Anda di halaman 1dari 25

1

MAKALAH FISIKA BANGUNAN


BUNYI DAN KALOR

NAMA : MARATUR ROHMANIA

NIM : PA.14.1.0257

SEMESTER : II (Dua)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

UNIVERSITAS PANDANARAN
2

BAB 1

BUNYI dalam FISIKA

1.1. Pendahuluan.
Bunyi dihubungkan dengan indera pendengaran manusia, dan berarti juga
dengan fisiologi telinga dan fisiologi otak yang menerjemahkan sensasi yang
mencapai telinga. Istilah bunyi juga berhubungan dengan sensasi fisik yang
merangsang telinga manusia, yaitu : Gelombang Longitudinal.
Manusia dapat membedakan tiga aspek bunyi.
a. Ada sumber bunyi; dan seperti halnya dengan semua gelombang, sumber
gelombang bunyi merupakan benda yang bergetar.
b. Energi yang dipindahkan dari sumber dalam bentuk gelombang bunyi
longitudinal.
c. Bunyi dideteksi oleh telinga atau sebuah alat.
Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran manusia
mendengar. Aspek ini adalah Kenyaringan dan Ketinggian, dan masing-
masing menyatakan sensasi subyektif. Kenyaringan berhubungan dengan energi
pada gelombang bunyi. Dan Ketinggian bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut
tinggi, seperti bunyi suling atau biola, atau rendah, seperti bunyi bass drum atau
senar bass. Atau dengan kata lain Ketinggian merupakan Intensitas Gelombang.
Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dibawa sebuah gelombang per satuan
waktu melalui satuan luas dan sebanding dengan kuadrat amplitudo gelombang.
Karena energi per satuan waktu adalah daya, intensitas memiliki satuan daya per
satuan luas atau watt/meter2 (W/m2).

1.2. Pengertian Bunyi


Bunyi atau suara adalah pemampatan mekanis atau gelombang longitudinal
yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat
cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu
bara, atau udara.
Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal getar terdiri
dari gelombang harmonis, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan
kecepatan getar osilasi atau frekuensi yang diukur dalam satuan getaran Hertz (Hz)
dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam satuan tekanan
suara desibel (dB).
Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau
medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat
didengar oleh telinga manusia berkisar antara 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo
berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik
dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik.
Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi adalah:
3

a. Terdapat benda yang bergetar (sumber bunyi)


b. Terdapat medium yang merambatkan bunyi, serta
c. Terdapat penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi

1.3. Sifat Sifat Bunyi


Bunyi memiliki sifat-sifat atau ciri- ciri tertentu. Ciri- ciri gelombang bunyi
tersebut, antara lain ialah sebagai beriktu:
a. Merupakan gelombang longitudinal
b. Tidak dapat merambat pada ruang hampa
c. Kecepatan rambatnya dipengaruhi oleh kerapatan medium(pengantar)
perambatannya (padat, cair, gas). Paling cepat pada medium yang kerapatannya
tinggi.
d. Dapat mengalami resonansi serta pemantulan.
e. Bunyi dapat juga mengalami resonansi.

1.4. Cepat Rambat Bunyi


Saat melihat cahaya halilintar, manusia mendengar bunyi setelah beberapa
saat. Hal ini disebabkan karena bunyi sebagai gelombang memiliki cepat rambat
yang lebih kecil daripada cepat rambat cahaya. Bunyi merambat melalui suatu
medium dengan cara memindahkan energi dari satu molekul ke molekul lain dalam
medium tersebut. Dalam medium yang berbeda dan/atau kondisi yang berbeda,
bunyi memiliki cepat rambat yang berbeda. Dibandingkan dengan medium cair atau
gas, gelombang bunyi merambat lebih cepat dalam zat padat. Hal ini disebabkan
karena jarak antarmolekul dalam zat padat lebih rapat sehingga perpindahan energi
dari molekul satu ke molekul yang lain berjalan lebih cepat.
Seperti halnya kecepatan benda yang bergerak lurus beraturan, bunyi pun
memiliki cepat rambat yang dirumuskan dengan :

s
V = t

dengan:

v = cepat rambat bunyi (m/s)


s = jarak yang ditempuh (m)
t = waktu tempuh (s)

Cepat rambat bunyi dalam beberapa medium atau zat perantara dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 1.1. Cepat Rambat Bunyi Dalam Beberapa Medium
4

1.5. Jenis- Jenis Bunyi


Jenis-jenis bunyi ialah sebagai berikut:
a. Bunyi infrasonik: ialah bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 Hz, dan dapat
didengar oleh anjing, jangkrik, angsa, serta kuda.

b. Bunyi audiosonik, ialah bunyi yang frekuensinya berada antra 20 Hz-20.000 Hz


serta dapat didengar manusia.

c. Bunyi untrasonik, ialah bunyi yang frekuensinya lebih dari 20.000 Hz, dapat
didengar oleh kelelawar serta lumba-lumba.

d. Nada dan Desah


Nada ialah bunyi yang frekuensinya beraturan. Sedangkan desah, ialah bunyi
yang frekuensinya tidak teratur. Ketika garputala dipukul, terdengar bunyi yang
tetap dan teratur. Itulah yang disebut nada. Nada yang dihasilkan oleh garputala
yang frekuensinya berbeda akan berbed pula. Semakin besar frekuensi maka
semakin tinggi nadanya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah frekuensi maka
semakin rendah pula nadanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya
nada ditentukan oleh frekuensi. Semakin tinggi frekuensinya, jarak rapatan dan
renggangannya semakin pendek. Jarak rapatan dan renggangan yang
berdekatan disebut panjang gelombang. Jadi, semakin tinggi frekuensi, panjang
gelombangnya semakin pendek.
Dalam teori musik, simbol nada biasanya digunakan huruf C, D, E, F, G, A, B,
c, d, e, f, g, a, b, dan seterusnya. Masing-masing nada memiliki frekuensi yang
teratur. Misalnya, sebuah garputala mengeluarkan nada musik A. Artinya,
garputala bergetar sebanyak 440 kali tiap sekonnya. Hal ini menghasilkan 440
pasang perapatan dan perenggangan. Dengan kata lain, nada A menghasilkan
frekuensi 440 Hz.
5

e. Gaung atau kerdam, ialah bunyi pantul yang sebagian datang bersamaan
dengan bunyi asli, sehingga dapat menggangu bunyi asli.

f. Gema ialah , bunyi pantul yang datang setelah bunyi asli, sehingga dapat
memperkuat bunyi asli.
Gema terjadi jika bunyi dipantulkan oleh suatu oleh permukaan, seperti tebing
pegunungan, dan getaran kembali pada telinga kita segera setelah bunyi asli kita
dengar. Kejernihan ucapan dan musik dalam ruangan atau gedung konser
tergantung pada cara bunyi bergaung di dalamnya. Suara gema merupakan efek
suara pantulan yang mengalami penundaan waktu (delay line) dari pantulan
suara setelah suara asli kita dengar.
Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal
yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat
cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air,
batu bara, atau udara jadi, gema adalah gelombang pantul yang mengalami
penundaan waktu reaksi dari gelombang yang dipancarkan bunyi.

g. Resonansi
Jika bandul diayunkan, bandul akan bergetar dengan frekuensi alamiahnya.
Bandul yang panjang talinya sama akan bergetar dengan frekuensi alamiah
yang sama. Itulah sebabnya, ketika bandul A digetarkan, bandul yang panjang
talinya sama akan ikut bergetar. Peristiwa seperti itu disebut resonansi.
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena getaran benda
lain. Syarat terjadinya resonansi adalah frekuensi yang sama dengan sumber
getarnya.
Pada saat menggetarkan garputala tanpa kotak, akan terdengar suara lemah
sekali. Akan tetapi, jika garputala tersebut ditekankan pada kotaknya, maka akan
terdengar garputala bersuara lebih keras. Hal itu membuktikan bahwa getaran
garputala akan lebih keras jika udara di dalam kotak ikut bergetar. Pantulan yang
terjadi di dalam kotak akan memperbesar suara garputala. Prinsip resonansi ini
dijadikan dasar mengapa alat musik selalu dilengkapi dengan kotak.
Resonansi dapat terjadi pada beberapa garputala yang berfrekuensi sama
jika salah satunya digetarkan. Resonansi terjadi pula pada dua buah gitar
dengan menggetarkan salah satu senar sehingga senar yang sama pada gitar
yang lain akan ikut bergetar.

h. Pemantulan Gelombang Bunyi


Bunyi merupakan salah satu jenis gelombang mekanik tentu memiliki sifat
yang dapat dipantulkan.

Pemantulan Bunyi pada Kehidupan Sehari-hari


Sifat pemantulan bunyi sangat penting bagi beberapa hewan, seperti
kelelawar. Kelelawar dapat memancarkan gelombang bunyi sehingga dengan
memanfaatkan peristiwa pemantulan bunyi, kelelawar dapat menghindari
dinding penghalang ketika terbang di malam hari. Selain itu, kelelawar dapat
mengetahui mangsa yang akan disantapnya.
Pemantulan gelombang bunyi juga digunakan manusia untuk
mengukur panjang gua dan kedalaman lautan atau danau. Dengan cara
mengirimkan bunyi datang dan mengukur waktu perjalanan bunyi datang dan
bunyi pantul, panjang suatu gua atau kedalaman suatu tempat di bawah
permukaan air dapat ditentukan.
Bunyi pantul yang diterima telah menempuh dua kali perjalanan, yaitu
dari sumber bunyi ke pemantul dan dari pemantul ke penerima atau
6

pendengar. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke pemantul adalah Oleh


karena itu, jarak yang ditempuh oleh bunyi yang dipantulkan dapat ditulis
sebagai berikut:

dengan:
s = jarak yang akan ditentukan (m),
v = cepat rambat bunyi (m/s),
t = waktu yang digunakan untuk menempuh dua kali perjalanan (s).

Gelombang bunyi ultrasonik dapat digunakan untuk mengetahui


sesuatu yang berada di bawah permukaan air. Para nelayan modern
memanfaatkan terjadinya gema untuk mencari kumpulan ikan di bawah air
dengan alat yang disebut sonar. Gelombang ultrasonik juga dimanfaatkan
untuk mengetahui bentuk permukaan laut.
Dengan alat sonar, kedalaman laut dapat dipetakan. Alat sonar
memancarkan gelombang ultrasonik ke dasar laut dan dipantulkan kembali
oleh permukaan dasar laut. Hasil pemantulan diterima oleh receiver pada alat
sonar yang dipasang di kapal.

BAB 2
KALOR dalam FISIKA BANGUNAN
7

2.1. Pengantar Fisika Bangunan


Dalam pembahasan fisika bangunan yang menjadi topik utama adalah
kenikmatan fisik atau Comfort. Maka permasalahan kenikmatan fisik dalam suatu
bangunan erat kaitannya dengan kenikmatan fisik bangunan, yang diantaranya adalah :
a. Sengat dan silau sinar matahari.
b. Kalor dan suhu.
c. Kelmbaban dan pergantian hawa udara.
d. Gangguan bunyi.
e. Cahaya terang.

Tubuh manusia kehilangan/mentransfer panas ke lingkungan melalui cara-cara


sebagai berikut :
Konduksi yaitu perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih
dingin melalui kontak langsung, tanpa perpindahan partikel yang dapat diamati
dengan jelas.

Konveksi adalah perpindahan panas yang disebabkan olek gerakan melingkar


partikel-partikel yang dipanaskan pada cairan atau gas yang disebabkan oleh
perbedaan densitas dan gravitasi. Dengan kata lain tubuh melepaskan panas ke
udara sekitar yang lebih dingin.

Radiasi ialah proses dimana energi panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik
yang dikeluarkan oleh tubuh yang hangat dipindahkan melalui ruang perantara,
kemudian diserap oleh tubuh yang lebih dingin.

Eveporasi yaitu pelepasan kelembaban tubuh menjadi uap.

2.2. Energi Kalor

Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula
dingin lama kelamaan menjadi panas. Mengapa air menjadi panas? Air menjadi panas
karena mendapat kalor, kalor yang diberikan pada air mengakibatkan suhu air naik. Dari
manakah kalor itu? Kalor berasal dari bahan bakar, dalam hal ini terjadi perubahan
energi kimia yang terkandung dalam gas menjadi energi panas atau kalor yang dapat
memanaskan air.

Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat yang
mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau bercampur. Jika kalor merupakan
suatu zat tentunya akan memiliki massa dan ternyata benda yang dipanaskan
massanya tidak bertambah. Kalor bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan
merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang
satuan lainnya adalah kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah:

1 kalori = 4,2 joule

1 joule = 0,24 kalori

2.3. Kalor Dapat Mengubah Suhu Benda


8

Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat berpindah karena adanya
perbedaan suhu. Kalor dapat menyebabkan perubahan suhu suatu bnda. Dalam
Fisika, pengertian kalor berbeda dengan suhu. Kalor sebagai bentuk energi menyatakan
jumlah (kuantitas) panas, sedangkan suhu menyatakan ukuran derajat panas. Secara
ilmiah, kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju benda yang suhunya
rendah bila kedua benda dicampur. Karena kalor sebagai bentuk energi, maka berlaku
hukum kekekalan energi untuk kalor. Menurut Joseph Black, kalor yang diterima sama
dengan kalor yang dilepas. Pernyataan ini disebut Asas Black:

Kalor yang diterima = kalor yang dilepaskan


Qterima = Qlepas
(m . c. ) = (m . c. t)
t terima lepas

Kalor yang diterima/ dilepaskan sebanding dengan massa zat, penurunan/


kenaikan suhu dan kalor jenis zat.

Dirumuskan:

Q = m . c.
t

Keterangan:

Q = kalor, satuannya Joule (J)

m = massa, satuannya kg

c = kalorjenis, satuannya J/kgC


t = selisih suhu, satuannya C

Kalor jenis suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan banyak kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1C dan 1 kg zat. Bila dinyatakan dengan rumus:

Q
C= m. t

Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor suatu zat adlah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat itu sebesar 1C. Jika dinyatakan dengan rumus dapat di tulis:

Q
H= t

Keterangan:

H = Kapasitas kalor, satuan Joule/C


9

Hubungan antara kapasitas kalor dan kalorjenis zat dapat ditulis:

Q T
H= t = m . c. t

C = H/m

Untuk menentukan kalorjenis zat dapat digunakan alat yang disebut kalorimeter.

Daftar kalor jenis zat dapat dilihat ditabel 2.1. dibawah ini:

Tabel 2.1. Tabel Kalor Jenis Zat

2.4. Kalor dapat Mengubah Wujud Zat


10

Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu maksimum,
maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat
melepaskan kalor terus-menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu,
selain kalor dapat digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk
mengubah wujud zat. Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor dapat
digambarkan dalam skema gambar 2.1. berikut.

(Skema Gambar 2.1. Perubahan Wujud Zat)

Keterangan:

1 = mencair/ melebur

2 = membeku

3 = menguap

4 = mengembun

5 = menyublim

6 = mengkristal

(Gambar 2.2. Diagram Kalor Suhu pada Proses Pemanasan Pemanasan Es Padat Gas)

Ketika zat sedang mengalami perubahan wujud, suhu zat tetap meskipun terus diberi
kalor. Kalor yang diserap itu tidak dipakai untuk menaikkan suhu, tetapi dipakai untuk
11

mengubah wujud zat, Kalor yang dipakai untuk mengubah wujud zat disebut kalor laten
(tersembunyi).

Pada zat padat molekul-molekulnya sangat rapat dan mempunyai gaya tarik-menarik
antar molekul yang cukup besar. Ketika jumlah kalor diberikan pada balok es, energi
getaran molekul-molekul bertambah dan rnengakibatkan molekul-molekul itu lepas dan
ikatannya. Pada akhirnya es (zat padat) berubah menjadi air (zat cair).

- Mendidih (tidak mengalami perubahan suhu, namun terjadi perubahan wujud)


Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi di seluruh bagian
zat cair tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat dengan munculnya gelembung-
gelembung yang berisi uap air dan bergerak dari bawah ke atas dalam zat cair. Zat
cair yang mendidih jika dipanaskan terus-menerus akan berubah menjadi uap.
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap
seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap (U). Karena tidak terjadi perubahan
suhu, maka besarnya kalor uap dapat dirumuskan :

Keterangan:
Q = kalor yang diserap/ dilepaskan (Joule)
M = massa zat (kg)
U = kalor uap (Joule/kg)

Tabel 2.2. beberapa Kalor Uap Zat

Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang disebut
mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan kalor, banyaknya kalor yang
dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan
waktu menguap dan suhu di mana zat mulai mengembun sama dengan suhu di
mana zat mulai menguap.

Pada Waktu Menguap Zat Memerlukan Kalor

Menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas. Bila zat dipanaskan,
molekul-molekul zat cair itu bergerak makin cepat dan bebas, sehingga dapat
meninggalkan permukaan zat cair tersebut. Penistiwa ini disebut penguapan. Pada
saat menguap memerlukan kalor. Penguapan dapat terjadi pada berbagai suhu

Untuk mempercepat proses penguapan dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:


12

a. Pemanasan/diberi kalor

b. Memperluas permukaan zat cair

c. Mengalirkan (meniupkan) udara ke permukaan zat cair.

d. Mengurangi tekanan uap di atas permukaan zat cair.

Pengembunan adalah proses kebalikan dan penguapan yaltu perubahan wujud


dari cair ke gas. Bila ke dalam gelas yang berisi air kita masukkan sepotong es,
maka pada dinding luar gelas terjadi pengembunan (terdapat butir-butir air). Butir-
butir air terjadi dan uap di udara mengenai dinding gelas sehingga mengalami
pendinginan. Uap air ini melepaskan kalor dan terjadilah pengembunan pada dindin
gelas. Jadi saat mengembun zat melepaskan kalor.

Zat Mendidih Dengan Suhu Tetap Asalkan Tekanan Tidak Berubah

Mendidih adalah peristiw penguapan di seluruh bagian zat cair dan terjadi pada
titik didih. Suhu zat cair saat mendidih disebut titik didih. Titik didih normal adalah
suhu zat cair yang mendidih pada tekanan 76 cmHg (1 atmosfer). Misalnya titik didih
normal air adalah 100C.

Bila tekanan udara kurang dari 1 atmosfer, maka zat cair dapat mendidih di bawah
titik didih normalnya dan kenaikan tekanan pada permukaan air akan menaikkan titik
didihnya. Jadi titik didih zat bergantung pada tekanan udara di atas permukaan zat
itu. Banyaknya kalor yang diperlukan selama mendidih sebanding dengan massa zat
dan kalor uapnya.

Persamaannya dapat ditulis:

Q=mxU

Keterangan:

Q = kalor yang diperlukan, satuannya joule

m = massa zat, satuannya kg

U = kalor uap, satuannya joule/kg

Kalor uap adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk menguap
pada titik didihnya. Kalor embun adalah banyaknya kalor yang dilepaskan pada zat
berubah dan wujud uap menjadi cair pada titik didihnya.

Kalor uap = kalor embun


13

2.5. Perpindahan Kalor

Apabila ditinjau dari cara perpindahannya, ada tiga cara dalam perpindahan kalor
yaitu:
a. Konduksi (hantaran)
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor dimana zat
perantaranya tidak ikut berpindah. Konduksi terjadi pada zat padat. Sebagai contoh
jika kita membakar ujung besi dan ujung besi lainnya kita pegang, setelah beberapa
lama ternyata ujung besi yang kita pegang lama kelamaan terasa semakin panas,
tetapi molekul-molekul besi yang menghantarkan kalor tidak ikut berpindah.
Besar kalor yang merambat persatuan waktu:

k A t
H = l

Keterangan:
A = luas penampang benda (m2)
l = panjang benda (m)
t = T1 T2 = perubahan suhu (T1 T2) (0C)
k = koefisien konduksi (J/ms 0C)
H = kalor yang mengalir pada hpenghantar tiap satuan waktu (J/s)

b. Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor dimana zat
perantaranya ikut berpindah akibat adanya perbedaan massa jenis atau kerapatan.
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada fluida (zat gas dan cair).
Besarnya kalor yang mengalir tiap satuan waktu sebesar:

H=h A t

Keterangan:
h = koefisien konveksi termal (joule/ m2 0C)
A = luas permukaan fluida (m2)
t = perbedaan suhu (0C)
H = kalor yang mengalir tiap satuan waktu (J/s)

c. Radiasi
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor secara pancaran,
dalam bentuk gelombang elektromagnetik, misalnya energi yang dipancarkan
matahari.
Besar energi yang dipancarkan berbanding lurus dengan pangkat empat suhu
mutlaknya, yaitu:

W=e T4

Keterangan:
e = emisivitas (0 e 1), pada benda hitam sempurna e = 1
= tetapapan Stefan Boltzmann (5,6 . 10-8 W/m2 K4)
14

T = suhu mutlak (K)


W = intensitas radiasi (W/m2)
15
16

1. Penggunaan Tenaga Lingkungan Sekitar


17

a. Perbaikan Thermal Atap

1. Mengurangi Daya Serap Atap


18

2. Mengurangi Konduksi Atap

3. Pengudaraan Ruang Atap


19
20

4. Memberikan Insulasi
21

5. Mengurangi Emivisiti Langit Langit

Kenyamanan Manusia Dalam Bangunan


22

Kenyamanan suatu bangunan dapat dikategorikan dalam kenyamanan


suhu/penghawaan/ thermal, visual/penglihatan dan akustik/ kenyamanan suara. Namun
kenyamanan sendiri lebih bersifat subjektif, tingkat kenyamanan setiap individu berbeda
tergantung dengan kondisi fisik (jenis kelamin, usia, bentuk tubuh, warna kulit, kesehatan,
makanan minuman serta kemampuan beradapatasi ) dan kondisi tempat tinggal/
lingkungan.
Manusia diberikan kemampuan untuk beradapatasi terhadap keadaan alam/
lingkungan alami, namun tetap memilki keterbatasan sehingga tetap memerlukan alat bantu
berupa pakaian, dan lingkungan binaan/ bangunan. Sehingga bentuk adaptasi manusia
diberbagai tempat berbeda-beda bergantung dengan keadaan lingkungan. Meski seperti itu,
terdapat standart kenyamanan manusia, karena kondisi fisik manusia diberbagai belahan
dunia tidak jauh berbeda. Tidak seperti hewan yang memiliki perbedaan fisik yang amat
berbeda dalam menanggapi keadaan lingkungan sekitarnya, seperti ikan dengan sisik dan
lendirnya, beruang kutub dengan bulu-bulunya dll.
Untuk mengetahui standart kenyamanan manusia dalam hal thermal, visual dan
akustik perlu memahami terlebih dahulu karakteristik masing-masing factor tersebut.
Karakteristik tersebut sebagai berikut :
A. Kenyamanan thermal
Manusia memilki keterbatasan dalam menanggapi iklim dan kalor. Agar mampu
mempertahankan keadaan fisik/ kesehatan dan daya kerjanya, lingkungan buatan harus
mampu memberikan kenyamanan tertentu yang berkaitan dengan iklim dan kalor
(kenyamanan Thermal). Secara lebih terperinci kenyamanan thermal berhubungan
dengan suhu, kelembaban, pergerakan udara dan radiasi matahari. Berdasarkan buku
ilmu fisika bangunan karya Heinz Frick penjelasannya sebagai berikut :
Suhu udara
Suhu udara erat kaitannya dengan kalor.Kalor sendiri adalah perpindahan
tenaga panas akibat perbedaan suhu dan dialirkan dari benda yang lebih panas
menuju benda yang lebih dingin. Suhu udara dibedakan menjadi dua macam, suhu
udara biasa (air temperature ) dan suhu udara rata-rata (mean radiant temperature /
MRT). MRT adalah suhu rata-rata yang dikeluarkan permukaan bidang disekitar
seseorang. MRT dapat mempengaruhi panas seseorang hingga 66%. Apabila
perbedaan antara MRT dan air temperature lebih dari 5 C maka akan sulit untuk
mencapai kenyamanan thermal.
Manusia dikatakan nyaman apabila suhu tubuhnya sekitar 37%.
Bertambahnya suhu tubuh seseorang menunjukan ia sedang sakit, perubahan suhu
hingga naik 5C atau turun hingga 2C dapat menyebabkan kematian . Namun tubuh
manusia memilki kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya
dengan cara membuang kalor keluar dari tubuh seperti berkeringat.
Selain itu terdapat cara lain untuk membantu manusia mempetahankan suhu
tubuhnya. Misalnya dengan pakaian yang tebal saat berada didaerah dingin agar
kalor dalam tubuh tidak banyak terbuang. Bisa juga dengan menyiasati bangunan
sedemikian rupa agar bisa membantu manusia mempertahankan suhu tubuhnya,
misalnya pemakaian ventilasi, bukaan dan AC untuk menghsilkan sirkulasi udara
yang membuat manusia tetap dingin.

Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Kelembaban
udara yang tinggi mengganggu pelepasan kalor / penguapan pada permukaan kulit
manusia. sehingga perlu adanya pergerakan udara untuk membantu penguapan.
Kasus seperti ini banyak terjadi didaerah Indonesia yang beriklim tropis lembab.
Apabila kelembaban udara terlalu rendah membuat manusia menderit efek keringnya
udara seperti selaput lender mongering, batuk rejan, radang mata dll). Karena itu,
untuk memberikan kenyamanan pada manusia di dearah dengan kelembaban tinggi
adalah memberikan sirkulasi udara yang baik.
23

Pergerakan udara (angin)


Pergerakan udara membantu penguapan kalor pada permukaan kulit
manusia. apabila penguapan tergganggu, kalor dalam tubuh menusia tidak dapat
keluar yang membuat suhu tubuh manusia bertambah dan menjadi tidak nyaman,
bahkan bisa menyebabkan sakit hingga kematian. Pergerakan udara (angin) yang
menyapu permukaan kulit menghilangkan uap air berlebih yang menghambat
penguapan. Karena itu perlu adanya sirkulasi udara yang baik untuk membantu
penguapan.

Radisi Matahari
Panas yang ditimbulkan dari lingkungan diluar tubuh mempengaruhi suhu
tubuh manusia. Berdasarkan hukum kalor, tenaga panas berpindah dari benda yang
lebih panas menuju benda yang lebih dingin. Begitu pula tenaga panas dari
matahari. Radiasinya mengalir menuju tubuh manusia, untuk menyeimbangkannya,
tubuh manusia melakukan penguapan lebih dengan berkeringat.
Namun tubuh manusia memiliki keterbatasan, apabila kalor terus menerus
dikeluarkan, tubuh kita kekurangan cairan yang menyebabkan Hipotermia yang bisa
berujung pada kematian. Karena hal diatas, perlu adanya langah untuk
menyiasatinya. Misalnya memakai penutup untuk menghindari radisai langsung
matahari. Hal ini juga berlaku untuk bangunan sebagai tempat manusia beraktifitas.
Untuk mendapatkan kenyamanan thermal, perlu adanya penghawaan yang bagus.
Sekarang ini AC menjadi pilihan untuk mendapatkan penghawaan yang bagus.
Namun sebenarnya AC memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan
luar, karena itu lebih bijak untuk memakai penghawaan alami. Prinsip dasar
penghawaan alami adalah udara mengalir dari tempat bertekanan tingi menuju
tempat bertekanan rendah. Tekanan udara dapat dimanipulasi dengan mengatur
lokasi dan ukuran bukaan. Jika tekanan udara rendah, maka bukaan jalan keluar
dapat diperbesar. Beberapa penerapan pada bangunan untuk mendapatkan
penghawaan alami :
- Ventilasi cukup, membuat bukaan rumah seperti jendela, pintu, dan lubang
udara dengan memperhatikan ukuran dan letak. Sebaiknya jendela berukuran
besar dan mengikuti aliran udara. Sebaiknya bukaan tidak menghadap langsung
kearah matahari, lebih tepat berada disisi utara dan selatan sehingga sirkulasi
lancar.(majalah idea edisi 63/VI/2009).
- Peninggian plafon hingga 3,15 m dapat membantu menurunkan suhu ruangan
maksimal 0,15 C. (mendesain rumah tropis , Bona Yudha Prasetya).
- Pemilihan material, misalnya dinding bambu membuat angin bisa melewati
celah-celah antar bambu dll. Penggunaan sunscreen juga membantu
penghawaan alami
- Menanam vegetasi atau membuat taman. Vegetasi yang disusun melebar dapat
berfungsi sebagai pengarah dan menurunkan kecepatan angin dan suhu udara
1,2-1,8 C. B.

B. Kenyamanan Visual
24

Manusia juga tidak akan terlepas dari yang namanya cahaya. cahaya berfungsi
untuk mengenali lingkungan dan menjamin aktifitas penghuninya. Pencahayaan
berhubungan dengan penglihatan manusia yang tentu juga mempengaruhi kondisi
psikis manusia (berhubungan dengan kuat lemahnya cahaya). Efek pencahayaan bisa
memberikan dramatisasi suasana, misalnya menenangkan, menyejukkan, suram dll.
Pencahayaan juga berpengaruh pada kesehatan manusia, karena manusia
memiliki keterbatasan dalam penghlihatan seperti jarak pandang, gelap terang (manusia
sulit melihat dalam kegelapan) dll. Pencahayaan erat kaitannya dengan sumber enegi
terbesar bumi , Matahari yang memancarkan cahaya dan radisai. Tidak semua unsur
yang dibawa sinar matahari berguna bagi manusia. adapun unsur yang harus dihindari
adalah infra merah. Jadi perlu ada penerapan khusus untuk merespon sinar matahari.
Berdasarkan buku ilmu fisika karangan Heinz Frick dkk, yang harus diperhatikan
pada pencahayaan alami ( sinar matahari ) adalah :
Bukaan dari atas atau pada atap dan dari samping melalui dinding. Untuk membuat
bukaan ini harus diperhatikan fungsi bangunan dan bentuk Bangunan. Pemilihan
material juga berpengaruh terhadap bukaan untuk pencahayaan alami.
Perlindungan terhadap silau matahari dan langit
Intensitas cahaya matahari pada umumnya memberikan cahaya yang belebih
pada ruangan. Kondisi yang terlalu kuat mengakibatkan silau. Silau mengganggu
kenyamanan karena bisa melelahkan mata. Prinsip perlindungan dari cahaya
matahari adalah menyaring atau membuat bayangan. Perlindungan itu sendiri dibagi
menjadi dua, yaitu perlindungan tetap seperti membuat kanopi, selasar atau
memakai kaca berwarna berlapis yang memiliki kemampuan menyerap atau
memantulkan cahaya matahari. Yang kedua adalah perlindungan tidak tetap, ini
adalah penyelesaian yang paling tepat untuk disesuaikan dengan keadaan iklim atau
arah matahari. Contohya adalah jendela krepyak, kerai rusuk bergerak, atau
konstruksi lamel.
Intesitas cahaya yang disesuaikan dengan pembebanan pada mata oleh aktifitas
pelaku dalam bangunan. Misalnya kerja halus sekali seperti menggambar, menjahit
kain warna gelap membutuhkan intensita cahaya 300 lux, kerja sedang seperti
pekerjaan kayu dan perakitan otomotif memerlukan intensitas 80 Lux dll. Yang
berikutnya adalah pencahayaan buatan atau pemakaian lampu. Karena
pencahayaan alami dari matahari tidak berlangsung seterusnya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemakian lampu adalah :
a. Produksi cahayanya
b. Pengendalian cahayanya
c. Pemanfaatan cahayanya.

Selain dari pencahayaan, kenyamanan visual juga berhubungan dengan warna.


Perbedaan warna bisa menciptakan dramatisasi suasanu yang berbeda pula. Misalnya
untuk menciptakan suasana hangat bisa memakai warna pink, oranye atau emas. Untuk
suasana sejuk bisa memakai warna dengan tingkat iluminasi sedang warna biru, violet.

C. Kenyamanan akustik
Factor berikutnya yang mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam suatu
bangunan berkaitan dengan bunyi atau kenyamanan akustik. Bunyi sendiri adalah
sensasi akibat getaran suatu benda yang menimbulkan gesekan dengan zat
disekitarnya yang diterima oleh telinga.
Kondisi lingkungan dalam masyarakat industri kontemporer sekarang ini sangat
berpengaruh dengan kenyamanan akustik, dengan semakin padatnya lalu lintas serta
pemukiman, volume kebisinganpun meningkat, terlebih didaerah perkotaan. Hal ini
sangat mempengaruhi kenyamanan akustik.
Batasan rasa sakit pada telinga menusia terletak pada 130dB. Pada tingkat
kebisingan 180dB manusia bisa meninggal dunia akibat kejutan. Perlu diketahui juga
bahwa hampir semua kerusakan pada pancaindra dapat diperbaiki/dioperasi kecuali
25

pekak labang dan tuli. Kebisingan juga mengganggu kemampuan belajar terutama
kemampuan bahasa. Karena itu perlu adanya respon khusus terhadap kebisingan.
Penyebaran bunyi pada bangunan ditentukan oleh elemen pembatas ruangan. Apakah
memilkik karakteristik memantulkan, menyerap atau mentransmisikan bunyi. Karakter
ini menentukan kualitas bunyi suatu ruangan.
Tekanan bunyi atau kebisingan yang mengganggu dari luar ruangan bisa berasal
dari suara motor, mobil, pesawat , keramaian lalu lintas dll. Sedangakn gangguan
kenyamanan yang berasal dari dalam ruangan bisa disebabkan oleh pantulan berupa
gema, dengung dll.
Penaggulangan kebisingan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Penagaturan konstruksi lantai, dinding, dan langit-langit dengan pemilihan bahan
yang memadai. Misalnya menghilangkan lubang-lubang pada atap yang bisa
mentranmisikan bunyi dari luar.
2. Pelat lantai bertingkat, pemakaian material-material yang mampu meredam bunyi
bisa memberikan kenyamanan akustik pada bangunan. Misalnya :
Permukaan elastic yang lembut sperti permadani, ubin gabus, karet atau vinyl
dapat meredam bising benturan dari lantai.
Lantai yang berlapis majemuk dimana ada selimut penenang (sound absorbing
felt ) diantara struktur gedung (pelat lantai) dan lantai dasar serta pelapis bisa
meredam bising benturan lantai. Bahannya bisa berupa bulu kempa setebal
5mm atau soft board/serat kayu setebal 18mm.
3. Dinding. Yang perlu diperhatikan dari dinding untuk mendapatkan kenyamanan audio
adalah :
a. Dinding mempunyai massa yang cukup dan menyebarkan bising udara secara
merata pada seluruh luasannya.
b. Dinding dibangun dengan cara berlapis dan kedap udara
c. Sambungan dinding terhadap tepinya dan bukaan seperti pintu dan jendela harus
kedap udara dan elastis.
d. Dinding dari papan nonstructural seperti multipleks, kayu, dan gipskarton akan
bergetar oleh bising diudara. Karena itu kerangkanya harus disambung elastic
pada dinding structural. Dan tidak boleh terkena elemen lain yang ikut bergetar
seperti langit-langit gantung.
4. Atap Bentuk dan kondisi atap mempengarui keadaan kebisingan dibawahya. Untuk
meredam kebisingan dari udara seperti pesawat terbang dan hujan deras, dipilih
bahan atap yang berat seperti pelat atap beton atau atap bertanaman (roof garden).
5. Jaringan utilitas seperti saluran air bersih dan limbah juga berpotensi menimbulkan
kebisingan. Karena itu, pipa tersebu perlu diselimuti dengan peredam. Pengikat atau
penggantung pipa-pipa tersebut juga berpengaruh, untuk menyiasati hal tersebut
bisa dipakai pengikat atau penggantung berupa gelang karet.
6. Hal berikutnya yang bisa meredam kebisingan adalah membangun pagar. Bisa
berupa pagar dinding batu bata, gundukan tanah atau pagar tanaman.
7. Yang terakhir adalah menagatur denah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya ruang
rawat inap rumah sakit hendaknya diletakkan dibelakang untuk mengurangi
kebisingan.

Anda mungkin juga menyukai