul yang panjang
talinya sama akan ikut bergetar. Peristiwa seperti itu disebut resonansi.
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena getaran benda
lain. Syarat terjadinya resonansi adalah frekuensi yang sama dengan sumber
getarnya.
Pada saat menggetarkan garputala tanpa kotak, akan terdengar suara lemah
sekali. Akan tetapi, jika garputala tersebut ditekankan pada kotaknya, maka akan
terdengar garputala bersuara lebih keras. Hal itu membuktikan bahwa getaran
garputala akan lebih keras jika udara di dalam kotak ikut bergetar. Pantulan yang
terjadi di dalam kotak akan memperbesar suara garputala. Prinsip resonansi ini
dijadikan dasar mengapa alat musik selalu dilengkapi dengan kotak.
Resonansi dapat terjadi pada beberapa garputala yang berfrekuensi sama
jika salah satunya digetarkan. Resonansi terjadi pula pada dua buah gitar
dengan menggetarkan salah satu senar sehingga senar yang sama pada gitar
yang lain akan ikut bergetar.
dengan:
s = jarak yang akan ditentukan (m),
v = cepat rambat bunyi (m/s),
t = waktu yang digunakan untuk menempuh dua kali perjalanan (s).
BAB 2
KALOR dalam FISIKA BANGUNAN
7
Radiasi ialah proses dimana energi panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik
yang dikeluarkan oleh tubuh yang hangat dipindahkan melalui ruang perantara,
kemudian diserap oleh tubuh yang lebih dingin.
Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula
dingin lama kelamaan menjadi panas. Mengapa air menjadi panas? Air menjadi panas
karena mendapat kalor, kalor yang diberikan pada air mengakibatkan suhu air naik. Dari
manakah kalor itu? Kalor berasal dari bahan bakar, dalam hal ini terjadi perubahan
energi kimia yang terkandung dalam gas menjadi energi panas atau kalor yang dapat
memanaskan air.
Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat yang
mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau bercampur. Jika kalor merupakan
suatu zat tentunya akan memiliki massa dan ternyata benda yang dipanaskan
massanya tidak bertambah. Kalor bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan
merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang
satuan lainnya adalah kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah:
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat berpindah karena adanya
perbedaan suhu. Kalor dapat menyebabkan perubahan suhu suatu bnda. Dalam
Fisika, pengertian kalor berbeda dengan suhu. Kalor sebagai bentuk energi menyatakan
jumlah (kuantitas) panas, sedangkan suhu menyatakan ukuran derajat panas. Secara
ilmiah, kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju benda yang suhunya
rendah bila kedua benda dicampur. Karena kalor sebagai bentuk energi, maka berlaku
hukum kekekalan energi untuk kalor. Menurut Joseph Black, kalor yang diterima sama
dengan kalor yang dilepas. Pernyataan ini disebut Asas Black:
Dirumuskan:
Q = m . c.
t
Keterangan:
m = massa, satuannya kg
t = selisih suhu, satuannya C
Kalor jenis suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan banyak kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1C dan 1 kg zat. Bila dinyatakan dengan rumus:
Q
C= m. t
Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor suatu zat adlah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat itu sebesar 1C. Jika dinyatakan dengan rumus dapat di tulis:
Q
H= t
Keterangan:
Q T
H= t = m . c. t
C = H/m
Untuk menentukan kalorjenis zat dapat digunakan alat yang disebut kalorimeter.
Daftar kalor jenis zat dapat dilihat ditabel 2.1. dibawah ini:
Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu maksimum,
maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat
melepaskan kalor terus-menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu,
selain kalor dapat digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk
mengubah wujud zat. Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor dapat
digambarkan dalam skema gambar 2.1. berikut.
Keterangan:
1 = mencair/ melebur
2 = membeku
3 = menguap
4 = mengembun
5 = menyublim
6 = mengkristal
(Gambar 2.2. Diagram Kalor Suhu pada Proses Pemanasan Pemanasan Es Padat Gas)
Ketika zat sedang mengalami perubahan wujud, suhu zat tetap meskipun terus diberi
kalor. Kalor yang diserap itu tidak dipakai untuk menaikkan suhu, tetapi dipakai untuk
11
mengubah wujud zat, Kalor yang dipakai untuk mengubah wujud zat disebut kalor laten
(tersembunyi).
Pada zat padat molekul-molekulnya sangat rapat dan mempunyai gaya tarik-menarik
antar molekul yang cukup besar. Ketika jumlah kalor diberikan pada balok es, energi
getaran molekul-molekul bertambah dan rnengakibatkan molekul-molekul itu lepas dan
ikatannya. Pada akhirnya es (zat padat) berubah menjadi air (zat cair).
Keterangan:
Q = kalor yang diserap/ dilepaskan (Joule)
M = massa zat (kg)
U = kalor uap (Joule/kg)
Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang disebut
mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan kalor, banyaknya kalor yang
dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan
waktu menguap dan suhu di mana zat mulai mengembun sama dengan suhu di
mana zat mulai menguap.
Menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas. Bila zat dipanaskan,
molekul-molekul zat cair itu bergerak makin cepat dan bebas, sehingga dapat
meninggalkan permukaan zat cair tersebut. Penistiwa ini disebut penguapan. Pada
saat menguap memerlukan kalor. Penguapan dapat terjadi pada berbagai suhu
a. Pemanasan/diberi kalor
Mendidih adalah peristiw penguapan di seluruh bagian zat cair dan terjadi pada
titik didih. Suhu zat cair saat mendidih disebut titik didih. Titik didih normal adalah
suhu zat cair yang mendidih pada tekanan 76 cmHg (1 atmosfer). Misalnya titik didih
normal air adalah 100C.
Bila tekanan udara kurang dari 1 atmosfer, maka zat cair dapat mendidih di bawah
titik didih normalnya dan kenaikan tekanan pada permukaan air akan menaikkan titik
didihnya. Jadi titik didih zat bergantung pada tekanan udara di atas permukaan zat
itu. Banyaknya kalor yang diperlukan selama mendidih sebanding dengan massa zat
dan kalor uapnya.
Q=mxU
Keterangan:
Kalor uap adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk menguap
pada titik didihnya. Kalor embun adalah banyaknya kalor yang dilepaskan pada zat
berubah dan wujud uap menjadi cair pada titik didihnya.
Apabila ditinjau dari cara perpindahannya, ada tiga cara dalam perpindahan kalor
yaitu:
a. Konduksi (hantaran)
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor dimana zat
perantaranya tidak ikut berpindah. Konduksi terjadi pada zat padat. Sebagai contoh
jika kita membakar ujung besi dan ujung besi lainnya kita pegang, setelah beberapa
lama ternyata ujung besi yang kita pegang lama kelamaan terasa semakin panas,
tetapi molekul-molekul besi yang menghantarkan kalor tidak ikut berpindah.
Besar kalor yang merambat persatuan waktu:
k A t
H = l
Keterangan:
A = luas penampang benda (m2)
l = panjang benda (m)
t = T1 T2 = perubahan suhu (T1 T2) (0C)
k = koefisien konduksi (J/ms 0C)
H = kalor yang mengalir pada hpenghantar tiap satuan waktu (J/s)
b. Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor dimana zat
perantaranya ikut berpindah akibat adanya perbedaan massa jenis atau kerapatan.
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada fluida (zat gas dan cair).
Besarnya kalor yang mengalir tiap satuan waktu sebesar:
H=h A t
Keterangan:
h = koefisien konveksi termal (joule/ m2 0C)
A = luas permukaan fluida (m2)
t = perbedaan suhu (0C)
H = kalor yang mengalir tiap satuan waktu (J/s)
c. Radiasi
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor secara pancaran,
dalam bentuk gelombang elektromagnetik, misalnya energi yang dipancarkan
matahari.
Besar energi yang dipancarkan berbanding lurus dengan pangkat empat suhu
mutlaknya, yaitu:
W=e T4
Keterangan:
e = emisivitas (0 e 1), pada benda hitam sempurna e = 1
= tetapapan Stefan Boltzmann (5,6 . 10-8 W/m2 K4)
14
4. Memberikan Insulasi
21
Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Kelembaban
udara yang tinggi mengganggu pelepasan kalor / penguapan pada permukaan kulit
manusia. sehingga perlu adanya pergerakan udara untuk membantu penguapan.
Kasus seperti ini banyak terjadi didaerah Indonesia yang beriklim tropis lembab.
Apabila kelembaban udara terlalu rendah membuat manusia menderit efek keringnya
udara seperti selaput lender mongering, batuk rejan, radang mata dll). Karena itu,
untuk memberikan kenyamanan pada manusia di dearah dengan kelembaban tinggi
adalah memberikan sirkulasi udara yang baik.
23
Radisi Matahari
Panas yang ditimbulkan dari lingkungan diluar tubuh mempengaruhi suhu
tubuh manusia. Berdasarkan hukum kalor, tenaga panas berpindah dari benda yang
lebih panas menuju benda yang lebih dingin. Begitu pula tenaga panas dari
matahari. Radiasinya mengalir menuju tubuh manusia, untuk menyeimbangkannya,
tubuh manusia melakukan penguapan lebih dengan berkeringat.
Namun tubuh manusia memiliki keterbatasan, apabila kalor terus menerus
dikeluarkan, tubuh kita kekurangan cairan yang menyebabkan Hipotermia yang bisa
berujung pada kematian. Karena hal diatas, perlu adanya langah untuk
menyiasatinya. Misalnya memakai penutup untuk menghindari radisai langsung
matahari. Hal ini juga berlaku untuk bangunan sebagai tempat manusia beraktifitas.
Untuk mendapatkan kenyamanan thermal, perlu adanya penghawaan yang bagus.
Sekarang ini AC menjadi pilihan untuk mendapatkan penghawaan yang bagus.
Namun sebenarnya AC memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan
luar, karena itu lebih bijak untuk memakai penghawaan alami. Prinsip dasar
penghawaan alami adalah udara mengalir dari tempat bertekanan tingi menuju
tempat bertekanan rendah. Tekanan udara dapat dimanipulasi dengan mengatur
lokasi dan ukuran bukaan. Jika tekanan udara rendah, maka bukaan jalan keluar
dapat diperbesar. Beberapa penerapan pada bangunan untuk mendapatkan
penghawaan alami :
- Ventilasi cukup, membuat bukaan rumah seperti jendela, pintu, dan lubang
udara dengan memperhatikan ukuran dan letak. Sebaiknya jendela berukuran
besar dan mengikuti aliran udara. Sebaiknya bukaan tidak menghadap langsung
kearah matahari, lebih tepat berada disisi utara dan selatan sehingga sirkulasi
lancar.(majalah idea edisi 63/VI/2009).
- Peninggian plafon hingga 3,15 m dapat membantu menurunkan suhu ruangan
maksimal 0,15 C. (mendesain rumah tropis , Bona Yudha Prasetya).
- Pemilihan material, misalnya dinding bambu membuat angin bisa melewati
celah-celah antar bambu dll. Penggunaan sunscreen juga membantu
penghawaan alami
- Menanam vegetasi atau membuat taman. Vegetasi yang disusun melebar dapat
berfungsi sebagai pengarah dan menurunkan kecepatan angin dan suhu udara
1,2-1,8 C. B.
B. Kenyamanan Visual
24
Manusia juga tidak akan terlepas dari yang namanya cahaya. cahaya berfungsi
untuk mengenali lingkungan dan menjamin aktifitas penghuninya. Pencahayaan
berhubungan dengan penglihatan manusia yang tentu juga mempengaruhi kondisi
psikis manusia (berhubungan dengan kuat lemahnya cahaya). Efek pencahayaan bisa
memberikan dramatisasi suasana, misalnya menenangkan, menyejukkan, suram dll.
Pencahayaan juga berpengaruh pada kesehatan manusia, karena manusia
memiliki keterbatasan dalam penghlihatan seperti jarak pandang, gelap terang (manusia
sulit melihat dalam kegelapan) dll. Pencahayaan erat kaitannya dengan sumber enegi
terbesar bumi , Matahari yang memancarkan cahaya dan radisai. Tidak semua unsur
yang dibawa sinar matahari berguna bagi manusia. adapun unsur yang harus dihindari
adalah infra merah. Jadi perlu ada penerapan khusus untuk merespon sinar matahari.
Berdasarkan buku ilmu fisika karangan Heinz Frick dkk, yang harus diperhatikan
pada pencahayaan alami ( sinar matahari ) adalah :
Bukaan dari atas atau pada atap dan dari samping melalui dinding. Untuk membuat
bukaan ini harus diperhatikan fungsi bangunan dan bentuk Bangunan. Pemilihan
material juga berpengaruh terhadap bukaan untuk pencahayaan alami.
Perlindungan terhadap silau matahari dan langit
Intensitas cahaya matahari pada umumnya memberikan cahaya yang belebih
pada ruangan. Kondisi yang terlalu kuat mengakibatkan silau. Silau mengganggu
kenyamanan karena bisa melelahkan mata. Prinsip perlindungan dari cahaya
matahari adalah menyaring atau membuat bayangan. Perlindungan itu sendiri dibagi
menjadi dua, yaitu perlindungan tetap seperti membuat kanopi, selasar atau
memakai kaca berwarna berlapis yang memiliki kemampuan menyerap atau
memantulkan cahaya matahari. Yang kedua adalah perlindungan tidak tetap, ini
adalah penyelesaian yang paling tepat untuk disesuaikan dengan keadaan iklim atau
arah matahari. Contohya adalah jendela krepyak, kerai rusuk bergerak, atau
konstruksi lamel.
Intesitas cahaya yang disesuaikan dengan pembebanan pada mata oleh aktifitas
pelaku dalam bangunan. Misalnya kerja halus sekali seperti menggambar, menjahit
kain warna gelap membutuhkan intensita cahaya 300 lux, kerja sedang seperti
pekerjaan kayu dan perakitan otomotif memerlukan intensitas 80 Lux dll. Yang
berikutnya adalah pencahayaan buatan atau pemakaian lampu. Karena
pencahayaan alami dari matahari tidak berlangsung seterusnya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemakian lampu adalah :
a. Produksi cahayanya
b. Pengendalian cahayanya
c. Pemanfaatan cahayanya.
C. Kenyamanan akustik
Factor berikutnya yang mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam suatu
bangunan berkaitan dengan bunyi atau kenyamanan akustik. Bunyi sendiri adalah
sensasi akibat getaran suatu benda yang menimbulkan gesekan dengan zat
disekitarnya yang diterima oleh telinga.
Kondisi lingkungan dalam masyarakat industri kontemporer sekarang ini sangat
berpengaruh dengan kenyamanan akustik, dengan semakin padatnya lalu lintas serta
pemukiman, volume kebisinganpun meningkat, terlebih didaerah perkotaan. Hal ini
sangat mempengaruhi kenyamanan akustik.
Batasan rasa sakit pada telinga menusia terletak pada 130dB. Pada tingkat
kebisingan 180dB manusia bisa meninggal dunia akibat kejutan. Perlu diketahui juga
bahwa hampir semua kerusakan pada pancaindra dapat diperbaiki/dioperasi kecuali
25
pekak labang dan tuli. Kebisingan juga mengganggu kemampuan belajar terutama
kemampuan bahasa. Karena itu perlu adanya respon khusus terhadap kebisingan.
Penyebaran bunyi pada bangunan ditentukan oleh elemen pembatas ruangan. Apakah
memilkik karakteristik memantulkan, menyerap atau mentransmisikan bunyi. Karakter
ini menentukan kualitas bunyi suatu ruangan.
Tekanan bunyi atau kebisingan yang mengganggu dari luar ruangan bisa berasal
dari suara motor, mobil, pesawat , keramaian lalu lintas dll. Sedangakn gangguan
kenyamanan yang berasal dari dalam ruangan bisa disebabkan oleh pantulan berupa
gema, dengung dll.
Penaggulangan kebisingan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Penagaturan konstruksi lantai, dinding, dan langit-langit dengan pemilihan bahan
yang memadai. Misalnya menghilangkan lubang-lubang pada atap yang bisa
mentranmisikan bunyi dari luar.
2. Pelat lantai bertingkat, pemakaian material-material yang mampu meredam bunyi
bisa memberikan kenyamanan akustik pada bangunan. Misalnya :
Permukaan elastic yang lembut sperti permadani, ubin gabus, karet atau vinyl
dapat meredam bising benturan dari lantai.
Lantai yang berlapis majemuk dimana ada selimut penenang (sound absorbing
felt ) diantara struktur gedung (pelat lantai) dan lantai dasar serta pelapis bisa
meredam bising benturan lantai. Bahannya bisa berupa bulu kempa setebal
5mm atau soft board/serat kayu setebal 18mm.
3. Dinding. Yang perlu diperhatikan dari dinding untuk mendapatkan kenyamanan audio
adalah :
a. Dinding mempunyai massa yang cukup dan menyebarkan bising udara secara
merata pada seluruh luasannya.
b. Dinding dibangun dengan cara berlapis dan kedap udara
c. Sambungan dinding terhadap tepinya dan bukaan seperti pintu dan jendela harus
kedap udara dan elastis.
d. Dinding dari papan nonstructural seperti multipleks, kayu, dan gipskarton akan
bergetar oleh bising diudara. Karena itu kerangkanya harus disambung elastic
pada dinding structural. Dan tidak boleh terkena elemen lain yang ikut bergetar
seperti langit-langit gantung.
4. Atap Bentuk dan kondisi atap mempengarui keadaan kebisingan dibawahya. Untuk
meredam kebisingan dari udara seperti pesawat terbang dan hujan deras, dipilih
bahan atap yang berat seperti pelat atap beton atau atap bertanaman (roof garden).
5. Jaringan utilitas seperti saluran air bersih dan limbah juga berpotensi menimbulkan
kebisingan. Karena itu, pipa tersebu perlu diselimuti dengan peredam. Pengikat atau
penggantung pipa-pipa tersebut juga berpengaruh, untuk menyiasati hal tersebut
bisa dipakai pengikat atau penggantung berupa gelang karet.
6. Hal berikutnya yang bisa meredam kebisingan adalah membangun pagar. Bisa
berupa pagar dinding batu bata, gundukan tanah atau pagar tanaman.
7. Yang terakhir adalah menagatur denah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya ruang
rawat inap rumah sakit hendaknya diletakkan dibelakang untuk mengurangi
kebisingan.